Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam kehidupan dunia, ilmu pengetahuan mempunyai peran yang


sangat penting. Perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan memberikan
kemudahan bagi kehidupan baik dalam kehidupan individu maupun kehidupan
bermasyarakat. Menurut al-Ghazali dengan ilmu pengetahuan akan diperoleh
segala bentuk kekayaan, kemuliaan, kewibawaan, pengaruh, jabatan, dan
kekuasaan. Apa yang dapat diperoleh seseorang sebagai buah dari ilmu
pengetahuan, bukan hanya diperoleh dari hubungannya dengan sesama
manusia, para binatangpun merasakan bagaimana kemuliaan manusia, karena
ilmu yang ia miliki. Dari sini, dengan jelas dapat disimpulkan bahwa
kemajuan peradaban sebuah bangsa tergantung kemajuan ilmu pengetahuan
yang melingkupi.

Dalam kehidupan beragama, ilmu pengetahuan adalah sesutau yang


wajib dimiliki, karena tidak akan mungkin seseorang mampu melakukan
ibadah yang merupakan tujuan diciptakannya manusia oleh Allah, tanpa
didasari ilmu. Minimal, ilmu pengetahuan yang akan memberikan kemampuan
kepada dirinya, untuk berusaha agar ibadah yang dilakukan tetap berada dalam
aturan-aturan yang telah ditentukan. Dalam agama, ilmu pengetahuan, adalah
kunci menuju keselamatan dan kebahagiaan akhirat selama-lamanya.

Secara historis filsafat merupakan induk ilmu, dalam


perkembangannya ilmu makin terspesifikasi dan mandiri, namun mengingat
banyaknya masalah kehidupan yang tidak bisa dijawab oleh ilmu, maka
filsafat menjadi tumpuan untuk menjawabnya. Filsafat memberi penjelasan
atau jawaban substansial dan radikal atas masalah tersebut. Sementara ilmu
terus mengembangakan dirinya dalam batas-batas wilayahnya, dengan tetap
dikritisi secara radikal. Proses atau interaksi tersebut pada dasarnya
merupakan bidang kajian Filsafat Ilmu, oleh karena itu filsafat ilmu dapat

1
dipandang sebagai upaya menjembatani jurang pemisah antara filsafat dengan
ilmu, sehingga ilmu tidak menganggap rendah pada filsafat, dan filsafat tidak
memandang ilmu sebagai suatu pemahaman atas alam secara dangkal.

Pada dasarnya filsafat ilmu merupakan kajian filosofis terhadap hal-hal


yang berkaitan dengan ilmu, dengan kata lain filsafat ilmu merupakan upaya
pengkajian dan pendalaman mengenai ilmu (Ilmu Pengetahuan/Sains), baik itu
ciri substansinya, pemerolehannya, ataupun manfaat ilmu bagi kehidupan
manusia. Pengkajian tersebut tidak terlepas dari acuan pokok filsafat yang
tercakup dalam bidang ontologi, epistemologi, dan axiologi dengan berbagai
pengembangan dan pendalaman yang dilakukan oleh para ahli.

Keinginan kita manusia untuk menggali  berbagai ilmu maupun


pengetahuan  yang akan menambah  wawasan kita mengenai berbagai hal.
Kita  mencari kebenaran dari apa yang kita pelajari maupun yang kita ketahui
secara luas dan mendetail. Dari apa yang kita ingin ketahui pasti kita mencari
sumber yang falid, pasti, benar, mendasar, tersetruktur dan lain sebagainya.
Dari apa yang kita cari atau kita temukan, pasti ada yang mendasarinya, yang
akan menjadi tolak ukur kemampuan cara berpikir kita. Selain itu kita sebagai
manusia yang diberi kemampuan merenung dan menggunakan pikirannya
untuk bernalar, kita pasti pernah bertanya-tanya mengapa kita dilahirkan ke
bumi ini dan apa tugas kita sebagai manusia. Kemampuan berpikir dan
bernalar itu pula yang membuat kita sebagai manusia menemukan berbagai
pengetahuan baru. Pengetahuan baru itu kemudian kita gunakan untuk
mendapatkan manfaat yang sebesar-besarnya dari lingkungan alam yang
tersedia di sekitar kita. Tentunya semua itu memiliki dasar yang memberikan
manfaat yang sebesar-besarnya.

