Anda di halaman 1dari 12

BAB II

BAYI BERAT BADAN LAHIR RENDAH

A. Pengertian
Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi yang pada waktu lahir berat kurang dari
2500 gram.BBLR adalah suatu keadaan dimana bayi yang pada waktu lahir berat
badannya kurang dari 2500 gram, bayi dengan BBLR terjadi akibat kelahiran sebelum
waktunya atau umur kehamilan belum mencapai sembilan bulan, bayi lahir cukup tapi
pertumbuhan dalam kandungan tidak baik oleh kerena itu ibu kurang gizi, kurang darah,
sering sakit, banyak merokok atau berkerja berat.

B. Istilah- istilah BBLR


Istilah-istilah dalam BBLR adalah :
1. Berat Lahir (BL) / Birth Weight adalah berat badan baru lahir ditimbang sejak 0-24 jam
setelah lahir.
2. Bayi Berat Lahir Sangat Rendah (BBLSR) / Very Low Weight Infant adalah bayi baru lahir
dengan berat lahir antara 1000-1499 gr.
3. Bayi Berat Lahir Amat Sangat Rendah (BBLASR) / Very Very Low Birth Weight Infant /
Extremely Low Birth Weight Infant adalah bayi baru lahir dengan berat lahir kurang dari 1000
gr (> 500-999 gram).
Bayi Kurang Bulan (BKB) adalah BBL dengan umur kehamilan < 37 minggu (259 hari).

C. Klafikasi BBLR.
BBLR terdiri dari 2 kelompok yaitu:
1. Bayi kurang bulan (BKB) yang lahir dari persalinan Preterm
2. Bayi yang kecil untuk masa kehamilan (KMK) karena pertimbangan bulanya di dalam rahim
mengalami hambatan
Berkaitan dengan penanganan dan harapan hidup bayi, bayi dengan BBLR dapat dibedakan
dalam:
1. BBLR dengan berat lahir 1500-2500 gram
2. BBLR dengan berat < 1500 gram
3. BBLR dengan berat kurang < 1000 gram

1
D. Etiologi
Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan BBLR yang dirawat, dengan hari rawat yang
lama:
1. Faktor ibu : penyakit ibu seperti ; toksemia gravidarum, perdarahan ante patum, terauma fisik
dan psikologis, nefritis akut. Umur ibu, misalnya:umur <20 tahun, umur >35 tahun, keadaan
sosial, seperti , golongan sosial, ekonomi renda.
2. Faktor janin : Hidramnion, ganda dan kelainan kromosom.
3. Faktor lingkungan, tempat tinggal di daerah tingi, radiasi dan zat-zat racun.

E. Manifestasi Klinis
Gambaran klinis BBLR secara umum adalah :
1. Berat kurang dari 2500 gram
2. Panjang kurang dari 45 cm
3. Lingkar dada kurang dari 30 cm
4. Lingkar kepala kurang dari 33 cm
5. Umur kehamilan kurang dari 37 minggu
6. Kepala lebih besar
7. Kulit tipis, transparan, rambut lanugo banyak, lemak kurang
8. Otot hipotonik lemah
9. Pernapasan tak teratur dapat terjadi apnea
10. Eksremitas : paha abduksi, sendi lutut / kaki fleksi-lurus
11. Kepala tidak mampu tegak
12. Pernapasan 40 – 50 kali / menit
13. Nadi 100 – 140 kali / menit

Manifestasi Klinis Berdasarkan Klasifikasinya :


1. Prematuritas murni
a. BB <2500 gr, panjang badan <45 cm, lingkar dada <30 cm, lingkar kepala <33 cm, kepala
lebih besar daripada badan, kulit tipis dan transparan, lanugo banyak, lemak subkutan
kurang, ossifikasi tengkorak sedikit, ubun-ubun dan sutura lebar, genitalia immatur,
desensus testikolorum belum sempurna, labia minora belum tertutup dengan labia mayora,
pembuluh banyak terlihat, dan peristaltik ususpun terlihat.
b. Rambut tipis dan teranyam sehingga sulit terlihat satu persatu, tulang rawan dan daun
telinga belum cukup sehingga elastisitas belum sempurna, puting susu belum terbentuk
dengan baik.
c. Bayi tubuhnya kecil dan posisi masih posisi fetal, dekubitus lateral (pergerakan kurang
dan lemah), bayi lebih banyak tidur daripada bangun, tangis lemah, pernafasan belum
teratur dan sering terdapat serangan apnoe.

