Oleh :
Yuni Monesa
NIM. PO.62.20.1.17.352
Peran olahraga teratur pada pengaturan kadar glukosa darah pada DM tipe 1 masih
kontroversial. Perbedaannya dengan tipe 2 adalah DM tipe 1 mempunyai kadar insulin darah
yang rendah akibat kurang atau tidak adanya produksi insulin oleh pankreas. DM tipe 1
mudah mengalami hipoglikemia selama dan segera sesudah berolahraga sebab hepar gagal
untuk melepaskan glukosa sesuai dengan laju kebutuhan. Meskipun didapatkan bahwa
olahraga tidak begitu besar mempengaruhi pada pengaturan kadar glukosa darah diabetisi tipe
1 akan tetapi didapatkan keuntungan lain. Seperti diketahui risiko penyakit jantung, gangguan
pembuluh darah perifer dan saraf pada DM tipe 1 lebih tinggi. Dengan berolahraga
diharapkan akan mengurangi risiko tersebut.
Pada DM tipe 2, olahraga berperan utama dalam pengaturan kadar glukosa darah.
Produksi insulin umumnya tidak terganggu terutama pada awal menderita penyakit
ini.masalah utama pada DM tipe 2 adalah kurangnya respons reseptor terhadap insulin
(resistensi insulin). Pada saat berolahraga resistensi insulin bekurang, sebaiknya sensitivitas
insulin meningkat, hal ini menyebabkan kebutuhan insulin pada diabetes tipe 2 akan
berkurang. Respons ini hanya terjadi setiap kali berolahraga, tidak merupakan efek yang
menetap atau berlangsung lama, oleh karena itu olahraga harus dilakukan terus – menerus
dan teratur. Olahraga pada DM tipe 2 selain bermanfaat sebagaipengaturan kadar glukosa
darah juga bermanfaat untuk menurunkan BB da lemak tubuh.
Prinsip olah raga pada DM sama saja dengan prinsip olahraga secara umum, yaitu,
dilakukan secara secara teratur sebanyak 3-5 kali perminggu selama sekitar 30-45 menit,
dengan total 150 menit perminggu. Jeda antar latihan tidak lebih dari 2 hari berturut-turut.
Dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan glukosa darah sebelum berolahraga. Apabila kadar
glukosa darah <100 mg/dL pasien harus mengkonsumsi karbohidrat terlebih dahulu dan bila
>250 mg/dL dianjurkan untuk menunda olahraga.
Olahraga yang dianjurkan berupa olahraga yang bersifat aerobik dengan intensitas
sedang (50- 70% denyut jantung maksimal). Jenis olah raga yang harus diberikan adalah
latihan yang harus berkesinambungan, dilakukan terus menerus tanpa berhenti. Contoh : bila
dipilih jogging 30 menit, maka selama 30 menit pengidap melakukan jogging tanpa istirahat.
Latihan olah raga harus dipilih yang berirama, yaitu otot-otot berkontraksi dan relaksasi
secara teratur. Contoh : latihan ritmis adalah jalan kaki, jogging, berenang, bersepeda,
mendayung. Latihan olah raga yang dilakukan selang seling antara gerak cepat dan lambat.
Misalnya, jalan cepat diselingi jalan lambat, jogging diselingi jalan. Dengan kegiatan yang
bergantian pengidap dapat bernafas dengan lega tanpa menghentikan latihan sama
sekali.Latihan yang dilakukan harus berangsur-angsur dari sedikit ke latihan yang lebih berat,
secara bertahap. Jadi beban latihan olah raga dinaikan sedikit demi sedikit sesuai dengan
pencapaian latihan sebelumnya.Latihan daya tahan tubuh memperbaiki system
kardiovaskuler. Oleh karena itu sebelum ikut program latihan olah raga, terhadap pengidap
harus dilakukan pemeriksaan kardiovaskuler.
