Anda di halaman 1dari 14

DOKUMEN

PROSEDUR PEMADAMAN KEBAKARAN KELAS B


Diajukan untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Kesehatan dan Keselamatn Kerja
Dosen Pengampu : Yuli Rohyami, M.Sc

Disusun Oleh :
Hani Triyani 19231007
Fauziah Novianty 19231011
Fikri Magribi 19231013

PROGRAM STUDI D3 ANALIS KIMIA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS INDONESIA
2019

1
KATA PENGANTAR
َّ ‫ال‬ ‫َوبَ َركَاتُه هللاِ َو َرحْ َمةُ َعلَ ْي ُك ْم‬
‫سالَ ُم‬

Puji syukur atas limpahan rahmat, hidayah, dan karunia Allah SWT sehingga
penyusun dapat menyelesaikan Dokumen Prosedur Pemadaman Kebakaran Kelas B
tepat pada waktunya.

Dokumen ini merupakan salah satu Tugas Mata Kuliah Kesehatan dan
Keselamatan Kerja. Dalam penyusunan dokumen ini, penyusun banyak mendapatkan
bantuan dan dorongan, baik moral maupun spiritual dari berbagai pihak sehingga
dokumen ini dapat diselesaikan dengan baik. Penyusun mengucapkan banyak terima
kasih kepada :

1. ALLAH SWT, Maha Suci Engkau Ya Rabb. Tiada daya dan upaya
melainkan karena-Mu Ya Rabb.
2. Nabi Muhammad SAW, beserta para ahli baitnya. Shalawat serta salam akan
tercurah selalu.
3. Orangtua dan sanak saudara tercinta yang telah memberikan doa dan
dorongan berupa moral.
4. Ibu Yuli Rohyami, M.Sc selaku Dosen Pengampu Kesehatan dan
Keselamatan Kerja.
5. Seluruh teman-teman seperjuangan Analis Kimia Angkatan 19 Universitas
Islam Indonesia.

Penyusun menyadari bahwa dalam penyusunan dokumen ini masih jauh dari
sempurna dikarenakan keterbatasan kemampuan dan pengetahuan. Untuk itu
penyusun mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di
masa mendatang.

Akhir kata penyusun berharap dokumen ini dapat memberikan sumbangan


informasi bagi perkembangan ilmu teknologi dan pengetahuan serta bermanfaat
bagi semua pihak yang membutuhkan.

2
DAFTAR ISI

Cover......................................................................................................1
Kata Pengantar......................................................................................2
Daftar Isi................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penulisan.............................................................4


1.2 Tujuan Penulisan............................................................................4

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Definisi Kebakaran........................................................................5


2.2 Unsur-Unsur Kebakaran...............................................................6
2.3 Klasifikasi Kebakaran...................................................................7
2.4 Potensi Bahaya Kebakaran...........................................................7
2.5 Pencegahan Kebakaran.................................................................8
2.6 Sistem Proteksi Kebakaran...........................................................9
2.7 Fungsi Sistem Proteksi Kebakaran..............................................9

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan.....................................................................................14
3.2 Daftar Pustaka................................................................................14

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Kebakaran termasuk masalah yang tidak dikehendaki kedatangannya. Kebakaran


adalah suatu peristiwa yang terjadi akibat tidak terkendalinya sumber energi. Penyebab
kebakaran beragam dari yang kecil sampai ke masalah yang besar. Di Indonesia sendiri
kebakaran merupakan masalah yang berat, disamping itu dikarenakan pengaruh iklim
yang mendorong masalah tersebut.
Ditinjau dari segi pengamanan (Security) kejadian kebakaran merupakan salah
satu unsur gangguan keamanan, sedangkan dari segi keselamatan (Safety) kejadian
kebakaran merupakan kerugian (Loss). Seperti halnya gangguan keamanan atau
kejadian kecelakaan yang terjadi secara tiba-tiba dan sulit diramalkan. Demikian juga
kejadian kebakaran yang tidak ditanggulangi akan mendatangkan kerugian harta benda
dan kecelakaan manusia. Oleh karena itu, kebakaran harus dicegah dan apabila masih
terjadi harus dipadamkan sedini mungkin.
Pencegahan dan penanggulangan akan berhasil bila kita telah memahami apakah
sebenarnya kebakaran tersebut. Oleh karena itu, diperlukan adanya pengetahuan tentang
cara menanggulangi kebakaran. Dengan dibuatnya dokumen ini, diharapkan mahasiswa
dapat mengetahui tentang penanggulangan kebakaran secara khusus maupun umum.

