Anda di halaman 1dari 20

ARTIKEL ANTROPOLOGI

1. PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP KAJIAN ANTROPOLOGI


2. ANTROPOLOGI: ONTOLOGI, EPISTIMOLOGI, AKSIOLOGI
3. SEJARAH ANTROPOLOGI
4. ANTROPOLOGI BUDAYA
5. KESIMPULAN DAN ANALISIS KRITIS

Disusun sebagai tugas terstruktur Mata Kuliah: Antropologi

Dosen Pengampuh:

Dr. Taufiq Ramdani, S.Th.I., M.Sos

Disusun Oleh:

Nama : Veryan Kurniawanto


NIM : L1C020121
Fakultas&Prodi : Sosiologi
Semester : 1 (Satu)

PROGRAM STUDI FISIPOL SOSIOLOGI


FAKULTAS FISIPOL
UNIVERSITAS MATARAM
T.A. 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah penulis haturkan kepada ALLAH SWT atas


selesainya tugas terstruktur mata kuliah Antropologi ini sebagai rencana tugas MID
SEMESTER

Sholawat dan Salam semoga ALLAH limpahkan kepada Rasulullah Muhammad


SAW atascsyafaatnya kepada kita sehingga kita bisa keluar dari alam kegelapan
menuju alam yang terang menderang (Untuk yang beragama Islam)

Terima kasih saya sampaikan atas bimbingan Bapak Dr. Taufiq Ramdani,
S.Th.I., M.Sos sebagai dosen pengampuh mata Kuliah Antropologi yang telah
membimbing saya sehingga saya bisa menyelesaikan artikel saya ini

Besar harapan saya tugas ini akan memberi manfaat di kemudian hari bagi
saya dan orang lain membacanya

Mataram,22 Oktober 2020

Penulis

Veryan Kurniawanto

L1C020121

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................i

DAFTAR ISI............................................................................................................... ii

A. Pengertian dan Ruang Lingkup Kajian Antropologi...............................................1

B. Antropologi : Ontologi, Epistimologi dan Aksiologi.................................................4

C. Sejarah Antropologi..............................................................................................9

D. Antropologi Budaya.............................................................................................11

E. Kesimpulan dan Analisis Kritis............................................................................13

F. Saran...................................................................................................................14

Daftar Pustaka

ii
A. Pengertian dan Ruang Lingkup Kajian Antropologi
1. Pengertian Antropologi
Antropologi adalah sebuah ilmu yang mempelajari makhluk manusia
(Antropos). Secara entimologi, antropologi berasal dari kata antropos berarti
manusia dan logos berarti ilmu. Dalam antropologi, manusia dipandang
sebagai sesuatu yang kompleks dari segi fisik, emosi, social, dan
kebudayaannya. Antropologi sering pula disebut sebagai ilmu tentang
manusia dan kebudayaannya.
Hal dalam Antropologi mulai banyak dikenal orang sebagai sebuah ilmu
setelah diselenggarakannya symposium pada tahun 1951 yang dihadiri oleh
lebih dari 60 tokoh antropologi dari negara-negera dikawasan ero-
amerika(hadir pula beberapa tokoh dari Uni Soviet). Symposium yang
dikenal dengan sebutan internasional symposium on antropology ini telah
menjadi lembaran baru bagi atropologi, terutama terkait dengan publikasi
beberapa hasil karya antropologi, seperti buku yang berjudul “antropology to
day” yang diredaksi oleh A.R. Kroeber(1953,”an appraisal of antropology to
day”) diredaksi oleg S. Tax, dkk(1954), dan “yearbook of antropology” yang
diredaksi oleh W.L. Thomas jr. (1955), dan current antropology” yang
diredaksi oleh W.L. Thomas jr. 1956. Setelah symposium ini, antropologi
penggunaannya. Dibeberapa negara berkembang pemikiran-pemikiran
antropologi mengarah pada kebutuhan perkembangan teorisis, sedangkan
di wilayah yang lain antropologi berkembang dalam tataran fungsi
praktisnya.
Pengertian lainnya disampaikan oleh Harsojo dalam bukunya yang
berjudul “Pengantar Antropologi” (1984). Menurut Harsojo, antropologi
adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari umat manusia sebagai makhluk
masyarakat. Menurutnya, perhatian antropologi tertuju pada sifat khusus
badani dan cara produksi, tradisi serta nilai-nilai yang akan membedakan
cara pergaulan hidup yang satu dengan pergaulan hidup yang lainnya.
Sementara itu Koentjaraningrat dalam bukunya yang berjudul
“Pengantar Antrapologi I” (1996) menjelaskan bahwa secara akademis,
antropologi adalah sebuah ilmu tentang manusia pada umumnya dengan
titik fokus kajian pada bentuk fisik, masyarakat dan kebudayaan manusia.
Sedangkan secara praktis, antropologi merupakan sebuah ilmu yang

