Namun korupsi, manajemen yang buruk dan persaingan ketat dari Inggris (East
India Company) mengakibatkan runtuhnya VOC menjelang akhir abad ke-18.
Pada tahun 1796, VOC akhirnya bangkrut dan kemudian dinasionalisasi oleh
pemerintah Belanda. Akibatnya, harta dan milik VOC di Nusantara jatuh ke
tangan mahkota Belanda pada tahun 1800. Namun, ketika Perancis menduduki
Belanda antara tahun 1806 dan 1815, harta tersebut dipindahkan ke tangan
Inggris. Setelah kekalahan Napoleon di Waterloo diputuskan bahwa sebagian
besar wilayah Nusantara kembali ke tangan Belanda.
Pada awalnya, Sistem Tanam Paksa itu tidak didominasi hanya oleh pemerintah
Belanda saja. Para pemegang kekuasaan Jawa, pihak Eropa swasta dan juga
para pengusaha Tionghoa ikut berperan. Namun, setelah 1850 - waktu Sistem
Tanam Paksa direorganisasi - Pemerintah Kolonial Belanda menjadi pemain
utama. Namun reorganisasi ini juga membuka pintu bagi pihak-pihak swasta
untuk mulai mendominasi Jawa. Sebuah proses privatisasi terjadi karena
Pemerintah Kolonial secara bertahap mengalihkan produksi komoditi ekspor
kepada para pengusaha swasta Eropa.
Semakin banyak suara terdengar di Belanda yang menolak sistem Tanam Paksa
dan mendorong sebuah pendekatan yang lebih liberal bagi perusahaan-
perusahaan asing. Penolakan sistem Tanam Paksa ini terjadi karena alasan
kemanusiaan dan ekonomi. Pada 1870 kelompok liberal di Belanda
memenangkan kekuasaan di parlemen Belanda dan dengan sukses
menghilangkan beberapa ciri khas Sistem Tanam Paksa, seperti persentase
penanaman beserta keharusan menggunakan lahan dan tenaga kerja untuk
mengekspor hasil panen.
Kelompok liberal ini membuka jalan untuk dimulainya sebuah periode baru
dalam sejarah Indonesia yang dikenal sebagai Zaman Liberal (sekitar 1870-
1900). Periode ini ditandai dengan pengaruh besar dari kapitalisme swasta
dalam kebijakan kolonial di Hindia Belanda. Pemerintah Kolonial pada saat itu
kurang lebih memainkan peran sebagai pengawas dalam hubungan antara
pengusaha-pengusaha Eropa dengan masyarakat pedesaan Jawa. Namun, walau
kaum liberal mengatakan bahwa keuntungan pertumbuhan ekonomi juga akan
mengucur kepada masyarakat lokal, keadaan para petani Jawa yang menderita
karena kelaparan, kurang pangan dan penyakit tidak lebih baik dibandingkan
masa Tanam Paksa.
Abad ke-19 juga dikenal sebagai abad ekspansi karena Belanda melaksanakan
ekspansi geografis yang substantial di Nusantara. Didorong oleh mentalisme
imperialisme baru, negara-negara Eropa bersaing untuk mencari koloni-koloni
di luar benua Eropa untuk motif ekonomi dan status. Salah satu motif penting
bagi Belanda untuk memperluas wilayahnya di Nusantara - selain keuntungan
keuangan - adalah untuk mencegah negara-negara Eropa lain mengambil
bagian-bagian dari wilayah ini. Pertempuran paling terkenal (dan pertempuran
yang paling lama antara Belanda dan rakyat pribumi) selama periode ekspansi
Belanda abad ini adalah Perang Aceh yang dimulai pada tahun 1873 dan
berlangsung sampai 1913, berakibat pada kematian lebih dari 100,000 orang.
Namun, Belanda tidak pernah memegang kontrol penuh atas Aceh. Toh,
integrasi politik antara Jawa dan pulau-pulau lain di nusantara sebagai kesatuan
politis kolonial telah sebagian besar dicapai pada awal abad ke-20.
Waktu perbatasan Hindia Belanda mulai mirip perbatasan yang ada di Indonesia
saat ini, Ratu Belanda Wilhelmina membuat pengumuman pada pidato
tahunannya di 1901 bahwa kebijakan baru, Politik Etis, akan diterapkan di
Hindia Belanda. Politik Etis ini (yang merupakan pengakuan bahwa Belanda
memiliki hutang budi kepada orang nusantara) bertujuan untuk meningkatkan
standar kehidupan penduduk asli. Cara untuk mencapai tujuan ini adalah
melalui intervensi negara secara langsung dalam kehidupan (ekonomi),
dipromosikan dengan slogan 'irigasi, pendidikan dan emigrasi'. Namun,
pendekatan baru ini tidak membuktikan kesuksesan yang signifikan dalam
meningkatkan standar kehidupan penduduk asli.
