Anda di halaman 1dari 5

TEORI LIPASE

ENZIM LIPASE (STEAPSIN)

Enzim merupakan senyawa protein yang dapat mengkatalisis seluruh


reaksi kimia dalam sistem biologis. Semua enzim murni yang telah diamati
sampai saat ini adalah protein. Aktivitas katalitik enzim bergantung kepada
integritas strukturnya sebagai protein. Enzim dapat mempercepat reaksi
biologis mulai dari reaksi yang sederhana sampai ke reaksi yang sangat
rumit. Enzim bekerja dengan cara menempel pada permukaan molekul zat-
zat yang bereaksi sehingga mempercepat proses reaksi. Percepatan reaksi
terjadi karena enzim menurunkan energi pengaktifan yang akan
mempermudah terjadinya reaksi. Enzim mengikat molekul substrat dengan
cara membentuk kompleks enzim substrat yang bersifat sementara
kemudian terurai membentuk enzim bebas dan produknya (Lehninger,
1995).
Lipase merupakan enzim yang mempunyai peran dalam reaksi
hidrolisa dan transesterifikasi. Enzim ini berfungsi sebagai katalis pada
hidrolisa trigliserida serta sintesa ester dari gliserol dan asam-asam lemak
rantai panjang. Disamping itu enzim lipase juga berperan sebagai biokatalis
dalam reaksi alkoholisis, acidolisis, esterifikasi dan aminolisis (Gunasekaran
dan Das, 2005).
Lipase disebut juga triasilgliserol hidrolase (E.C 3.1.1.3), merupakan
enzim yang dapat menjadi biokatalis pada reaksi hidrolisis triasilgliserol
menjadi gliserol dan asam lemak.
Keterangan dari kode enzim ini adalah :
Nomor 3 : Hydrolases
Nomor 1 : Acting on ester bonds (bekerja pada ikatan ester)
Nomor 1 : Carboxylic-ester hydrolases
Nomor 3 : triacylglycerol lipase

Enzim lipase membutuhkan substrat khusus. Kekhususan ini


menjadi faktor pertimbangan utama dalam analisa dan aplikasinya.
Berdasarkan jenis substrat, lipase digolongkan menjadi beberapa jenis yaitu
kekhususan pada asam lemak, posisi, alkohol, asilgliserol, stereo dan kiral.
Ketersediaan lipase di alam sangat melimpah, di mana sumbernya
berasal dari tanaman, hewan, dan mikroorganisme. Enzim mikrobial atau
yang berasal dari bakteri lebih menguntungkan daripada yang dihasilkan
dari tanaman atau hewan. Hal ini disebabkan karena enzim mikrobial
memiliki stabilitas yang baik, rendemen tinggi, mudah dimanipulasi secara
genetika, mudah didapatkan, dan dapat tumbuh pada media yang murah
(Dahiya dan Purkayastha, 2011). Oleh karena itu, para peneliti kini terus
mengembangkan ilmu bioteknologi tentang bagaimana cara isolasi dan
karakterisasi enzim lipase dari bakteri, sehingga pemanfaatannya sebagai
biokatalis dapat menghemat waktu, biaya, dan energi.
Beberapa jenis lipase yang perlu diketahui :
1. Lipase Pankreas (Pancreatic Lipase)
Pada manusia lipase pankreas disekresikan oleh pankreas bersama
dengan garam-garam empedu dan disimpan dalam kantong empedu.
Selanjutnya akan dilepaskan ketika chyme (makanan yang sudah dicerna)
memasuki usus kecil. Garam empedu berfungsi mengemulsikan lemak
menjadi molekul yang lebih kecil sehingga memperluas area permukaan dan
meningkatkan efektivitas lipase dalam mengkatalisis pencernaan lemak.
2. Lipase Intraseluler (Intracellular Lipase)
Lipase jenis ini terdapat pada lisosom. Lipase ini melakukan fungsi
intraseluler pada lisosom yaitu organel yang membantu menghilangkan
produk sampah dari sel. Peran lipase dalam lisosom adalah memecah
lipoprotein dalam sel.
3. Lipase pada Bakteri
Banyak spesies jamur dan bakteri yang menyekresi lipase untuk
membantu penyerapan nutrisi dari lingkungan. Hal ini dibuktikan pada
produksi keju dan yogurt dari bakteri yang memanfaatkan lipase sebagai
sarana memecah lemak susu. Selain penggunaannya dalam industri susu,
lipase berpotensi meningkatkan efektivitas produksi bahan bakar alternatif.
Berbagai penelitian saat ini sedang menguji produksi biofuel dari minyak
tumbuhan menggunakan lipase dari bakteri untuk memfasilitasi pemecahan
minyak.
4. Fosfolipase
Fosfolipase dapat ditemukan pada berbagai macam serangga dan
ular. Lipase jenis ini digunakan untuk meningkatkan daya racun sengatan
atau gigitan. Adanya fosfolipase dalam racun (bisa) akan meningkatkan
inflamasi (peradangan) akibat sengatan atau gigitan melalui pencernaan
lapisan ganda sel fosfolipid.
Lipase merupakan enzim yang memiliki karakter spesifik tergantung
organisme penghasilnya. Beberapa lipase yang dihasilkan organisme-
organisme dalam satu genus juga memiliki karakter berbeda meskipun
secara umum memiliki motif asam amino yang sama untuk tiap organisme.
Motif asam amino ini berupa urutan asam amino Glisin-X1-Serin-X2-Glisin
yang merupakan sisi aktif dari enzim ini, dimana X1 adalah  Histidin,
X2 adalah asam glutamat atau aspartat. Pengaruh lingkungan kemungkinan
turut memberikan peranan terhadap organisme penghasil lipase.

