Anda di halaman 1dari 12

Sebelum membaca lebih jauh "ADVENTURE TAK MELULU TENTANG

GUNUNG" kami ingatkan terlebih dahulu kepada pembaca untuk tidak terlalu
meyakini bahwa keseluruhan isi tulisan ini benar.
Namun, secara aplikatif tulisan ini memang telah teruji kok. Kenapa? Karna
semua yang ditulis disini adalah pengalaman dan ide lansung dari pelakunya.
Tulisan tentang “ADVENTURE TAK MELULU TENTANG GUNUNG” ini bakal
kita ulas bersamaan dengan harapan supaya anda yang membacanya tidak
ketinggalan trend dan tidak bingung dengan gaya barunya wisata petualangan yang
pasti dan telah terjadi di realitas sekarang ini.
Selamat membaca.
PENGANTAR
Sebagai pengantar alangkah baiknya kita sepakat terlebih dahulu bahwa
dunia petualangan memang bukan hanya ada di mendaki gunung dan tentang
gunung. Juga kami tegaskan bahwa tulisan ini dibuat khusus untuk mengulas
perspektif wisata petualangan khususnya mendaki gunung terhadap perkembangan
dunia kepariwisataan dimasa depan.
Bagi anda yang berwisata mendaki gunung atau penyuka pendakian yang
sudah lama telah melakukan kegiatan itu, anggap saja dalam rentan waktu 5 sampai
10 tahun yang lalu atau pemain lama di dunia pendakian. Anda akan sepakat bahwa
pendakian pada waktu zaman itu berbeda dengan pendakian 2 atau 3 tahun
belakangan.
Berbedanya bisa dari sisi mana saja; bisa jadi peralatan, keadaan medan,
keadaan lingkungan, keadaan fisik, dan seterusnya. Contoh, 10 tahunan ke
belakang mungkin para pendaki gunung masih menggunakan peralatan yang
terkesan meringankan namun sebenarnya memberatkan. seperti peralatan
masak/cooking set, dulu berbahan tebal dan berat atau mungkin ada yang waktu itu
masih membawa panci serta kuali ke gunung, tapi sekarang sudah ada beragam
jenis cooking set mulai yang anti berat, anti karat, anti lemak, anti gosong,dll.
Dulu masih ada beberapa pendaki yang menggunakan boots yang berat dan
tidak nyaman, tapi sekarang ada ratusan mungkin jenis alas kaki khusus pendaki
gunung. Mulai dari yang anti air, anti panas, tidak berat, dan nyaman dipakai sesuai
kebutuhan si pemakai. Dulu packing peralatan satu carier harus di injak-injak biar
semua masuk, tapi sekarang semua peralatan sudah portable dan simple. Tenda
sudah di buat semakin simpel mulai dari yang berbahan ringan, kuat, anti badai, anti
panas, ada yang khusus gunung es, khusus gunung hutan, tempat lembap,dsb.
Matras bisa dilipat sampe packingannya sekecil mungkin, sleeping bag dulu
packingannya 3/4 ukuran carier, sekarang sleeping bag bisa di packing masuk ke
kantong kresek kecil, dulu untuk peralatan lengkap camping 1 orang saja masih
perlu tambahan tas, setidaknya tempat barang pribadi ataupun makanan. Sekarang,
mulai dari perlengkapan camping, makan, perlengkapan pribadi sudah bisa masuk
dalam 1 packingan bag yang nyaman.
Benar kan? Banyak dan cepat sekali perubahan dunia pendakian.
Mendaki Dulu, Kini dan Nanti

Baru mendaki, gaya!