2
B. Rumusan Masalah
1. Pengertian Ilmu pengetahuan
2. Hakikat Ilmu Pengetahuan
3. Ciri Ciri Ilmu Pengetahuan
4. Fungsi dan Tujuan Ilmu Pengetahuan
5. Struktur keilmuan

C. Tujuan Penulisan
1. Mampu mengetahui dan menjelaskan pengertian ilmu pengetahuan
2. Mengetahui hakikat ilmu pengetahuan
3. Untuk mengetahui ciri ciri ilmu pengetahuan
4. Untuk mengetahui dan menjabarkan fungsi dan tujuan ilmu pengetahuan
5. Untuk mengetahui struktur keilmuan

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Ilmu Pengetahuan

Kata ilmu berasal dari bahasa Arab : ‘Alima, ya’lamu, ilman, yang
berarti : mengerti, memahami benar-benar. Dalam bahasa Inggris disebut
science (pengetahuan).

Menurut kamus besar Bahasa Indonesia (Depdikbud 1988), ilmu


memiliki pengertian, yaitu: Ilmu adalah suatu pengetahuan tentang suatu
bidang yang disusun secara bersistem menurut metode-metode tertentu, yang
dapat digunakan untuk menerapkan gejala-gejala tertentu dibidang
(pengetahuan) tersebut, seperti ilmu hukum, ilmu pendidikan, ilmu ekonomi
dan sebagainya.

Dalam ensiklopedia indonesia, kita temukan pengertian dari ilmu


pengetahuan. “ ilmu pengetahuan, suatu sistem dari berbagai pengetahuan
yang masing-masing mengenain suatu lapangan pengalaman tertentu, yang
disusun sedemikian rupa menuru asas-asas tertentu, hingga menjadi kesatuan;
suatu sistem dari berbagai pengatahuan yang masing-masing didapatkan
sebagai hasil  pemeriksaan-pemeriksaan yang dilakukan secara teliti dengan
memakai metode-metode tertentu (induksi, deduksi).”

Prof. DR. M. J. Langerveld, Guru Besar pada Pijk Universiteit di


Utrecht (Belanda), mengatakan bahwa  “pengetahuan ialah kesatuan objek
yang mengetahui dan objek yang diketahui. Suatu kesatuan dalam mana objek
itu dipandang oleh subjek sebagai diketahuinya. Pada akhirnya mereka
merumuskan  ilmu pengetahuan” kumpulan pengetahuan mengenai suatu hal
(objek/ lapangan), yang merupakan kesatuan yang sistematis dan memberikan
penjelasan yang sistematis yang dapat dipertanggungjawabkan sebab-sebab
hal/kejadian itu.”

4
Objek dan Sudut Pandang Ilmu Pengetahuan, di dalam buku-buku ilmu
pengetahuan, objek dan sudut pandang itu telah memperoleh nama yang tetap.
Jadi, objek dibedakan atas objek material dan objek formal. Objek material
yaitu objek/ lapangan dilihat secara keseluruhan( manusia, hewan, alam, dan
sebagainya).sedangkan, objek formal yaituobjek/lapangan jika dipandang dari
suatu aspek tertentu saja. Selain terdapat objek dan sudut pandangnya terdapat
pula pembagiannya dalam ilmu pengetahuan. Pada zaman purba dan abad
pertengahan, pembagian ilmu pengetahuan berdasarkan “artis liberalis” atau
kesenian yang merdeka yang terbagi atas dua bagian, yaitu:

1. Tivium ( tiga bagian)


a. Gramatika, bertujuan agar manusia dapat berbahasa dengan baik
b. Dialektika, brtujuan agar manusia dapat berpikir dengan baik, formal,
dan logis.
c. Retorika, bertujuan agar manusia dapat bercakap/berpidato dengan
baik
2. Quadrivium ( empat bagian)
a. Aritmatika, adalah ilmu hitung
b. Geometrika, adalah ilmu ukur
c. Musika, adalah ilmu musik
d. Astronomia, adalah ilmu perbintangan

Menurut pembagian klasik, ilmu pengetahuan dibedakan atas:

1. Natural Scientes ( kelompok ilmu alam)


2. Social Scientes ( kelompok ilmu sosial)

Sementara itu The Liang Gie menyatakan dilihat dari ruang


lingkupnya pengertian ilmu adalah sebagai berikut :

 Ilmu merupakan sebuah istilah umum untuk menyebutkan segenap


pengetahuan ilmiah yang dipandang sebagai suatu kebulatan. Jadi ilmu
mengacu pada ilmu seumumnya.