1
mempelajari manusia dalam beragam masyarakat suku bangsa guna
membangun masyarakat suku bangsa tersebut.
Kemudian ada beberapa ahli yang berpendapat mengenai pengertian
antropologi saperti
 Berdasarkan Etimologinya
Kata antropologi berasal dari kata yunani “Antropo” atau berarti
manusia dan “logy” atau “logos” berarti ilmu yang mempelajari
tentang manusia.
 Menurut Ralfh L Beals dan Harry Hoijen :1954: 2
Antropologi adalah ilmu yang mempelajari manusia dan semua
apa yang dikerjakannya
 Tulian Darwin
The origin of spicies”Antropologi fisik berkembang pesat dengan
melakukan penelitian-penelitian terhadap asal mula dan
perkembangan manusia. Manusia asalnya monyet, karena
mahluk hidup mengalami evokusi. Antropologi inginmembuktikan
dengan melakukan berbagai penelitian terhadap kera dan
monyet di seluruh dunia.
 Menurut orang awam
Membicarakan Antropologi hanyalah berfikir tentang fosil-fosil.
Memang pemikiran yang demikian tidak selamanya salah karena
mempelajari fosil merupakan suatu cabang penelitian
antropologi. Arkheologi ada dasarnya berbeda dengan
antropologi, dimana sesungguhnya arkheologi merupakan salah
satu cabang antropologi.
 David Hunter
Antropologi merupakan sebuah ilmu yang lahir dari rasa ingin
tahu yang tak terbatas dari umat manusia
 Koentjaraningrat
Antropologi merupakan studi tentang umat manusia pada
umumnya dengan mempelajari berbagai warna, bentuk fisik
masyarakat dan budaya yang dihasilkan.
 William A.Haviland
Antropologi merupakan studi tentang umat manusia, berusaha
untuk membuat generalisasi yang berguna tentang orang-orang

2
dan perilaku mereka dan untuk mendapatkan pemahaman yang
lengkap dari keragaman manusia.
 Rifhi Siddiq
Antropologi merupakan sebuah ilmu yang mendalami semua
aspek yang terdapat pada manusia yang teridiri atas berbagai
macam konsepsi kebudayaan, ilmu pengetahuan, norma, seni,
linguistic dan lambang, tradisi, teknologi, kelembangan.
 Menurut Mario
Anthropology itu ilmu yang meneliti hidup manusia dari segi
kebudayaan / culture. Yang pasti amthropology itu tidak
mengatakan bahwa manusia itu berasal dari monyet. Kalau
asalnya monyet pasti disebutnya monyetologi/ monkeytology.
 M.J. Herskovits
Antropologi adalah ilmu yang mempelajari manusia Antropology
is the science of man.

2. Ruang Lingkup Kajian Antropologi

Antropologi sebagai salah satu cabang ilmu social mempunyai bidang


kajian sendiri yang dapat dibedakan dengan ilmu social lainya,seperti
sosiologi ,ilmu ekonomi, ilmu politik, kriminologi dan lain-lainnya.
Antropologi juga dapat di kelompokkan ke dalam cabang ilmu humaniora
karena kajian nya yang terfokus kepada manusia dan kebudayaanya.
Seperti hal nya yang terjadi di Universitas Indonesia, di mana pada masa
awal terbentuknya jurusan antropologi ini beraada di bawah Fakultas
Sastra. Akan tetapi dalam perkembangan selanjutnya, ketika muncul
anggapan bahwa antropologi cendrung memiliki fokus pada masalah social
dari keberadaan manusia, maka jurusan Antropologi ini pun pada tahun
1983 pindah di bawah Fakultas Ilmu Sosial dan Imu Politik. Saat ini
beberapa Universitas di Indonesia mempunyai Jurusan Antropologi, di
antara nya di Universitas Padjadjaran (UNPAD), Universitas Gajah Mada
(UGM), Universitas Andalas (Unand), Universitas Candrawasih (Uncen),
dan Universitas Udayana (Unud).

Sebagaimana sudah dijelaskan bahwa , secara umum dapat di


katakana antropologi merupakan Ilmu yang mempelajari manusia dari segi

3
keragaman fisik nya, masyarakatnya , dan kebudayaan nya, namun
demikian, di beberapa tempat, negara,dan Universitas, Antropologi sebagai
ilmu mempunyai penekanan-penakanan tertentu sesuai karakteristik
antropologi itu sendiri dan perkembangan masyarakat di tempat, negara,
dan Universitas tersebut. Seperti yang pernah diungkapkan
Koentjaraningrat bahwa ruang lingkup dan dasar antropologi belum
mencapai kemantapan dan bentuk umum dan seragam bisa semua pusat
ilmia didunia. Menurutnya, cara terbaik untuk mencapai pengertian akan hal
itu adalah dengan mempelajari ilmu-ilmu yang menjadi pangkal dari
antropologi, dan bagaimana garis besar proses perkembangan yang
mengintegrasikan ilmu-ilmu pangkal tadi,serta mempelajari bagaimana
penerapan nya di beberapa negara yang berbeda.

