Anda di halaman 1dari 22

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN MASALAH PSIKOSOSIAL

KECEMASAN

MAKALAH

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Jiwa 1

Dosen Pengampu Ibu Lia Juniarni,M.Kep.,Sp.Kej

Disusun Oleh :
Kelompok 1
1. Aisyah Prasetyo 217051
2. Dea Amelia Meylani 217055
3. Desi Rahmawati S 217057
4. Ega Rachma Wati 217060
5. Gilang Ramadhani 217063
6. Nungky Kusdiana D 217076
7. Rianti Agustina 217080
8. Vini Novianti 217089
9. Wisnu Ramadita 217090

SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN PPNI JAWA BARAT

PRODI S1 KEPERAWATAN

BANDUNG
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat allah SWT yang telah memberikan
rahmatnya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan lancar dengan tujuan
untuk memberikan motivasi bagi setiap individu yang membacanya sesuai dengan materi
yang kami sampaikan di dalam makalah ini.

Kami ucapkan kepada terima kasih kepada rekan-rekan yang telah bersedia membantu
dalam pembuatan makalah ini dan kami ucapkan terima kasih kepada dosen yang telah
memberi kami bimbingan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.

Mohon maaf apabila ada kesalahan dalam pengejaan kata ataupun kalimat yang tidak
berkenan di hati bagi para pembaca maupun pihak lainnya, karena sesungguhnya
kesempurnaan itu hanyalah dimiliki oleh Allah SWT.

Bandung, 08 Mei 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................i

DAFTAR ISI...........................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................................1

1.1 Latar Belakang ..........................................................................................................1


1.2 Rumusan Masalah......................................................................................................1
1.3 Tujuan........................................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN........................................................................................................3

2.1 Definisi Kecemasan ................................................................................................3


2.2 Tingkat Kecemasan..................................................................................................4
2.3 Rentang Respon Kecemasan ...................................................................................5
2.4 Etiologi Kecemasan ................................................................................................5
2.5 Tanda dan Gejala Kecemasan..................................................................................6
2.6 Penatalaksanaan Kecemasan....................................................................................7
2.7 Asuhan Keperawatan Kecemasan............................................................................8

BAB III PENUTUP..............................................................................................................18


3.1 Kesimpulan............................................................................................................18
3.2 Saran......................................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................19

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Proses keperawatan adalah metoda ilmiah yang digunakan dalam memberikan
asuhan keperawatan klien pada semua tatanan pelayanan kesehatan. Kecemasan atau
anxiety adalah suatu sinyal yang menyadarkan, ia memperingatkan adanya bahaya yang mengancam
dan memungkinkan seseorang melakukan tindakan untuk mengatasi ancaman.
Masalah psikososial merupakan masalah yang banyak terjadi dimasyarakat.
Psikososial adalah suatu kemampuan tiap diri individu untuk berinteraksi dengan
orang yang ada disekitarnyaBanyak masalah-masalah psikososial yang dihadapi oleh
masyarakat khususnya oleh ibu. Masalah psikososial terdiri dari berduka,
keputusasaan, ansietas, ketidakberdayaan, resiko penyimpangan perilaku sehat,
gangguan citra tubuh, koping tidak efektif, koping keluarga tidak efektif, sindroma
post trauma, penampilan peran tidak efektif dan HDR. Menurut Hawari (2013)
masalah psikososial meliputi stress, cemas dan depresi. Masalah psikososial pada ibu
dengan anak retardasi mental.
Menurut World Health Organization (2012) retardasi mental adalah keadaan
perkembangan mental yang terhenti atau tidak lengkap yang terutama dintadai oleh
adanya keterbatasan, keterampilan selama masa perkembangan sehingga berpengaruh
pada semua tingkat intelegensia yaitu kemapuan bahasa, motorik, kognitif dan sosial.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa itu kecemasan ?
2. Apa saja jenis tingkat kecemasan?
3. Bagaimana rentang respon kecemasan ?
4. Apa saja etiologi kecemasan?
5. Apa saja tanda dan gejala kecemasan?
6. Bagaimana penatalaksanaan kecemasan
7. Bagaimana asuhan keperawatan pada klien kecemasan?

