Anda di halaman 1dari 10

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................... i

DAFTAR ISI..................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN................................................................................................. 1

A. Latar Belakang.................................................................................................. 1
B. Tujuan............................................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN .................................................................................................. 2

A.Konsep Medis..................................................................................................... 2

B. Asuhan Keperawatan.......................................................................................... 3

BAB III PENUTUP........................................................................................................... 11

A. Kesimpulan....................................................................................................... 11
B. Saran................................................................................................................. 11

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................ 12

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Cedera kepala merupakan salah satu penyebab kematian dan kecatatan utama pada
kelompok produktif dan sebagian besar terjadi akibat kecelakaan lalu lintas.
Diperkirakan 100.000 orang meninggal setiap tahunnya dan lebih dari 700.000
mengalami cedera cukup berat yang memerlukan perawatn di rumah sakit, dua pertiga
berusia di bawah 30 tahun dengan jumlah laki-laki lebih banyak dibandingkan jumlah
wanita, lebih dari setengah pasien cedera kepala mempunyai signifikasi terhadap cedera
bagian tubuh lainnya.
 Menurut penelitian nasional Amerika, di bagian kegawatdaruratan menunjukkan
bahwa penyebab primer cedera kepala karena trauma pada anak-anak adalah karena
jatuh, dan penyebab sekunder adalah terbentur oleh benda keras.Penyebab cedera kepala
pada remaja dan dewasa muda adalah kecelakaan kendaraan bermotor dan terbentur,
selain karena kekerasan. Insidensi cedera kepala karena trauma kemudian menurun pada
usia dewasa; kecelakaan kendaraan bermotor dan kekerasan yang sebelumnya
merupakan etiologi cedera utama, digantikan oleh jatuh pada usia >45 tahun.

B. Tujuan
Agar mahasiswa dapat mengetahui bagaimana cara penanganan cidera kepala dalam
keperawatan kritis
BAB II
PEMBAHASAN