B. Ontologi, Epistemologi, dan Aksiologi


Kata Ontologi, Epistemologi, dan Aksiologi menurut bahasa berasal dari
bahasa Yunani. Kata Ontologi berasal dari kata “Ontos” yang berarti “berada
(yang ada)”.Kata Epistemologi berasal dari bahasa Yunani artinya knowledge
yaitu pengetahuan. Kata tersebut terdiri dari dua suku kata yaitu logia artinya
pengetahuan dan episteme artinya tentang pengetahuan. Jadi pengertian
etimologi tersebut, maka dapatlah dikatakan bahwa epistemologi merupakan
pengetahuan tentang pengetahuan. Dan kata Aksiologi berasal dari kata
“Axios” yang berarti “bermanfaat”. Ketiga kata tersebut ditambah dengan kata
“logos” berarti” ilmu pengetahuan, ajaran dan teori “.
Menurut istilah , Ontologi adalah ilmu kakekat yang menyelidiki alam
nyata ini dan bagaimana keadaan yang sebenarnya. Epistemologi adalah ilmu
yang membahas secara mendalam segenap proses penyusunan pengetahuan
yang benar. sedangkan Aksiologi adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki
hakikat nilai yang ditinjau dari sudut kafilsafatan.
Dengan demikian Ontologi adalah ilmu pengetahuan yang meneliti
segala sesuatu yang ada. Epistemologi adalah ilmu yang membahas tentang
teori , sedangkan Aksiologi adalah kajian tentang nilai ilmu pengetahuan.

4
1. Ontologi

Ontologi adalah begian filsafat yang paling umum, atau merupakan


bagian dari metafisika dan metafisika merupakan salah satu bab dari
filsafat.

Obyek telah ontology adalah yang ad a tidak terikat pada satu


perwujudan tertentu, ontology membahas tentang yang ada secara
universal, yaitu berusaha mencari inti yawng dimuat satiap kenyataan yang
meliputi segala realitas dalam semua bentuknya.

Setelah menjelajahi segala bidang utama dalam ilmu filsafat, seperti


filsafat manusia, alam dunia, pengetahuan, kehutanan, mora dan social,
kemudiann disusun lah uraian ontologi. Maka ontologi sangat sulit dipahami
jika terlepas dari bagian-bagian dan bidang filsafat lainnya. Dan ontologi
adalah bidang folsafat yang paling sukar.

Metafisika membicarakan segala seuatu yang dianggap ada,


mempersoalkan hakekat. Hakekat ini tidak dapat dijangkau oleh panca
indera karena tak terbentuk , berupa, berwaktu dan bertempat. Dengan
mempelajari hakikat kita dapat memperoleh pengetahuan dan dapat
menjawab pertanyaan tentang apa hakikat ilmu itu.

Ditinjau dari segi ontologi, ilmu membatasi diri pada kajian yang bersifat
empiris. Objek penelaan ilmu mencakup seluruh aspek kehidupan yang
dapat diuji panca indera manusia. Secara sederhana dapat dikatakan
bahwa hal-hal yang sudah berada diluar jangkauan manusia tidak dibahas
oleh ilmu karena tidak dapat dibuktikan secara metodologis dan empatis
sedangkan ilmu itu mempunyai ciri tersendiri yakni berorientasi pada dunia
empatis.

Berdasarkan objek yang ditelaah dalam ilmu pengetahuan dua macam:

1. Obyek material (obiectum materiale, materiale object) ialah seluru


lapangan atau bahan yang dijadikan objek penyelidikan suatu ilmu.
2. Obyek Formal (obiectum formale , formal object) ialah penentuan titik
pandang terhadap obyek material.

5
Untuk mengkaji lebih mendalam hakekat obyek empiris, maka ilmu
membuat beberapa asumsi (andaian) mengenai objek itu. Asumsi yang
sudah di anggap benar dan tidak diragukan lagi adalah asumsi yang
merupakan dasar dan titik tolak segala pandang kegiatan. Asumsi itu perlu
sebab pernyataan asumtif itulah yang memberikan arah dan landasan bagi
kegiatan penelaahan.

Ada beberapa asumsi mengenai objek empiris yang di buat oleh ilmu,
yaitu: satu Pertama , menganggap objek-objek tertentu mempunyai
kesamaan antara yang satu dengan yang lainnya, ,misalkan dalam hal
bentuk, struktur, sifat dan bagaimananya. Kedua, menganggap bahwa
suatu benda tidak mengalami perubahan dalam jangka waktu tertentu.
Ketiga, determinisme yakni menganggap segala gejala bukan merupakan
suatu kejadian yang bersifat kebetulan. Asumsi yang dibuat oleh ilmu
bertujuan agar mendapatkan pengetahuan yang bersifat analitis dan
mampu menjelaskan berbagai kaitan dalam gejala yang tertangguk dalam
pengalaman manusia.