Di pertengahan tahun 2000an kegiatan pendakian gunung sedang booming-


boomingnya, malah bisa dikatakan sebagai lifestyle baru dikalangan muda. Tak
hanya melibatkan kaum muda ternyata aktivitas naik gunung juga memancing
keterlibatan orang dewasa bahkan anak-anak. Bermacam-macam motivasi mereka;
ada yang memang kemauan sendiri, ada yang gara-gara terobsesi film, terobsesi
tokoh idola, ada juga yang sekedar ikut-ikutan teman setongkrongan.
Lalu setelahnya muncul fenomena membentuk kumpulan-kumpulan para
pendaki gunung dari berbagai latar belakang. Seperti komunitas pendaki dari
kalangan kampus, sekolahan, tongkrongan, bahkan organisasi khusus daki gunung
versi kantoran/instansi. Hal itu menyebabkan ramenya organisasi-organisasi atau
kelompok-kelompok penyuka daki gunung.
Kalau anda termasuk yang mana?
Wah-nya kegiatan mendaki gunung pada masa itu tentu punya hal positif dan
negatifnya tersendiri. Mari kita coba ulas disini.
Di awal tahun 2000an kegiatan daki gunung memang sedang digandrungi di
indonesia. Tua, muda, sampai anak-anak pun hampir bisa dikatakan jatuh cinta
pada kegiatan ini. Selain pemandangan yang indah,suasana hutan dan gunung yang
khas serta banyak lagi alasan mereka melakukan aktifitas naik gunung.
Namun mirisnya dengan ramainya orang-orang yang naik gunung waktu itu
malah memunculkan batas sosial baru di tatanan kehidupan sosial. Orang-orang
yang menyukai aktifitas “nanjak” lalu membentuk kumpulan atau organisasi sesama
penanjak malah membatasi dirinya terhadap kegiatan sosial dengan orang yang
bukan bagian dari kumpulan mereka. Padahal sebelumnya mereka adalah kelompok
sosial dalam satu kumpulan. Contoh, di sebuah kantor beberapa karyawan mudanya
menikmati liburan mereka dengan cara mendaki gunung. Lalu di liburan berikutnya
mereka masih melakukan kegiatan yang sama, lalu muncul inisiatif untuk
membentuk kumpulan khusus karyawan pendaki gunung. Mereka sesama karyawan
yang tak menghabiskan liburannya dengan ikut mendaki gunung dengan kumpulan
baru tersebut akhirnya jarang ketemu sehingga menyebabkan batasan sosial baru.
Dulunya mereka satu kumpulan sesama karyawan, sekarang ada dua kumpulan
karyawan. Pertama adalah kumpulan karyawan “yang baru hobby” naik gunung,
kedua adalah kumpulan karyawan bukan pendaki gunung. Contoh lain, dulunya
setongkrongan di kantin sekolah atau kampus, sekarang jadi enggan saling sapa
hanya karena teman sudah naik gunung dan sombong dengan hobby baru nya itu.
Tidak bisa kita tidakkan kalau memang waktu itu naik gunung memang
sedang fenomenal. Menyebabkan mereka yang sedang suka naik gunung mulai
merasa punya gaya hidup baru dan terkeren, tapi tanpa sadar memunculkan ejekan-
ejekan atau candaan untuk mereka yang tidak naik gunung. Dibilang nggak gaul lah,
fisik lemah lah ,gak seru, dan sebagainya.
Namanya juga fenomena baru dan sedang booming, akhirnya saling ejek antara
pendaki dan bukan pendaki pun juga ikut menjadi fenomena baru tanpa kita sadari.
Pendaki mengejek yang tak mendaki,sispala mengejek yang bukan sispala, mapala
juga demikian, bahkan organisasi-organisasi baru mendaki juga ikut becandain
orang-orang yang tak satu kumpulan. Tentu bagi mereka yang tidak mendaki
merasa down atau bahkan membalas dengan mengejek pula. Alhasil, batasan sosial
baru itu pun merebak sampai sekarang.
Mungkin anda seorang pendaki, atau baru mendaki atau bahkan baru berniat
ingin mendaki. Perlu anda ingat, fenomena dunia pendakian diatas tidak perlu anda
ikuti. Mendaki gunung bukan hal terkeren yang bisa dilakukan kok. kenapa? Ya
karna tujuannya memang bukan untuk sekedar keren-kerenan.
Tanpa memihak bagaimana dan siapa yang benar serta siapa yang salah,
naik gunung bukanlah tentang gaya-gayaan untuk sekedar pamer kekuatan fisik di
tongkrongan, pamer hobby baru, pamer skill di komunitas. Kalau anda mendaki atas
dasar ingin pamer saja, anda akan dapat ungkapan seperti ini dari orang lain “baru
mendaki aja gaya!”.
Ingat, mendaki gunung merupakan kegiatan yang terbilang ekstrim, jadi
pertimbangkan dulu niat anda kalau ingin gaya-gayaan. Mendaki gunung lebih
bermanfaat dari itu.
Ada ungkapan yang kita semua pernah dengar.kira-kira ungkapan itu bilang
begini:

“Usahakan hari ini lebih baik dari hari kemarin, dan hari esok harus lebih baik
dari hari ini’.