1.3 Tujuan
1. Menejelaskan pengertian kecemasan
2. Menjelaskan jenis tingkat kecemasan
3. Menjelaskan rentang respon kecemasan

1
2

4. Menjelaskan etiologic kecemasan


5. Menjelaskan tanda dan gejala kecemasan
6. Menjelaskan penatalaksanaan kecemasan
7. Menjelaskan asuhan keperawatan pada klien Kecemasan
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Kecemasan
Menurut Lynn S.Bickley (2009) “ kecemasan merupakan reaksi yang sering
terjadi pada keadaan sakit, pengobatan, dan sistem perawatan kesehatan itu sendiri,
bagi sebagian klien kecemasan merupakan saringan terhadap persepsi dan reaksi
mereka, bagi sebagian lainnya kecemasan dapat menjadi bagian dari sakit yang
dideritanya.”
Kecemasan adalah ketegangan, rasa tidak aman dan kekawatiran yang timbul
karena dirasakan terjadi sesuatu yang tidak menyenangkan tetapi sumbernya sebagian
besar tidak diketahui dan berasal dari dalam (DepKes RI, 1990).
Kecemasan dapat didefininisikan suatu keadaan perasaan keprihatinan, rasa
gelisah, ketidak tentuan, atau takut dari kenyataan atau persepsi ancaman sumber
aktual yang tidak diketahui atau dikenal (Stuart and Sundeens, 1998).
Kecemasan mungkin hadir pada beberapa tingkat dalam kehidupan setiap
individu, tetapi derajat dan frekuensi dengan yang memanifestasikan berbeda secara
luas. Respon masing-masing individu memiliki kecemasan berbeda. Tepi emosional
yang memprovokasi kecemasan untuk merangsang kreativitas atau kemampuan
pemecahan masalah, yang lainnya dapat menjadi bergerak ke tingkat patologis.
Perasaan umumnya dikategorikan menjadi empat tingkat untuk tujuan pengobatan:
ringan, sedang, berat, dan panik. Perawat dapat menemukan klien cemas di mana saja
di rumah sakit atau lingkup masyarakat.
Kecemasan dan gangguannya dapat muncul dalam berbagai tanda dan gejala
fisik dan psikologik seperti gemetar,  rasa goyah, nyeri punggung dan kepala,
ketegangan otot, napas pendek, mudah lelah, sering kaget, hiperaktivitas autonomik
seperti wajah merah dan pucat,  berkeringat, tangan rasa dingin, diare, mulut kering,
sering kencing, rasa takut, sulit konsentrasi, insomnia, libido turun, rasa mengganjal
di tenggorok, rasa mual di perut dan sebagainya. Gejala utama dari depresi adalah
efek depresif, kehilangan minat dan kegembiraan, dan berkurangnya energi yang
menuju meningkatnya keadaan mudah lelah (rasa lelah yang nyata sesudah kerja
sedikit saja) serta menurunnya aktivitas.
Beberapa gejala lainnya dari depresi adalah:
1. Konsentrasi dan perhatian berkurang
2. Harga diri dan kepercayaan diri berkurang
3
4

3. Gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna;


4. Pandangan masa depan yang suram dan pesimistis
5. Gagasan atau perbuatan membahayakan diri atau bunuh diri
6. Tidur terganggu
7. Nafsu makan berkurang.
Keadaan cemas biasanya disertai dan diikuti dengan gejala depresi. Untuk diagnosis
dibutuhkan penentuan kreteria yang tepat antara berat ringannya gejala, penyebab serta
kelangsungan dari gejala apakah sementara atau menetap. Pada gangguan cemas lainnya
biasanya depresi adalah bentuk akhir bila penderita tidak dapat menyelesaikan masalah
yang dihadapi. Pada cemas menyeluruh depresi biasanya bersifat sementara dan lebih
ringan gejalanya dibanding kecemasan, gangguan penyesuaian memiliki gejala yang jelas
berkaitan erat dengan stres kehidupan.
2.2 Tingkat Kecemasan
1. Kecemasan Ringan
Berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-hari dan menyebabkan
seseorang menjadi waspada dan menghasilkan lahan persepsinya. Kecemasan dapat
memotivasi bekpar dan menghasilkan pertumbuhan dan kreatifitas.
2. Kecemasan Sedang
Memungkinkan seseorang untuk memusatkan pada hal yang penting dan
mengesampingkan yang lain. Sehingga seseorang mengalami perhatian yang selektif
namun dapat melakukan sesuatu yang lebih terarah. Dengan kata lain, lapang persepsi
terhadap lingkungan menurun. Individu lebih memfokuskan pada hal yang penting
saat itu dan mengesampingkan hal lain.
3. Kecemasan Berat
Sangat mengurangi lahan persepsi seseorang. Seseorang cenderung untuk
memusatkan pada sesuatu yang terinci dan spesifik dan tidak dapat berfikir pada hal
lain. Semua perilaku ditujukan untuk mengurangi ketegangan. Orang tersebut
memerlukan banyak pengarahan untuk dapat memusatkan pada satu area lain.
4. Tingkat panik dari kecemasan
Berhubungan dengan terperangah, ketakutan dari orang yang mengalami panik tidak
mampu melakukan sesuatu walaupun dengan pengarahan. Panik melibatkan
disorganisasi kepribadian. Dengan panik, terjadi peningkatan aktifitas motorik,
menurunnya kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain, persepsi yang
menyimpang dan kehilangan pemikiran yang rasional. Tingkat kecemasan ini tidak
5