Asumsi itupun dapat dikembangkan jika pengalaman manusia dianalisis


dengan berbagai disiplin keilmuan dengan memperhatikan beberapa hal;
Pertama, asumsi harus relevan dengan bidang dan tujuan pengkajian
disiplin keilmuan. asumsi ini harus operasional dan merupakan dasar dari
pengkajian teoritis. Kedua, asumsi harus disimpulkan dari ”keadaan
sebagaimana adanya” bukan” bagaimana keadaan yang seharusnya”.

Asumsi pertama adalah asumsi yang mendasari telah ilmiah,


sedangkan asumsi kedua adalahh asumsi yang mendasari moral. Oleh
karena itu seorang ilmuan harus benar-benar mengenal asumsi yang
dipergunakan dalam analisis keilmuannya, sebab mempergunakan asumsi
yang berbeda maka berbeda pula konsep pemikiran yang dipergunakan.
Suatu pengkajian ilmiah hendaklah dilandasi dengan asumsi yang tegas,
yaitu tersurat karena yang belum tersurat dianggap belum diketahui atau
belum mendapatkan kesamaan pendapat.

6
2. Epistimologi

Terjadi perdebatan filosifis yang sengit disekitar pengetahuan manusia,


yang menduduki pusat permasalahan di dalam filsafat, terutama filsafat
modern. Pengetahuan manusia adalah titik tolak kemajuan filsafat, untuk
membina filsafat yuang kukuh tentang semesta (universe) dan dunia. Maka
sumber-sumber pemikiran manusia, kriteria-kriteria dan nilai-nilainya tidak
diterapkan, ditaklah mungkin melakukan studi apapun, bagiamanapun
bentuknya.

Kajian epistimologi membahas tentang bagaimana proses mendapatkan


ilmu pengetahuan, hal-hal apakah yang harus diperhatikan agar
mendapatkan pengetahuan yang benar, apa yang disebut kebenaran dan
apa kriterianya.

Objek telah epistimologi adalah mempertanyakan bagiamana sesuatu


itu datang, bagaimana kita mengetahuinya, bagaimana kita membedakan
dengan lainnya, jadi berkenan dengan situasi dan kondisi ruang serta waktu
mengenai suatu hal.

Jadi yang menjadi landasan dalam tataran epistemologi ini adalah


proses apa yang memungkinkan mendapatkan pengetahuan logika, etika,
estetika, bagaimana cara yang prosedur memperoleh kebenaran ilmiah,
keindahan seni, apa yang disebut dengan kebenaran ilmiah, keindahan seni
dan kebaikan moral.

Dalam memperoleh ilmu pengetahuan yang dapat diandalkan tidak


cukup dalam berpikir secara rasional ataupun sebaliknya berpikir secara
empirik saja karena keduanya mempunyai keterbatasan dalam mencapai
kebenaran ilmu pengetahuan. Jadi pencapaian kebenaran menurut ilmu
pengetahuan didapatkan melalui metode ilmiah yang merupakan gabungan
atau kombinasi antara rasionalisme dengan empiresme sebagai satu
satuanya yang saling melengkapi.

Banyak pendapat para pakar tentang metode ilmu pengetahuan, namun


penulis hanya memaparkan beberapa metode keilmuan yang dapat jauh
beda dengan proses yang ditempuh dalam metode ilmiah.

7
Metode ilmiah adalah suatu rangkaian prosedur tertentu yang diikuti
untuk mendapatkan jawaban tertentu dari pertanyaan yang tertentu pula.
Epistemologi dari metode keilmuan akan lebih mudah dibahas apabila
mengarahkan perhatian kita dalam suatu urutan tertentu.

Kerangka dasar prosedur ilmu pengetahuan dapat diuraikan dalam


enam langka sebagai berikut:

a) Sadar akan adanya masalah dan perusuhan masalah

b) Pengamatan dan pengumpulan data dan relavan

c) Penyusunan atau klarifikasi data

d) Perumusan hipotetis

e) Deduksi dari hipotetis

f) Tes pengujian kebenaran (Verifikasi)

Keenam langkah yang terdapat dalam metode keilmuan tersebut


masing-masing terdapat unsur-unsur empiris dan rasional.

Menurut AM. Saefuddin bahwa untuk menjadikan pengetahuan sebagai


ilmu (teori) maka hendaklah melalui metode illmiah yang terdiri atas dua
pendekatan: dipisahkan dengan menggunakan salah satunya saja, sebab
deduksi tanpa diperkuat deduksi menghasilkan buat pikiran yang mandul.