Mari kita tinggalkan budaya buruk di masa lalu, jadikan pelajaran untuk masa
sekarang agar kita bisa lebih baik dimasa depan.
Sekedar pesan buat kita yang dulunya mendaki dan sampe sekarang masih
mendaki bahkan sampai nanti masih berencana untuk mendaki, mungkin kita dulu
pengejek atau ter-ejek, biarlah itu berlalu tak perlu kita ulangi dan teruskan.
Sekarang kita ada di masa pertengahan antara mendaki dulu dan mendaki nanti.
Jadi yang tengah punya tantangan tersendiri, kita ditantang untuk memperbaiki
budaya lama dan membuat baik masa depan.
Kabar baiknya begini, ternyata sekarang fenomena buruk dunia kependakian
masa lalu sudah berangsur hilang. Fenomena masa lalu perlahan mulai hilang
mungkin dikarenakan tujuan mendaki gunung yang terkesan itu itu aja. Atau tak
menutup kemungkinan juga kegiatan pendakian gunung mulai kurang diminati
karena banyak pilihan jenis alternatif petualangan baru selain mendaki gunung yang
sensasi maupun adrenalin-nya bisa dibilang hampir sama. Beberapa aktifitas ketika
mendaki gunung juga mulai disadari bahwa bisa kita lakukan tanpa mendaki
gunung. Seperti camping, bisa saja dilakukan di daerah berbukit yang aksesnya
lebih dekat dari tempat tinggal serta tak terlalu menguras tenaga untuk mendaki, lalu
ada juga trend camping di sekitaran sungai/danau yang bisa disertai aktifitas lain
seperti memancing, tak jarang juga ada yang hanya sekedar camping ceria
semalam di areal persawahan, dilapangan ataupun sekedar dihalaman rumah.
Petualangan alam bebas versi mendaki gunung sekarang telah punya persepsi dan
prinsip baru tersendiri. Yang jika saya katakan mungkin kebanyakan dari anda tidak
sepakat, tapi begitulah kenyataannya.
Dunia petualangan sekarang sudah acuh dengan embel-embel prinsip yang
terlalu filosofis. Contoh, dulu adventurers dengan pede berprinsip mendaki gunung
karena cinta alam, mensyukuri nikmat tuhan, melatih emosi dan kondisi psikis. Tapi
sekarang prinsip-prinsip semacam itu terkesan tak lagi relevan dengan realitasnya.
Adventurers zaman sekarang lebih memilih bertualang dengan dasar logika. Dasar
mereka mengunjungi suatu tempat adalah ; Tempat yang mereka kunjungi
instagramable apa tidak? Ramai dikunjungi apa tidak? Accessable apa tidak?. Jadi,
dunia petualangan alam sekarang lebih berprinsip logis bagi pelakunya. Saya tidak
berani menentukan itu merupakan perubahan yang baik atau buruk. Tapi yang
sama-sama perlu kita sadari adalah bahwa memang ada yang berubah. Siap atau
tidak perubahan itu sudah dan sedang kita ikuti juga, jadi percuma kalau kita
pertengkarkan tentang gaya petualangan dulu dan sekarang. Dulu punya kebaikan
dan keburukannya tersendiri, begitupun sekarang tidak semuanya buruk. Bisa jadi
malah banyak kebaikannya.
Bagi saya dan bisa jadi inilah alasan saya menulis buku ini serta inilah alasan
paling penting mengapa pendakian gunung trendnya menurun saat ini, bisa jadi
karena fenomena saling ejek dan canda-candaan antara pendaki dengan non
pendaki dan sebaliknya. Sehingga mereka yang tak mendaki (tentu saja jumlahnya
lebih banyak dari yang mendaki) mencari alternatif petualangan baru atau
petulangan tandingan untuk menunjukkan eksisnya mereka. Contohnya seperti
camping ceria, piknik, soft trekking, campfishing, dan sebagainya. Kegiatan
semacam ini memang lebih umum untuk menyasar peminatnya jika dibanding
dengan pendakian gunung. Camping ceria dan lainnya bisa dilakukan oleh para
keluarga, muda-mudi sampai anak-anak. Tentu saja dengan banyaknya orang
melakukan sebuah trend mengakibatkan munculnya rasa penasaran bagi orang lain
yang belum melakukannya untuk ikut melakukannya. Tak menutup kemungkinan hal
inilah yang menjadi penyebab utama kenapa kegiatan mendaki gunung hanya
diminati segelintir orang dan sepi peminat akhir-akhir ini. Selain itu juga sekarang
mulai banyak tempat-tempat yang menyediakan lokasi dan layanan camping ala
gunung. Yang gampang diakses tanpa harus capek dan harus memikirkan segala
macamnya.
Teman-teman pendaki bisa saja menjawab semua ulasan diatas dengan
simpel berkata "kalau tidak mau capek dan males mikir banyak hal ya nggak usah
naik gunung". Ya, jawaban itu memang benar boss. Tapi untuk mereka yang memilih
tak mau capek-capek naik gunung dan memilih alternatif kegiatan yang lain bagi
mereka juga logis dong?
Maka di bagian ini kita coba menyimpulkan begini ; Tulisan ini tak bermaksud
sedikitpun mendiskreditkan atau membandingkan petualangan mendaki gunung
dengan kegiatan lainnya. Tapi mari coba kita longgarkan sedikit cara berpikir kita.
Jika anda membacanya sebagai seorang pendaki gunung coba bayangkan dan
analisa dengan otak pendaki gunung anda, apakah semua yang dikatakan diatas
faktanya tidak benar? Cukup anda jawab dalam hati atau bisa membuat tulisan
jawaban dari tulisan ini. Jika anda membacanya sebagai seseorang yang bukan
pendaki gunung, maka yang anda baca disini adalah benar pernyataan dan hasil
pengamatan penulis sebagai pendaki dan pengamat dunia pendakian sejak tahun
2012. Namun jika anda adalah seseorang yang punya semangat ingin mendaki
gunung tapi bingung dengan segala hal tentangnya, maka anda adalah orang yang
tepat membaca buku ini dibanding 2 orang yang saya sebutkan sebelumnya.
Tapi ingat, buang jauh-jauh sifat ejek mengejek. Entah itu antar sesama pendaki,
pendaki dengan non-pendaki, atau antara anda dan saya yang membuat tulisan ini.
Adventure tak melulu tentang gunung