2
d. Otot masih hipotonik, sikap selalu dalam keadaan tungkai abduksi, sendi lutut dan sendi
kaki dalam fleksi dan kepala menghadap ke satu jurusan.
e. Tonic neck reflek biasanya lemah dan refleks moro positif, refleks hisap, menelan dan
batuk belum sempurna.
f. Kalau bayi lapar biasanya menangis, gelisah, aktivitas bertambah (bila dalam waktu 3 hari
tanda kelaparan ini tidak terdapat, kemungkinan besar bayi menderita infeksi atau
perdarahan intrakaranial).
g. Sering terdapat edema pada anggota gerak (terlihat nyata dalam 24-48 jam), kulitnya
tampak mengkilat dan licin serta terdapat pitting edema.
h. Pernafasan fetus meningkat / selalu >60x/menit (harus waspada kemungkinan terjadi
penyakit membran hialin / sindrom gangguan pernafasan)

Beberapa penyakit yang berhubungan dengan prematuritas :


a. Sindrom gangguan pernafasan idiopatik/penyakit membran hialain karena pada tahap
akhir akan terbentuk membran hialin yang melapisi alveoli paru
b. Pneumonia aspirasi, oleh karena refleks menelan dan batuk belum sempurna.
c. Perdarahan intraventrikuler, oleh karena anoksia otak.
d. Fibroplasia retinolental.
e. Hiperbilirubinemia, oleh karena faktor pematangan hepar sehingga konjugasi bilirubin
indirek menjadi bilirubin direk belum sempurna.

2. Dismaturitas
a. Pada bayi preterm gejala klinisnya sama dengan bayi prematuritas murni ditambah dengan
BB <2500 gr.
b. Bedanya bayi panjang, kurus dan atropik, tetapi kuat.
c. Tonus otot baik.
d. Kulit kering dan pecah-pecah, kuku keras, kartilago telinga, jaringan payudara, garis-garis
alur pada telapak kaki semuanya terlihat. semua refleks terlihat, bayi menghisap dengan
kuat tampak lapar (sering terlihat kelaparan).

Retardasi pertumbuhan sama dengan fetal distres dapat dibagi 3 menurut Gruenwald :
a. Acute Fetal Distress, yaitu defisit atau fetal deprivation yang hany mengakibatkan
perinatal distres tapi tidak mengakibatkan retardasi pertumbuhan dan wasting (insufisiensi
plasenta).
b. Subacut Fetal Distress, yaitu bila fetal deprivation tersebut menunjukkan tanda wasting
tapi tidak retardasi pertumbuhan.
c. Chronci Fetal Distress, yaitu bayi jelas menunjukkan keadaan retardasi pertumbuhan.

3
Bayi dismatur dengan tanda wasting atau insufisiensi plasenta dapat dibagi 3 menurut berat
ringan wasting tersebut (Cliffort):
a. Stadium I
Bayi tampak kurus dan relatif lebih panjang, kulitnya longgar, kering seperti
perkamen tetapi belum terdapat noda mekonium.
b. Stadium II
Didapatkan tanda-tanda stadium I ditambah warna kehijauan pada kulit, plasenta
dan umbilikus. Hal ini disebabkan oleh mekonium yang tercampur dalam amnion
yang kemudian mengendap ke dalam kulit, umbilikus dan plasenta sebagai akibat
anoksia intrauterin.
c. Stadium III
Ditemukan stadium II ditambah kulit berwarna kuning, kuku, tali pusat dan tanda
anoksia intra uterine yang lama

Komplikasi dismaturitas :
a. Sindrom aspirasi mekonium
b. Hipoglikemia simptomatik
c. Asfiksia neonatorum
d. Penyakit membran hialin
e. Hiperbilirubinemia

F. Manajemen terapeutik
1. Prematuritas murni
Bayi Berat Lahir Sangat Rendah (BBLSR) atau Prematur Kecil
a. Jika bayi sangat kecil (<1500 gram atau kurang dari 32 minggu) sering terjadi
masalah sukar bernafas, sukar memberi minum, ikterus berat dan infeksi. Bayi
rentan menjadi hipotermi bila tidak didalam inkubator.
b. Pastikan bahwa bayi terjaga tetap hangat. Bungkus bayi dengan kain lunak, kering
dan pakai topi untuk menghindari kehilangan panas.
c. Jika pada riwayat ibu terdapat kemungkinan infeksi bakteri, beri dosis pertama
antibiotik: Gentamisin 4mg/ kg BB I.M (kanamisin) ditambah dengan Ampisilin
100mg/kg BB I.M (benzil penisillin).
d. Jika bayi sianosis atau sukar bernafas (frekuensi <30 atau >60x per menit,tarikan
dinding dada kedalam atau merintih) beri oksigen lewat hidung atau nasal.