sejalan dengan kehidupan, dan juga berlangsung terus dalam waktu yang lama, dapat
terjadi kelelahan yang sangat, bahkan kematian. Pada tingkat ini individu sudah tidak
dapat mengontrol diri lagi dan tidak dapat melakukan apa-apa lagi walaupun sudah
diberi pengarahan.
2.3 Rentang Respon Kecemasan

Gambar 1. Rentang Respon Kecemasan


2.4 Etiologi Kecemasan
Menurut Sylvia D.Elvira (2008 : 11) adalah sebagai berikut :
Ada beberapa faktor yang menyebabkan kecemasan , antara lain faktor organ biologi,
faktor psikoedukatif. Faktor organbiologi adalah ketidakseimbangan zat kimia pada
otak yang disebut neurotransmitter yang disebabkan karena kurangnya oksigen.
Faktor psikoedukatif adalah faktor faktor psikologi yang berpengaruh terhadap
perkembangan kepribadian seseorang, baik hal yang menentramkan, menyenangkan
dan menyedihkan.
A. Faktor Predisposisi
Stressor predisposisi adalah semua ketegangan dalam kehidupan yang dapat
menyebabkan timbulnya kecemasan (Suliswati, 2005). Ketegangan dalam kehidupan
tersebut dapat berupa :
1. Peristiwa traumatik, yang dapat memicu terjadinya kecemasan berkaitan dengan krisis
yang dialami individu baik krisis perkembangan atau situasional.
2. Konflik emosional, yang dialami individu dan tidak terselesaikan dengan baik.
Konflik antara id dan superego atau antara keinginan dan kenyataan dapat
menimbulkan kecemasan pada individu.
3. Konsep diri terganggu akan menimbulkan ketidakmampuan individu berpikir secara
realitas sehingga akan menimbulkan kecemasan.
4. Frustasi akan menimbulkan rasa ketidakberdayaan untuk mengambil keputusan yang
berdampak terhadap ego.
5. Gangguan fisik akan menimbulkan kecemasan karena merupakan ancaman terhadap
integritas fisik yang dapat mempengaruhi konsep diri individu.
6

6. Pola mekanisme koping keluarga atau pola keluarga menangani stress akan
mempengaruhi individu dalam berespon terhadap konflik yang dialami karena pola
mekanisme koping individu banyak dipelajari dalam keluarga.
7. Riwayat gangguan kecemasan dalam keluarga akan mempengaruhi respons individu
dalam berespons terhadap konflik dan mengatasi kecemasannya.
8. Medikasi yang dapat memicu terjadinya kecemasan adalah pengobatan yang
mengandung benzodizepin, karena benzodiazepine dapat menekan neurotransmiter
gamma amino butyric acid (GABA) yang mengontrol aktivitas neuron di otak yang
bertanggung jawab menghasilkan kecemasan.
B. Faktor presipitasi
Stresor presipitasi adalah semua ketegangan dalam kehidupan yang dapat
mencetuskan timbulnya kecemasan (Suliswati, 2005). Stressor presipitasi kecemasan
dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu :
1. Ancaman terhadap integritas fisik. Ketegangan yang mengancam integritas fisik yang
meliputi :
a. Sumber internal, meliputi kegagalan mekanisme fisiologis sistem imun, regulasi
suhu tubuh, perubahan biologis normal (misalnya : hamil).
b. Sumber eksternal, meliputi paparan terhadap infeksi virus dan bakteri, polutan
lingkungan, kecelakaan, kekurangan nutrisi, tidak adekuatnya tempat tinggal.
2. Ancaman terhadap harga diri meliputi sumber internal dan eksternal.
a. Sumber internal : kesulitan dalam berhubungan interpersonal di rumah dan tempat
kerja, penyesuaian terhadap peran baru. Berbagai ancaman terhadap integritas
fisik juga dapat mengancam harga diri.
b. Sumber eksternal : kehilangan orang yang dicintai, perceraian, perubahan status
pekerjaan, tekanan kelompok, sosial budaya.
2.5 Tanda dan Gejala Kecemasan
1. Respons fisik :
a. Kardiovaskular : palpitasi, jantung bedebar, tekanan darah meninggi, denyut
nadi cepat
b. Pernafasan : napas cepat, napas pendek, tekanan pada dadanapas dangkal,
pembengkakan pada tenggorokan, terengah-engah
c. Neuromuskular : refleks meningkat, insomnia, tremor, gelisah, wajah tegang,
kelemahan umum, kaki goyah, gerakan yang janggal
7