Bagian sebelumnya sebaiknya kita anggap selesai untuk diperbicangkan


terlalu jauh. Pada bagian akhir ini kita akan coba masuk ke dunia wisata
petualangan masa depan baik itu wisata gunung atau lainnya. Tentu saja dengan
harapan supaya kita semua tak ketinggalan trend dan tak bingung menghadapi
dunia wisata petualangan masa depan.
Mari kita mulai dari memprediksi bakal seperti apa dunia wisata khususnya
pendakian kedepan, katakanlah 5-10 tahun yang akan datang. Seperti yang kita
ketahui sekarang kita semua hidup di dunia yang serba disimpelkan atau era
berteknologi canggih. Banyak hal yang dulunya dikerjakan manual sekarang menjadi
automatic, dulunya kita beraktifitas secara offline sekarang menjadi online, dulu
tenaga manusia dibutuhkan untuk bekerja dan menyentuh pekerjaan secara lansung
tapi sekarang banyak manusia-manusia pekerja yang telah digantikan oleh berbagai
jenis kecanggihan teknologi. Seperti, dulu ketika ingin berlibur kesuatu tempat kita
mesti melakukan reservasi dan konfirmasi secara face to face. Namun sekarang
untuk reservasi hotel, pesawat, kereta, bahkan untuk makan pun bisa dilakukan
melalui smartphone kita masing-masing. Di dunia petualangan khususnya pendakian
gunung ternyata juga mengalami perubahan karena sentuhan teknologi serta
digitalisasi. Perlengkapan pendaki gunung sekarang saja sudah banyak yang super
canggih. Tenda dengan berbagai macam bentuk serta dibuat semakin simpel, ada
yang dilempar saja lansung terbentuk,ada yang memakai teknologi semacam
hidrolik sekali tarik lansung jadi sehingga tak perlu lagi ribet untuk pasang frame,
pancang, tali dan sebagainya. Lalu juga ada tenda dengan pendingin, pemanas, anti
badai, dan sebagainya. Kompor untuk memasak juga dibuat makin simpel
setidaknya dari segi bentuk dan ukuran, kita merasa sangat terbantu dengan
beragam jenis kompor portable ada yang anti badai, hemat bahan bakar, berukuran
mini,enteng dibawa, dan seterusnya. Hampir semua hal yang berkaitan dengan
dunia pendakian gunung telah tercanggihkan oleh adanya teknologi terbarukan. Hal
itu membuktikan bahwa kemajuan teknologi itu datangnya memang tak dapat kita
bendung namun bisa kita sikapi dengan cara yang bijak.
Berikut beberapa prediksi perubahan trend wisata petualangan kedepan :