4
Bayi Prematur Sedang (BBLR)
Bayi prematur sedang (33-38 minggu) atau BBLR (1500-2500 gram) dapat
mempunyai masalah segera setelah lahir.
a. Jika bayi tidak ada kesukaran bernafas dan tetap hangat dengan metoda kangguru
dengan rawat tetap bersama ibu dan dorong ibu mulai menyusui dalam satu jam
pertama.
b. Jika bayi sianosis atau sukar bernafas (frekuensi <30 atau >60x permenit, tarikan
dinding dada kedalam atau merintih), beri oksigen lewat keteter hidung atau nasal.
c. Jika suhu aksila turun dibawah 300C hangatkan bayi segera

Bayi prematur atau ketuban pecah lama dan asimptomatis


Dapat dimodifikasi sesuai dengan situasi.
a. Jika ibu mempunyai tanda klinis infeksi bakteri atau jika ketuban pecah lebih dari
18 jam meskipun tanpa tanda klinis infeksi :
1) Rawat bayi tetap bersama ibu dan dorong ibu tetap menyusui
2) Lakukan kultur darah dan berikan antibiotika dosis pertama
b. Jangan berikan antibiotika pada kondisi lain. Amati bayi terhadap tanda infeksi
selama 3 hari :
1) Rawat bayi tetap bersama ibu dan
dorong ibu tetap menyusui.
2) Jika dalam waktu 3 hari terjadi
tanda infeksi, rujuk ke NICU, lakukan kultur darah , dan berikan antibiotika
dosis pertama.

2. Dismature
a. Janin dimonitor sepanjang proses persalina dengan menggunakan
elektroda yang dipasang pada kulit kepala janin untuk meneruskan impuls denyut
jantung (monitoring maternal).
b. Kala II dipersingkat dengan menggunakan forsep (kelahiran dengan
alat) dan episiotomi.
c. Bayi harus menjalani resusitasi yang dilakukan dengan hati-hati dan
cermat. Pengobatan asidosis dengan larutan natrium bikarbonat IV dan
hipoglikemi dengan larutan glukosa IV harus dilakukan.
d. Jika bayi haus, beri makanan dini (early feeding) dan frekuensi ;
untuk mencegah hipoglikemia; pemeriksaan dengan dextrostix dilakukan sejam

5
sekali selama 4-6 jam pertama, kemudian setiap kali sesudah menyusui selama
sedikitnya 24 jam
e. Frekuensi pernafasan terutama dalam 24 jam harus diwasai, guna
mengetahui sindrom aspirasi mekonium / sindrom gangguan pernafasan idiopatik.
Sebaiknya dilakukan setiap jam dihitung frekuensi pernafasan dan bila frekuensi
pernafasan lebih dari 60x/menit dibuat foto thoraks.
f. Cegah infeksi oleh karena akibat pemindahan imunoglobulin G dari
ibu ke janin terganggu
g. Suhu diawasi, bayi jangan sampai kedinginan oleh karena bayi
dismature mudah hipotermik akibat dari luas permukaan tubuh bayi relatif lebih
besar dari lemak subkutan
h. Ikterus diobati secara dini
i. Waspada terhadap kelainan kongenital.

G. Penyulit BBLR
Ada beberapa faktor penyulit bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah:
1. Umur hamil saat persalinan
Makin muda kehamilan semakin sulit beradaptasi dengan keadaan luar rahim sehingga terjadi
komplikasi yang makin besar
2. Asfiksia/Iskemia otak
Dapat terjadi nekrosis dan perdarahan
3. Gangguan metabolisme
Menimbulkan asidosis, hipoglikemia dan hiperbilirubinemia
4. Mudah terinfeksi
5. Mudah menjadi sepsis dan meningitis
Bila bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah dapat diatasi, masih perlu dipertimbangkan
kelanjutan adanya penyulit, yaitu gangguan panca indra, gangguan sistem motorik syaraf
pusat, dapat terjadi Hidrosefalus,