1.2 TUJUAN
 Untuk Mengetahui Definisi Pemadaman Kebakaran
 Untuk Mengetahui Faktor Penyebab Kebakaran
 Untuk Mengetahui Dampak Kebakaran
 Untuk Mengetahui Alat-Alat Pemadaman Kebakaran
 Untuk Mengetahui Metode Pemadaman Kebakaran

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 DEFINISI KEBAKARAN


Untuk memperoleh gambaran mengenai Alat Pemadam Api Ringan maka perlu
dipahami definisi dari kabakaran itu sendiri, karena seperti yang sudah dijelaskan bahwa
APAR ini berfungsi untuk memadamkan kebakaran yang masih kecil. Adapun definisi
kebakaran antara lain :

• Menurut Perda DKI No.3 tahun 1992


Definisi kebakaran secara umum adalah suatu peristiwa atau kejadian timbulnya
api yang tidak terkendali yang dapat membahayakan keselamatan jiwa maupun
harta benda.

• Menurut NFPA
Secara umum kebakaran didefinisikan sebagai suatu peristiwa oksidasi yang
melibatkan tiga unsur yang harus ada, yaitu ; bahan bakar yang mudah terbakar,
oksigen yang ada dalam udara, dan sumber energy atau panas yang berakibat
menimbulkan kerugian harta benda, cidera bahkan kematian.

• Menurut David A Cooling


Kebakaran adalah sebuah reaksi kimia dimana bahan bakar dioksidasi sangat
cepat dan menghasilkan panas.

Berdasarkan definisi-definisi tersebut maka dapat ditarik kesimpulan bahwa


kebakaran merupakan kejadian timbulnya api yang tidak diinginkan dimana unsur-unsur
yang membentuknya terdiri dari bahan bakar, oksigen dan sumber panas yang
membentuk suatu reaksi oksidasi dan menimbulkan kerugian materiil dan moril.

5
2.2 UNSUR-UNSUR TERJADINYA KEBAKARAN

Berdasarkan definisi kebakaran diatas, maka suatu kebakaran terjadi ketika


material atau benda yang mudah terbakar dengan cukup oksigen atau bahan yang mudah
teroksidasi bertemu dengan sumber panas dan menghasilkan reaksi kimia. Untuk
membentuk suatu kebakaran maka diperlukan adanya unsur-unsur yang satu sama lain
saling mempengaruhi, tanpa adanya salah satu unsur pembentuknya maka kebakaran
tidak akan terjadi. Hal yang memicu terjadinya kebakaran diantara lain :

 Panas
Panas adalah bentuk energi yang bisa digambarkan sebagai suatu kondisi “zat
dalam gerak” yang disebabkan oleh gerakan molekul. Setiap zat mengandung
beberapa panas, tanpa memperhatikan berapa rendah suhu, karena molekul bergerak
secara terus menerus. Bila badan suatu zat terpanasi, maka kecepatan molekul
tersebut bertambah dan dengan demikian suhu juga bertambah. Segala sesuatu yang
membentuk molekul dari suatu bahan dalam gerakan yang lebih cepat menghasilkan
panas dalam bahan tersebut. Lima kategori umum energi panas adalah sebagai
berikut : kimia, listrik, mekanik, nuklir, surya.