d. Gastrointestinal : anoreksia, diare/konstipasi, mual, rasa tidak nyaman pd


abdomen
e. Traktur urinarius : sering berkemih dan tidak dapat menahan kencing
f. Kulit : wajah kemerahan, berkeringat, gatal, rasa panas pada kulit
2. Respons Kognitif :
Lapang persepsi menyempit, tidak mampu menerima rangsang luar, berfokus pada
apa yang menjadi perhatiannya
3. Respons Perilaku :
Gerakan tersentak-sentak, bicara berlebihan dan cepat, perasaan tidakaman
4. Respons Emosi :
Menyesal, iritabel, kesedihan mendalam, takut, gugup, sukacita berlebihan,
ketidakberdayaan meningkat secara menetap, ketidakpastian, kekhawatiran
meningkat, fokus pada diri sendiri, perasaan tidak adekuat, ketakutan, distressed,
khawatir, prihatin

2.6 Penatalaksanaan Kecemasan


Menurut Hawari (2008) penatalaksanaan asietas pada tahap pencegahaan dan terapi
memerlukan suatu metode pendekatan yang bersifat holistik, yaitu mencangkup fisik
(somatik), psikologik atau psikiatrik, psikososial dan psikoreligius. Selengkpanya
seperti pada uraian berikut :
1. Upaya meningkatkan kekebalan terhadap stress, dengan cara  :
a. Makan makanan yang berigizi dan seimbang
b. Tidur yang cukup
c. Olahraga yang teratur
d. Tidak merokok dan tidak minum minuman keras
2. Terapi psikofarmaka
Terapi psikofarmaka yang sering dipakai adalah obat anti cemas (anxiolytic),
yaitu seperti diazepam, clobazam, bromazepam, lorazepam, buspirone HCl,
meprobamate dan alprazolam.
3. Terapi somatik
Gejala atau keluhan fisik (somatik) sering dijumpai sebagai gejala ikutan atau
akibat dari kecemasan yang bekerpanjangan. Untuk menghilangkan keluhan-
keluhan somatik (fisik) itu dapat diberikan obat-obatan yang ditujukan pada organ
tubuh yang bersangkutan.
8

4. Psikoterapi
Psikoterapi diberikan tergantung dari kebutuhan individu, antara lain:
a. Psikoterapi suportif
b. Psikoterapi re-edukatif
c. Psikoterapi re-konstruktif
d. Psikoterapi kognitif
e. Psikoterapi psikodinamik
f. Psikoterapi keluarga
5. Terapi psikoreligius
Untuk meningkatkan keimanan seseorang yang erat hubungannya dengan
kekebalan dan daya tahan dalam menghadapi berbagai problem kehidupan yang
merupakan stressor psikososial.

