Anda di halaman 1dari 19

BUKU PETUNJUK PRAKTIKUM

PATOLOGI KLINIK

BLOK 3.3
“ DISEASE IN NEUROENDOCRINE SYSTEMS ”

Penyusun :
Dr. dr. Wahyu Siswandari, Sp.PK, M.Si.Med
dr. Vitasari Indriani, Sp.PK, M.Si.Med, MM
dr. Tri Lestari

DEPARTEMEN PATOLOGI KLINIK


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO
2020
TATA TERTIB PRAKTIKUM DARING
1. Mahasiswa wajib mengikuti semua kegiatan praktikum yang telah dijadwalkan
2. Mahasiswa wajib hadir 10 menit sebelum praktikum dimulai di link Gmeet dan
grup WA yang disediakan
3. Mahasiswa wajib memakai baju yang sopan (bukan kaos) selama praktikum
daring
4. Mahasiswa wajib mengisi daftar hadir praktikum di grup WA dengan
menyebutkan nama dan NIM setiap kali mengikuti kegiatan praktikum
5. Sebelum praktikum dimulai, akan dilakukan pretest, nilai pretest masuk dalam
komponen penilaian praktikum dan bukti keikutsertaan pretest digunakan untuk
mengecek presensi
6. Pretest dilakukan melalui google form. Selama pretest, mahasiswa wajib
menyalakan kamera video HP atau laptop
7. Waktu pengerjaan pretest 5 menit. Mahasiswa memulai dan mengakhiri pretest
sesuai aba-aba dari admin
8. Pimpinan praktikum akan diberikan penjelasan tentang mata acara praktikum yang
akan dilakukan
9. Selanjutnya mahasiswa melakukan praktikum mandiri dengan cara melihat video
praktikum yang telah diupload di google dirive. Mahasiswa wajib mendownload
video dan mempelajarinya sebelum praktikum dimulai
10. Diskusi selama praktikum dilakukan lewat WA grup
11. Laporan kelompok dikumpulkan maksimal 3 hari setelah praktikum sebelum jam
12.00 via email ke yanifajar234@yahoo.co.id dengan judul file Lap prakt blok
3.3_Kelp A1
12. Mahasiswa yang berhalangan hadir dalam praktikum wajib memberitahukan
secara tertulis kepada PIC blok, Admin blok, dan Kepala Departemen Patologi
Klinik.
13. Ketidakhadiran dalam praktikum harus disertai dengan alasan yang dapat
diterima. Alasan yang dapat diterima untuk tidak hadir dalam praktikum

P a g e 1 | 12
adalah:
i) Ada anggota keluarga (Bapak, Ibu dan Adik/Kakak) yang meninggal
ii) Sakit, yang harus dibuktikan dengan surat keterangan dokter. Ketua dan
seksi akademik blok DISEASE IN NEUROENDOCRINE SYSTEMS berwenang
memutuskan apakah surat keterangan sakit tersebut valid atau tidak
iii) Melaksanakan tugas dari Jurusan Kedokteran FK Unsoed, yang dibuktikan
dengan surat tugas dari Dekan FK Unsoed.
iv) Pernikahan keluarga inti (kakak, adik, bapak, ibu)

P a g e 1 | 12
DESKRIPSI BLOK
Blok merupakan blok ketiga dalam semester 3. Pada blok ini mahasiswa belajar
mengenai ilmu patofisiologi gangguan pada sistem neuroendokrin. SKS Blok ini
adalah 4 SKS

KARAKTERISTIK MAHASISWA

Mahasiswa yang mengikuti Neuroendocrine Disorder adalah mahasiswa semester


tiga. Mahasiswa sudah mendapatkan Ilmu Dasar sistem Neuroendokrin pada
semester 1.

TUJUAN PEMBELAJARAN

Tujuan Praktikum Patologi Klinik:

1. Mahasiswa dapat melakukan pemeriksaan kadar gula darah dari sampel


darah kapiler

2. Mahasiswa dapat melakukan pemeriksaan kadar glukosa urin

3. Mahasiswa dapat melakukan pemeriksaan kadar protein urin

4. Mahasiswa menjelaskan, dan menginterpretasi hasil pemeriksaan kadar


glukosa dan protein dari sampel darah kapiler dan urin

P a g e 1 | 12
PEMERIKSAAN GULA DARAH MENGGUNAKAN SAMPEL DARAH KAPILER
Tujuan : Memperoleh darah dalam jumlah sedikit untuk pemeriksaan yang
hasilnya segera diketahui (pemeriksaan gula darah sewaktu)

