Anda di halaman 1dari 12

JPSD Vol. 3 No.

2, September 2017
ISSN 2540-9093

PROFIL KEMAMPUAN PENALARAN MAHASISWA PGSD


UNIPA SURABAYA DALAM PEMECAHAN
MASALAH MATEMATIKA SEKOLAH
Via Yustitia
via.yustitia@unipasby.ac.id
PGSD, FKIP, Universitas PGRI Adi Buana Surabaya

Abstrak. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kemampuan penalaran mahasiswa PGSD
Universitas PGRI Adi Buana Surabaya dalam memecahkan masalah matematika sekolah. Jenis
penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Subjek yang digunakan adalah tiga orang mahasiswa
yang diambil dari 38 mahasiswa, yaitu masing-masing satu mahasiswa berkemampuan matematika
rendah, sedang, dan tinggi. Teknik pengumpulan data menggunakan tes tertulis dan wawancara.
Analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan tahapan reduksi data, penyajian data, dan
penarikan simpulan. Hasil penelitian ini adalah (1) subjek berkemampuan tinggi mencapai enam
indikator kemampuan penalaran, yaitu menyajikan pernyataan matematika secara lisan dan
tertulis, mengajukan dugaan, melakukan manipulasi matematika, memberikan alasan terhadap
kebenaran solusi, memeriksa kesahihan argument, dan menarik kesimpulan atau melakukan
generalisasi. (2) subjek berkemampuan sedang mencapai empat indikator kemampuan penalaran,
yaitu menyajikan pernyaatan matematika secara lisan dan tertulis, mengajukan dugaan, melakukan
manipulasi matematika, dan memberikan alasan terhadap kebenaran solusi. (3) subjek
berkemampuan rendah dalam menyelesaikan masalah matematika sekolah belum mencapai
indikator kemampuan penalaran.

Kata kunci: Kemampuan Penalaran, Matematika Sekolah, Pemecahan Masalah

Abstract. This study aims to describe the ability of PGSD students of PGRI University Adi Buana
Surabaya in solving school math problems. The type of this research is qualitative research. The
subjects used were three students drawn from 38 students, each of which was a student with low,
medium, and high math skills. Technical data using written data and. Data analysis in this
research is done with data of reduction, presentation data, and conclusion drawing. The results of
this study were (1) high-ability subjects. (2) capable subjects are facing four indicators of criminal
ability, namely presenting the oral and written mathematical perimadis, making suppositions,
performing mathematical manipulations, and giving reasons for solutions. (3) low-ability subjects
in solving school math problems have not yet reached the reasoning ability indicator.