H. Perawatan Bayi berat lahir rendah (BBLR)


Perawatan yang luas di lakukan pada bayi denga BBLR antara lain :
1. Penanganan bayi
Semua perawat harus di lakukan dengan bayi berat lahir rendah dalam inkubator
walaupun demikian beberapa penangananya harus di lakukan seperti mengganti popok bayi,
mengganti posisi atau membersikan bayi,
2. Pemeliharaan suhu bayi

6
Bayi BBLR mempungai kesulitan dalam mempertahankan suhu yang tetep dan muda
terjadi variasi suhu. Seseorang bayi akan berkembang secara memuaskan asal suhu rectal di
pertahankan antara 35,50 C dan 370 C.
3. Inkubator
Sebelum memasukan bayi kedalam Inkubator, maka inkubator terlebih dahulukan di
hangat kan sampai sekitar 24, gram. untuk bayi dengan berat badan 1,7 kg dan 32,2 0C untuk
Bayi yang lebi kecil.

Bayi BBLR mulanya diberikan makanan dalam frekuensi yang tinggi, yakni sedikit makanan
diberikan tiap jam kepadanya, kemudian diubah menjadi tiap 2 jam dan selanjutnya setiap 3 jam.
Jika bayi sudah cukup kuat, penyusuan oleh ibu atau dengan botol diberikan atas permintaan bayi.
Perawat yang bertugas menghitung semua makanan yang masuk ke dalam tubuh bayi. Jumlah
makanan yang boleh dimasukkan ditentukan oleh peningkatan berat badan, jenis susu yang
diberikan dan toleransi bayi terhadapnya.
Beberapa perawat mengizinkan bayi untuk dibawa pulang setelah berat badan mencapai suatu
titik tertentu, biasanya 2.040 gram atau 2.270 gram dari berat badan lahir < 1500 gram. Dengan
memperhatikan gambaran klinik dan berbagai kemungkinan yang dapat terjadi pada bayi BBLR,
maka perawatan dan pengawasan bayi BBLR ditujukan pada: pengaturan panas badan,
pemberian makanan bayi, dalam menghindari infeksi adalah :
1. Pengaturan suhu badan bayi BBLR
Bayi BBLR akan cepat kehilangan panas badan dan menjadi hipotermia, karena pusat
pengaturan panas badan belum berfungsi dengan baik. Metabolismenya rendah dan
permukaan badan relatif luas. Oleh karena itu, bayi BBLR harus dirawat di dalam inkubator
sehingga panas badannya mendekati dalam rahim.
Bila belum memiliki inkubator, bayi BBLR dapat dibungkus dengan kain dan
disampingnya diletakkan botol yang berisi air panas, sehingga panas badannya diperhatikan.
2. Makanan Bayi BBLR
Alat pencernaan bayi BBLR masih belum sempurna, lambung kecil, enzim pencernaan
belum matang. Sedangkan kebutuhan protein 3 sampai 5 gram/kg BB dan kalori 110 kalori/kg
BB, sehingga pertumbuhannya dapat meningkatkan, pemberian minum bayi sekitar 3 jam
setelah lahir dan didahului dengan mengisap cairan lambung.
Reflek menghisap masih lemah sehingga pemberian minum sebaiknya sedikit demi
sedikit tetapi frekuensinya lebih sering.
ASI merupakan makanan yang paling utama sehingga ASI lah ASI dapat diperas dan
diminumkan dengan sendok perlahan-lahan dengan memasang sonde menuju lambung,
permulaan cairan yang diberikan sekitar 50-60 cc/kg BB/hari dan terus dinaikkan sampai
mencapai sekitar 200 cc/kg BB/hari.

7
Perawatan bayi BBLR adalah memenuhi kebutuhannya yang dirumuskan sederhana, yaitu :
1. Pengaturan suhu lingkungan
Bayi BBLR dimasukkan ke dalam inkubator dengan suhu yang sesuai dengan berat
badan bayi. Berat badan di bawah 2000 gram 35 oC, berat badan 2000-2500 gram 34 oC.
Suhu inkubator diturunkan 1oC setiap minggu sampai dapat ditempatkan pada suhu
lingkungan sekitar 21-27oC, kelembaban inkubator sekitar 50-60%, penanganannya baru
lahir langsung keringkan dengan handuk hangat, beri lampu 60 watt dengan jarak minimal
60 cm dari bayi dapat dengan dilakukan dengan cara kontak kulit ke kulit.
2. Oksigenasi
Pemberian O2 untuk bayi BBLR harus dikendalikan dengan seksama, karena
konsentrasi yang tinggi dalam masa panjang akan menyebabkan timbulnya kerusakan
pada jaringan retina bayi, sehingga menimbulkan kebutaan, konsentrasi O 2 yang
dianjurkan adalah sekitar 20-35%, hal ini dapat dicapai dengan memberikan O 2 dengan
kecepatan 2 L/menit.
3. Psikososial
Ikatan dengan orang tua dan perilaku perawatan berperan sangat penting pada
kesehatan fisik, psikologis dan emosional, akhirnya pengaruh ini akan memberi efek
kesejahteraan bayi itu di masa dewasa. Sedang diberi pernapasan dengan ventilator,
hubungan antara ibu dan bayi beranjak lebih kuat jika ibu memegang dan mengajaknya
berbicara seperti layaknya bayi sehat. Bayi akan merasa aman dibalik pakaian si ibu tepat
di sisi payudaranya.