5
 Ilmu menunjuk pada masing-masing bidang pengetahuan ilmiah yang
mempelajari pokok soal tertentu, ilmu berarti cabang ilmu khusus
Sedangkan jika dilihat dari segi maknanya The Liang Gie
mengemukakan tiga sudut pandang berkaitan dengan pemaknaan ilmu/ilmu
pengetahuan yaitu :

 Ilmu sebagai pengetahuan, artinya ilmu adalah sesuatu kumpulan yang


sistematis, atau sebagai kelompok pengetahuan teratur mengenai
pokok soal atau subject matter. Dengan kata lain bahwa pengetahuan
menunjuk pada sesuatu yang merupakan isi substantif yang terkandung
dalam ilmu.
 Ilmu sebagai aktivitas, artinya suatu aktivitas mempelajari sesuatu
secara aktif, menggali, mencari, mengejar atau menyelidiki sampai
pengetahuan itu diperoleh. Jadi ilmu sebagai aktivitas ilmiah dapat
berwujud penelaahan (Study), penyelidikan (inquiry), usaha
menemukan (attempt to find), atau pencarian (Search).
 Ilmu sebagi metode, artinya ilmu pada dasarnya adalah suatu metode
untuk menangani masalah-masalah, atau suatu kegiatan penelaahan
atau proses penelitian yang mana ilmu itu mengandung prosedur, yakni
serangkaian cara dan langkah tertentu yang mewujudkan pola tetap.
Rangkaian cara dan langkah ini dalam dunia keilmuan dikenal sebagai
metode
Harsoyo mendefinisikan ilmu dengan melihat pada sudut proses
historis dan pendekatannya yaitu :

 Ilmu merupakan akumulasi pengetahuan yang disistematiskan atau


kesatuan pengetahuan yang terorganisasikan
 Ilmu dapat pula dilihat sebagai suatu pendekatan atau suatu metode
pendekatan terhadap seluruh dunia empiris, yaitu dunia yang terikat
oleh faktor ruang dan waktu, dunia yang pada prinsipnya dapat diamati
oleh pancaindra manusia.

6
Dari pengertian di atas nampak bahwa Ilmu memang mengandung arti
pengetahuan, tapi bukan sembarang pengetahuan melainkan pengetahuan dengan ciri-
ciri khusus yaitu yang tersusun secara sistematis, dan untuk mencapai hal itu
diperlukan upaya mencari penjelasan atau keterangan, dalam hubungan ini Moh Hatta
menyatakan bahwa Pengetahuan yang didapat dengan jalan keterangan disebut Ilmu,
dengan kata lain ilmu adalah pengetahuan yang diperoleh melalui upaya mencari
keterangan atau penjelasan.

B. Hakikat Ilmu Pengetahuan

Hakekat adalah keseluruhan unsur yang secara mutlak bersama-sama


menentukan adanya sesuatu barang atau hal sebagaimana diri pribadinya
sendiri, dan unsur-unsur tersebut bisa saja tergolong ke dalam satu jenis yang
plural dan berbeda-beda. Pada dasarnya, ‘hakekat’ dapat dikategorikan
menjadi 3 hal, yaitu hakikat jenis (bersifat abstrak), hakikat pribadi (bersifat
potensial), dan hakikat individual (bersifat kongkret).

Karena bersifat abstrak, maka hakikatr jenis ilmu pengetahuan masuk


dalam pembahasana aspek ontologi; kerena sifat potensialnya, maka hakikat
pribadi ilmu pengetahuan masuk dalam aspek epistemologi; dan karena
konkret hakikat individual ilmu pengetahuan di bahas dalam aspek aksiologi,
ini merupakan ilmu pengetahuan bagi kehidupan manusia, kajian tentang
nilai-nilai khususnya etika.

a) Ontologi; Hakikat Jenis Ilmu Pengetahuan

Ontologi, dalam bahasa inggris ontology, berasal dari bahasa


yunani on yang berarti ada dan ontos yang berarti keberadaan, sedangkan
logos berarti pemikiran. Jadi ontologi adalah pemeikiran mengenai yang
ada dan keberadaannya. Selanjutnya, menurut A.R. Lacey, ontology juga
diartika sebagai “a central part of metaphysic” (bagian central dari
metafisika).

Bebrapa karakteristik ontologi dapat kita sederhanakan menjadi


sebagai berikut:

7
a. Ontologi adalah studi tentang arti ”ada” dan ”berada”, tentang ciri-ciri
essensial dari yang ada dalam dirinya sendiri, menurut bentuknya yang
paling abstrak.
b. Ontologi adalah cabang filsafat yang mempelajari tata dan struktur
realitas dalam arti seluas mungkin, dengan menggunakan kategori-
kategori seperti: ada atau menjadi, aktualitas atau potensialitas, nyata
atau penampakan, esensi atau eksistensi, kesmpurnaan, ruang dan
waktu, perubahan dan sebagainya.
c. Cabang filsafat yang mempelajari tentang status realitas apakah nyata
atau semu, apakah pikiran itu nyata, dan sebagainya.
d. Ontologi adalah filsafat wujud (Hasan Huwaidi)
e. Ontologi membicarakan mengenai hakekat terdalam dari segala
sesuatu (S. Suriasumantri)
f. Ontologi membicarakan tentang hakekat kenyataan dan hakekat yang
ada(Louis O. Kattsoft)
g. Ontologi berbicara mengenai yang ada tanpa menunjuk barang atau
benda yang kongkrit, sama dengan membicarakan yang tiada
(descartes)
b) Epistemologi; Hakikat Pribadi Ilmu Pengetahuan

Epistemologi berasal dari bahasa yunani yaitu episteme, yang


berarti ilmu. Epistemologi merupakan cabang filsafat yang meneliti
pengetahuan manusia, kepercayaan, serta tabi’at dan dasar
pengalaman. Jadi epistemologi adalah pengatahuan mengenai ilmu
pengetahuan. Maka jika ontologi berupaya mencari secara reflektif tantang
yang ada, sedangkan epistemologi membahas tentang terjadinya dan
kesahihan atau kebenaran ilmu.

Permasalahana sentral epistemologi adalah mengenap persoalan


apa yang dapat kita ketahui dan bagaimana cara mengetahuinya, ”what can
we know, and how do we know it” (lacey: 1967). Selanjutnya Lacey juga
menegaskan bahwa persoalan pokok dalam epistemologi adalah ”belief,

8
understanding, reason, judgment, sensation, imagination, supposing,
guesting, learning, and forgetting”.

Sejak tahun 1960 epistemologi berkembang sangat pesat. Edmund


Gettier memulai polemiknya dengan mempertanyakan apakah pembenaran
(justifikasi) terhadap yang diyakini itu cukup untuk disebut sebagai ilmu?

a. Teori Pembenaran Tradisional

Pada tahun 1970-an para ahli memfokuskan pada pembenaran


epistemik. Pada tahun yang sama para epistemolog menela’ah dan
merumuskan kembali dua teori pembenaran tradisional,
yaitu:koherentisisme dan foundationalisme. Terjadinya perbedaan
mengenai teori pengetahuan dalam epistemologi disebabkan oleh
setiap ilmu pengetahuan memiliki potensi objek, metode, sistem dan
tingkat kebenaran yang berbeda. Segala macam perbedaan tersebut
berkembang dari perbedaan tajam tentang sudut pandang dan metode
yang bersumber dari rasionalisme dan empirisme. Empirisme identik
dengan teori korespondensi tentang kebenaran, sedangkan
rasionalisme identik dengan teori koherensi. Dengan kata lain
epistemologi merupakan suatu bidang filsafat nilai yang
mempersoalkan tentang hakikat kebenara, karena semua pengetahuan
mempersoalkan kebenaran.

b. Indra dan Akal sebagai Uji Kebenaran

Melalui pengindraan dan kemampuan akal pikiran, akan


terbentuk kepribadian ilmu ke dalam dua karakter, yaitu empirik dan
rasional, dalam struktur metodologis yang dialektis verifikatif. Artinya
keduanya bisa saling mengukur kebenaram tersebut, misalnya hasil
kerja pengindraan atau empirik dapat diuji dengan cara kerja pikiran
rasional, begitu pula sebaliknya. Struktur metodologis demikian
diharapkan mampu menghadirkan kualitas kebenaran yang dapat
dipercaya.

9
Dengan kepribadian empirik, ilmu pengetahuan memiliki
komitmen terhadap perubahan dan kemajuan, dan dengan kepribadian
rasional berari ilmu pengetahuan mempunyai daya pengukuran
terhadap perubahan dan kemajuan tersebut. Dengan kepribadian
monodualistik ini, berarti ilmu pengetahuan tidak melepaskan diri dari
landasan ontologi, dan dengan demikian sekaligus memberikan
landasan terhadap aspek etika. Kemudian, persoalan tentang hakikat
pribadi monodualistikilmu pengetahuan, tercermin dalam tiga teori
kebenaran epistimologis, yaitu teori koheren, teori koresponden, dan
teori pragmatik.

c. Teori Kebenaran Epistimologi

Pertama, teori konheren. Teori ini dibangun atas dasar hakikat


pribadi ilmu pengetahuan. Karena bersifat rasional, maka kebenaran
ilmiah teoritis dipandang dalam ruang lingkupbertaraf abstrak ideal.
Ukuran kebenaran ditentukan dengan tingkat rasional.