Keywords: Ability of Reasoning, School Mathematics, Problem Solving

117
A. Pendahuluan

Matematika merupakan salah pendapat Shadiq (2009) yang


satu disiplin ilmu yang dapat menyatakan bahwa materi matematika
mengembangkan cara berpikir dan penalaran matematika merupakan
(Hudojo). Oleh karena itu, matematika dua hal yang tidak dapat dipisahkan,
diperlukan baik dalam kehidupan yaitu materi matematika dipahami
sehari-hari maupun dalam menghadapi melalui penalaran dan penalaran dilatih
kemajuan IPTEK sehingga perlu melalui belajar materi matematika. Jika
dibekalkan kepada siswa di setiap kemampuan penalaran tidak
jenjang pendidikan. dikembangkan, matematika hanya akan
Tujuan pembelajaran matematika dianggap materi yang mempunyai
adalah penerapan matematika dan serangkaian prosedur dan meniru
keterampilan matematika, salah contoh-contoh tanpa mengetahui
satunya kemampuan penalaran maknanya.
(Soedjadi, 2000). Brodie (2010) Kita dapat meningkatkan
menyatakan bahwa penalaran adalah kemampuan berpikir dengan cara
keterampilan dasar matematika dan memahami proses-proses yang
diperlukan untuk memahami konsep- melibatkan kegiatan berpikir (Usmaedi,
konsep matematika, untuk 2017). Salah satu kegiatan berpikir
menggunakan ide-ide dan prosedur yang dapat melatih kemampuan
matematika yang fleksibel, dan untuk penalaran adalah kegiatan memecahkan
merekonstruksi pemahaman. Melalui masalah matematika. Hal tersebut
penalaran, siswa dapat mengajukan sejalan dengan pendapat Gagne dalam
dugaan, menyusun bukti, dan (Anni dan Rifa’i, 2009) bahwa
melakukan manipulasi terhadap pemecahan masalah merupakan tipe
masalah matematika sehingga dapat belajar paling tinggi yang dapat
menarik kesimpulan dengan tepat. membantu dan mengembangkan
Matematika dan penalaran keterampilan intelektual tingkat tinggi,
merupakan dua hal yang saling yakni penalaran matematis. Freitas
berkaitan. Hal ini sejalan dengan (2008) menyatakan bahwa pemecahan
JPSD Vol. 3 No. 2, September 2017 Via Yustitia
ISSN 2540-9093
118
masalah matematika tidak semata-mata sifat dari gejala matematis untuk
bertujuan untuk mencari sebuah membuat generalisasi (Wardhani dalam
jawaban yang benar, tetapi Nita Putri Utami, 2014).
menghubungkan antara apa yang Kurikulum Pendidikan tinggi
mereka pelajari, kemampuan yang menjelaskan bahwa mahasiswa
mereka miliki, dengan bagaimana diharapkan tidak hanya dapat
pengetahuan tersebut akan penerapan konsep saja, tetapi lebih
dimanfaatkan sesuai dengan situasi. kepada bagaimana konsep itu dapat
Polya (1973) memberikan empat diterapkan dalam berbagai macam
fase pemecahan masalah, yaitu: (1) situasi serta kemampuan mahasiswa
understanding the problem (memahami dalam bernalar dan berargumentasi
masalah); (2) devising a plan tentang bagaimana soal itu dapat
(membuat rencana penyelesaian); (3) diselesaikan. Oleh karena itu, untuk
carrying out the plan (melaksanakan menindaklanjuti tujuan yang
rencana penyelesaian) dan (4) looking diharapkan, Universitas PGRI Adi
back (menafsirkan kembali hasilnya). Buana Surabaya sebagai lembaga
Indikator-indikator penalaran yang pencetak tenaga kependidikan,
harus dicapai siswa untuk memecahkan khususnya program studi PGSD
masalah matematika, yaitu (1) diharapkan mampu berperan serta
kemampuan menyajikan pernyataan mendukung harapan tersebut, dengan
matematika secara lisan, tertulis, cara menyiapkan mahasiswa sebagai
gambar dan diagram; (2) kemampuan calon guru SD yang memiliki
mengajukan dugaan; (3) kemampuan kemampuan penalaran dalam
melakukan manipulasi matematika; (4) pemecahan masalah matematika
kemampuan menyusun bukti, sekolah.
memberikan alasan/bukti terhadap Berdasarkan uraian di atas,
kebenaran solusi; (5) kemamapuan peneliti beranggapan perlu dilakukan
menarik kesimpulan dari pernyataan; suatu penelitian untuk mengidentifikasi
(6) memeriksa kesahihan suatu profil penalaran mahasiswa PGSD
argumen; (7) menemukan pola atau

JPSD Vol. 3 No. 2, September 2017 Via Yustitia


ISSN 2540-9093
119
dalam menyelesaikan masalah matematika sekolah.
B. Metode Penelitian