2.7 ASUHAN KEPERAWATAN KECEMASAN


A. PENGKAJIAN
1. Faktor Predisposisi
Berbagai teori telah dikembangkan untuk menjelaskan asal ansietas :
a. Teori Psikoanalitik
Ansietas adalah konflik emosional yang terjadi antara dua elemen kepribadian, ID
dan superego. ID mewakili dorongan insting dan impuls primitif seseorang,
sedangkan superego mencerminkan hati nurani seseorang dan dikendalikan oleh
norma- norma budaya seseorang. Ego atau Aku, berfungsi menengahi hambatan
dari dua elemen yang bertentangan dan fungsi ansietas adalah mengingatkan ego
bahwa ada bahaya.
b. Teori Interpersonal
Ansietas timbul dari perasaan takut terhadap tidak adanya penerimaan dari
hubungan interpersonal. Ansietas juga berhubungan dengan perkembangan,
trauma seperti perpisahan dan kehilangan sehingga menimbulkan kelemahan
spesifik. Orang dengan harga diri rendah mudah mengalami perkembangan
ansietas yang berat.
c. Teori Perilaku
Ansietas merupakan produk frustasi yaitu segala sesuatu yang mengganggu
kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Daftar tentang
pembelajaran meyakini bahwa individu yang terbiasa dalam kehidupan dininya
9

dihadapkan pada ketakutan yng berlebihan lebih sering menunjukkan ansietas


pada kehidupan selanjutnya.
d. Kajian Keluarga
Menunjukkan bahwa gangguan ansietas merupakan hal yang biasa ditemui dalam
suatu keluarga. Ada tumpang tindih dalam gangguan ansietas dan antara
gangguan ansietas dengan depresi.
e. Kajian Biologis
Menunjukkan bahwa otak mengandung reseptor khusus benzodiazepine. Reseptor
ini mungkin membantu mengatur ansietas penghambat dalam aminobutirik.
Gamma neuroregulator (GABA) juga mungkin memainkan peran utama dalam
mekanisme biologis berhubungan dengan ansietas sebagaimana halnya endorfin.
Selain itu telah dibuktikan kesehatan umum seseorang mempunyai akibat nyata
sebagai predisposisi terhadap ansietas. Ansietas mungkin disertai dengan
gangguan fisik dan selanjutnya menurunkan kapasitas seseorang untuk mengatasi
stressor.
2. Faktor Presipitasi
Stressor pencetus mungkin berasal dari sumber internal atau eksternal. Stressor
pencetus dapat dikelompokkan menjadi 2 kategori :
a. Ancaman terhadap integritas seseorang meliputi ketidakmampuan fisiologis
yang   
akan datang atau menurunnya kapasitas untuk melakukan aktifitas hidup sehari-
hari.
b. Ancaman terhadap sistem diri seseorang dapat membahayakan identitas, harga 
          diri dan fungsi sosial yang terintegrasi seseorang.
3. Perilaku
Kecemasan dapat diekspresikan secara langsung melalui perubahan fisiologi dan
perilaku dan secara tidak langsung melalui timbulnya gejala atau mekanisme
koping dalam upaya melawan kecemasan. Intensietas perilaku akan meningkat
sejalan dengan peningkatan tingkat kecemasan
Sistem Tubuh Respons
  Kardiovaskuler •         Palpitasi.
•         Jantung berdebar.
•         Tekanan darah meningkat dan denyut nadi menurun.
•         Rasa mau pingsan dan pada akhirnya pingsan.
10

  Pernafasan •         Napas epat.


•         Pernapasan dangkal.
•         Rasa tertekan pada dada.
•         Pembengkakan pada tenggorokan.
•         Rasa tercekik.
•         Terengah-engah.
  Neuromuskular •         Peningkatan reflek.
•         Reaksi kejutan.
•         Insomnia.
•         Ketakutan.
•         Gelisah.
•         Wajah tegang.
•         Kelemahan secara umum.
•         Gerakan lambat.
•         Gerakan yang janggal.
  Gastrointestinal •         Kehilangan nafsu makan.
•         Menolak makan.
•         Perasaan dangkal.
•         Rasa tidak nyaman pada abdominal.
•         Rasa terbakar pada jantung.
•         Nausea.
•         Diare.
  Perkemihan •         Tidak dapat menahan kencing.
•         Sering kencing.
  Kulit •         Rasa terbakar pada mukosa.
•         Berkeringat banyak pada telapak tangan.
•         Gatal-gatal.
•         Perasaan panas atau dingin pada kulit.
•         Muka pucat dan bekeringat diseluruh tubuh.

Tabel 1. Respon Fisiologis Terhadap Ansietas.