Pada Maret 1942, tentara Jepang, dibakar semangatnya oleh keinginan akan
minyak, menyediakan bantuan tersebut dengan menduduki Hindia Belanda.
Walau pada awalnya disambut sebagai pembebas oleh penduduk pribumi
Indonesia, mereka segera mengalami kesengsaraan di bawah penjajahan Jepang:
kekurangan makanan, pakaian dan obat beserta kerja paksa di bawah kondisi
yang menyiksa. Kurangnya makanan terutama disebabkan oleh administrasi
yang tidak kompeten, dan ini mengubah Jawa menjadi sebuah pulau penuh
kelaparan. Orang-orang Indonesia bekerja sebagai buruh paksa
(disebut romusha) ditempatkan untuk bekerja dalam proyek-proyek yang padat
karya di Jawa.
Waktu Jepang mengambil alih Hindia Belanda para pejabat Belanda
ditempatkan dalam kamp-kamp tawanan dan digantikan oleh orang-orang
Indonesia untuk mengerjakan tugas-tugas kepemerintahan. Tentara Jepang
mendidik, melatih dan mempersenjatai banyak kaum muda Indonesia dan
memberikan suara politik kepada para pemimpin nasionalis. Ini memampukan
para pemimpin nasionalis untuk mempersiapkan masa depan bangsa Indonesia
yang merdeka. Pada bulan-bulan terakhir sebelum penyerahan diri Jepang, yang
secara efektif mengakhiri Perang Dunia II, pihak Jepang memberikan dukungan
penuh pada gerakan nasionalis Indonesia. Hancurnya kekuasaan politik,
ekonomi, dan sosial Pemerintah Kolonial Belanda melahirkan sebuah era baru.
Pada 17 Agustus 1945, Soekarno dan Hatta memproklamasikan kemerdekaan
Indonesia, dua hari setelah penjatuhan bom atom di Nagasaki.
Sumber:
BAGI
1841
Raja-raja Badung, Klungkung, Karangasem dan Buleleng di Bali
menandatangani perjanjian yang mengakui kekuasaan Belanda; para raja
itu diberikan hak untuk tetap berkuasa ke dalam.
James Brooke mulai membangun sebuah kerajaan pribadi untuk
dirinya sendiri di Sarawak.
1842
Belanda menarik diri dari pantai timur Sumatra di sebelah utara
Palembang karena kekuatiran Britania.
Bangsawan di Surakarta ditangkap karena dicurigai menghasut
pemberontakan.
1843
Raja Lombok menerima kekuasaan Belanda.
Kelaparan di Cirebon.
1844
Raja-raja Buleleng dan Karangasem tidak puas dengan Belanda,
dan menolak untuk mengesahkan perjanjian.
1845
Industri vanila dimulai di Jawa.
1846
Juni, pasukan-pasukan Hindia Belanda menyerang Buleleng; raja-
raja lain diam-diam mendukung kekuatan-kekuatan anti-Belanda. Istana
di Singaraja dihancurkan. Raja Buleleng menandatangani perjanjian
penyerahan. Hindia Belanda menempatkan sebuah pos pasukan di
Singaraja.
Ekspedisi Hindia Belanda melawan Flores.
Wabah tipus merebak di Jawa.
Hindia Belanda menguasai Samarinda.
Tambang batu bara komersial pertama dibuka di Martapura,
Kalimantan Selatan.
Pemberontakan di Banten.
1847
Ekspedisi militer Belanda ke Nias.
1848
Juni, Hindia Belanda mengirim pasukan militer ke Bali untuk
menghadapi konflik yang timbul karena pemaksaan perjanjian dengan
raja-raja setempat. Pasukan ini dikalahkan oleh suatu pasukan Bali di
bawah pimpinan Gusti Ketut Jilantik di Jagaraga, dan menarik diri dari
pulau itu.
Konstitusi baru di Belanda: Dewan Negara (parlemen) Belanda
mempunyai kuasa atas urusan-urusan kolonial. Sebagian anggota
parlemen menuntut diadakannya perubahan di tanah jajahan dan
mendesak diadakannya pembaharuan liberal. Pengurangan peranan
pemerintah dalam perekonomian kolonial, pembebasan terhadap
pembatasan perusahaan swasta, dan diakhirinya tanam paksa.
Undang-undang, sipil dan kriminal yang diperbarui untuk Hindia
Belanda diperkenalkan, dan berlaku hanya untuk keturunan Eropa saja.