Jenis penelitian ini adalah kemampuan awal rendah. Teknik


penelitian kualitatif. Fenomenanya pengumpulan data menggunakan tes
berupa profil kemampuan penalaran tertulis dan wawancara. Instrumen
mahasiswa PGSD Universitas PGRI penelitian terdiri atas instrumen utama,
Adi Buana Surabaya dalam yaitu peneliti sendiri dan instrumen
menyelesaikan masalah Matematika pendukung, yaitu pedoman wawancara
sekolah. Penelitian ini dilaksanakan di dan tes tertulis yang berisi masalah
Program Studi PGSD UNIPA Surabaya matematika sekolah.
Tahun Akademik 2016/2017. Jenis data yang digunakan dalam
Pemilihan subjek penelitian dilakukan penelitian ini adalah data kualitatif
berdasarkan hasil UAS mata kuliah berupa data tentang kemampuan
Konsep Matematika Lanjut. Teknik penalaran siswa yang mengacu pada
yang digunakan adalah purposive enam indikator kemampuan penalaran
sampling. Subjek penelitian ini adalah dalam memecahkan masalah
3 mahasiswa yang diambil dari 38 berdasarkan langkah Polya. Berikut
mahasiswa 2016 A, yaitu 1 siswa indikator kemampuan penalaran
kategori kemampuan awal tinggi, 1 mahasiswa dalam memecahkan
siswa kategori kemampuan awal masalah matematika sekolah.
sedang, dan 1 siswa kategori
Tabel 1. Indikator Kemampuan Penalaran dalam Pemecahan Masalah
No Tahap Pemecahan Masalah Indikator Kemampuan Penalaran
1. Memahami masalah. menyajikan pernyataan matematika
secara lisan dan tertulis.

2. Merencanakan pemecahan mengajukan dugaan


masalah.

3. Melaksanakan rencana a. melakukan manipulasi


pemecahan masalah matematika;
b. memberikan alasan terhadap
kebenaran solusi.
JPSD Vol. 3 No. 2, September 2017 Via Yustitia
ISSN 2540-9093
120
4. Melihat kembali a. memeriksa kesahihan suatu
argument;
b. menarik kesimpulan atau
membuat generalisasi.
Peneliti melakukan uji soal kemudian divalidasi dengan
instrumen untuk mengetahui tingkat menggunakan triangulasi metode dan
kemampuan penalaran subjek dalam dianalisis dengan melakukan reduksi
memecahkan masalah matematika data, penyajian data, serta verifikasi
sekolah dan dilanjutkan dengan data.
wawancara. Data yang diperoleh

C. Hasil Penelitian dan Pembahasan

Berdasarkan dari nilai tes UTS Adi Buana Surabaya, maka diperoleh
mata kuliah Konsep Matematika subjek dalam penelitian sebagai
Lanjut.dan pertimbangan dosen di berikut:
kelas 2016 A PGSD Universitas PGRI
Tabel 2. Daftar Subjek Penelitian
No. Nama Kelompok Kode Subjek
1. Wiwin Nur Handayani Tinggi S1
2. Ratih Puspita Sedang S2
3. Hersukma Indri Indana Rendah S3
Zulfa
Pada penelitian ini digunakan Surabaya). Setiap subjek mengerjakan
instrumen tes kemampuan berpikir tes kemampuan penalaran yang diberi
kritis dan pedoman wawancara. symbol KP1. Untuk menguji
Sebelumnya tes telah divalidasi kredibilitas data setiap subjek dalam
terlebih dahulu oleh teman sejawat pemecahan masalah KP1, peneliti
peneliti, yaitu Susi Hermin melakukan triangulasi waktu, yaitu
Rusminati, S.Pd., M.Pd. (dosen memberikan soal setara KP1 yang
PGSD Universitas PGRI Adi Buana diberi simbol KP2 pada setiap subjek
Surabaya) dan Imas Srinana Wardani, di waktu yang berbeda. Hasil
S.Pd., M.Pd. (dosen PGSD triangulasi menunjukkan terdapat
Universitas PGRI Adi Buana konsistensi jawaban setiap subjek