Bahan dan alat :

Alkohol Swab Jarum Steril

Alat Pemeriksa Glukosa Alat Penusuk

Strip

P a g e 1 | 12
Lokasi : salah satu bagian volar jari 2/3/4 tangan
Prosedur :
1) Operator mencuci tangannya sebelum melakukan tindakan
2) Ujung distal jari tangan yang akan diambil darahnya di pijat-pijat dengan
arah dari proksimal ke distal sehingga tampak ujung distal jari kemerahan
penuh dengan darah

3) Bersihkan ujung distal jari yang akan ditusuk dengan kapas dibasahi larutan
antiseptik.

4) Tusukkan lokasi yang sudah diberikan tersebut dengan ujung jarum steril
secara cepat.darah yang keluar segera ditampung atau diteteskan pada alat
pembaca gula darah digital.

5) Lokasi penusukan jarum segera ditekan dengan kasa steril dibasahi larutan
antiseptik selama kira-kira 1 menit.

6) Pastikan darah tida keluar lagi dari lokasi penusukan jarum

P a g e 1 | 12
Nilai Rujukan Kadar Glukosa Darah

(Konsensus DM PERKENI, 2019)

P a g e 1 | 12
PEMERIKSAAN GLUKOSA DAN PROTEIN URIN
Learning Objectives
a. Menjelaskan cara pemeriksaan glukosa urin dan interpretasinya
b. Menjelaskan cara pemeriksaan protein urin dan interpretasinya

I. Pemeriksaan Reduksi.
Merupakan pemeriksaan penyaring untuk mengetahui adanya gula dalam urin
dan sifatnya semi kuantitatif. Pada keadaan normal karbohidrat diekskresi
lewat urin dalam jumlah yang kecil (<50 mg/ml )

1.1 Metode Benedict

Prinsip dengan pemanasan urin dalam suasana alkalis, glukosa akan


mereduksi cupri sulfat dan terbentuk endapan cupri hidroksida yang
berwarna merah.

- Alat :

Tabung Reaksi Penjepit Tabung

Pemanas Pipet Tetes

P a g e 1 | 12
- Bahan

Urin jernih
- Reagen

Benedict berisi (Cupri Sulfat, Trisodium


Sitrat, Sodium Karbonat)

- Cara kerja :
a) Masukanlah 5 ml reagen Benedict kedalam tabung reaksi.
b) Teteskan sebanyak 5 – 8 tetes ( jangan lebih ) urin kedalam tabung itu.
c) Panaskan diatas api selama 2-5 menit (sampai mendidih)
d) Angkatlah tabung, kocoklah isinya dan bacalah hasil reduksi.
- Penilaian :
▪ Negatif ( - ) : Tetap biru jernih atau sedikit kehijau-hijauan dan
agak keruh.
▪ Positif 1 ( + ) : Hijau kekuning-kuningan dan keruh(0,5 – 1 % glukosa)
▪ Positif 2 ( ++ ) : Kuning keruh (1 – 1,5 % glukosa)
▪ Positif 3 ( +++ ) : Jingga atau warna lumpur keruh (1,5 – 3,5 % Glukosa)
▪ Positif 4 ( ++++ ) : Merah keruh ( lebih dari 3,5 % glukosa )

P a g e 1 | 12
Positif palsu : -
Obat misalnya vitamin C.
Polisakarida lain yang dapat mereduksi reagen Benedict
seperti : Fruktose, galaktase, pentose.
Pemanasan terlalu lama.
Negatif palsu:
Urin asam atau kreatinin yang tinggi dalam urin.
Pemanasan inadekuat.
Kelebihan metode Benedict :
1) Macam Reagen
2) Lebih sensitif dibanding Fehling
3) Semi kuantitatif
4) Bahan Pemeriksaan Sedikit

Kemaknaan Klinis Glukosa Urin

Terkait Hiperglikemia Terkait Ginjal

Diabetes Melitus Sindroma Fanconi


Pankreatitis Penyakit ginjal lanjut
Kanker pankreas Osteomalasia
Akromegali Kehamilan
Sindrom Cushing
Hipertiroidisme
Feokromositoma
Kerusakan sistem saraf
Stres
Diabetes gestasional

P a g e 1 | 12
II. Pemeriksaan Protein urin
Kegunaan untuk mengetahui adanya protein dalam urin.