Demonstrasi di Batavia, dipimpin oleh Baron van Hoevell (seorang
pendeta Hervormd Belanda), memohon kepada Raja Belanda agar
diberlakukan kebebasan pers, sekolah menengah untuk masyarakat, dan
perwakilan untuk Hindia Belanda di Dewan Negara.
Sekolah-sekolah karesidenan untuk pendidikan dan latihan anak-
anak para pemerintah dan bangsawan setempat, mulai dibuka.
1849
April, Sebuah kekuatan militer Hindia Belanda dalam jumlah besar
dikirim ke Bali. Gusti Ketut Jilantik gugur dalam pertempuran. Hindia
Belanda menguasai Buleleng dan pantai utara Bali.
Mei Pasukan-pasukan Hindia Belanda memasuki Bali selatan
untuk pertama kalinya, bergerak melalui Karangasem dan Klungkung
untuk memadamkan perlawanan.
Raja Lombok menyerang dan merebut Karangasem.
Belanda menguasai penuh Palembang.
1850
Belanda memulai pekerjaan misi di kalangan suku Batak di
Sumatra utara. Pemerintah Hindia Belanda melarang para
misionaris Katolik memasuki daerah suku Batak di Sumatra atau Toraja
di Sulawesi. Hanya para misionaris Protestan yang diizinkan masuk ke
sana.
Bala kelaparan di Jawa Tengah.
Belanda membeli sisa-sisa benteng Portugis di Flores.
1851
Sekolah "Dokter-Jawa" didirikan di Gambir (Weltevreden),
Batavia.
Billiton Maatschappij memulai pertambangan timah di Belitung.
Banyak buruh Tionghoa yang didatangkan ke sana.
1852
Aceh mengirim utusan kepada Napoleon III dari Perancis.
Pohon kola diperkenalkan di Jawa.
Belanda mengakhiri pajak yang dipungut dari para calon jemaah
haji.
1853
Belanda mulai mengatur administrasi Bali utara.
Mangkunegara IV mengambil gelarnya di Surakarta.
1854
Pemerintah Belanda mengeluarkan suatu pembaruan konstitusional
untuk daerah Hindia Belanda ("Regeeringsreglement"). Para penguasa
setempat di Hindia Belanda akan tetap memiliki kekuasaan tradisional
atas warga mereka, dan berkuasa atas nama Belanda. Pemisahan yang
ketat antara warga Eropa dan kaum Inlander diakui di dalam undang-
undang.
Gubernur Jenderal Hindia Belanda memperoleh kuasa untuk
mengasingkan siapapun juga; terhukum tidak memiliki hak untuk naik
banding atau meninjau ulang keputusannya.
Aceh menegakkan kekuasaannnya
atas Langkat, Deli dan Serdang di pantai timur Sumatra ("pelabuhan
lada").
Tanaman cinchona (kina) diperkenalkan di Priangan, di Cibodas,
Jawa Barat.
1855
Hamengkubuwono VI menjadi Sultan Yogyakarta.
Militer Belanda melakukan ekspedisi ke Nias.
Belanda memperluas kekuasaannya atas Kalimantan Barat.
Pangeran Diponegoro meninggal di Benteng Rotterdam, Makassar.
1856
Aturan Penerbitan memberikan kekuasaan kepada Gubernur
Jenderal untuk melakukan sensor pra-penerbitan terhadap pers tanpa
kesempatan naik banding atau peninjauan kembali.
Maret, Eduard Douwes Dekker dipecat dari posisinya di
pemerintahan di Jawa Barat setelah menuduh para bupati setempat
melakukan korupsi. (Belakangan, dengan nama pena "Multatuli", ia
menulis novel "Max Havelaar", yang mengungkapkan kondisi-kondisi
dan penindasan di Jawa oleh pemerintah kolonial kepada para pembaca
di Belanda.)
Ekspedisi militer Belanda ke Flores.
1857
Belanda ikut campur dalam suksesi Sultan Banjarmasin, dengan
mendukung Tamjidillah daripada Hidayatullah yang lebih populer.
Kabel telegraf pertama diletakkan dari Batavia
ke Buitenzorg (Bogor).
1858
Ekspedisi Belanda melawan Sulawesi selatan.
Ratu Taha Saifuddin dari Jambi menolak perjanjian dengan
Belanda, melarikan diri ke hutan-hutan dengan membawa pusaka
(lambang kekuasaan keluarganya), dan berjuang hingga 1904.