JPSD Vol. 3 No. 2, September 2017 Via Yustitia


ISSN 2540-9093
121
dalam menyelesaikan KP1 dan KP2 Dalam hal ini peneliti menggunakan
sehingga data setiap subjek dalam data setiap subjek dalam memecahkan
memecahkan KP1 dan KP2 dikatakan KP1. Berikut soal KP1 yang digunakan
kredibel. Data kemampuan penalaran dalam penelitian ini dapat dilihat pada
setiap subjek dapat menggunakan data tabel 3 berikut:
dalam memecahkan KP1 atau KP2.
Tabel 3. Soal Kemampuan Penalaran
No. Soal
1. Jika 2 kambing Pak Danis membutuhkan 5 kg pakan rumput, maka
berapa kg pakan rumput yang harus disiapkan untuk 10 kambing
tambahan yang baru ia beli?
2. Sebuah foto berukuran 2 x 3 memiliki harga Rp 2.000,00. Jika ingin
memperbesar foto tersebut, konsumen dikenakan biaya Rp 2.000,00
untuk setiap kelipatan ukuran 2 x 3. Berapakah biaya yang harus
dikeluarkan untuk memperbesar foto ukuran 3 x 4? Jelaskan.
3. Sebuah persegi panjang dan jajargenjang memiliki alas yang sama.
Jajar genjang dua kali lebih tinggi daripada persegi panjang. Jika
Anda mengetahui luas persegi panjang, apakah Anda dapat
mengetahui luas jajar genjang? Berapa perbandingan luas jajar
genjang dan persegi panjang tersebut? Jelaskan!

1. Kemampuan Penalaran melalui sketsa gambar. Berdasarkan


Mahasiswa Kelompok Tinggi hasil wawancara dengan S1 mampu
Pada tahap memahami masalah, menjelaskan secara lisan arti dari
S1 mengumpulkan fakta tertulis pada simbol matematika yang digunakan
soal dengan cara menyebutkan hal-hal dengan benar. S1 harus dua kali
yang diketahui dan ditanyakan. S1 membaca soal untuk bisa memahami
dapat memahami masalah pada soal soal dengan baik sehingga melajutkan
dengan baik. S1 menuliskan dengan perencanaan penyelesaian masalah.
benar apa yang diketahui dan ditanya Pada tahap merencanakan
pada soal. Pada soal nomor 1, S1 penyelesaian masalah, S1 dapat cepat
menerjemahkan permasalahan mengambil sebuah keputusan tentang
matematika sekolah dengan simbol strategi yang akan digunakan untuk
matematika. Pada soal nomor 2 S1 menyelesaikan masalah tersebut. S1
mengomunikasikan permasalahan menjelaskan secara jelas hubungan
JPSD Vol. 3 No. 2, September 2017 Via Yustitia
ISSN 2540-9093
122
dari masalah yang diberikan. Soal melakukan perhitungan dengan benar.
nomor 1 akan diselesaikan S1 sudah mampu melakukan
menggunakan konsep perbandingan manipulasi matematika sesuai dengan
senilai dan soal nomor 2 rencana. S1 sudah mampu memberikan
menggunakan konsep perbandingan alasan terhadap kebenaran solusi.
dan geometri. Berdasarkan hasil Pada tahap melihat kembali, S1
wawancara peneliti dengan S1 mampu menuliskan kesimpulan dari
menunjukkan S1 merencanakan penyelesaian masalah tersebut dengan
penyelesaiannya denga satu strategi, tepat. S1 mengecek kembali
serta mampu menjelaskan secara lisan penyelesaian yang diperoleh
strategi yang akan digunakan. S1 sebelumnya dan mengaitkan dengan
mampu menjelaskan dengan baik konteks masalah yang diberikan pada
alasan penggunaan konsep soal. S1 memberikan keyakinan atas
perbandingan senilai untuk jawaban yang diperoleh dengan
menyelesaikan soal nomor 1. Semakin membaca kembali apa yang
banyak jumlah kambing semakin ditanyakan.
banyak pula makanan yang harus Mahasiswa berkemampuan tinggi
disediakan. S1 juga mampu mampu menyelesaikkan masalah
menjelaskan dengan baik alasan matematika sekolah dengan
penggunaan konsep perbandingan dan menggunakan kemampuan
geometri untuk menyelesaikan soal penalarannya dengan baik. Dari awal
nomor 2. Konsep perbandingan tahap memahami masalah sampai
digunakan untuk membandingkan luas dengan melihat kembali atau membuat
dua bangun datar yang diminta pada sebuah kesimpulan. Hal ini sejalan
soal dan konsep geometri (luas bangun dengan pendapat Lithner (2008),
datar) digunakan untuk menyelesaikan penalaran adalah pemikiran yang
permasalahan perhitungan pada soal. diadopsi untuk menghasilkan
Pada tahap pelaksanaan rencana, pernyataan dan mencapai kesimpulan
S1 menyelesaikan masalah soal sesuai pada pemecahan masalah yang tidak
rencana sebelumnya sehingga