Gen/DNA penyandi enzim lipase.


Tercatat lebih dari 20.000 urutan nukleotida penuh atau sebagian
dari DNA pengkode lipase ada di genebank NCBI. Gen lipase merupakan
kunci dalam sintesis enzim lipase baik pada organisme prokariotik maupun
eukariotik. Untuk Azospirillum sp. terdapat strain yang sudah lengkap
urutan gen lipasenya yaitu Azospirillum sp. B510. Gen pengkode enzim
lipase pada bakteri tersebut terletak pada plasmid pAB510c (Kaneko et al.,
2010). Azospirillum sp. B510 merupakan bakteri tanah sama halnya
dengan Azospirillum sp. JG3. Hal ini memungkinkan kemiripan urutan gen
pengkode lipase yang dimiliki keduanya cukup tinggi.
Dengan pendekatan dengan teknik PCR (Polymerase Chain
Reaction) dapat dilakukan dengan menggunakan primer yang didesain
berdasarkan urutan gen lipase dari bakteri Azospirillum sp. B510 yang telah
dipublikasikan di genebank NCBI. Metode ini berfungsi untuk
melipatgandakan (mengamplifikasi) potongan DNA dalam waktu yang
singkat secara in vitro. Prinsip dari teknik PCR ini adalah dengan cara
menemukan sekuens komplemen dalam sampel DNA asli yang dilakukan
oleh primer pemula. PCR dapat dipakai untuk menunjukkan sekuens DNA
sehingga metode ini adalah metode yang efisien untuk mendeteksi
organisme patogen (dilihat dari urutan basa nukleotidanya).

Morfologi dan Sisi Aktif Enzim Lipase


Lipase disebut juga serin hidrolase yang bekerja pada urutan Gly-X 1-
Ser-X2-Gly, dimana Gly adalah glisin, Ser adalah serin, X1 adalah histidin
dan X2 adalah aspartat atau asam glutamat. Lipase disebut dengan serin
hidrolase karena residu asam amino yang bereaksi pertama adalah serin.
Serin bersifat sebagai nukleofilik yang tidak biasa dan sangat reaktif. Sifat
ini berfungsi untuk aksi katalitik dari enzim. Beberapa enzim lain yang
memiliki residu serin yang aktif antara lain kimotripsin, asetilkolinesterase,
tripsin, trombin dan elastase.
Dari gambar diatas dapat dilihat komponen sisi aktif dari enzim
lipase yang teridiri dari residu asam amino Histidin-156 , Serin-77, dan
Aspartat-133. Berikut adalah struktur dari 3 asam amino tersebut :

Residu Histidin memungkinkan residu tersebut untuk bertindak sebagai


basis umum yang dapat menangkap sebuah proton dari gugus hidroksil
residu aktif Serin. Sehingga dihasilkan ion alkoksida yang bersifat
nukleofilik pada residu Serin yang berfungsi untuk menyerang gugus
karbonil substrat (ester). Hal ini mengakibatkan terbentuknya zat perantara
asil-enzim. Komponen penting lainnya untuk mekanisme katalitik
adalah oxyanion hole yang terdiri dari donor ikatan H (kebanyakan ikatan
kelompok N-H). Lubang oksianion membantu untuk menstabilkan reaksi
antara selama katalisis ketika oksigen karbonil membawa muatan parsial
negatif.

Proses aktivasi residu serin oleh residu histidin dapat digambarkan


seperti dibawah ini.

Mekanisme hidrolisis triasilgliserol


Proses hidrolisis triasilgliserol hidrolase dimulai dari serangan
nukleofilik oleh residu aktif asam amino serin pada gugus karbonil ester
(lemak).  Serin, histidin dan asam aspartat membentuk triad katalitik dalam
molekul lipase. Bila tidak ada substrat, histidin 156 tidak mengandung
proton akan tetapi berada dalam posisi siap menerima proton dari gugus –
OH serin 77.
Setelah diserang oleh Serin, gugus karbonil C=O pada ester yang
awalnya rangkap menjadi ikatan C-O tunggal sehingga terbentuk senyawa
tertrahedral. Setelah itu terbentuk senyawa intermediet yang disebut dengan
kompleks asil-enzim dimana sebagian substrat terikat pada enzim. Senyawa
asil-enzim pada mekanisme ini adalah residu serin (O-Serin) yang mengikat
gugus asil (R-CO) pada molekul substrat. Proses ini disebut asilasi.
Residu aktif serin terus menerus mengambil gugus asil pada lemak.
Hal ini mengakibatkan molekul lemak yang awalnya mengikat gugus asil
digantikan oleh H sehingga menjadi OH. Ini yang menyebabkan
terbentuknya produk gliserol pada proses hidrolisis lemak.
Senyawa intermediet asil-enzim yang terbentuk (residu serin (O-
Serin) yang mengikat gugus asil dari substrat) selanjutnya mengalami
deasilasi. Histidin 156 bertindak sebagai nukleofilik yang menyerang ikatan
karbonil pada senyawa asil-enzim. Hal ini mengakibatkan ikatan karbonil
pada asil-enzim menjadi ikatan tunggal sehingga terbentuk tetrahedral.
Setelah terbentuk tetrahedral, gugus asil yang terikat pada O-Serin dapat
lepas dengan mudah sehingga terbentuk produk hidrolisis yang kedua yaitu
asam lemak.

Anda mungkin juga menyukai