Sistem Respons
  Perilaku •         Gelisah.
•         Ketegangan fisik.
11

•         Tremor.
•         Gugup.
•         Bicara cepat.
•         Tidak ada koordinasi.
•         Kecenderungan untuk celaka.
•         Menarik diri.
•         Menghindar.
•         Terhambat melakukan aktifitas.
  Kognitif •         Gangguan perhatian.
•         Konsentrasi hilang.
•         Pelupa.
•         Salah tafsir.
•         Adanya bloking pada pikiran.
•         Menurunnya lahan persepsi.
•         Kreatif dan produktif menurun.
•         Bingung.
•         Khawatir yang berlebihan.
•         Hilang menilai objektifitas.
•         Takut akan kehilangan kendali.
•         Takut yang berlebihan.
  Afektif •         Mudah terganggu.
•         Tidak sabar.
•         Gelisah.
•         Tegang.
•         Nerveus.
•         Ketakutan.
•         Alarm.
•         Tremor.
•         Gugup.
•         Gelisah.

Tabel 2. Respon Perilaku Kognitif.


4. Sumber Koping
12

Individu dapat mengalami stress dan ansietas dengan menggerakkan sumber


koping tersebut di lingkungan. Sumber koping tersebut sebagai modal ekonomok,
kemampuan penyelesaian masalah, dukungan sosial dan keyakinan budaya dapat
membantu seseorang mengintegrasikan pengalaman yang menimbulkan stress dan
mengadopsi strategi koping yang berhasil.
5. Mekanisme Koping.
Ketika mengalami ansietas individu menggunakan berbagai mekanisme koping
untuk mencoba mengatasinya dan ketidakmampuan mengatasi ansietas secara
konstruktif merupakan penyebab utama terjadinya perilaku patologis. Ansietas
tingkat ringan sering ditanggulangi tanpa yang serius.
Tingkat ansietas sedang dan berat menimbulkan 2 jenis mekanisme koping:
a. Reaksi yang berorientasi pada tugas, yaitu upaya yang disadari dan
berorientasi pada tindakan untuk memenuhi secara realitis tuntutan situasi
stress.
b. Mekanisme pertahanan ego, membantu mengatasi ansietas ringan dan sedang,
tetapi jika berlangsung pada tingkat sadar dan melibatkan penipuan diri dan
distorsi realitas, maka mekanisme ini dapat merupakan respon maladaptif
terhadap stress.
Sebuah sumber menjelaskan bahwa Ada dua mekanisme koping yang dikategorikan
untuk mengatasi ansietas :
a. Reaksi yang berorientasi pada tugas (Task Oriented Reaction).
Merupakan pemecahan masalah secara sadar digunakan untuk menanggulangi
ancaman stressor yang ada secara realistis, yaitu :
1) Perilaku menyerang (agresif)
Biasanya digunakan individu untuk mengatasi rintangan agar memenuhi
kebutuhan.
2) Perilaku menarik diri
Digunakan untuk menghilangkan sumber ancaman baik secara fisik maupun
secara psikologis.
3) Perilaku kompromi.
Digunakan untuk mengubah tujuan-tujuan yang akan dilakukan atau
mmengorbankan kebutuhan personal untuk mencapai tujuan.
b. Mekanisme pertahanan ego (Ego Oriented Reaction)
13

Mekanisme pertahanan Ego membantu mengatasi ansietas ringan maupun sedang


yang digunakan untuk melindungi diri dan dilakukan secara tidak sadar untuk
mempertahankan ketidakseimbangan.
Adapun mekanisme pertahanan Ego adalah :
1) Kompensasi
Adalah proses dimana seseorang memperbaiki penurunan citra diri dengan
secara tegas menonjolkan keistimewaan/kelebihan yang dimilikinya.
2) Penyangkalan (Denial)
Menyatakan ketidaksetujuan terhadap realitas dengan mengingkari realitas
tersebut. Mekanisme pertahanan ini paling sederhana dan primitif.
3) Pemindahan (Displacemen)
Pengalihan emosi yag semula ditujukan pada seseorang/benda tertentu yang
biasanya netral atau kurang mengancam terhadap dirinya.
4) Disosiasi
Pemisahan dari setiap proses mental atau prilaku dari kesadaran atau
identitasnya.
5) Identifikasi (Identification)
Proses dimana seseorang mencoba menjadi orang yang ia kagumi dengan
mengambil/menirukan pikiran-pikiran,prilaku dan selera orang tersebut.
6) Penggunaan logika dan alasan yang berlebihan untuk memghindari
pengalaman yang mengganggu perasaannya.
7) Introjeksi (Intrijection).
Mengikuti norma-norma dari luar sehingga ego tidak lagi terganggu oleh
ancaman dari luar (pembentukan superego)
8) Fiksasi
Berhenti pada tingkat perkembangan salah satu aspek tertentu (emosi atau
tingkah laku atau pikiran)s ehingga perkembangan selanjutnya terhalang.
9) Proyeksi
Pengalihan buah pikiran atau impuls pada diri sendiri kepada orang lain
terutama keinginan. Perasaan emosional dan motivasi tidak dapat ditoleransi.
10) Rasionalisasi
Memberi keterangan bahwa sikap/tingkah lakunya menurut alasan yang
seolah-olah rasional,sehingga tidak menjatuhkan harga diri.
11) Reaksi formasi
14