JPSD Vol. 3 No. 2, September 2017 Via Yustitia


ISSN 2540-9093
123
selalu didasarkan pada logika formal nomor 1 akan diselesaikan
sehingga tidak terbatas pada bukti. menggunakan konsep perbandingan
2. Kemampuan Penalaran senilai dan soal nomor 2
Mahasiswa Kelompok Sedang menggunakan konsep perbandingan
Pada tahap memahami masalah, dan geometri. Berdasarkan hasil
S2 mampu memahami masalah, hal ini wawancara peneliti dengan S1
dapat dilihat dari hasil tes. S2 sudah menunjukkan S1 merencanakan
menuliskan apa yang diketahui dan penyelesaiannya denga satu strategi,
ditanyakan pada soal. S2 serta mampu menjelaskan secara lisan
menerjemahkan permasalahan strategi yang akan digunakan. S1
matematika sekolah dengan bahasanya mampu menjelaskan dengan baik
sendiri. Pada soal nomor 2 S1 alasan penggunaan konsep
mengomunikasikan permasalahan perbandingan senilai untuk
dengan bahasanya sendiri dan menyelesaikan soal nomor 1. Semakin
dilengkapi dengan gambar. banyak jumlah kambing semakin
Berdasarkan hasil wawancara dengan banyak pula makanan yang harus
S2 mampu menjelaskan permasalahan disediakan. S1 juga mampu
dalam soal secara lisan. S2 harus menjelaskan dengan baik alasan
membaca soal berulang-ulang untuk penggunaan konsep perbandingan dan
bisa memahami soal dengan baik. geometri untuk menyelesaikan soal
Membutuhkan waktu berpikir lebih nomor 2. Konsep perbandingan
untuk dapat merencanakan digunakan untuk membandingkan luas
penyelesaian masalah. dua bangun datar yang diminta pada
Pada tahap merencanakan soal dan konsep geometri (luas bangun
penyelesaian masalah, S2 kurang cepat datar) digunakan untuk menyelesaikan
dalam mengambil sebuah keputusan permasalahan perhitungan pada soal.
tentang strategi yang akan digunakan S2 sudah mampu mengajukan dugaan
untuk menyelesaikan masalah. S1 terkait masalah pada soal.
menjelaskan secara jelas hubungan Pada tahap pelaksanaan rencana,
dari masalah yang diberikan. Soal S1 menyelesaikan masalah soal sesuai