I. Komplikasi
Komplikasi dan lama hari perawatan BBLR sangat tergantung dari klasifikasi dari BBLR itu
sendiri yang dikarenakan pada BBLR yang mengalami gangguan pertumbuhan intrauterine
dapat berhubungan dengan adanya kelainan congenital, selama intrauterine tidak tumbuh
optimal dan lahir BBLR.
Komplikasi yang muncul pada BBLR kecil masa kehamilan antara lain seperti Depresi
perinatal, Aspirasi mekonium, Perdarahan paru, Hipertensi paru paru persisten (HPP),
Hipoksemia, hiperglikemi, hipokalsemia, hiponatremia, polisitemia.

J. Upaya Pencegahan / Penurunan Kasus BBLR


Perawatan BBLR sebagaimana yang kita ketahui dilaksanakan di negara maju ataupun di
beberapa rumah sakit rujukan di Indonesia membutuhkan biaya yang sangat besar. Maka upaya
pencegahan pada masa prahamil dan masa hamil menjadi amat penting. Pada masa hamil,

8
perawatan antenatal harus mampu mendeteksi dini resiko terjadinya BBLR. Bila resiko ini ada
maka penatalaksanaan yang tepat adalah merujuk kasus ke pusat pelayanan yang memiliki
kemampuan diagnostik lebih lengkap guna pemeriksaan laboratorium sehingga terapi akan
ditentukan dengan baik.
Upaya lain yang dapat dilaksanakan untuk mencegah terjadinya BBLR adalah :
1. Upaya agar melaksanakan antenatal cara yang baik, segera melakukan konsultasi dan merujuk
bila ibu terdapat kelainan.
2. Meningkatkan gizi masyarakat sehingga dapat mencegah terjadinya persalinan dengan BBLR.
3. Tingkatkan penerimaan keluarga berencana.
4. Anjurkan lebih banyak istirahat, bila kemudian mendekati aterm atau istirahat baring bila
terjadi keadaan yang menyimpang dari kehamilan normal.
5. Tingkat kerjasama dengan dukun yang masih mendapat kepercayaan masyarakat.

K. Lamanya Perawatan
Secara prinsip, semua rumah sakit di tanah air sudah bisa merawat bayi dengan BBLR
kecuali yang disertai ketidakmatangan organ-organ vital seperti paru-paru dan jantung yang hanya
dapat ditangani oleh rumah sakit dengan fasilitas NICU. Ruang NICU adalah ruang perawatan
intensif untuk bayi baru lahir yang memerlukan pengobatan dan perawatan khusus, guna
mencegah dan mengobati terjadinya kegagalan organ-organ vital. NICU sendiri merupakan sarana
terdapat pada level perawatan 3.
Untuk diketahui, level perawatan pasien di rumah sakit dibagi tiga bagian. Level 1
merupakan perawatan biasa, pasien dirawat di ruang atau kamar biasa dan tidak memerlukan alat
atau fasilitas khusus. Pada level 2, ruang perawatan memerlukan monitor dan inkubator.
Sedangkan di level 3, selain monitor dan inkubator, ruangan juga mesti difasilitasi ventilator.
Monitor berfungsi untuk mengontrol detak jantung dan otak. Sedangkan ventilator untuk
membantu sistem pernapasan. Bayi BBLR umumnya dirawat di level 2 dan 3. Dokter anak
khususnya bagian perinatologi sangat berperan dalam perawatan dan pengobatan kasus-kasus
seperti ini.
Soal lamanya waktu perawatan pasien bayi dengan BBLR tentu tergantung kasus. Namun
biasanya mereka diperbolehkan pulang jika sudah mendekati tanggal kelahiran idealnya. Contoh
bayi yang dilahirkan 6 minggu lebih dini dari seharusnya, biasanya mesti menjalani perawatan di
rumah sakit kurang lebih 4 minggu, atau lebih cepat dua minggu dari kelahiran idealnya.
Pertimbangan lainnya, bayi akan dipulangkan jika kondisi tubuhnya sudah setabil, organ-organ
vitalnya sudah berfungsi baik, dan berbagai resiko yang mengancam sudah bisa dihindari. Salah
satu indikatornya adalah kemampuan bayi untuk mengisap atau buang air besar dan kecil sudah
baik. Oleh sebab itu pemulangan paksa pasien bayi dengan BBLR oleh orang tua/keluarga sangat
tidak disarankan karena ia dapat mengalami berbagai resiko kesehatan, seperti infeksi, gagal
napas, gagal jantung dan sebagainya.