Bertingkah laku yang berlebihan yang langsung bertentangan dengan


keinginan-keinginan,perasaan yang sebenarnya.
12) Regressi
Kembali ketingkat perkembangan terdahulu (tingkah laku yang primitif),
contoh; bila keinginan terhambat menjadi marah, merusak, melempar barang,
meraung, dsb.
13) Represi
Secara tidak sadar mengesampingkan pikiran, impuls, atau ingatan yang
menyakitkan atau bertentangan, merupakan pertahanan ego yang primer yang
cenderung diperkuat oleh mekanisme ego yang lainnya.
14) Acting Out
Langsung mencetuskan perasaan bila keinginannya terhalang.
15) Sublimasi
Penerimaan suatu sasaran pengganti yang mulia artinya dimata masyarakat
untuk suatu dorongan yang mengalami halangan dalam penyalurannya secara
normal.
16) Supresi
Suatu proses yang digolongkan sebagai mekanisme pertahanan tetapi
sebetulnya merupakan analog represi yang disadari;pengesampingan yang
disengaja tentang suatu bahan dari kesadaran seseorang;kadang-kadang dapat
mengarah pada represif berikutnya.
17) Undoing
Tindakan/perilaku atau komunikasi yang menghapuskan sebagian dari
tindakan/perilaku atau komunikasi sebelumnya merupakan mekanisme
pertahanan primitif.
B. Diagnosa Keperawatan
1) Kecemasan
C. Rencana Tindakan Keperawatan
No.D Tujuan Intervensi Rasional
x
1. TUM : Klien mampu Sp 1  Pembinaan
mengurangi dan Bina hubungan saling hubungan saling
mengontrol percaya dengan : percaya
kecemasannya. a. Sapa klien merupakan
15

TUK : dengan ramah dasar terjalinnya


1) Setelah diberikan baik verbal komunikasi
askep selama 2 maupun non terbuka
kali pertemuan verbal sehingga
(tiap b. Perkenalkan diri meningkatkan
pertemuan  20 dengan sopan. rasa komunikasi
menit) diharapkan c. Tanyakan nama klien.
klien membina lengkap klien  Dapat
hubungan saling dan nama mengetahui
percaya dengan panggilan yang kapan klien
KH : disukai. mengalami
 Wajah klien cerah d. Jelaskan tujuan kecemasan.
dan tersenyum pertemuan.  Untuk
 Klien mau e. Jujur dan mengadopsi
membalas salam. menepati janji koping yang
 Klien mau f. Tunjukkan sikap baru, klien
menyebutkan empati dan pertama kali
nama sambil menerima klien harus menyadari
berjabat tangan apa adanya. perasaan dan
dan ada kontak g. Adakan kontak mengatasi
mata sering dan penyangkalan
 Klien bersedia singkat secara yang disadari
menceritakan bertahap. atau tidak
perasaannya h. Bantu klien disadari
TUK : untuk  Mengetahui cara
2) Klien dapat mengidentifikasi yang terbaik
mengidentifikasi dan untuk
dan menggambarkan mengontrol
menggambarkan perasaan yang kecemasan
perasaan tentang mendasari

kecemasannya kecemasannya.