Belanda mengambil Siak di Sumatra utara melalui perjanjian dan
memindahkan pasukan-pasukannya untuk mencegah para petualang
Britania mendapatkan tempat berpijak di sana. Perbatasan Siak
ditetapkan hingga mencakup Langkat dan Deli, yang berbatasan dengan
wilayah Aceh.
Pemerintahan Hindia Belanda mengalami defisit karena biaya-
biaya militer.
Pakubuwono VIII menjadi Susuhunan Solo.
1859
Perang Banjarmasin dipimpin oleh Pangeran Antasari; Belanda
menarik dukungannya terhadap Tamjidillah, mengirimnya ke Buitenzorg
(kini Bogor).
Portugis menandantangani perjanjian dengan Belanda: Portugis
melepaskan pos-posnya yang jauh dan klaim-klaimnya atas Flores dan
Solor kepada Belanda, dan mempertahankan haknya atas Timor Portugis.
Pembagian antara Timor Barat dan Timur diputuskan.
Pemerintah Belanda melarang perbudakan di Hindia Belanda.
Ekspedisi militer Belanda ke Bone untuk menggulingkan
Ratu Basse Kajuara.
Kabel telegraf dipasang antara Batavia hingga Singapura.
1860
"Max Havelaar" diterbitkan.
Belanda membuka Pulau Sabu.
Belanda menghapuskan Kesultanan Banjarmasin, dan memaksakan
pemerintahan kolonial langsung.
Belanda memperluas wilayah protektoratnya hingga
mencakup Kesultanan Wajo di Sulawesi.
1861-1880 (Perang Aceh, Perang Batak, UU Agraria)[sunting | sunting
sumber]
1861
Pakubuwono IX menjadi Susuhunan Solo.
Para misionaris Protestan Jerman mulai bekerja di sekitar Danau
Toba di Sumatera Utara.
1862
Pangeran Hidayatullah menyerah di Banjarmasin, dan dibuang ke
Jawa. Antasari meninggal karena cacar, perang gerilya berlanjut.
Wajib tanam lada dihentikan.
1863
Ekspedisi militer Belanda ke Nias.
Britania mengirim kapal-kapal perang ke Langkat dan "pelabuhan-
pelabuhan lada lainnya " di Sumatra.
1 Juli, Perbudakan secara resmi berakhir di Hindia Belanda.
Tanaman tembakau diperkenalkan di Sumatera Utara.
Fransen van de Putte, seorang bekas pemilik perkebunan di Jawa
dan penentang sistem tanam paksa, menjadi Menteri Urusan Koloni
Belanda.
Wajib tanam cengkeh dan pala diakhiri.
1864
1 April, Perangko Hindia Belanda pertama diterbitkan.
Belanda bereksperimen dengan tanaman karet di Jawa dan
Sumatra.
Belanda mengklaim Kepulauan Mentawai.
Sultan Siak terakhir turun takhta.
1865
Tanam paksa teh, kayu manis dan nila diakhiri.
Belanda memperkenalkan tembakau di Deli dan Sumatera Utara.
Belanda melembagakan pemerintahan langsung di
Kesultanan Asahan di Sumatera Utara dan menyingkirkan Sultan ke
Riau.
Undang-undang dan peraturan kehutanan yang baru diperkenalkan.
1866
Wajib tanam tembakau diakhiri. Sementara
di Jepang terjadi Restorasi Meiji pada tahun 1866 sampai 1869.
Hindia Belanda melembagakan pemerintahan langsung di Sumba.
1867
Gunung Merapi meletus dekat Yogyakarta; 1.000 orang meninggal.
"Undang-undang Pertanggungjawaban" mewajibkan keuangan
Hindia Belanda dipisahkan dari keuangan Belanda.
Departemen Pendidikan Hindia Belanda dibentuk.
1868
Belanda memperketat kekuasaannya terhadap Bengkulu.
1869
Sepertiga penduduk Sabu meninggal karena cacar.
Aceh memohon perlindungan kepada Kerajaan Ottoman.
Deli Maatschappij didirikan oleh para investor swasta.
Pada 1869, Terusan Suez dibuka, sehingga sangat mengurangi
waktu dan upaya perjalanan antara Eropa dan Asia lewat laut, dan
menjadikan tempat-tempat seperti Aceh jauh lebih penting dan strategis.
1870
Wilayah Minahasa ditempatkan di bawah pemerintah langsung
Belanda.
Sultan Mahmud Syah memerintah di Aceh hingga 1874.
Undang-undang Gula mulai suatu masa pembaruan agrikultur.
Penyakit melanda tanaman kopi di Jawa.
Pelayanan kapal uap yang rutin ke Belanda melalui Terusan Suez
dibuka.