JPSD Vol. 3 No. 2, September 2017 Via Yustitia


ISSN 2540-9093
124
rencana sebelumnya sehingga mensahihkan simpulan yang logis,
melakukan perhitungan dengan benar. serta membuktikan kebenaran
S1 sudah mampu melakukan pernyataan dengan tegas (English,
manipulasi matematika sesuai dengan 2010).
rencana. S1 sudah mampu memberikan 3. Kemampuan Penalaran
alasan terhadap kebenaran solusi. Hal Mahasiswa Kelompok Rendah
ini sejalan dengan hasil penelitian Pada tahap memahami masalah,
Mahendra (2015), siswa dengan S3 belum dapat menyajikan pernyataan
kategori kemampuan awal sedang matematika secara tertulis. Pada soal
memiliki kecenderungan nomor 1, S3 menuliskan kembali
menggunakan unsur-unsur penalaran kalimat pada soal, namun tidak
induktif dan deduktif dengan cukup menuliskan apa yang ditanyakan. Pada
baik. soal nomor 2, S3 tidak menuliskan apa
Pada tahap melihat kembali, S1 yang diketahui dan ditanyakan pada
belum mampu menuliskan kesimpulan soal. Berdasarkan hasil wawancara, S3
dari penyelesaian masalah tersebut kesulitan dalam memahami soal
dengan tepat. S1 tidak mengecek dengan baik. Sudah membaca
kembali penyelesaian yang diperoleh berulang-ulang soal tersebut namun ia
sebelumnya dan mengaitkan dengan tidak dapat memahami permasalahan
konteks masalah yang diberikan pada pada soal. Hasil wawancara
soal. S1 tidak memberikan keyakinan menunjukkan bahwa S3 tidak mampu
atas jawaban yang diperoleh dengan menjelaskan secara lisan apa yang
membaca kembali apa yang diketahui, ia tidak memahami apa
ditanyakan. Penalaran matematika yang ditanyakan pada soal sehingga ia
tidak hanya kemampuan berhitung dan tidak mampu membuat strategi untuk
analisis, melainkan juga mencakup menyelesaikan masalah tersebut.
beberapa proses, antara lain: Berdasarkan hasil penelitian
mengumpulkan bukti, menganalisis diperoleh bahwa subjek
data, membuat dugaan, membangun berkemampuan rendah belum
argumen, menarik simpulan, mencapai satu pun indikator

JPSD Vol. 3 No. 2, September 2017 Via Yustitia


ISSN 2540-9093
125
kemampuan penalaran. Mahasiswa dimiliki mahasiwa sebelumnya belum
sudah memahami konsep dasar mampu dikoneksikan untuk
matematika yang sudah dibahas pada mengembangkan pengetahuan
mata kuliah Konsep Matematika selanjutnya. Menurut Adegoke (2013),
Dasar, namun mahasiswa belum dosen matematika perlu melakukan
mampu menghubungkan materi yang program khusus untuk membantu siswa
dipelajari untuk menyelesaikan mengembangkan dan meningkatkan
matematika sekolah. Hal ini sejalan kemampuan penalaran matematis
dengan hasil penelitian Hapsari mereka dan pada akhirnya
(2016), kemampuan pemecahan meningkatkan pencapaian mereka
masalah bagi mahasiswa dengan dalam matematika. Menurut Voss et al.
penalaran rendah tidak dapat (Lak Cho et, al., 2002), problem solver
menentukan syarat cukup dan syarat membutuhkan argumentasi logis untuk
perlu dalam memahami masalah dan mengembangkan dan menentukan
tidak dapat menyelesaikan masalah suatu solusi terpilih, menghasilkan
dengan langkah yang benar. solusi yang reasonable, serta untuk
Menurut Sanapiah (2014), mendukung solusi dengan data dan
kemampuan penalaran yang sudah fakta.

D. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan empat indikator kemampuan penalaran,