Kedua, teori koresponden. Teori ini dibangun berdasarkan


hakikat empirik ilmu pengetahuan. Karena itu kebenaran ilmiah
teoritis dipandang dalam ruang lingkup kongkret realistik. Jadi segala
kebenaran harus mampu dibuktikan secara nyata.

Ketiga, teori pragmatik. Teori ini dibangun berdasarkan hakikat


rasional dan empirik ilmu pengetahuan. Kebenaran ilmiah teoritis
dipandang dalam lingkup dialektis rasional dan empirik. Akibatnya
ukuran kebenaran dalam teori ini berstandar dua dengan menekankan
pada ’nilai kegunaan’. Suparlan mengatakan, epistemologi juga harus
menggunakan metode analisis dan sintesis yang masing-masing
dilengkapi dengan peralatan induktif dan deduktif. Pada perjalanannya
terbukti bahwa hasil pengenalan tersebut secara klasik akan disajikan
dalam pemikiran kuantitatif dan kualitatif. Dalam tampilan kuantitatif
akan muncul monisme atau pluralisme atau paralelisme antara yang

10
sensual, logik, ethik, dan yang trasenden. Sedangkan dalam tampilan
kualitatif akan muncul materealisme, idealisme, naturalisme.

c) Aksiologi; Hakikat Individual Ilmu Pengetahuan

Menurut bahasa Yunani, aksiologi berasal dari


perkataan axios yang berarti nilai dan logos berarti teori/ilmu. Jadi
aksiologi adalah teori/ilmu tentang nilai. Menurut Suriasumantri (1987 :
234) aksiologi adalah teori nilai yang berkaitan dengan kegunaan dari
pengetahuan yang diperoleh.

Max Scheler seorang phenomenologyst, sebagai seorang katolik ia


memasukan teologinya dalam pandangan-pandangannya terhadap
ontologi. Dalam epistemologi ia memasukan unsur interpretasi dalam
phenomenon; pengetahuan baginya bukan sekedar pengenalan pada
sesuatu yang sensual. Dalam aksiologinya, scheler menampilkan konsep-
konsep ethiknya tentang werthfuehlen (pengalaman nilai), serta
bedanya gueter (yang baik) dengan werte (yang mempunyai value).
Tentang value ia membaginya dlam empat jenis; pertama value
sensual, dalam tampilan seperti menyenangkan dan tidak menyenangkan;
kedua nilai hidup, seperti edel (agung) ataugemein (bersahaja); ketiga,
nilai kejiwaan, seperti: nilai aestetis, nilai benar-salah, dan nilai intrisik
ilmu; dan yang keempat, nilai religius, seperti yang suci dan yang sakral.

C. Ciri Ciri Ilmu Pengetahuan

Secara umum dari pengertian ilmu dapat diketahui apa sebenarnya


yang menjadi ciri dari ilmu, meskipun untuk tiap definisi memberikan titik
berat yang berlainan. Menurut The Liang Gie secara lebih khusus
menyebutkan ciri-ciri ilmu sebagai berikut :

1. Empiris (berdasarkan pengamatan dan percobaan)


2. Sistematis (tersusun secara logis serta mempunyai hubungan saling
bergantung dan teratur)
3. Objektif (terbebas dari persangkaan dan kesukaan pribadi)

11
4. Analitis (menguraikan persoalan menjadi bagian-bagian yang terinci)
5. Verifikatif (dapat diperiksa kebenarannya)

Ilmu perlu dasar empiris, apabila seseorang memberikan keterangan


ilmiah maka keterangan itu harus memmungkintan untuk dikaji dan diamati,
jika tidak maka hal itu bukanlah suatu ilmu atau pengetahuan ilmiah,
melainkan suatu perkiraan atau pengetahuan biasa yang lebih didasarkan pada
keyakinan tanpa peduli apakah faktanya demikian atau tidak. Upaya-upaya
untuk melihat fakta-fakta memang merupakan ciri empiris dari ilmu, namun
demikian bagaimana fakta-fakta itu dibaca atau dipelajari jelas memerlukan
cara yang logis dan sistematis, dalam arti urutan cara berfikir dan mengkajinya
tertata dengan logis sehingga setiap orang dapat menggunakannya dalam
melihat realitas faktual yang ada.

Disamping itu ilmu juga harus objektif dalam arti perasaan suka-tidak
suka, senang-tidak senang harus dihindari, kesimpulan atau penjelasan ilmiah
harus mengacu hanya pada fakta yang ada, sehingga setiap orang dapat
melihatnya secara sama pula tanpa melibatkan perasaan pribadi yang ada pada
saat itu. Analitis merupakan ciri ilmu lainnya, artinya bahwa penjelasan ilmiah
perlu terus mengurai masalah secara rinci sepanjang hal itu masih berkaitan
dengan dunia empiris, sedangkan verifikatif berarti bahwa ilmu atau
penjelasan ilmiah harus memberi kemungkinan untuk dilakukan pengujian di
lapangan sehingga kebenarannya bisa benar-benar memberi keyakinan.