A. KONSEP MEDIS
1. PENGERTIAN
Cedera kepala merupakan salah satu penyebab kematian dan kecacatan utama pada
kelompok usia produktif dan sebagian besar terjadi akibat kecelakaan lalu lintas (Mansjoer,
2007: 3).
Trauma kepala adalah suatu trauma yang mengenai daerah kulit kepala, tulang
tengkorak atau otak yang terjadi akibat injury baik secara langsung maupun tidak langsung
pada kepala. (Suriadi & Rita Yuliani, 2001)
Menurut Brain Injury Assosiation of America, cedera kepala adalah suatu kerusakan
pada kepala, bukan bersifat kongenital ataupun degeneratif, tetapi disebabkan oleh
serangan/benturan fisik dari luar, yang dapat mengurangi atau mengubah kesadaran yang
mana menimbulkan kerusakan kemampuan kognitif dan fungsi fisik.
2. ETIOLOGI
a.       Kecelakaan, jatuh, kecelakaan kendaraan bermotor atau sepeda, dan mobil.
b.      Kecelakaan pada saat olah raga, anak dengan ketergantungan.
c.       Cedera akibat kekerasan.
3. PATOFISIOLOGI
Otak di lindungi dari cedera oleh rambut, kulit, dan tulang yang membungkusnya.
Tanpa perlindungan ini, otak yang lembut (yang membuat kita seperti adanya) akan mudah
sekali terkena cedera dan mengalami kerusakan. Cedera memegang peranan yang sangat
besar dalam menentukan berat ringannya konsekuensi patofisiologis dari suatu trauma
kepala.. Lesi pada kepala dapat terjadi pada jaringan luar dan dalam rongga kepala. Lesi
jaringan luar terjadi pada kulit kepala dan lesi bagian dalam terjadi pada tengkorak,
pembuluh darah tengkorak maupun otak itu sendiri.
Terjadinya benturan pada kepala dapat terjadi pada 3 jenis keadaan, yaitu :
a. Kepala diam dibentur oleh benda yang bergerak,
b. Kepala yang bergerak membentur benda yang diam dan,
c. Kepala yang tidak dapat bergerak karena bersandar pada benda yang lain dibentur oleh
benda yang bergerak (kepala tergencet).
Terjadinya lesi pada jaringan otak dan selaput otak pada cedera kepala diterangkan
oleh beberapa hipotesis yaitu getaran otak, deformasi tengkorak, pergeseran otak dan rotasi
otak.
Dalam mekanisme cedera kepala dapat terjadi peristiwa contre coup dan coup.
Contre coup dan coup pada cedera kepala dapat terjadi kapan saja pada orang-orang yang
mengalami percepatan pergerakan kepala. Cedera kepala pada coup disebabkan hantaman
pada otak bagian dalam pada sisi yang terkena sedangkan contre coup terjadi pada sisi yang
berlawanan dengan daerah benturan. Kejadian coup dan contre coup dapat terjadi pada
keadaan.;Keadaan ini terjadi ketika pengereman mendadak pada mobil/motor. Otak pertama
kali akan menghantam bagian depan dari tulang kepala meskipun kepala pada awalnya
bergerak ke belakang. Sehingga trauma terjadi pada otak bagian depan.Karena pergerakan ke
belakang yang cepat dari kepala, sehingga pergerakan otak terlambat dari tulang tengkorak,
dan bagian depan otak menabrak tulang tengkorak bagian depan. Pada keadaan ini, terdapat
daerah yang secara mendadak terjadi penurunan tekanan sehingga membuat ruang antara otak
dan tulang tengkorak bagian belakang dan terbentuk gelembung udara. Pada saat otak
bergerak ke belakang maka ruangan yang tadinya bertekanan rendah menjadi tekanan tinggi
dan menekan gelembung udara tersebut. Terbentuknya dan kolapsnya gelembung yang
mendadak sangat berbahaya bagi pembuluh darah otak karena terjadi penekanan, sehingga
daerah yang memperoleh suplai darah dari pembuluh tersebut dapat terjadi kematian sel-sel
otak. Begitu juga bila terjadi pergerakan kepala ke depan.
4. Farmakologi
Penderita trauma saraf spinal akut yang diterapi dengan metilprednisolon (bolus 30 mg/kg
berat badan dilanjutkan dengan infus 5,4 mg/kg berat badan per jam selama 23 jam), akan
menunjukkan perbaikan keadaan neurologis bila preparat itu diberikan dalam waktu paling
lama 8 jam setelah kejadian (golden hour). Pemberian nalokson (bolus 5,4 mg/kg berat badan
dilanjutkan dengan 4,0 mg/kg berat badan per jam selama 23 jam) tidak memberikan
perbaikan keadaan neurologis pada penderita trauma saraf spinal akut.

B. ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
Umum
a. Airway  
1) Pertahankan kepatenan jalan nafas
2) Atur posisi : posisi kepala flat dan tidak miring ke satu sisi untuk
mencegah penekanan/bendungan pada vena jugularis
3) Cek adanya pengeluaran cairan dari hidung, telinga atau mulut 
b. Breathing  
1) Kaji pola nafas, frekuensi, irama nafas, kedalaman
2) Monitoring ventilasi : pemeriksaan analisa gas darah, saturasi oksigen 
c. Circulation  
1) Kaji keadaan perfusi jaringan perifes (akral, nadi capillary rafill, sianosis pada
kuku, bibir)
2) Monitor tingkat kesadaran, GCS, periksa pupil, ukuran, reflek terhadap cahaya
3) Monitoring tanda – tanda vital
4) Pemberian cairan dan elektrolit
5) Monitoring intake dan output