dengan KH : i. Kaitkan perilaku

 Klien dapat klien dengan


perasaan
16

menyebutkan tersebut
waktu, isi, j. Gunakan
frekuensi pertanyaan
timbulnya terbuka beralih
kecemasan. dari topik yang
 Klien dapat tidak
mengungkapkan mengancam ke
perasaannya isu konflik
terhadap k. Gunakan
kecemasannya. konfrontasi
yang suportif
TUK : dengan
3) Klien dapat bijaksana.
mengidentifikasi l. Bantu klien
penyebab menggambarkan
kecemasannya situasi dan
dengan KH : interaksi yang
 Klien dapat mendahului
menceritakan kecemasan.
penyebab m. Tinjau penilaian
kecemasan terhadap stresor,
 Klien dapat nilai-nilai yang
menyebutkan terancam dan
tindakan yang cara konflik
biasanya berkembang
dilakukan n. Hubungkan
untuk pengalaman
mengendalikan klien saat ini
kecemasannya. dengan

 Klien dapat pengalaman

memilih cara yang relevan

mengatasi dengan masa

kecemasannya. lalu.
o. Identifikasi
17

bersama klien
cara / tindakan
yang dilakukan
jika terjadi
kecemasan.
p. Diskusikan cara
baru untuk
memutus /
mengontrol
timbulnya
kecemasan
q. Bantu klien
dalam menilai
kembali nilai,
sifat, dan arti
stresor pada saat
yang tepat.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
` Kecemasan dapat didefininisikan suatu keadaan perasaan keprihatinan, rasa
gelisah, ketidak tentuan, atau takut dari kenyataan atau persepsi ancaman sumber
aktual yang tidak diketahui atau dikenal Hawari (2008)
Kecemasan mungkin hadir pada beberapa tingkat dalam kehidupan setiap
individu, tetapi derajat dan frekuensi dengan yang memanifestasikan berbeda secara
luas. Respon masing-masing individu memiliki kecemasan berbeda. Tepi emosional
yang memprovokasi kecemasan untuk merangsang kreativitas atau kemampuan
pemecahan masalah, yang lainnya dapat menjadi bergerak ke tingkat patologis.
Kecemasan terdiri dari beberapa tingkat yaitu ansietas ringan, ansietas sedang,
ansietas berat, dan panik.
3.2 Saran
Keperawatan jiwa adalah masalah-masalah yang sangat serius dan diansangat
penting. Masalah –masalah tersebut dapat dianggap ancaman atau tantangan yang
akan berdampak besar pada keperawatan jiwa baik dalam tatanan regional maupun
global. Sikap yang positif terhadap diri sendiri, tumbuh kembang , aktualisasi diri,
keutuhan, kebebasan diri sangat diperlukan untuk dimiliki oleh setiap individu.
Bagi pembaca pengontrolan emosi sangat harus diperhatikan, Karena dapat
memberikan dampak yang positif dan negatif. Jiwa dan diri anda sangatlah berharga.

18
DAFTAR PUSTAKA

Hawari, D.2012. “Manajemen Stres Cemas dan Depresi” Jakarta : Balai Penerbit FKUI.

Nurjannah, I.2012.”Pedoman Penanganan Pada Gangguan Jiwa Manajemen, Proses


Keperawatan dan Hubungan Terapeutik Perawat-Klien” Yogyakarta : Penerbit
MocoMedia

Stuart, G.W., dan Sundden, S.J.2014.” Buku Saku Keperawatan Jiwa” Edisi 3, Jakarta : EGC.

Lynn,S.Bickley.2009.http:/www.academia.edu/18860295/ASKEP_PSIKOSOSIAL-
ANSIETAS_, diakses pada 08 Mei 2020 pukul 14:50.

Stuart,Sundeens,.1998.http:/www.academia.edu/18860295/ASKEP_PSIKOSOSIAL-
ANSIETAS_, diakses pada 08 Mei 2020 pukul 14:50.

Sylvia D.Elvira.2008 : 11. http:/www.academia.edu/18860295/ASKEP_PSIKOSOSIAL-


ANSIETAS_, diakses pada 08 Mei 2020 pukul 14:50.

Suliswati, 2005. http:/www.academia.edu/18860295/ASKEP_PSIKOSOSIAL-ANSIETAS_,


diakses pada 08 Mei 2020 pukul 14:50.

Hawari,.2008. http:/www.academia.edu/18860295/ASKEP_PSIKOSOSIAL-ANSIETAS_,
diakses pada 08 Mei 2020 pukul 14:50.

DepKes RI,.1990. http:/www.academia.edu/18860295/ASKEP_PSIKOSOSIAL-


ANSIETAS_, diakses pada 08 Mei 2020 pukul 14:50.

19

Anda mungkin juga menyukai