Untuk menentukan intensitas latihan dapat digunakan Maximun Heart Rate (MHR)
yaitu 222 - umur pasien. Setelah denyut MHR didapatkan,dapat ditentukan Target Heart
Rate (THR). Misalnya intensitas latihan yang diprogramkan bagi diabetesi beusia 50 tahun
sebesar 60% - 70% maka THR = 60% x (220-5-= 102. Sedangkan THR 7-% adalah: 70%
(220-50)- 119. Dengan demikian bila diabetesi akan berolahraga denyut nadi sebaiknya
berada diantara 102-119 kali/menit
Langkah olahraga yang benar pertama-tama meliputi Pemanasan atau Warming Up
tujuannya agarMengurangi kemungkinan terjadinya cedera akibat berolahraga. Lama
pemanasan cukup 5-10 menit. Kemudian melakukan Latihan Inti atau Conditioning.Pada
tahap ini denyut nadi di usahakan mencapai target tekanan darah normal agar latihan benar-
benar bermanfaat. Bila target normal tidak tercapai maka latihan tidak bermanfaat, bila
melebihi normal akan menimbulkan resiko yang tidak diinginkan. Selanjutnya
melakukanPendinginan atau Cooling-Down tujuannya untuk mencegah terjadinya
penimbunan asam laktat yang dapat menimbulkan rasa nyeri pada otot, pusing, sesudah
berolah raga. Lama pendinginan kurang lebih 5-10 menit hingga denyut nadi mendekati
denyut nadi istirahat. Yang terakhir melakukan Peregangan atau StretchingUntuk
melemaskan dan melenturkan otot-otot yang masih teregang.
Pada penderita DM tanpa kontraindikasi (contoh: osteoartritis, hipertensi yang tidak
terkontrol, retinopati, nefropati) dianjurkan juga melakukan resistance training (latihan
beban) 2-3 kali/perminggusesuai dengan petunjuk dokter. Olahraga sebaiknya disesuaikan
dengan umur dan status kesegaran jasmani. Intensitas olahraga pada penyandang DM yang
relatif sehat bisa ditingkatkan, sedangkan pada penyandang DM yang disertai komplikasi
intesitas latihan perlu dikurangi dan disesuaikan dengan masing-masing individu.
Resiko berolahraga dan cara mencegahnya bagi klien diabetes yaitu, olahraga dapat
memperburuk kadar gula darah. Hal ini dapat terjadi jika dilakukannya olahraga berat, latihan
beban, dan olahraga kontak (tinju,yudo). Cara mencegahnya sebaiknya olahraga yang
dilakukan adalah jenis olahraga yang ringan, seperti jogging, bersepeda. Hipoglikemia akibat
olahraga dapat terjadi. Cara mencegahnya jangan lupa monitor kadar gula darah dan siapkan
makanan kecil (permen). Dan hindarilah pemberian insulin dibagian tubuh yang aktif
(berikan insulin di abdomen atau perut), juga kurangi dosis insulin sebelum berolahraga.
Tanda-tanda hipoglikemia adalah wajah pucat, penurunan kesadaran. Untuk menghindari
hipoglikemia adalah sediakan makanan kecil seperti permen, roti (sediaan karbohidrat).
Resiko gangguan pada kaki. Sebaiknya pasien menggunakan sepatu yang sesuai dan
usahakan agar kaki selalu bersih serta kering. Hal ini mencegah kaki klien dari luka pada saat
olahraga. Dapat mengalami Komplikasi jantung. Cara mnecegahnya sebelum melakukan
program olahraga, periksa kesehatan pasien terlebih dahulu, seperti pemeriksaan tekanan
darah dan nadi. Lakukan program olahraga individu secara berkelompok dan hindari olahraga
yang berat. Dapat mengalami cedera otot dan tulang. Selalu lakukan pemanasan dan
pendinginan, intensitas latihan ditingkatkan bertahap, serta hindari latihan yang berlebihan.
Kunci utama manajemen diabetes melitus terletak pada tiga titik yang saling
berkaitan: pengendalian berat badan, olahraga, dan makan sehat. Bentuk pengendalian ini
dilakukan dengan menurunkan berat badan sedikit (5-7% dari total berat) disertai dengan 30
olahraga, sambil makan bergizi secukupnya yang sehat. Dengan demikian olahraga
merupakan langkah penting bagi pendertia diabetes melitus untuk meningkatkan kualitas
hidupnya agar semakin membaik dan mencegah timbulnya komplikasi baru atau
memperparah keadaan komplikasi diabetes dengan melakukan olahraga secara rutin.
Olah raga yang dilakukan oleh diabetisi perluadanya pengawasan yang ketatdengan
pengaturan diet dan pemberian obat secara baik. Untuk itu seorang diabetisi harusmemiliki
kepekaan yang baik dari semua aktivitasnya dikaitkan dengan gejala metabolik tubuhnya.
Daftar Pustaka
FKUI. 2015. Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu. Badan penerbit FKUI : Jakarta
Ilyas, E. I. (2007). Manfaat latihan jasmani bagi penyandang diabetes, dalam Soegondo, S.,
et al, Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu, Jakarta: FKUI