Khusus
a. Konservatif    :    Dengan pemberian manitol/gliserin, furosemid, pemberian steroid
b. Operatif    :    Tindakan kraniotomi, pemasangan drain, shuting prosedur
c. Monitoring tekanan intrakranial    :    yang ditandai dengan sakit kepala hebat, muntah
proyektil dan papil edema
d. Pemberian diet/nutrisi
e. Rehabilitasi, fisioterapi
Prioritas Keperawatan
a. Memaksimalkan perfusi/fungsi serebral
b. Mencegah/meminimalkan komplikasi
c. Mengoptimalkan fungsi otak/mengembalikan pada keadaan sebelum trauma
d. Meningkatkan koping individu dan keluarga
e. Memberikan informasi
Kebutuhan sehari-hari :
a. Aktivitas/Istirahat
Gejala : Merasa lemah, lelah, kaku, hilang keseimbangan.
Tanda : Perubahan kesadaran, letargi, hemiparese, quadreplegia, ataksia cara berjalan tak
tegap, masalah dalam keseimbangan, cedera (tauma) ortopedi, kehilangan tonus otot,
otot spastic
b. Sirkulasi
Gejala : Perubahan tekanan darah atau normal (hipertensi), perubahan frekuensi jantung
(bradikardi, takikardi yang diselingi dengan bradikardi, disritmia
c. Integritas Ego
Gejala : Perubahan tingkah laku atau kepribadian (tenang atau dramatis)
Tanda : Cemas, mudah tersinggung, delirium, agitasi, bingung, depresi dan inpulsif
d. Eliminasi
Gejala : Inkontinensia kandung kemih/usus atau mengalami gangguan fungsi
e. Makanan/Cairan
Gejala : Mual, muntah, dan mengalami perubahan selera
Tanda : Muntah (mungkin proyektil), gangguan menelan (batuk, air liur keluar, disfagia)
f. Neurosensori
Gejala : Kehilangan kesadaran sementara, amnesia seputar kejadian. Vertigo, sinkope,
tinitus, kehilangan pendengaran, tingling, baal pada ekstermitas. Perubahan dalam
penglihatan, seperti ketajamannya, diplopia, kehilangan sebagian lapang pandang,
fotofobia.
g. Gangguan pengecapan dan juga penciuman.
Tanda : Perubahan kesadaran bisa sampai koma, perubahan status mental (orientasi,
kewaspadaan, perhatian, konsentrasi, pemecahan masalah, pengaruh emosi/tingkah laku
dan memori).
Perubahan pupil (respon terhadap cahaya, simetri), deviasi pada mata, ketidakmampuan
mengikuti.
Kehilangan pengindraan, spt: pengecapan, penciuman dan pendengaran.
Wajah tidak simetris, genggaman lemah, tidak seimbang, reflek tendon dalam tidak ada
atau lemah, apraksia, hemiparese, quadreplegia, postur (dekortikasi, deserebrasi),
kejang. Sangat sensitive terhadap sentuhan dan gerakan, kehilangan sensasi sebagian
tubuh, kesulitan dalam menentukan posisi tubuh
h. Nyeri/kenyamanan
Gejala : Sakit kepala dengan intensitas dan lokasi yang berbeda, biasanya lama
Tanda : Wajah menyeringai, respon menarik pada rangsangan nyeri yang hebat, gelisah
tidak bisa beristirahat, merintih.
i. Pernafasan
Tanda : Perubahan pola nafas (apnea yang diselingi oleh hiperventilasi). Napas
berbunyi, stridor, tersedak. Ronkhi, mengi positif (kemungkinan karena respirasi)
j. Keamanan
Gejala : Trauma baru/trauma karena kecelakaan
Tanda : Fraktur/dislokasi, gangguan penglihatan.
k. Kulit: laserasi, abrasi, perubahan warna, spt “raccoon eye”, tanda battle disekitar telinga
(merupakan tanda adanya trauma). Adanya aliran cairan (drainase) dari telinga/hidung
(CSS).
l. Gangguan kognitif, gangguan rentang gerak, tonus otot hilang, kekuatan secara umum
mengalami paralysis. Demam, gangguan dalam regulasi suhu tubuh.
m. Interaksi Sosial
Tanda : Afasia motorik dan sensorik, bicara tanpa arti, bicara berulang ulang, disartris,
anomia.
n. Penyuluhan/pembelajaran
Gejala : Penggunaan alcohol/obat lain