Syarat pemeriksaan : Urin jernih dan sedikit asam.

Apabila urin keruh, saringlah atau tambahkanlah zat lain (lihat test kekeruhan)
hingga urin menjadi jernih.

2.1.1. Metode asam sulfosalisilat


Prinsip dengan penambahan sulfoalisilat pada urin ( tanpa pemanasan ) akan
menimbulkan kekeruhan yang sifatnya menetap.

- Alat :

Tabung Reaksi Penjepit Tabung

Pemanas Pipet Tetes

P a g e 1 | 12
- Bahan :

Urin

- Reagen :

- Sulfosalisilat 20 %.

- Cara kerja :
a) Sediakan 2 tabung reaksi masing-masing diisidengan 2 ml urin jernih.
b) Tambahkan pada tabung pertama 8 tetes larutan asam Sulfosalisilat 20
% kocok, tabung kedua sebagai kontrol.
c) Bandingkanlah isi tabung pertama dengan yang kedua; kalau tetap
sama jernihnya hasil test berarti negatif.
d) Jika tabung pertama lebih keruh daripada tabungkedua, panaskan
tabung pertama diatas api sampai mendidih kemudian dinginkan.
i. Jika kekeruhan tetap ada setelah tabung pertama dipanaskan
dan tetap ada setelah didinginkan kembali, berarti hasil

P a g e 1 | 12
protein positif.
pemanasan, tetapi muncul setalah dingin, mungkin urin
mengandung protein Bence Jones dan perlu pemeriksaan
lebih lanjut.

2.2. Metode Rebus atau asam asetat 6 %


Prinsip dengan pemanasan akan menyebabkan denaturasi protein dan
terjadi presipitasi

- Alat :

Tabung Reaksi Penjepit Tabung

Pemanas Pipet Tetes


- Bahan

P a g e 1 | 12
Urin

- Reagen :

Reagen asam asetat 6%

- Cara pemeriksaan :
1) Masukkan urin ke dalam tabung reaksi sampai 2/3 penuh
2) Miringkan dan panaskan bagian permukaan urin diatas api spiritus
sampai mendidih selama 30 detik
3) Amati hasilnya dan bandingkan kekeruhan yang terjadi di bagian
atas urin dengan bagian bawah urin yang tidak dipanasi (yang tidak
dipanasi sebagai kontrol negatif)
4) Apabila terjadi kekeruhan, teteskan 3-5 tetes asam asetat
6%,kemudian diamati jika kekeruhan hilang urin mengandung

P a g e 1 | 12
protein, jika kekeruhan menetap kemungkinan protein positif
5) Panaskan kembali sampai mendidih, berilah penilaian pada
kekeruhan yang menetap tadi.
- Interpretasi hasil :
▪ Negatif - : larutan jernih tidak ada kekeruhan
▪ Positif + : kekeruhan minimal, tidak tampak butir-butir
dalam kekeruhan tsb (protein 10 – 50 mg %)
▪ Positif ++ : kekeruhan nyata, tampak butir halus protein (50–
200 mg%)
▪ Positif +++ : kekeruhan nyata ( gumpalan nyata ), tampak
keping- keping dalam kekeruhan tsb ( protein
>200 – 500 mg %)
▪ Positif ++++ : urin sangat keruh, tampak gumpalan besar,
dan mengendap (protein > 500 mg%)
▪ Positif palsu : Kekeruhan yang timbul oleh obat yg dikeluarkan
lewat urin.
▪ Negatif palsu : Urin terlalu encer.

Kemaknaan Klinis Protein Urin

Prarenal Gangguan Tubulus


Hemolisis Intravaskular Sindroma Fanconi
Cedera otot Logam berat
Reaktan fase akut Infeksi virus
Mieloma multiple

Renal Pascarenal

Penyakit Glomerulus Infeksi/radang saluran kemih


Gangguan Kompleks Imun Cedera/trauma
Amiloidosis Pencemaran darah haid

P a g e 1 | 12
Diabetik nefropati Cairan prostat/spermatozoa
Olahraga berat Sekresi vagina
Dehidrasi
Hipertensi
Pre-eklampsia
Proteinuria ortostatik/postural