 Bahan Bakar
Bahan bakar adalah materi atau zat yang seluruhnya atau sebagian mengalami
perubahan kimia dan fisik apabila terbakar. Dapat berbentuk padat, cair, atau gas.
Sifat-sifat benda yang mempengaruhi kebakaran diantaranya :
o Titik nyala (Flash Point)
merupakan temperature minimum dari cairan dimana dapat memberikan uap yang
cukup dan bercampur dengan udara dan membentuk campuran yang dapat
terbakar dekat permukaan cairan dan akan menyala sekejap bila diberi sumber
penyalaan karena tidak cukup banyak up yang dihasilkan.
o Batas daerah terbakar (Flammability Limits)
merupakan campuran uap bahan bakar di udara hanya akan menyala dan terbakar
dengan baik pada daerah konsentrasi tertentu.
o Suhu penyalaan sendiri (Auto Ignition Temperature)
merupakan suhu zat dimana dapat menyala dengan sendirinya tanpa adanya panas
dari luar.

 Oksigen
Udara adalah sumber utama oksigen. Unsur gas pembakaran yang dapat
menimbulkan nyala api dalam batas antara 13-21 %

6
2.3 KLASIFIKASI KEBAKARAN

Kategori kebakaran adalah penggolongan kebakaran berdasarkan jenis bahan


yang terbakar. Dengan adanya kategori tersebut, akan lebih mudah dalam pemilihan
media pemadaman yang dipergunakan untuk memadamkan kebakaran.

 Kategori Kebakaran Berdasarkan Per-04/MEN/1980


1. Kelas A : Kebakaran bahan padat kecuali logam
2. Kelas B : Kebakaran bahan cair atau gas yang mudah terbakar
3. Kelas C : Kebakaran instalasi listrik bertegangan
4. Kelas D : Kebakaran Logam

 Klasifikasi kebakaran menurut NFPA 1 dibagi dalam 4 kelas, yaitu :


1. Kelas A, yaitu kebakaran pada material yang mudah terbakar, misalnya
kebakaran kertas, kayu, plastic, karet, busa dan lain-lain.
2. Kelas B, yaitu kebakaran bahan cair yang mudah menimbulkan nyala api
(Flammable) dan cairan yang mudah terbakar (combustible) misalnya
kebakaran bensin, solven, cat, alcohol, aspal, gemuk, minyak, gas
LPG, dan gas yang mudah terbakar.
3. Kelas C, yaitu kebakaran listrik yang bertegangan.
4. Kelas D, yaitu kebakaran logam, misalnya magnesium, titanium, sodium,
lithium, potassium, dll.
5. Kelas K, yaitu kebakaran pada peralatan memasak dimana termasuk
medianya seperti minyak sayur-sayuran dan hewan, dan lemak.

2.4 KLASIFIKASI TINGKAT POTENSI BAHAYA KEBAKARAN

Klasifikasi tingkat potensi bahaya kebakaran adalah pengelompokan atas hunian


untuk disesuaikan dengan fasilitas penanggulangan kebakaran yang diperhitungkan.
Dalam SNI 03-3987-1995, klasifikasi bahaya kebakaran digolongkan dalam 3
golongan, yaitu:

1) Bahaya Kebakaran Ringan


Bahaya kebakaran pada tempat di mana terdapat hanya sedikit barang-barang
jenis A yang dapat terbakar, termasuk perlengkapan, dekorasi dan semua isinya.
Tempat yang mengandung bahaya ini meliputi bangunan perumahan (hunian),
pendidikan (ruang kelas), kebudayaan, kesehatan dan keagamaan. Kebakaran
berdasarkan perhitungan bahwa barang-barang dalam ruangan bersifat tidak
mudah terbakar, atau api tidak mudah menjalar. Di sini juga termasuk barang-
barang jenis B yang ditempatkan pada ruang tertutup dan tersimpan aman.

