PATOLOGI KLINIK
BLOK 3.3
“ DISEASE IN NEUROENDOCRINE SYSTEMS ”
Penyusun :
Dr. dr. Wahyu Siswandari, Sp.PK, M.Si.Med
dr. Vitasari Indriani, Sp.PK, M.Si.Med, MM
dr. Tri Lestari
P a g e 1 | 12
adalah:
i) Ada anggota keluarga (Bapak, Ibu dan Adik/Kakak) yang meninggal
ii) Sakit, yang harus dibuktikan dengan surat keterangan dokter. Ketua dan
seksi akademik blok DISEASE IN NEUROENDOCRINE SYSTEMS berwenang
memutuskan apakah surat keterangan sakit tersebut valid atau tidak
iii) Melaksanakan tugas dari Jurusan Kedokteran FK Unsoed, yang dibuktikan
dengan surat tugas dari Dekan FK Unsoed.
iv) Pernikahan keluarga inti (kakak, adik, bapak, ibu)
P a g e 1 | 12
DESKRIPSI BLOK
Blok merupakan blok ketiga dalam semester 3. Pada blok ini mahasiswa belajar
mengenai ilmu patofisiologi gangguan pada sistem neuroendokrin. SKS Blok ini
adalah 4 SKS
KARAKTERISTIK MAHASISWA
TUJUAN PEMBELAJARAN
P a g e 1 | 12
PEMERIKSAAN GULA DARAH MENGGUNAKAN SAMPEL DARAH KAPILER
Tujuan : Memperoleh darah dalam jumlah sedikit untuk pemeriksaan yang
hasilnya segera diketahui (pemeriksaan gula darah sewaktu)
Strip
P a g e 1 | 12
Lokasi : salah satu bagian volar jari 2/3/4 tangan
Prosedur :
1) Operator mencuci tangannya sebelum melakukan tindakan
2) Ujung distal jari tangan yang akan diambil darahnya di pijat-pijat dengan
arah dari proksimal ke distal sehingga tampak ujung distal jari kemerahan
penuh dengan darah
3) Bersihkan ujung distal jari yang akan ditusuk dengan kapas dibasahi larutan
antiseptik.
4) Tusukkan lokasi yang sudah diberikan tersebut dengan ujung jarum steril
secara cepat.darah yang keluar segera ditampung atau diteteskan pada alat
pembaca gula darah digital.
5) Lokasi penusukan jarum segera ditekan dengan kasa steril dibasahi larutan
antiseptik selama kira-kira 1 menit.
P a g e 1 | 12
Nilai Rujukan Kadar Glukosa Darah
P a g e 1 | 12
PEMERIKSAAN GLUKOSA DAN PROTEIN URIN
Learning Objectives
a. Menjelaskan cara pemeriksaan glukosa urin dan interpretasinya
b. Menjelaskan cara pemeriksaan protein urin dan interpretasinya
I. Pemeriksaan Reduksi.
Merupakan pemeriksaan penyaring untuk mengetahui adanya gula dalam urin
dan sifatnya semi kuantitatif. Pada keadaan normal karbohidrat diekskresi
lewat urin dalam jumlah yang kecil (<50 mg/ml )
- Alat :
P a g e 1 | 12
- Bahan
Urin jernih
- Reagen
- Cara kerja :
a) Masukanlah 5 ml reagen Benedict kedalam tabung reaksi.
b) Teteskan sebanyak 5 – 8 tetes ( jangan lebih ) urin kedalam tabung itu.
c) Panaskan diatas api selama 2-5 menit (sampai mendidih)
d) Angkatlah tabung, kocoklah isinya dan bacalah hasil reduksi.
- Penilaian :
▪ Negatif ( - ) : Tetap biru jernih atau sedikit kehijau-hijauan dan
agak keruh.
▪ Positif 1 ( + ) : Hijau kekuning-kuningan dan keruh(0,5 – 1 % glukosa)
▪ Positif 2 ( ++ ) : Kuning keruh (1 – 1,5 % glukosa)
▪ Positif 3 ( +++ ) : Jingga atau warna lumpur keruh (1,5 – 3,5 % Glukosa)
▪ Positif 4 ( ++++ ) : Merah keruh ( lebih dari 3,5 % glukosa )
P a g e 1 | 12
Positif palsu : -
Obat misalnya vitamin C.
Polisakarida lain yang dapat mereduksi reagen Benedict
seperti : Fruktose, galaktase, pentose.
Pemanasan terlalu lama.
Negatif palsu:
Urin asam atau kreatinin yang tinggi dalam urin.
Pemanasan inadekuat.
Kelebihan metode Benedict :
1) Macam Reagen
2) Lebih sensitif dibanding Fehling
3) Semi kuantitatif
4) Bahan Pemeriksaan Sedikit
P a g e 1 | 12
II. Pemeriksaan Protein urin
Kegunaan untuk mengetahui adanya protein dalam urin.
Apabila urin keruh, saringlah atau tambahkanlah zat lain (lihat test kekeruhan)
hingga urin menjadi jernih.
- Alat :
P a g e 1 | 12
- Bahan :
Urin
- Reagen :
- Sulfosalisilat 20 %.