III. Pemeriksaan Carik Celup


Pemeriksaan urin bertujuan menunjang diagnosis kelainan ginjal dan
saluran kemih seperti infeksi traktus urinarius juga kelainan di luar ginjal
seperti kelainan metabolisme karbohidrat. Urinalisis carik celup dipakai
sebagai analisis kimia untuk alat diagnostik cepat. Stik carik celup berupa
plastik strip yang terdiri dari area reagen untuk parameter pemeriksaan
tertentu dan bantalan kalibrasi. Tes multistik ini dapat juga digunakan untuk
mendeteksi zat seperti glukosa, protein, bilirubin, urobilinogen, pH, berat
jenis, darah samar, keton, nitrit dan leukosit di urin.
Syarat pemeriksaan stik carik celup :
• Gunakan kontainer bersih dan kering untuk menampung urin
• Urin yang dipakai adalah urin segar
• Periksa dalam batas waktu 1 jam setelah sampling, karena
mempengaruhi hasil terutama dalam darah, nitrit dan leukosit.
Simpan dalam lemari es dan diamkan dalam suhu kamar sebelum
diperiksa
• Hindarkan dari cahaya matahari langsung
• Jangan menggunakan antiseptik pada kontainer urin
• Sampling yang digunakan adalah spesimen urin pagi pertama
• Sampling sebaiknya urin pagi
• Suhu penyimpanan stik 1-300C
Hasil palsu stik carik celup pada umumnya:
• Stik carik celup diulang-ulang dalam urin sampel

P a g e 1 | 12
• Pencelupan terlalu cepat, perubahan warna tidak terjadi (negatif palsu)
• Pencelupan terlalu lama, reagen larut (negatif palasu)
• Suhu pengukuran 20-250C
• Pembacaan dibawah pencahayaan yang kurang
CARA KERJA STIK CARIK CELUP
1. Keluarkan dari tabung stik carik celup secukupnya dan tutup kembali
dengan rapat
2. Celupkanlah carik celup kedalam urin segar dan tercampur rata,
selama 2 detik
3. Tiriskan kelebihan urin pada bibir kontainer urin atau keringkan pada
secarik kertas tisu
4. Pegang posisi horizontal, untuk mencegah tercampurnya reagen atau
kontaminasi pemeriksa
5. Sesuaikan dengan waktu reaksi yang tercantum pada tabung carik
celup
6. Lihat interpretasi hasil dibandingkan pada color chart pada tabung
carik celup
7. Bisa memakai urin analiser, bila jumlah pemeriksaan yang besar.

P a g e 1 | 12
Pemeriksaan sistem neuroendokrin:
1. Glukosa
Metode pemeriksaan reaksi enzimatik
◆ Glukosa oksidase
◆ Peroksidase
◆ Kalium Iodida
Sensitivitas : 75- 125mg/dL

Hasil pemeriksaan positif palsu Hasil pemeriksaan negatif palsu


Kontaminasi detergen Kadar asam askorbat tinggi
Kadar keton tinggi
Berat jenis tinggi
Suhu rendah
Pengawetan spesimen tidak benar

2. Protein
Metode pemeriksaan reaksi enzimatik
◆ Tetrabromofenol biru
Sensitivitas : 15 - 30 mg/dL

Hasil pemeriksaan positif palsu Hasil pemeriksaan negatif palsu


Urin basa dapar tinggi Protein selain albumin
Spesimen berpigmen, fenazopiridin Mikroalbuminuria
Kontaminasi detergen
Antiseptik, klorheksidin
Berat jenis tinggi

3. Keton
Metode pemeriksaan reaksi enzimatik
◆ Natrium nitroprusida

P a g e 1 | 12
Sensitivitas : 5 - 10 mg/dL asam asetoasetat

Hasil pemeriksaan positif palsu Hasil pemeriksaan negatif palsu


Pewarna ftalein Pengawetan spesimen tidak benar
Urin merah berpigmen
Levodopa
Obat sulfhidril

Kemaknaan Klinis Keton urin


Asidosis metabolic Pemantaun dosis insulin
Kelaparan Gangguan pankreas
Olahraga berlebihan Muntah

REFERENSI
Gandasoebrata R. Penuntun Laboratorium Klinik. Edisi 10. Dian Rakyat. Jakarta. 2001
Hardjoeno ed. Interpretasi Hasil Tes Laboratorium Diagnostik. Lembaga
Penerbitan Universitas Hasanuddin. Makasar. 2003.
Susan KS, Marjorie SL, eds. 2008. Urinalysis and Body fluids. 6th ed. 2014. FA Davis
Company. Philadelphia
Burtis et al. 2014. Tietz Fundamentals Of Clinical Chemistry. 7th ed. WB Saunders

P a g e 1 | 12

Anda mungkin juga menyukai