Wisata pendakian sepi peminat

Jika melihat perubahan yang terjadi di dunia wisata petualangan, maka


dimasa depan dapat diprediksi kalau akan ada perubahan besar terhadap wisata
pendakian yang bisa membuat pendakian gunung sepi peminat, apa saja
penyebabnya :

1. Perubahan mindset
Seperti yang disampaikan diawal tulisan ini, apa itu? Akan ada perubahan
prinsip serta alasan orang-orang untuk melakukan pendakian gunung. Yang dulunya
sangat filosofis sekarang menjadi sangat logis. Tapi yang namanya logis kan
tergantung pemikiran/mindset masing-masing orang. Namun kedepan berani kami
prediksi akan banyak orang-orang terutama generasi muda sekarang yang
berpikiran kritis memilih untuk tak berwisata naik gunung. Kenapa? Karena bagi
mereka mendaki gunung adalah aktifitas yang melelahkan secara fisik, kegiatannya
juga begitu-begitu saja, hitungan budgeting berwisata mendaki gunung secara
matematis juga lebih mahal dibanding wisata lain, resiko bahaya digunung lebih
besar daripada wisata lainnya, dari segi waktu mendaki gunung juga butuh waktu
yang relatif lebih lama dibanding wisata lain yang lebih accessable, dikalangan muda
sekarang yang kebanyakan penyuka sosmed gunung juga tak sosmed-able amat
bagi mereka. Perubahan prinsip serta mindset inilah yang bakal membuat wisata
pendakian gunung sepi peminat.