Proses metode ilmuan pada akhirnya berhenti sejenak ketika sampai


pada titik “pengujian kebenaran” untuk mendiskusikan benar atau tidaknya
suatu ilmu. Ada tiga ukuran kebenaran yang tampil dalam gelanggang
diskusi mengenai teori menentukan untuk menerima, menolak, menambah
atau merubah hipotesa, selanjutnya diadakanlah teori ilmu pengetahuan.

3. Aksiologi

Secara estimologis, aksiologi berasal dari bahasa Yunani kuno,


yaitu“aksios” yang berarti nilai dan kata”logos” yang berarti teori. Jadi,
aksioloigi adalah cabang filsafat yang mempelajari nilai. Dengan kata lain,

8
aksiologi adalah teori nilai. Suriasumantri mendefinisikan aksiologi sebagai
teori nilai yang berkaitan kegunaan dan pengetahuan yang diperoleh.
Aksiologi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1995) adalah kegunaan
ilmu pengetahuan bagi kehidupan manusia, kejian tentang nilai-nilai
khususnya etika. Menurut Wibisono seperti yang dikutip Surajiyo (2007),
aksiologi adalah nilai-nilai sebagai tolak ukur kebenaran, etika, dan moral
sebagai dasar alternative penilaian dan penggalian, serta penerapan ilmu.
Dalam encyclopedia of philosophy dijelaskan bahwa aksiologi disamakan
dengan value and valuation.

Memperbincangkan aksiologi tentu saja akan membahas dan


membedah masalah nilai. Apa sebenarnya nilai itu? Bertens menjelaskan
nilai sebagai sesuatu yang menarik bagi sesorang, sesuatu yang
menyenangkan, sesuatu yang dicari, sesusatu yang disukai dan diinginkan.
Pendeknya, nilai adalah sesuatu yang baik. Lawan dari nilai dalah non-nilai
atau disvalue. Ada yang mengatakan disvalue sebagai nilai negative.
Sedangkan sesuatu yang baik adalah nilai positif. Hans Jonas, seorang
filsur Jerman-Amerika, mengatakan nilai sebagai the addresse of a yes.
Sesuatu yang ditunjukkan dengan ya. Nilai adalah sesuatu yang kita iya-kan
atau yang kita aminkan. Nilai selalu memiliki konotasi yang positif.

C. Sejarah Antropologi
Seperti halnya sosiologi, antropologi sebagai ilmu yang mengalami
tahapan-tahapan dalam perkembangannya. Koentjaraninggrat menyusun
perkembangan ilmu antropologi agar tidak mengembang dan tidak terlalu
mengada-ada tentang pembahasan-pembahasa lebih lanjut.
1. Fase Pertama (sebelum tahun 1800-an)

Manusia dan kebudayaannya, sebagai bahan kajian antropologi. Sekitar


abad ke 15-16, bangsa-bangsa di Eropa mulai berlomba-lomba untuk
menjelajahi dunia. Mulai dari Afrika, Amerika, Asia, hingga ke Australia.
Dalam penjelajahannya mereka banyak menemukan hal-hal baru mereka
juga banyak menjumpai suku-suku yang asing bagi mereka. Kisah-kisah
pertualangan dan pertemuan mereka kemudian mereka catat dibuku harian
atau jurnal perjalanan. Mereka mencatat sesuatu yang berhubungan
dengan suku-suku asing tersebut. Mulai dari ciri-ciri fisik, kebudayaan,
susunan masyarakat, atau bahasa dari suku tersebut. Bahan-bahan yang

9
berisi tentang deskripsi suku asing tersebut kemudian dikenal dengan
bahan etnografi atau deskripsi tentang bangsa-bangsa.

Bahan etnografi itu menarik perhatian pelajaran-pelajaran di Eropa.


Kemudian, pada permulaan abad ke-19 perhatian bangsa eropa terhadap
bahan-bahan etnografi suku luar eropa dari sudut pandang ilmiah, menjadi
sangat besar. Karena itu timbul usaha-usaha untuk menginstegrasikan
seluruh himpunan bahan etnografi.

2. Fase Kedua (tahun 1800-an)

Pada fase ini, bahan-bahan etnografi tersebut telah disusun menjadi


karangan-karangan berdasarkan cara berpikir evolusi masyarakat pada
masa itu. Masyarakat dan kebudayaaan berevolusi secara perlahan-lahan
dan dalam jangka waktu yang lama. Mereka menganggap bangsa-bangsa
selain eropa sebagai bangsa-bangsa primitif yang tertinggal, dan
menganggap eropa sebagai bangsa yang tinggi kebudayaaannya pada fase
ini, Antropologi bertujuan akademis, mereka mempelajari masyarakat dan
kebudayaan primitif dengan maksud memperoleh permahaman tentang
tingkat-tingkat sejarah penyebaran kebudayaan manusia.

