Anda di halaman 1dari 4

TUGAS PERUMAHAN PERMUKIMAN (PERKIM)

“Permasalahan Permukiman di Indonesia di

Kampung Nelayan, Pesisir Selumit Pantai, Kota Tarakan,


Kalimantan Utara.”

Oleh:

AUDYA ANNISA RIZKIAANZANI

NIM 3201507037

JURUSAN TEKNIK ARSITEKTUR

PROGRAM STUDI D3 ARSITEKTUR

POLITEKNIK NEGERI PONTIANAK


PERMUKIMAN KUMUH DI WILAYAH PESISIR SELUMIT PANTAI, KOTA
TARAKAN

Hampir di seluruh wilayah di Indonesia terdapat permukiman-permukiman kumuh,


terutama di kota kota besar. Menurut Kementrian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
(PUPR), jumlah kawasan kumuh pada seluruh kota di Indonesia mencapai 38.431 hektar.

Kota Tarakan, sebuah kota di Kalimantan Utara juga termasuk kedalam salah satu
kota dengan kawasan kumuh tersebut. Berdasarkan Surat Keputusan Walikota Tarakan,
kawasan kumuh di Tarakan yaitu seluas kurang lebih 33,4 hektar yang tesebar pada 4
keluarahan. Kelurahan Selumit, Kelurahan Selumit Pantai, Kelurahan Gunung Lingkas dan
Kelurahan Sebengkok.

Sebagai Kota Pulau, Kota Tarakan sangat identik dengan wilayah pesisir pantai.
Dimana luas daratan Kota Tarakan kurang lebih 250,80 km2 seluruh wilayah daratannya
memiliki pesisir.

(Gambar Peta Udara Kawasan Permukiman di wilayah Selumit Pantai, Kota Tarakan)

Namun, wilayah pesisir yang seharusnya dijaga dan dirawat lingkungannya tumbuh
menjadi kawasan permukiman yang kumuh. Awal mula tumbuhnya kawasan permukiman
kumuh pada wilayah pesisir ini semua berawal sebagai kampung nelayan. Permukiman
tersebut dihuni oleh para nelayan, seiring dengan pertambahan jumlah penduduk
lingkungan mereka berkembang menjadi permukiman padat yang tidak tertata dan
terkendali. Salah satu contoh permukiman kumuh kampung nelayan di Tarakan ini tepatnya
berada di wilayah pesisir Selumit Pantai.

Kondisi lingkungan permukiman pada warga disana sangat memprihatinkan, karena


lingkungan yang kumuh, sempit, tidak nyaman dan tidak sehat. Lingkungan mereka tidak
dilengkapi dengan sarana prasarana dan sarana pendukung yang layak seperti misalnya
akses jalan, sanitasi, air bersih dan pengelolaan sampah.
1. Akses Jalan

Sebagai alat penghubung yang menghubungkan


antara rumah warga, akses jalan disana berupa
jembatan kayu dengan ukuran lebar hanya
kurang dari 2 meter sampai maksimal 3 meter.
Jalan tersebut dibangun di atas air pasang surut
dengan tongkat tiang kayu.

2. Sanitasi

Semua rumah warga disana hampir tidak


memiliki jamban dengan septic tank. Sehingga
warga yang ingin buang air kecil maupun air
besar, mereka membuangnya dengan cara
langsung ke bawah kolong rumah mereka
masing-masing, dengan sistem jamban
cemplung.
3. Air Bersih
Jaringan air bersih pada permukiman disana sudah ada jaringan pipa air PDAM,
namun kondisi air tidak sepenuhnya dapat digunakan oleh warga. Air PDAM lebih
sering tidak mengalir, apalagi saat musim kemarau.
4. Pengelolaan Sampah
Pengelolaan sampah di permukiman warga
kampung nelayan, pesisir selumit pantai sangat
memprihatinkan. Sampah tidak dikelola dengan
baik, tidak ada tempat pembuangan sampah.
Warga lebih suka membuang sampah langsung
melewati kolong di dalam rumah mereka.
Sehingga tak heran jika sampah menumpuk dan
menimbulkan bau yang tidak sedap.

Karakteristik bangunan rumah tempat tinggal warga disana, seluruh rumahnya


berupa rumah panggung, yang dibangun diatas air pasang surut. Bahan material bangunan
terbuat dari kayu yang hanya beratapkan seng. Jarak kerapatan antara bangunan rumah
warga tersebut saling berhimpit satu sama lain. Dan hanya dipisahkan oleh lorong-lorong
sempit saja.
(Gambar kondisi lingkungan dan bangunan di Kawasan Permukiman di wilayah Selumit Pantai, Kota Tarakan)

Anda mungkin juga menyukai