7
2) Bahaya Kebakaran Menengah
Bahaya kebakaran pada tempat dimana terletak barang-barang jenis A yang
mudah terbakar dan jenis B yang dapat terbakar dalam jumlah lebih banyak dari
pada yang terdapat di tempat yang mengandung bahaya kebakaran ringan.
Tempat ini meliputi bangunan perkantoran, rekreasi, umum, pendidikan (ruang
praktikum).

3) Bahaya Kebakaran Tinggi


Bahaya kebakaran pada tempat di mana terdapat barang-barang jenis A yang
mudah terbakar dan jenis B yang dapat terbakar, yang jumlahnya lebih banyak
dari yang diperkirakan dari jumlah yang terdapat pada bahaya kebakaran
menengah. Tempat ini meliputi bangunan transportasi (terminal), perniagaan
(tempat pameran hasil produksi, show room), pertokoan, pasar raya, gudang.

2.5 PENCEGAHAN KEBAKARAN

Kebakaran dapat dilakukan pemadaman dengan menghilangkan unsurunsur


yang dapat menyebabkan kebakaran terjadi. Seperti yang dijelaskan sebelumnya bahwa
unsur-unsur tersebut adalah sumber panas, oksigen, dan bahan bakar. Unsur-unsur
tersebut akan bereaksi secara kimia dan dapatmenyebabkan kebakaran. Oleh karena itu,
teori pemadaman api itu sendiri adalah dengan menghilangkan unsur dan terjadilah
pemutusan reaksi sehingga kebakaran yang terjadi tidak semakin membesar. Dalam
buku dasar-dasar penanggulangan kebakaran dijelaskan bahwa teknik-teknik
pemadaman antara lain :

 Cooling/Pendinginan
Suatu kebakaran dapat dipadamkan dengan menghilangkan panas serta
mendinginkan permukaan dan bahan yang terbakar dengan bahan semprotan air
sampai menmencapai suhu dibawah titik nyalanya. Atau dengan kata lain
mengurangi/ menurunkan panas sampai benda yang terbakar mencapai suhu
dibawah titik nyalanya (flash point). Pendinginan permukaan yang terbakar
tersebut akan menghentikan proses terbentuknya uap.

 Smothering/Penyelimutan
Kebakaran dapat juga dipadamkan dengan menghilangkan unsur oksigen
atau udara. Menyelimuti bagian yang terbakar dengan karbondioksida atau busa
akan menghentikan suplai udara. Biasa juga dikenal dengan sistem pemadaman
isolasi/lokalisasi yaitu memutuskan hubungan udara luar dengan benda yang
terbakar, agar perbandingan udara dengan bahan bakar tersebut berkurang.

8
 Memisahkan bahan yang terbakar (Starvation)
Suatu bahan yang terbakar dapat dipisahkan dengan jalan menutup aliran yang
menuju ke tempat kebakaran atau menghentikan supplai bahan bakar yang dapat
terbakar. Yaitu mengurangi atau mengambil jumlah bahan-bahan yang terbakar
menutupi aliran bahan yang terbakar.

 Memutus Rantai Reaksi


Pemutusan rantai reaksi pembakaran dapat juga dilakukan secara fisik dan
kimia. Bahan-bahan tersebut dapat dibedakan menjadi 3 kelompok, yaitu :
1. Logam alkali berupa tepung kimia kering (dry chemical).
2. Ammonia berupa tepung kimia kering.
3. Halogen yang berupa gas dan cairan.

2.6 SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN


Macam-macam Sistem Proteksi Kebakaran
1. Alat Pemadam Api Ringan
2. Sistem deteksi dan alarm
3. Sistem slang air :
 Hose Reel
 Hidrant
 Hidrant dan Compound foum
4. Sistem spingkler
5. Sistem pemadam otomatis

2.7 Fungsi Sistem Proteksi Kebakaran


I. Alat Pemadam Api Ringan (APAR)
Sistem pemadaman api kecil sebelum membesar. Pemilihan menggunakan
APAR mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut :
 Jenisnya sesuai dengan klasifikasi kebakaran.
 Jumlah dan ukuran harus sesuai dengan beban.
 Perawatan teratur agar selalu siap dipakai.
 Tenaga kerja dapat mengoperasikannya.

