Anda di halaman 1dari 8

HUBUNGAN PERILAKU MEROKOK DENGAN KEJADIAN

PENYAKIT JANTUNG KORONER

DI KOTA TANGERANG

Disusun Oleh:

KELOMPOK 2

1. Abdul Rahman (1714201007)

2. Defi Rahayu (1714201008)

3. Annisa Oktavia (1714201010)

4. Siti Maisarah (1714201012)

5. Shintia Gita R (1714201016)

6. Neng Selfiani (1714201024)

7. Desty Sumiasti (1714201025)

8. Erinada N. P. (1714201028)

9. Tasya F. P. (1714201029)
10. Amelia P. S. (1714201039)

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TANGERANG

2020

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Merokok merupakan kebiasaan yang tidak asinng lagi dilingkungan


masyarakat, mulai dari anak-anak, remaja dan dewasa maupun lanjut usia
mmenggunakan rokok, kebiasaan merokok dapat memberikan rasa nikmat
menurut para penggunannya, namun rokok juga dapat menimbulkan berbagai
dampak buruk bagi kesehatan diri sendiri maupun orang lain yang berada
disekitarnya, Meroko juga dapat menimbulkan masalah lainnya beban social,
ekonomi dan lingkungan. Rokok sesungguhnya sudah menjadi masalah
kesehatan didunia yang sulit diselesaikan (Syarfa, 2015).

Survei Depkes RI tahun 1986 dan 1992, mendapatkan peningkatan


kematian akibat penyakit jantung dari 9,7 % (peringkat ketiga) menjadi 16 %
(peringkat pertama), Banyak penelitian telah membuktikan adanya hubungan
merokok dengan penyakit jantung koroner (PJK). Merokok menjadi faktor
utama penyebab penyakit pembuluh darah jantung tersebut. Bahkan bukan
hanya menyebabkan penyakit jantung koroner, merokok juga bisa berakibat
buruk bagi pembuluh darah otak dan perifer.
World Health Organization (WHO) pada tahun 2015, penyakit
kardiovaskular menduduki peringkat pertama penyebab kematian di dunia.
Penggunaan tembakau, kurangnya aktivitas fisik dan pola makan yang tidak
sehat serta penyalahgunaan alkohol merupakan beberapa faktor risiko utama
terjadinya penyakit kardiovaskular yang menyebabkan 17,7 juta kematian
penduduk dunia setiap tahunnya. Angka kematian ini, diperkirakan sekitar 7,4
juta kematian disebabkan oleh penyakit jantung koroner dan sekitar 6,7 juta
kematian disebabkan oleh Stroke (WHO, 2015; Benjamin et al., 2017).

Penyakit Jantung Koroner (PJK) adalah suatu gangguan jantung dan


pembuluh darah yang ditandai dengan penyumbatan aliran darah pada arteri
koroner akibat adanya plak pada pembuluh darah, yang terdiri dari kolestrol
dan deposit lemak lainnya. Istilah lain yang dikenal sebagai PJK adalah
aterosklerosis, penyakit arteri koroner, pengerasan arteri, penyakit jantung
iskemik dan penyempitan arteri. Jika aliran darah kaya oksigen ke otot jantung
berkurang atau tersumbat, angina atau serangan jantung bisa terjadi.

Menurut American Heart Association (AHA) tahun 2015, prevalensi


penderita PJK terbanyak berdasarkan usia pada pria dan wanita berada pada
kelompok 80 tahun keatas. Sedangkan di Indonesia, prevalensi PJK mencapai
1,5%, dengan angka tertinggi ada di Provinsi Kalimantan Utara (2,2%) dan
angka terendah di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) (0,7%). Prevalensi
PJK pada Provinsi Banten mencapai 1,4% dengan kelompok usia tertinggi
berada pada usia > 75 tahun. Berdasarkan jenis kelamin, proporsi penderita
PJK lebih tinggi pada perempuan (1,6%) dibandingkan laki-laki (1,3%),
Pravelensi PJK di Kota Tangerang tertinggi (24,5%) (Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan Kementerian RI tahun 2018.).

American Heart Association (AHA) menyatakan bahwa, faktor risiko


penyakit jantung koroner dapat dibagi menjadi tiga golongan besar, yaitu,
faktor risiko utama (mayor risk faktor) seperti kolesterol darah yang abnormal,
hipertensi dan merokok. Faktor risiko tidak langsung (contributing risk factor)
seperti diabetes melitus, kegemukan, tidak aktif dan stres. Faktor risiko alami
seperti keturunan, jenis kelamin dan usia. Faktor yang tidak dapat diubah yaitu
usia, jenis kelamin, riwayat keluarga dan ras, sedangkan faktor yang dapat
diubah yaitu hipertensi, merokok, diabetes mellitus, obesitas, kurangnya
aktivitas fisik, pola makan dan dislipidemia