- Cara kerja :
a) Sediakan 2 tabung reaksi masing-masing diisidengan 2 ml urin jernih.
b) Tambahkan pada tabung pertama 8 tetes larutan asam Sulfosalisilat 20
% kocok, tabung kedua sebagai kontrol.
c) Bandingkanlah isi tabung pertama dengan yang kedua; kalau tetap
sama jernihnya hasil test berarti negatif.
d) Jika tabung pertama lebih keruh daripada tabungkedua, panaskan
tabung pertama diatas api sampai mendidih kemudian dinginkan.
i. Jika kekeruhan tetap ada setelah tabung pertama dipanaskan
dan tetap ada setelah didinginkan kembali, berarti hasil
P a g e 1 | 12
protein positif.
pemanasan, tetapi muncul setalah dingin, mungkin urin
mengandung protein Bence Jones dan perlu pemeriksaan
lebih lanjut.
- Alat :
P a g e 1 | 12
Urin
- Reagen :
- Cara pemeriksaan :
1) Masukkan urin ke dalam tabung reaksi sampai 2/3 penuh
2) Miringkan dan panaskan bagian permukaan urin diatas api spiritus
sampai mendidih selama 30 detik
3) Amati hasilnya dan bandingkan kekeruhan yang terjadi di bagian
atas urin dengan bagian bawah urin yang tidak dipanasi (yang tidak
dipanasi sebagai kontrol negatif)
4) Apabila terjadi kekeruhan, teteskan 3-5 tetes asam asetat
6%,kemudian diamati jika kekeruhan hilang urin mengandung
P a g e 1 | 12
protein, jika kekeruhan menetap kemungkinan protein positif
5) Panaskan kembali sampai mendidih, berilah penilaian pada
kekeruhan yang menetap tadi.
- Interpretasi hasil :
▪ Negatif - : larutan jernih tidak ada kekeruhan
▪ Positif + : kekeruhan minimal, tidak tampak butir-butir
dalam kekeruhan tsb (protein 10 – 50 mg %)
▪ Positif ++ : kekeruhan nyata, tampak butir halus protein (50–
200 mg%)
▪ Positif +++ : kekeruhan nyata ( gumpalan nyata ), tampak
keping- keping dalam kekeruhan tsb ( protein
>200 – 500 mg %)
▪ Positif ++++ : urin sangat keruh, tampak gumpalan besar,
dan mengendap (protein > 500 mg%)
▪ Positif palsu : Kekeruhan yang timbul oleh obat yg dikeluarkan
lewat urin.
▪ Negatif palsu : Urin terlalu encer.
Renal Pascarenal
P a g e 1 | 12
Diabetik nefropati Cairan prostat/spermatozoa
Olahraga berat Sekresi vagina
Dehidrasi
Hipertensi
Pre-eklampsia
Proteinuria ortostatik/postural
P a g e 1 | 12
• Pencelupan terlalu cepat, perubahan warna tidak terjadi (negatif palsu)
• Pencelupan terlalu lama, reagen larut (negatif palasu)
• Suhu pengukuran 20-250C
• Pembacaan dibawah pencahayaan yang kurang
CARA KERJA STIK CARIK CELUP
1. Keluarkan dari tabung stik carik celup secukupnya dan tutup kembali
dengan rapat
2. Celupkanlah carik celup kedalam urin segar dan tercampur rata,
selama 2 detik
3. Tiriskan kelebihan urin pada bibir kontainer urin atau keringkan pada
secarik kertas tisu
4. Pegang posisi horizontal, untuk mencegah tercampurnya reagen atau
kontaminasi pemeriksa
5. Sesuaikan dengan waktu reaksi yang tercantum pada tabung carik
celup
6. Lihat interpretasi hasil dibandingkan pada color chart pada tabung
carik celup
7. Bisa memakai urin analiser, bila jumlah pemeriksaan yang besar.
P a g e 1 | 12
Pemeriksaan sistem neuroendokrin:
1. Glukosa
Metode pemeriksaan reaksi enzimatik
◆ Glukosa oksidase
◆ Peroksidase
◆ Kalium Iodida
Sensitivitas : 75- 125mg/dL
2. Protein
Metode pemeriksaan reaksi enzimatik
◆ Tetrabromofenol biru
Sensitivitas : 15 - 30 mg/dL
3. Keton
Metode pemeriksaan reaksi enzimatik
◆ Natrium nitroprusida
P a g e 1 | 12
Sensitivitas : 5 - 10 mg/dL asam asetoasetat
REFERENSI
Gandasoebrata R. Penuntun Laboratorium Klinik. Edisi 10. Dian Rakyat. Jakarta. 2001
Hardjoeno ed. Interpretasi Hasil Tes Laboratorium Diagnostik. Lembaga
Penerbitan Universitas Hasanuddin. Makasar. 2003.
Susan KS, Marjorie SL, eds. 2008. Urinalysis and Body fluids. 6th ed. 2014. FA Davis
Company. Philadelphia
Burtis et al. 2014. Tietz Fundamentals Of Clinical Chemistry. 7th ed. WB Saunders
P a g e 1 | 12