Cara Kerja APAR


Dalam buku encyclopaedia of occupational health and safety menjelaskan bahwa
penghuni bangunan seharusnya tidak menggunakan Alat Pemadam Api Ringan
kecuali jika mereka telah dilatih dalam menggunakannya. Dalam menggunakan
APAR, yang perlu diperhatikan adalah PASS.
- PULL  Buka pin pengaman
- AIM  Arahkan selang ke arah api
- SQUEEZE  Tekan handle
- SWEEP  Kibas-kibaskan ke arah api

9
CONTOH KEBAKARAN PADA KELAS B :

Kelas kebakaran B adalah kebakaran yang disebabkan oleh bahan bakar dari
benda cair. Contoh benda cair mudah terbakar adalah bensin, thinner, alkohol dan
sebagainya yang mudah ditemui di industri, lab dan juga pom bensin.
Media pemadam api dari APAR kelas B ini dianggap efektif untuk
memadamkan api dari kelas kebakaran B. Media Alat Pemadam Api Ringan Kelas B
diantaranya adalah :

1. MEDIA APAR POWDER

Powder adalah media pemadam api yang paling populer


digunakan. Media powder dikenal dapat memadamkan banyak kelas kebakaran,
termasuk kelas kebakaran B ini. Media ini bekerja dengan cara menyelimuti sumber
kebakaran dan memutus kontak antara titik api dan oksigen.

2. MEDIA APAR CO2

Media Pemadam Api CO2 sangat terkenal digunakan untuk


memadamkan kebakaran kelas C yang disebabkan oleh masalah elektrikal. Namun,
ternyata selain kelas kebakaran C, media CO2 juga bisa digunakan untuk memadamkan
kelas kebakaran B. Media CO2 bekerja dengan cara mengurangi oksigen yang ada di
udara sekitar daerah kebakaran, supaya proses oksidasi berhenti dan api bisa padam.

10
3. APAR Kelas B dengan Media Cair dan Foam

Media cair dan foam memiliki banyak kesaman. Keduanya mempunyai


bahan dasar yang sama, yaitu sama-sama terbuat dari air atau liquid.
Bedanya, foam diberi tambahan biang busa untuk membentuk buih pemadam
api. Selain sama bahan dasarnya, kedua media ini juga sama-sama bisa
memadamkan kelas kebakaran A dan B.

Kedua media ini pun juga memiliki pola pemadaman api yang sama,
yaitu dengan mendinginkan titik api. Jadi, saat kedua media ini disemprotkan
ke sumber api, sifat cair dari kedua media ini akan meresap ke bahan bakar dan
mendinginkan api. Dan secara otomatis api akan padam dengan sendirinya.

II. SISTEM DETEKSI DAN ALARM

Sistem deteksi dilakukan dengan penjagaan atau perondaan terus-menerus, baik


jam kerja atau luar jam kerja dan libur. Sedangkan Sistem alarm merupakan isyarat
kebakaran agar orang mengambil langkah sesuai prosedur yang berlaku.

11
Sistem Deteksi dan Alarm Otomatis
Jaringan elektronik yang dipasang pada bangunan modern untuk mengawasi
kondisi awal kebakaran dan dapat dimonitor dari jarak jauh.
Keuntungan dari sistem proteksi kebakaran dengan sistem deteksi dan
alarm otomatis :
 Dapat dimonitor seksi atau zona mana yang terbakar.
 Isyarat bahaya cepat diketahui penghuni saat awal kebakaran.
 Unit bantuan dapat segera diarahkan ke lokasi.