Dari uraian di atas, nampak bahwa ilmu bisa dilihat dari dua sudut
peninjauan, yaitu ilmu sebagai produk/hasil, dan ilmu sebagai suatu proses.
Sebagai produk ilmu merupakan kumpulan pengetahuan yang tersistematisir
dan terorganisasikan secara logis, seperti jika kita mempelajari ilmu ekonomi,
sosiologi, biologi. Sedangkan ilmu sebagai proses adalah ilmu dilihat dari
upaya perolehannya melalui cara-cara tertentu, dalam hubungan ini ilmu
sebagai proses sering disebut metodologi dalam arti bagaimana cara-cara yang
mesti dilakukan untuk memperoleh suatu kesimpulan atau teori tertentu untuk
mendapatkan, memperkuat/menolak suatu teori dalam ilmu tertentu, dengan

12
demikian jika melihat ilmu sebagai proses, maka diperlukan upaya penelitian
untuk melihat fakta-fakta, konsep yang dapat membentuk suatu teori tertentu

D. Fungsi dan Tujuan Ilmu Pengetahuan

Lahirnya dan berkembangnya Ilmu Pengetahuan telah banyak


membawa perubahan dalam kehidupan manusia, terlebih lagi dengan makin
intensnya penerapan Ilmu dalam bentuk Teknologi yang telah menjadikan
manusia lebih mampu memahami berbagai gejala serta mengatur Kehidupan
secara lebih efektif dan efisien. Hal itu berarti bahwa ilmu mempunyai
dampak yang besar bagi kehidupan manusia, dan ini tidak terlepas dari fungsi
dan tujuan ilmu itu sendiri

Kerlinger dalam melihat fungsi ilmu, terlebih dahulu mengelompokan


dua sudut pandang tentang ilmu yaitu pandangan statis dan pandangan
dinamis. Dalam pandangan statis, ilmu merupakan aktivitas yang memberi
sumbangan bagi sistimatisasi informasi bagi dunia, tugas ilmuwan adalah
menemukan fakta baru dan menambahkannya pada kumpulan informasi yang
sudah ada, oleh karena itu ilmu dianggap sebagai sekumpulan fakta, serta
merupakan suatu cara menjelaskan gejala-gejala yang diobservasi, berarti
bahwa dalam pandangan ini penekanannya terletak pada keadaan
pengetahuan/ilmu yang ada sekarang serta upaya penambahannya baik hukum,
prinsip ataupun teori-teori. Dalam pandangan ini, fungsi ilmu lebih bersifat
praktis yakni sebagai disiplin atau aktivitas untuk memperbaiki sesuatu,
membuat kemajuan, mempelajari fakta serta memajukan pengetahuan untuk
memperbaiki sesuatu (bidang-bidang kehidupan).

Pandangan ke dua tentang ilmu adalah pandangan dinamis atau


pandangan heuristik (arti heuristik adalah menemukan), dalam pandangan ini
ilmu dilihat lebih dari sekedar aktivitas, penekanannya terutama pada teori dan
skema konseptual yang saling berkaitan yang sangat penting bagi penelitian.
Dalam pandangan ini fungsi ilmu adalah untuk membentuk hukum-hukum

13
umum yang melingkupi prilaku dari kejadian-kejadian empiris atau objek
empiris yang menjadi perhatiannya sehingga memberikan kemampuan
menghubungkan berbagai kejadian yang terpisah-pisah serta dapat secara tepat
memprediksi kejadian-kejadian masa datang, seperti dikemukakan oleh
Braithwaite dalam bukunya Scientific Explanation bahwa the function of
science… is to establish general laws covering the behaviour of the empirical
events or objects with which the science in question is concerned, and thereby
to enable us to connect together our knowledge of the separately known
events, and to make reliable predictions of events as yet unknown.

Dengan memperhatikan penjelasan di atas nampaknya ilmu


mempunyai fungsi yang amat penting bagi kehidupan manusia, Ilmu dapat
membantu untuk memahami, menjelaskan, mengatur dan memprediksi
berbagai kejadian baik yang bersifat kealaman maupun sosial yang terjadi
dalam kehidupan manusia. Setiap masalah yang dihadapi manusia selalu
diupayakan untuk dipecahkan agar dapat dipahami, dan setelah itu manusia
menjadi mampu untuk mengaturnya serta dapat memprediksi (sampai batas
tertentu) kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi berdasarkan
pemahaman yang dimilikinya, dan dengan kemampuan prediksi tersebut maka
perkiraan masa depan dapat didesain dengan baik meskipun hal itu bersifat
probabilistik, mengingat dalam kenyataannya sering terjadi hal-hal yang
bersifat unpredictable.