3. Fase Ketiga (awal abad ke-20)

Pada fase ini, negara-negara di eropa berlomba-lomba membangun


koloni di benua lain seperti asia, amerika, Australia dan Afrika. Dalam
rangka membangun koloni-koloni tersebut, muncul berbagai kendala seperti
serangan dari bangsa ini, pemberontak-pemberontakan, cuaca yang kurang
cocok bagi bangsa eropa serta hambatan-hambatan lain, Dalam
mengahadapinya, pemerintahan kolonial negara eropa berusaha mencari-
cari kelemahan suku asli untuk kemudian menaklukanya. Untuk itulah
mereka mulai mempelajari bahan-bahan etnografi tentang suku-suku
bangsa di luar eropa, mempelajari kebudayaan dan kebiasaanya, untuk
kepentingan pemerintah colonial.

4. Fase Keempat (setelah tahun 1930-an)

Pada fase ini, Antropologi berkembang secara pesat, Kebudayaan-


kebudayaan suku bangsa asli yang di jajahi bangsa eropa, mulai hilang
akibat terpengaruh kebudayaan bangsa eropa.

10
Pada masa ini oula terjadi sebuah perang besar eropa, mulai perang
dunia II. Perang ini bambawa banyak perubahan dunia kehidupan menusia
dan mebawa sebagian besar negara-negara di dunia kepada kehaancuran
total.Kehancuranitumenghasilkan kemiskinan,kesenjangan social, dan
kesengsaraan yang tak berunjung.

Namun pada saat itu juga, muncul semangat nasionalisme bangsa-


bangsa yang dijajah eropa untuk keluar dari belenggu penjajahan. Sebagian
dari bangsa-bangsa tersebut berhasil mereka. Namun banyak
permasyarakatannya yang masi memendam-dendam terhadap bangsa
eropa yang telah menjajah mereka selama bertahun-tahun.

Proses-proses perubahan tersebut menyebabkan perhatian ilmu


antropologi tidak lagi ditujukan kepada penduduk pedasaan di luar eropa,
tetapi juga kepada suku bangsa di daerah pendalam eropa seperti suku
bangsa Soami.

D. Antropologi Budaya

Antropolgi budaya menupakan salah satu cabang ilmu-ilmu social, yang


berupaya untuk mencari jawaban atas bebagai pertanyaan yang berkaitan
dengan manusia dalam posisi atau kedudukannya sebagai mahkluk social.
Jawaban yang diberikan tersebut menguraikan seluk beluk realitas fundamental
tentang manusia yang dikonstruksikan sebagai intersubjektivitas atau ketentuan
dunia nyata, yang merupakan dasar kebudayaan manusia.

Antropologi adalah cabang antropologi umum yang berupa mempelajari


kebudayaan pada umumnya dan beragam kebudayaan dari berbagai bangsa di
seluruh dunia. Ilmu ini mengkaji bagaimana manusia mampu berkebudayaan
dan pengembangkan kebudayaanya dari masa ke masa. Fokus yang dipelajari
oleh ilmu ini adalah cara hidup manusia dalam memelihara dan mengubah
lingkungannya. Cara hidup ini diperoleh manusia melalui proses belajar
(sosialiasasi) dan pengambang hidup.

Garis besar pembahasan yang disajikan dalam buku ini dibatasi pada tiga
kajian utama, yang diekplorasikan dalam beberapa bab. Pertama, orientasi
umum tentang antropologi budaya yang tergambar dalam teori-teori yang
terdapat dalam dunia antropologi, baik khas, konsep dasar, metode-metode

11
yang khas, hubunganya dalam ilmu lain, sejarah dan manfaat pengkajian,
maupun berbagai permasalahan yang terkait dengan penerapannya .

Kedua, gejala-gejala elementer atau esensial yang diamati dalam


antropologi budaya, semisal evolusi manusia dan kebudayaannya organisasi
atau kehidupan kolektif dalam struktur masyarakat yang kemudian melahirkan
pranata social, penelitian kepribadian, norma atau hokum, serta adat istiadat
dalam budaya tertentu.

Dimana hal tersebut dikaji dengan tertentu. Di mana hal tersebut dikaji
dengan memanfaatkan pendekatan hokum serta psikologi dalam penelitian
kepribadian manusia. Terakhir, merupakan kajian yang tidak kalah penting
adalah mengenai perubahan kepribadian masyarakat dan budayanya. Karena
pada dasar nya , perubahan kebudayaan atau culture change selalu mendapat
terjadi, meskipun masa perubahan tersebut bisa memakan waktu yang cukup
lama, bahwa bisa ribuan tahun. Sumber penyebab perubahan tersebut berasal
dari dalam masyarakat itu sendiri, bisa pula berasal dari luar masyarakat yang
bersangkutan.

Secara umum, hal yang memengaruhi proses perubahan kebudayaan


tersebut ada empat yaitu discorvery, invention,evolusi, dan difusi. Namun, pada
era teknologi informasi seperti saat ini, telah banyak di temukan perubahan
budaya yang terjadi pada masa yang relative cepat. Hal ini biasanya karena
ditemukan atau di kenalkannya teknologi baru yng semakin canggih yang dapat
memicu proses perubahan kebudayaan.