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Ketidakefektifan perfusi jaringan (spesifik serebral) b.d aliran arteri dan atau vena
terputus,
b. Nyeri akut b.d dengan agen injuri fisik,
c. Defisit self care b.d de-ngan kelelahan, nyeri
3. INTERVENSI KEPERAWATAN
Diagnosa Tujuan dan kriteria
No Intervensi
Keperawatan hasil
1 Ketidakefektifan NOC: Monitor Tekanan Intra Kranial
perfusi jaringan1.   Status sirkulasi 1. Catat perubahan respon klien terhadap
(spesifik serebral) b.d2.   Perfusi jaringan serebral stimulus / rangsangan
aliran arteri dan atau 2. Monitor TIK klien dan respon
vena terputus. Setelah dilakukan neurologis terhadap aktivitas
tindakan keperawatan 3. Monitor intake dan output
selama ….x 24 jam, klien 4. Pasang restrain, jika perlu
mampu men-capai : 5. Monitor suhu dan angka leukosit
1.   Status sirkulasi dengan
6. Kaji adanya kaku kuduk
indikator:
7. Kelola pemberian antibiotik
·       Tekanan darah sis-tolik
8. Berikan posisi dengan kepala elevasi 30-
dan diastolik dalam
40O dengan leher dalam posisi netral
rentang yang diharapkan
9. Minimalkan stimulus dari lingkungan
·       Tidak ada ortostatik
10. Beri jarak antar tindakan keperawatan
hipotensi
untuk meminimalkan peningkatan TIK
·       Tidak ada tanda tan-da
11. Kelola obat obat untuk mempertahankan
PTIK
TIK dalam batas spesifik
2.   Perfusi jaringan serebral,
dengan indicator :
Monitoring Neurologis (2620)
·       Klien mampu berko-
1. Monitor ukuran, kesimetrisan, reaksi dan
munikasi dengan je-las
bentuk pupil
dan sesuai ke-mampuan
2. Monitor tingkat kesadaran klien
·       Klien menunjukkan
perhatian, konsen-trasi, 3. Monitor tanda-tanda vital
dan orientasi 4. Monitor keluhan nyeri kepala, mual, dan

·       Klien mampu mem- muntah

proses informasi 5. Monitor respon klien terhadap

·       Klien mampu mem- pengobatan


buat keputusan de-ngan 6. Hindari aktivitas jika TIK meningkat
benar 7. Observasi kondisi fisik klien
·       Tingkat kesadaran klien
membaik Terapi Oksigen (3320)
1. Bersihkan jalan nafas dari secret
2. Pertahankan jalan nafas tetap efektif
3. Berikan oksigen sesuai instruksi
4. Monitor aliran oksigen, kanul oksigen,
dan humidifier
5. Beri penjelasan kepada klien tentang
pentingnya pemberian oksigen
6. Observasi tanda-tanda hipoventilasi
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
.Cedera otak bisa menimbulkan dampak fisik, kognitif, emosi dan sosial. Prognosis
cedera otak bisa sangat bervariasi dari mulai sembuh total sampai cacat menetap bahkan
kematian.
B. Saran

Penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan pada makalah ini. Oleh karena
itu, penulis mengharapkan sekali kritik yang membangun bagi makalah ini, agar penulis
dapat berbuat lebih baik lagi di kemudian hari. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
penulis pada khususnya dan pembaca pada umumnya.

DAFTAR PUSTAKA

Arif Mansjoer. 2005. Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 1. Jakarta : Media Aesculapius

Brunner & Suddart . 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC.

Carolyn M. Hudak. 2001. Critical Care Nursing : A Holistic Approach. Edisi VII. Volume II. Alih
Bahasa : Monica E. D Adiyanti. Jakarta : EGC

Carpenito, L.J. 1999. Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan dan Masalah Kolaborasi. Edisi
8. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Corwin, E.J. 2002. Handbook of Pathophysiology. Alih bahasa : Pendit, B.U. Jakarta: EGC

Diagnosa NANDA (NIC & NOC) Disertai Dengan Dischange Planning. 2007-2008. Jakarta: EGC

Price, S.A. & Wilson, L.M. 2002. Pathophysiology : Clinical Concept of Disease Processes. 4th
Edition. Alih bahasa : Anugerah, P. Jakarta: EGC

Sandra M. Nettina. 2002. Pedoman Praktik Keperawatan, Jakarta: EGC


Smeltzer, S.C. & Bare, B.G. 2002. Brunner and Suddarth’s Textbook of Medical – Surgical Nursing.
8th Edition. Alih bahasa : Waluyo, A. Jakarta: EGC

Suyono, S, et al. 2001. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi ketiga. Jakarta: Balai Penerbit FKUI

Anda mungkin juga menyukai