Dengan dasar fungsi tersebut, maka dapatlah difahami tentang tujuan


dari ilmu, apa sebenarnya yang ingin dicapai oleh ilmu. Sheldon G. Levy
menyatakan bahwa science has three primary goals. The first is to be able to
understand what is observed in the world. The second is to be able to predict
the events and relationships of the real world. The third is to control aspects
of the real world, sementara itu Kerlinger menyatakan bahwa the basic aim of
science is theory.dengan demikian dapatlah dikatakan bahwa tujuan dari ilmu
adalah untuk memahami, memprediksi, dan mengatur berbagai aspek kejadian
di dunia, disamping untuk menemukan atau memformulasikan teori, dan teori

14
itu sendiri pada dasarnya merupakan suatu penjelasan tentang sesuatu
sehingga dapat diperoleh kefahaman, dan dengan kepahaman maka prediksi
kejadian dapat dilakukan dengan probabilitas yang cukup tinggi, asalkan teori
tersebut telah teruji kebenarannya

E. Struktur Ilmu Pengetahuan

Peter R Senn  dalam Ilmu Dalam Perspektif (Jujun Suriasumantri)


meskipun tidak secara gamblang ia menyampaikan bahwa ilmu memiliki
bangunan struktur Van Peursen menggambarakan lebih tegas bahwa “Ilmu itu
bagaikan bangunan yang tersusun dari batu bata. Batu atau unsur dasar
tersebut tidak pernah langsung di dapat di alam sekitar. Lewat observasi
ilmiah batu-bata sudah dikerjakan sehingga dapat dipakai kemudian
digolongkan menurut kelompok tertentu sehingga dapat dipergunakan. Upaya
ini tidak dilakukan dengan sewenang wenang, melainkan merupakan hasil
petunjuk yang menyertai susunan limas ilmu yang menyeluruh akan makin
jelas bahwa teori secara berbeda- beda meresap sampai dasar ilmu (Ahmad
Tafsir, 2004:47)

Hidayat Nataatmaja menggambarkan dalam bahasanya sendiri


mengenai hal tersebut di atas bahwa “ilmu memiliki struktur dan struktur ilmu
itu beberapa lapis. Beliau membagi lapisan ilmu ke dalam 2 golongan/
kategori yaitu lapisan yang bersifat terapan dan lapisan yang bersifat
paradigmatic . Kedua kategori memiliki karakter sendiri-sendiri. Lapisan
terapan besifat praktikal dan lapisan paradigmatik bersifat asumtif spekulatif
(Alex Lanur,1993:73)

Dalam penerapannya, ilmu dapat dibedakan atas berikut di bawah ini:

1. lmu Murni (pure science)

Yang dimaksud dengan Ilmu murni adalah ilmu tersebut hanya murni
bermanfaat untuk ilmu itu sendiri dan berorientasi pada teoritisasi, dalam arti
ilmu pengetahuan murni tersebut terutama bertujuan untuk membentuk dan

15
mengembangkan ilmu pengetahuan secara abstrak yakni untuk mempertinggi
mutunya.

2. Ilmu Praktis (applied science)

Yang dimaksud dengan ilmu praktis adalah ilmu tersebut praktis langsung
dapat diterapkan kepada masyarakat karena ilmu itu sendiri bertujuan untuk
mempergunakan hal ikhwal ilmu pengetahuan tersebut dalam masyarakat
banyak.

3. Ilmu Campuran

Yang dimaksud dengan ilmu campuran dalam hal ini adalah sesuatu ilmu
yang selain termasuk ilmu murni juga merupakan ilmu terapan yang praktis
karena dapat dipergunakan dalam kehidupan masyarakat umum.

Sedangkan dalam fungsi kerjanya (paradigmatic), ilmu juga dapat


dibedakan atas berikut ini:

1. Ilmu teoritis rasional

Ilmu teoritis rasional adalah ilmu yang memakai cara berpikir dengan
sangat dominan, deduktif dan mempergunakan silogisme, misalnya dogmatis
hukum

2. Ilmu empiris praktis

Ilmu empiris praktis adalah ilmu yang cara penganalisaannya induktif saja,
misalnya dalam pekerjaan social atau dalam mewujudkan kesejahteraan umum
dalam masyarakat.