Kerugian dari sistem proteksi kebakaran dengan sistem dekteksi dan


alarm otomatis :
 Kepekaan detektor harus dipertimbangkan.
 Jarak detektor harus mengkaver seluruh ruangan.
 Sistem isyarat harus menyesuaikan (sirine, bel lampu, musik khusus)

III. Sistem Slang Bertekanan

Kebakaran besar tidak mampu lagi dengan APAR maka harus dengan peadam
dengan debit besar. Keuntungan Sistem Slang Bertekanan :
 Pancaran jet : Memadamkan dari jarak jauh
 Pancaran spray : Pelindung pencarian korban atau mendekat sumber api
 Pancaran Fog : Dapat memadamkan bahan cair (minyak)
 Pancaran Busa : Kombinasi air, tekanan udara dan foam compound
menghasilkan pancaran busa.

12
IV. SISTEM SPRINKLE

Fire Sprinkler akan menyala secara otomatis ketika ada api yang


akan menyebabkan kebakaran. Sehingga alat ini bisa dihandalkan ketika suatu gedung
atau ruang yang sudah terpasang dengan fire sprinkler tidak ada orang yang mengetahui
sumber api, fire sprinkler dapat bekerja dengan otomatis untuk memadamkan
kebarakan. Apalagi prinsip kerja fire sprinkler dipadukan dengan alarm smoke detector
atau alarm fire detector tentunya kebakaran akan lebih diminimalisir kerugiannya.

V. SISTEM PEMADAM OTOMATIS

Alat ini bisa bekerja secara otomatis dan manual karena alat ini dilengkapi oleh
sensor panas dan asap. Ia menjelaskan bahwa sensor pada alat tersebut dapat
mendeteksi panas dan asap 40-50 derajat, maka secara otomatis alat akan
meyemprotkan cairan. Sedangkan yang manual, alat tersebut dilengkapi oleh wireless.
Jika sudah mengetahui sumber api maka hanya cukup menekan tombol remote yang ada
di dekatnya.

13
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Kebakaran termasuk masalah yang tidak dikehendaki kedatangannya. Kebakaran


adalah suatu peristiwa yang terjadi akibat tidak terkendalinya sumber energi. Penyebab
kebakaran beragam dari yang kecil sampai ke masalah yang besar. Di Indonesia sendiri
kebakaran merupakan masalah yang berat, disamping itu dikarenakan pengaruh iklim
yang mendorong masalah tersebut. Pencegahan dan penanggulangan akan berhasil bila
kita telah memahami apakah sebenarnya kebakaran tersebut. Oleh karena itu, diperlukan
adanya pengetahuan tentang cara menanggulangi kebakaran. Dengan dibuatnya
dokumen ini, diharapkan mahasiswa dapat mengetahui tentang penanggulangan
kebakaran secara khusus maupun umum.

3.2 Daftar Pustaka

Angela, T.A. 2006. Studi Kasus Evaluasi Sistem Penanggulangan Kebakaran PT.
Indogravure. Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional, 1:63-68.

Badan Standardisasi Nasional. 2000. SNI 03-3989-2000 tentang Tata Cara


Perencanaan dan Pemasangan Sistem Springkle Otomatis untuk Pencegahan
Bahaya Kebakaran pada Bangunan Gedung. Jakarta.

Departemen Pekerjaan Umum. 2008. Persyaratan Teknis Sistem Proteksi


Kebakaran pada Bangunan Gedung dan Lingkungan. Jakarta

Luthfan, F., Ekawati., Bina. K. 2014. Analisis Penerapan Alat Pemadam Api
Ringan (APAR). Jurnal Kesehatan Masyarakat e-Journal : 300-308

Ramli, S. 2010. Petunjuk Praktis Manajemen Kebakaran (Fire Management).


Jakarta : Dian Rakyat.

14

Anda mungkin juga menyukai