2. Hadirnya pilihan wisata alternatif


Selain terjadinya perubahan mindset dikalangan adventurers, sekarang juga
bermunculan berbagai pilihan dan destinasi wisata baru yang banyak sedikit
berpengaruh terhadap berkurangnya wisatawan ke gunung, seperti :
 Virtual Tour
Pernahkah anda dengar mengenai Virtual Tour?
Ya, jalan-jalan virtual atau jalan-jalan online. Virtual Tour ini kalau
boleh kita ibaratkan seperti raksasa yang bukan hanya menelan dunia
wisata pendakian gunung tapi juga memodernisasi jenis petualangan
yang lain. Apalagi city tour, yang jalurnya semua bisa diakses cuma
dengan google earth.
Jadi bisa kita katakan virtual tour ini merupakan jenis petualangan
alternatif inisiatif. Mengapa demikian? Karna virtual tour ini terbilang
populer di akhir 2019 menuju 2020. Dan seperti yang kita ketahui tahun
itu merupakan masa Semi-collapse nya keadaan dunia. Pemerintahan,
ekonomi, pariwisata, industri bahkan hampir semua bidang mengalami
kekacauan karena pandemik.
lalu apa hubungannya sama petualangan? Apa hubungannya dengan
mendaki gunung? Apa kaitannya dengan berwisata?
Tentu saja ada hubungannya? Karena pandemi aktivitas kita jadi
terbatas. Jangankan berwisata bepergian sekitaran rumah saja mesti
berjaga-jaga dan waswas, ingin mendaki gunung? Gunungnya ditutup
dan dinyatakan belum boleh didaki karna pandemi. Pengen piknik?
Piknik dimana boss? Berkumpul saja dibatasi. Mau berwisata rame-
rame biar seru? Tapi rela jaga jarak sama orang-orang terdekat?
itulah yang kita sebut perubahan yang tidak kita sadari tapi sedang dan
sudah terjadi.
Inilah alasan Virtual Tour disebut sebagai jenis petualngan
alternatif inisiatif, karena si Virtual Tour ini hadir sebagai alternatif
untuk memenuhi hasrat berwisata ditengah pandemi yang munculnya
diinisiasi oleh bebrapa pihak seperti para pemandu, pemilik tour
operator/travel agent. Untuk merasakan sensasi jalan-jalan dan
bertualang dengan Virtual Tour anda cukup duduk didepan layar
komputer atau smartphone, mengakses link yang disediakan oleh
pemandu anda, dan klik!, tempat yang ingin anda kunjungi ada
didepan mata anda, lalu mulailah si pemandu anda menuntun anda
jalan-jalan online sambil menjelaskan apa saja yang anda lewati
didalam layar. Memang tur semacam ini membuat anda tidak bisa
berada lansung ditempat yang anda kunjungi, tapi pemandu anda
bertanggung jawab pada anda untuk memberikan kesan yang
membuat anda seolah-olah berada ditempat tersebut.
Kenapa? nggak seru? Ya begitulah keadannya, semesta tak
merestui anda untuk berada on location karena pandemi. Jadi mau
tidak mau virtual tour inilah yang bisa anda nikmati karena tak bisa
keluar rumah mengunjungi satu tempat.
mau tidak mau, suka tidak suka kita dipaksa beraktifitas secara online.
Bekerja, sekolah,kuliah, meeting,dsb.
Tour semacam ini sangat cocok untuk anda yang sibuk tapi
ingin bewisata.
 Munculnya camping ground non-gunung
Kita semua sudah tau kan kalau sekarang banyak lokasi
camping/campground yang tak harus mendaki gunung? Ada dipinggir
danau atau sungai, tengah sawah, ditengah kebun,dll.
Kehadiran camping ground semacam ini ternyata kebanyakan
memang muncul untuk jadi solusi untuk para campers yang tak ingin
capek-capek naik gunung. Beberapa camping ground bahkan juga
menyediakan semua perlengkapan camping lansung di lokasi mereka,
sehingga bagi anda penikmat camping tak perlu lagi repot membawa
peralatan dari rumah.
Ketika anda sampai dilokasi tenda anda sudah berdiri, makanan anda
sudah siap, dan segala macam kebutuhan camping anda sudah
tersedia. Enak kan?
Bayangkan jika lokasi camping-nya dipinggir danau, anda bisa
memancing dan lansung bakar-bakar hasil pancingan anda. jika anda
camping ditengah persawahan, anda dapat membayangkan
bagaimana hangatnya suasana malam hari ala kampung zaman dulu,
jika lokasi camping anda ada di lapangan terbuka khusus campground
anda bisa bayangkan serunya barbeque-an malam-malam bersama
campers lainnya. Paginya anda masih bisa menikmati sunrise dengan
suasana khas masing-masing tempat, sorenya pun anda masih
kebagian sunset.
Dan keuntungan terbesar lainnya adalah anda tak perlu capek
mendaki karena lokasinya gampang diakses.
Tapi kadang beberapa orang atau jangan-jangan anda berfikiran untuk
berwisata ke tampat semacam ini harus mengeluarkan budget yang
besar. Sebelum berfikiran begitu coba kita sadari terlebih dahulu kalau
untuk dapat sebuah kepuasan tentu ada harga yang setimpal yang
harus kita bayarkan. Setimpal loh ya, bukan murah atau mahalnya.
Jika bagi kita harga yang ditawarkan sepadan dengan tujuan kepuasan
wisata kita tentu saja berapapun budgetnya pasti akan kita bayarkan.
Dan berwisata atau bertualang tak melulu tentang budget kok boss.
Yang lebih mendasar adalah apa tujuan kita berwisata atau melakukan
petualangan. Jadi sekarang anda lebih pilih mana? Camping di gunung
atau berwisata di camping ground non-gunung?
Tapi selain populernya virtual Tour dan hadirnya campground
non-gunung juga masih banyak kok contoh lainnya untuk pilihan jenis
wisata petualangan, yang kesemuanya punya sensasi dan kepuasan
tersendiri bagi penikmatnya. Yang disebutkan diatas hanya beberapa
contoh saja, contoh yang mempengaruhi perubahan trend orang-
orang berwisata. Jadi, itulah alasannya kami katakan bahwa wisata
petualangan tak melulu tentang gunung.

Anda mungkin juga menyukai