Pemahaman atas berbagai peristiwa yang terjadi pada masa lampau dan
terus mengalami perubahan tersebut, tentu saja akan memiliki manfaat yang
besar bagi manusia modern yang hidup dijaman ini. Adapun informasi atau
pembahasan yang di sajikan dalam buku ini, pertama-tama dimaksud kan bagi
mahasiswa dalam melengkapi referensi mata kuliah pengantar Antropologi
budaya atau mata kuliah lainnya yang di arahkan untuk menumbuhkan
pemahaman tentang kemanfaatan kajian antropologi terhadap hokum.

Selain itu, buku ini juga sangat bermanfaat bagi mereka yang berminat
dan/atau memiliki keterkaitan dengan bidang studi ini. Misalnya, para petugas
yang berurusan dengan plaksanaan proyek-proyek pembangunan kualitas
kemanusiaan, semisal bimbingan masyarkat (BIMAS) atau keaamanan dan

12
ketertiban masyarakat (KAMTIBNAS), yang notabene memiliki tugas pokok
dalam menjalani kondisi keamanan, ketertiban, dan tegaknya hokum di
masyarakat.

E. Kesimpulan
Dari pembahasan yang telah menulis uraikan dapat ditarik satu
kesimpulah bahwa salah satu masalah penting dalam antropologi olahraga
adalah bersosial dan berinteraksi, pendidikan jasmani dan olahraga sebagai
salah satu sarana pendidikan masyarakat/ Olahragawan/manusia/individu
untuk memberikan suatu pemikiran tentang bagaimana cara hidup dengan
layak dan sehat jasmani dan rohani dalam kehidupan bermasyarakat.
Mengajarkan sosiologi sebaiknya lebih bersifat berinteraksi dengan lingkungan.
Tindakan lebih baik dari kata-kata. Nilai social itu beraneka ragam, termasuk
loyalkitas,kebajikan.
Kehormatan, kebenaran, respek, keramahan, integritas, keadilan,
kooperatif dan mudah berinteraksi dengan masyarakat.
Dalam memahami arti pendidikan jasmani dan, kita harus juga
mempertimbangkan perspektif antropologi Olahraga, Pendidikan, jasmani dan
olahraga (sport) dengan sebagai istilah yang lebih dahulu popular dan lebih
sering digunakan dengan konteks kegiatan sehari-hari. Pemahaman tersebut
akan membantu para guru atau masyarakat dalam memahami peranan dan
fungsi pendidikan jasmani secara lebih konseptual.
Sejak manusia lahir didunia, ia telah berjuang untuk mempertahankan
kehidupan yang wajar, untuk dapat hidup dengan tenaga dan pikirannya. Untuk
itu manusia memperkembangkan kekuatan fisik dan jasmani supaya badan nya
cukup kuat dan tenaganya lebih terlatih, menjadi tangkas untuk melakukan
perjuangan hidupnya. Disamping itu menjadi kebutuhan hidup bagi manusia
dan menjadi sifat manusia untuk mencoba kekuatan dan ketangkisannya
dengan manusia-manusia lain.
Pendidikan jasmani menjadi bagian integral dari system pendidikan
secara keseluruhan. Oleh karena itu, pelaksanaan pendidikan jasmani harus
diarahkan pada pencampaian tujuan pendidikan tersebut. Tujuan pendidikan
jasmani bukan aktifitas jasmani itu sendiri, tetapi untuk mengembangkan
potensi siswa melalui aktifitas jasmani.
Olahraga di pihak lain adalah suatu bentuk bermain dan terorgrisir dan
bersifat kompotetif. Beberapa ahli memandang bahwa olahraga semata-mata

13
suatu bentuk permainan yang terorganisasi, yang menempatkannya lebih dekat
kepada istilah pendidikan jasmani. Akan tetapi,. Pengujian yang lebih cermat
menunjukkan bahwa secara tradisional, olahraga melibatkan aktifitas
kompetetif.
Ketika kita menunjuk pada olahraga sebagai aktifitas kompotitif yang
terorganisir, kita mengartikannya bahwa aktifitas itu sudah disempurnakan dan
diformalkan hingga kadar tertentu, sehingga memiliki beberapa bentuk dan
proses tetap dan terlibat. Peraturan, misalnya, baik tertulis maupun tak tertulis,
digunakan atau di pakai dalam aktivitas tersebut, dan aturan atau prosedur
tersebut tidak dapat diubah selama kegiatan berlanggsung, Kecuali atas
kesepakatan semua pihak yang terlibat.
Diatas semua pengertian itu, olahraga adalah aktivitas kompotitif. Kita
tidak dapat mengartikan olaharaga tanpa memikirkan kompotisi., sehingga
tanpa kompotisi itu, olahraga berubah menjadi semata-mata bemain atau
rekreasi. Tidak pernah hanya semata-mata bermain karena aspek kompotitif
teramat penting dalam hakikatnya.