3. Ilmu teoritis empiris

Ilmu teoritis empiris adalah ilmu yang memakai cara gabungan berpikir,
induktif-deduktif atau sebaliknya deduktif-induktif.

16
Saat ini tampaknya sebagian besar para pakar membagi ilmu atas ilmu-
ilmu eksakta dan ilmu-ilmu hukum yang pada satu titik tertentu sangat sulit
dibedakan, namun pada titik yang lain sangat berbeda satu sama lain.

Ilmu-ilmu eksakta kesemuanya mempunyai objek fakta-fakta, dan benda-


benda alam serta hukum-hukumnya pasti dan tidak dapat dipengaruhi oleh
manusia. Ilmu-ilmu eksakta meliputi antara lain yaitu berbagai ilmu teknik
(seperti teknik permesinan kapal, nuklir, perminyakan, metalurgi, gas,
petrokimia, informatika, computer, planologi, kelautan, industri,
pertambangan, kimia, sipil, mesin, elektro, arsitektur, pertanian, geodesi,
geologi, geofisika, dan meteorologi), berbagai ilmu kedokteran (seperti
kedokteran gigi, anak, penyakit dalam, penyakit khusus, bedah, kebidanan,
bedah mulut, kesehatan masyarakat, keperawatan, kelamin, dan penyakit
mata), berbagai ilmu alam (seperti geofisika, bumi, ruang angkasa, dan
pesawat), berbagai ilmu matematika (seperti ilmu ukur ruang, ilmu ukur sudut
dan aljabar), berbagai ilmu hewan (seperti kedokteran hewan, biologi,
lingkungan dan peternakan), berbagai ilmu tumbuh-tumbuhan (seperti
pertanian dan kehutanan), berbagai ilmu kimia, ilmu tanah, ilmu komputer,
farmasi, agronomi, geografi dan statistik.

Sedangkan ilmu-ilmu sosial hukum-hukumnya relatif tidak sama dalam


berbagai ruang dan waktu, dibandingkan ilmu-ilmu eksakta (ilmu pasti) dalam
arti selalu ada perubahan yang tergantung pada situasi dan kondisi dan
lingkungan, bahkan bisa dipengaruhi dan diatur (rekayasa) oleh manusia. Ilmu-
ilmu sosial meliputi antara lain berbagai ilmu administrasi (seperti administrasi
pembangunan, Negara, fiskal, niaga, kepegawaian dan perkantoran), berbagai
ilmu ekonomi (seperti ekonomi pertanian, mikro, makro, social, akuntansi dan
keuangan), berbagai ilmu hukum (seperti hukum perdata, hukum pidana,
hukum adat, hukum islam dan hukum waris), serta disiplin ilmu sosial lainnya
seperti ilmu politik, ilmu pemerintahan, ilmu jiwa (psikologi), sosiologi,
jurnalistik, perhotelan, kepariwisataan, sejarah, antropologi, arkeologi,

17
komunikasi, manajemen, akuntansi, perpustakaan, hubungan internasional dan
ilmu Negara (Inu Kencana Syafi’, 2004:143).

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan penjelasan diatas kita dapat menarik kesimpulan bahwa


Ilmu adalah suatu pengetahuan tentang suatu bidang yang disusun secara
bersistem menurut metode-metode tertentu, yang dapat digunakan untuk
menerapkan gejala-gejala tertentu dibidang (pengetahuan) tersebut, seperti
ilmu hukum, ilmu pendidikan, ilmu ekonomi dan sebagainya. sedangkan
pengetahuan adalah berbagai gejala yang ditemui dan diperoleh manusia
melalui pengamatan akal. Pengetahuan muncul ketika seseorang
menggunakan akal budinya untuk mengenali benda atau kejadian tertentu
yang belum pernah dilihat atau dirasakan sebelumnya. Kemudian dalam ilmu
pengetahuan terdapat berbagai sub bidang dalam memahami hakikat keilmuan
secara luas dan mendalam seperti mempelajari ciri-ciri keilmuan, jenis-jenis
keilmuan dan sampai kepada struktur keilmuan itu sendiri.

B. Saran

18
Demikian makalah ini kami buat dengan harapan semoga makalah ini
bermanfaat dan menambah pengetahuan kita mengenai keilmuan. Makalah ini
juga terdapat kekurangan, baik dari segi penulisan maupun penyampaian,
maka kami selaku pemakalah mengharap saran dan kritik dari para pembaca
sekalian atas kekurangan dan kesalahan yang terdapat dalam penulisan
makalah ini.

19

Anda mungkin juga menyukai