Anda di halaman 1dari 2

Nama : Williza Putri

Nim : 180320111
Kelas : Hukum Dan Etika Bisnis AGB VII B ( Tugas)

Issue Tentang Dijual Bibit Padi Tanpa Label dan Sertifikat


Di Aceh Utara

Kepala Desa meunasah Rayeuk, Kecamatan Nisam, Aceh Utara,


Munirwan ditetapkan sebagai tersangka karena diduga memproduksi
dan mengedarkan benih padi unggulan. Bibit padi jenis IF8 disebut
belum disertifikasi atau berlebel. Munirwan adalah Direktur PT
Bumades Nisami Indonesia (badan usaha milik desanya), awalnya
diperiksa penyidik sebagai saksi, sehari berselang dia ditetapkan
sebagai tersangka dan ditahan. Bibit padi IF8 tersebut awalnya
berasal dari bantuan Pemerintah Aceh untuk petani lewat program
Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Aceh (LPMA). Kemudian petani
melakukan penanaman dan setelah panen pertama, diketahui hasilnya
cukup bagus. Para petani kemudian membagi hasil panennya menjadi
dua, yaitu disimpan sebagai bibit dan dijual.
Para petani disana menanam kembali dan mengembangkannya.
Berdasarkan hasil rapat masyarakat, bibit padi IF8 dikelola oleh Badan
Usaha Milik Gampong (BUMG). Masyarakat kemudian sepakat
membentuk usaha BUMG Meunasah Rayeuk yaitu PT Bumades Nisami
Indonesia. Hasil panen masyarakat dikumpulkan secara massal, disortir
selanjutnya kembali dijadikan bibit (inovasi) oleh Munirwan. Hasil
budidaya tersebut kemudian dijual secara massal. Terkait penjualan
benih itu, Pemerintah Aceh melalui Dinas Pertanian dan Perkebunan
Aceh melaporkan Munirwan kepada pihak yang berwajib, karena
menjual bibit tanpa lebel dan sertifikat.
Opini Terkait Kasus Penjualan Bibit IF8 Tanpa Label dan Sertifikat
di Aceh Utara

Menurut saya dari kasus tersebut ada dua sisi yang dapat saya
lihat, disatu sisi Kades meunasah Rayeuk dikatakan melanggar hukum
karena sebelum menjual bibit, tidak melaporkan atau meminta izin
kepada Dinas Pertanian atau pemerintah Aceh bahwa bibitnya harus
di berikan lebel dan sertifikat agar tidak dianggap menjual bibit secara
ilegal. Padahal sebelumnya Kades tersebut sudah mendapatkan
penghargaan karena berhasil mengembangkan bibit IF8.
Disisi kedua etika bisnis, seharusnya pemerintah tidak salah
mengambil keputusan terkait kasus tersebut dan mengambil peran
pendampingan atau membinanya agar tidak terjadi kesalahan yang
sama terhadap kades atau masyarakat lainnya, dan tidak langsung
menjadikannya sebagai tersangka, dari beberapa artikel yang saya baca
tentang kasus tersebut, menurut Munirwan Kades Meunasah Rayeuk
hanya menjalankan program Kementrian Pendesaan dan membenarkan
bibit tersebut dijual oleh BUMD desanya ke desa-desa lain, karena
tidak ada pengarahan dari Menteri Pertanian, akan tetapi Kades
tersebut tidak mengetahui bahwa itu melanggar hukum.

Anda mungkin juga menyukai