Merokok merupakan suatu kebiasaan yang menimbulkan dampak buruk


bagi kesehatan masyarakat dunia, tidak terkecuali di Indonesia. Angka
kematian yang terjadi akibat kebiasaan merokok mencapai 240.618 kematian
per tahunnya. Di Association of Southeast Asian Nations (ASEAN) prevalensi
perokok laki-laki dewasa tertinggi berada di Indonesia yaitu sebanyak 66%
dan perokok perempuan dewasa tertinggi berada di Indonesia, Laos, Myanmar
dan Filipina, yaitu diantara 5,8%-8,4% Menurut Yayasan Lembaga Konsumen
Indonesia (YLKI) tahun 2017, Indonesia merupakan negara dengan jumlah
perokok terbesar ketiga di dunia, setelah China dan India, rata- rata perokok
aktif di Indonesia berada pada usia 30-34 tahun, dengan jumlah perokok
terbanyak berdasarkan jenis kelamin adalah laki-laki, yaitu sebanyak 47,5%
dan pada perempuan 1,1%. (Kemenkes, 2013; Southeast Asia Tobacco
Control Alliance, 2016). Oleh karena kebiasaan merokok seringkali dijumpai
pada masyarakat Indonesia dan memiliki peranan penting dalam memicu
terjadinya penyakit jantung koroner di tengah masyarakat Indonesia serta
penelitian ini juga belum pernah dilakukan di kota Tangerang sebelumnya.

Resiko ini meningkat dengan bertambahnya usia dan jumlah rokok yang
diisap. Penelitian menunjukkan bahwa faktor risiko merokok bekerja sinergis
dengan faktor-faktor lain, seperti hipertensi, kadar lemak atau gula darah yang
tinggi, terhadap tercetusnya Penyakit Jantung Koroner (PJK) dan mengalami
serangan jantung juga dapat meningkat sesuai dengan banyaknya rokok yang
diisap, dan pada umumnya, orang yang merokok memiliki kemungkinan 2-4
kali lebih besar, akan meninggal akibat serangan jantung daripada mereka
yang bukan perokok. Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian suatu penelitian lebih lanjut mengenai hubungan antara
merokok dengan penyakit jantung koroner di Kota Tangerang.
B. Identifikasi Masalah

1. Adanya pengaruh merokok terhadap penyakit jantung koroner.

2. Penyakit kardiovaskular merupakan penyebab kematian yang utama di


dunia.

3. Indonesia merupakan salah satu Negara yang memiliki jumlah perokok


tertinggi didunia.

C. Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah, maka peneliti membahas


mengenai masalah sebagai berikut:

1. Membahas mengenai hubungan prilaku merokok dengan kejadian


penyakit jantung koroner dikota tangerang
2. Variabel yang digunakan
a) Variabel independen adalah mengetahui hubungan prilaku meroko
dengan kejadian penyakit jantung koroner
b) Variabel dependen adalah Mengetahui distribusi frekuensi penyakit
jantung koroner berdasarkan jenis kelamin pasien di Kota Tangerang,
Mengetahui distribusi frekuensi kebiasaan merokok berdasarkan jenis
kelamin dan kelompok usia pasien penyakit jantung koroner di Kota
Tangerang.
c) Responden dalam penelitian ini masyarkat dikota tangerang yang
perokok

D. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan
pertanyaan peneliti sebagai berikut :

“Apakah ada hubungan antara merokok dengan penyakit jantung koroner di


Kota Tangerang?”

E. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui hubungan merokok dengan penyakit jantung koroner di Kota


Tangerang.

2. Tujuan Khusus

Menjadi tujuan khusus penelitian ini adalah :

a. Mengetahui distribusi frekuensi penyakit jantung koroner berdasarkan


jenis kelamin pasien di Kota Tangerang.

b. Mengetahui distribusi frekuensi kebiasaan merokok berdasarkan jenis


kelamin dan kelompok usia pasien penyakit jantung koroner di Kota
Tangerang.

c. Mengetahui adanya hubungan merokok dengan kejadian penyakit


jantung koroner di Kota Tangerang

F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat:

1. Manfaat Bagi Tempat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan


mendapatkan gambaran mengenai hubungan prilaku merokok dengan
kejadian penyakit jantung koroner dikota tangerang, Selain itu dapat
meningkatkan kerjasama antara pihak institusi pendidikan dalam bidang
kesehatan
2. Manfaat Bagi Isntitusi Pendidikan Menambah kepustakan dan referensi
mengenai faktor faktor yang berhubungan dengan kejadian hipertensi pada
masyarakat. selain itu Dapat memperoleh informasi sebagai
pengembangan dari institusi pelayanan kesehatan untuk diterapkan dalam
penelitian atau kegiatan selanjutnya.

3. Bagi pihak rumah sakit dan tenaga kesehatan untuk dapat membantu
memberikan informasi dan dapat menambah acuan penanganan kepada
pasien dengan diagnosis PJK, kepada pasien bahwa merokok ada
kaitannya dengan penyakit jantung koroner.

Anda mungkin juga menyukai