F. Saran

Tentang antropologi kaitanya dengan olahraga, maka ada beberapa saran


yang dapat di garis bawahi oleh penulis dengan makalah ini adalah:

1. Kami sebagai penyusun makalah ini. Sangat mengharap atas segala


saran-saran dan kritikan bagi para pambaca yang kami hormati guna
untuk menbangun pada masa yang akan datang untuk menjadi yang
lebih baik dalam membenarkan alur-alur yang semestinya kurang
memuaskan bagi tugas yang kami laksanakan.
2. Hubungannya dengan perkembangan antropologi olahraga diharapkan
masyarakat atau anak didik (atlet) dalam mengembangkan hubungan
antara masyarakat olahraga dan masyarakat dilingkungan olahraga
diharapkan dapat mengetahui arti penting berinteraksi antar masyarakat
olahraga dan masyarakat lingkungan.
3. Pendidikan jasmani, olahraga dan sosiologi tidak bisa dipisahkan
karena ketiga nya saling mempengaruhi didalam meningkatkan
dinamika social-budaya masyarakat.

14
4. Pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari system pendidikan
secara keseluruhan. Oleh karena itu, pelaksanaan pendidikan jasmani
harus diarahkan pada pencapaian tujuan pendidikan tersebut. Tujuan
pendidikan jasmani bukan aktifitas jasmani itu sendiri, tetapi untuk
mengembangkan potensi siswa melalui aktifitas jasmani.
5. Didalam memahani pendidikan jasmani, olahraga dan sosiologi
olahraga harus tiap individu mampu menjadi anggota kesatuan social
manusia tanpa kehilangan pribadinya masing-masing. Pada hakikatnya
pendidikan menjadi tanggung jawab bersama, yakni keluarga,
masyarakat, dan sekolah/lembaga pendidikan. Keluarga sebagai
lembaga pertama dan utama pendidikan, masyarakat sebagai tempat
berkembangnya pendidikan, dan sekolah sebagai lembaga formal
dalam pendidikan.

Daftar Pustaka

Bahrum. 2013. ONTOLOGI, EPISTEMOLOGI, DAN AKSIOLOGI. Di akses pada

tanggal 19 Oktober 2020. [Online].

https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=http://journal.uin-
alauddin.ac.id/index.php/sls/article/download/1276/1243%23:~:text%3DDengan
%2520demikian%2520Ontologi%2520adalah%2520ilmu,kajian%2520tentang
%2520nilai%2520ilmu
%2520pengetahuan.&ved=2ahUKEwiHjMOwjsjsAhWkH7cAHZ0ABfQQFjABeg
QICRAF&usg=AOvVaw1wzoyltYi95iOqSpSCmqPR&cshid=1603366751069

Ruswanto, Wawan. _. Ruang Lingkup Kajian Antropologi. Di akses pada tanggal

19 Oktober 2020. [Online]. https://www.google.com/url?


sa=t&source=web&rct=j&url=http://repository.ut.ac.id/4295/1/ISIP4210-
M1.pdf&ved=2ahUKEwi4xPTvksjsAhWbWX0KHXsZDSUQFjAEegQIAhAB&usg
=AOvVaw2OS_2Kf4pEYjseG1t0nE0G

Hidayatullah, Syarif. 2018. Epistimologi dan pengembangan Ilmu Pengetahuan. Di

15
akses pada tanggal 20 Oktober 2020. [Online]. https://www.google.com/url?
sa=t&source=web&rct=j&url=http://journal.uinjkt.ac.id/index.php/ilmu-
ushuluddin/article/download/12781/pdf&ved=2ahUKEwiXhrC1lMjsAhVIWX0KH
VGaAqEQFjAAegQIJRAC&usg=AOvVaw2ar8djug2xEhkD7Z_8wMn5

Kartanegara, Mulyadhi. Menyibak Tirai Kejahilan: Pengantar Epistemologi

Islam, Bandung: Mizan, 2003.

Keraf, A. Sonny dan Dua, Mikhael. Ilmu Pengetahuan: Sebuah Tinjauan Filosofis,

Yogyakarta: Kanisius, 2001.

Bagus, Lorens. Kamus Filsafat, Jakarta: Gramedia, 2002.

Mahmud, Moh. Natsir. Epistemologi dan Studi Islam Kontemporer, Cet.I;

Makassar: 2000.

Salam, Burhanuddin. Logika Material Filsafat Materi, Cet. I; Jakarta:

Rineka Cipta, 2000

Syafii, Inu Kencana. Pengantar Filsafat, Cet. I; Bandung: Refika Aditama, 2004.

Zainuddin, M., Filsafat Ilmu Perspektif Pemikiran Islam, Jakarta: Lintas

Pustaka, 2006.

16
17

Anda mungkin juga menyukai