pembahasan dapat disimpulkan profil yaitu menyajikan pernyaatan
kemampuan penalaran mahasiswa matematika secara lisan dan tertulis,
PGSD Universitas pgri Adi Buana mengajukan dugaan, melakukan
Surabaya dalam memecahkan masalah manipulasi matematika, dan
matematika sekolah sebagai berikut: memberikan alasan terhadap kebenaran
(1) subjek berkemampuan rendah solusi. (3) subjek berkemampuan tinggi
belum mencapai satupun indikator mencapai enam indikator kemampuan
kemampuan penalaran. (2) subjek penalaran, yaitu menyajikan pernyataan
berkemampuan sedang mencapai matematika secara lisan dan tertulis,
JPSD Vol. 3 No. 2, September 2017 Via Yustitia
ISSN 2540-9093
126
mengajukan dugaan, melakukan soal penalaran sehingga mahasiswa
manipulasi matematika, memberikan terbiasa memecahkan masalah
alasan terhadap kebenaran solusi, matematika sekolah. Dosen juga harus
memeriksa kesahihan argumen, dan memperhatikan perbedaan kemampuan
menarik kesimpulan atau melakukan mahasiswa. Perlu diadakan penelitian
generalisasi. selanjutnya terkait faktor-faktor yang
Hendaknya dosen memilih model menyebabkan kesulitan mahasiswa
pembelajaran yang tepat untuk berkemampuan rendah untuk
meningkatkan kemampuan penalaran menyelesaikan masalah matematika
mahasiswa. Dosen juga harus sekolah.
membiasakan memberikan latihan soal-

Daftar Pustaka

Adegoke, B.A. 2013. Modelling Dimension of Problem Solving.


the Relationship between International Electronic Journal
Mathematical Reasoning of Mathematics Education, 3 (2),
Ability and Mathematics 79-95.
Attainment. Journal of Hapsari, J. 2016. Analisis Kemampuan
Education and Practice, 3 Penalaran Matematika
(17), 54-61. Berdasarkan Langkah-Langkah
Anni, T.C., dan Rifa’i, A. 2009. Polya untuk Memecahkan
Psikologi Pendidikan. Masalah Materi Bangun Datar
Semarang: UNNES Press. pada Mahasiswa PGSD
Brodie, K. 2010. Teaching Universitas Slamet Riyadi.
mathematical reasoning in Jurnal Eks, 11 (1), 1-8.
secondary school Hudojo, H. 2003. Pengembangan
classrooms. New York: Kurikulum dan Pembelajaran
Springer Publisher. Matematika. Malang: Universitas
English, L. D. 2004. Negeri Malang.
Mathematical and Lithner, J. 2008. A Research
analogical reasoning of Framework for Creative and
young learners. London: Imitative Reasoning. Education
Lawrence Erlbaum Study Mathematic, 6 (67), 255-
Associates Publishers. 276.
Freitas, D.E. 2008. Critical Lak Cho, K., & Jonassen, D. H. (2002).
Mathematics Education: The Effects of Argumentation
Recognizing the Ethical Schaffolds on Argumentation and
JPSD Vol. 3 No. 2, September 2017 Via Yustitia
ISSN 2540-9093
127
Problem Solving. ETR&D, Sanapiah. 2014. Analisis Penalaran
50(3), 5-22. Mahasiswa Calon Guru dalam
Mahendra, R., Murtafiah, W., & Pemecahan Masalah Matematika
Adamura, F. 2013. Profil Sekolah. Jurnal Kependidikan,
Penalaran Siswa Kelas X 13 (4), 421-426.
SMA dalam Menyelesaikan Shadiq, F. 2009. Kemahiran
Masalah Persamaan Matematika. Yogyakarta:
Kuadrat Ditinjau dari Depdiknas.
Kemampuan Awal Siswa. Soedjadi, R. 2000. Kiat Pendidikan
Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika di Indonesia.
Matematika, 4 (1), 1-9. Jakarta: Direktorat Pendidikan
Nur, S.A. & Rahman, A. 2013. Tinggi, Departemen Pendidikan
Pemecahan Masalah Nasional.
Matematika sebagai Sarana Usmaedi. 2017. Menggagas
Mengembangkan Penalaran Pembelajaran HOTS pada Anak
Formal Siswa Sekolah Usia Sekolah Dasar. JPSD, 3 (1),
Menengah Pertama. Jurnal 82-95.
Sainsmat, 2 (1), 84-92.

JPSD Vol. 3 No. 2, September 2017 Via Yustitia


ISSN 2540-9093
128

Anda mungkin juga menyukai