9
L. Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan glucose darah terhadap hipoglikemia
2. Pemantauan gas darah sesuai kebutuhan
3. Titer Torch sesuai indikasi
4. Pemeriksaan kromosom sesuai indikasi
5. Pemantauan elektrolit
6. Pemeriksaan sinar X sesuai kebutuhan ( missal : foto thorax)

M. Fokus Intervensi
No Diagnosa Keperawatan Tujuan/Kriteria Rencana Tindakan

1. Pola nafas tidak efektif Pola nafas yang efektif  Berikan posisi kepala sedikit ekstensi
b/d tidak adekuatnya Kriteria :  Berikan oksigen dengan metode yang
ekspansi paru  Kebutuhan sesuai
oksigen  Observasi irama, kedalaman dan
menurun frekuensi pernafasan
 Nafas spontan,
adekuat
 Tidak sesak.
 Tidak ada retraksi
2. Gangguan pertukaran  Lakukan isap lendir kalau perlu
gas b/d kurangnya Pertukaran gas adekuat  Berikan oksigen dengan metode yang
ventilasi alveolar Kriteria : sesuai
sekunder terhadap  Tidak sianosis.  Observasi warna kulit
defisiensi surfaktan  Analisa gas darah  Ukur saturasi oksigen
normal  Observasi tanda-tanda perburukan
 Saturasi oksigen pernafasan
normal.  Lapor dokter apabila terdapat tanda-
tanda perburukan pernafasan
 Kolaborasi dalam pemeriksaan analisa
gas darah
 Kolaborasi dalam pemeriksaan surfaktan

3. Resiko tinggi gangguan Hidrasi baik  Observasi turgor kulit.


keseimbangan Kriteria:  Catat intake dan output
keseimbangan cairan  Turgor kulit  Kolaborasi dalam pemberian cairan intra
dan elektrolit b/d elastik vena dan elektrolit
ketidakmampuan ginjal  Tidak ada edema  Kolaborasi dalam pemeriksaan elektrolit
mempertahankan  Produksi urin 1-2 darah
keseimbangan cairan cc/kgbb/jam
dan elektrolit  Elektrolit darah
dalam batas normal
4. Perubahan nutrisi kurang  Berikan ASI/PASI dengan metode yang
dari kebutuhan tubuh Nutrisi adekuat tepat
berhubungan dengan Kriteria :  Observasi dan catat toleransi minum
tidak adekuatnya  Berat badan naik  Timbang berat badan setiap hari
persediaan zat besi, 10-30 gram / hari  Catat intake dan output
kalsium, metabolisme  Tidak ada edema  Kolaborasi dalam pemberian total
yang tinggi dan intake  Protein dan parenteral nutrition kalau perlu
yang kurang adekuat albumin darah
dalam batas normal
5 Resiko tinggi hipotermi  Rawat bayi dengan suhu lingkungan
atau hipertermi b/d Suhu bayi stabil sesuai
0
imaturitas fungsi  Suhu 36,5 C  Hindarkan bayi kontak langsung dengan
termoregulasi atau -37,2 0C benda sebagai sumber dingin/panas

10
perubahan suhu  Akral hangat  Ukur suhu bayi setiap 3 jam atau kalau
lingkungan perlu
 Ganti popok bila basah.
6. Resiko tinggi terjadi Perfusi jaringan baik  Ukur tekanan darah kalau perlu
gangguan perfusi  Tekanan darah  Observasi warna dan suhu kulit
jaringan b/d imaturitas normal  Observasi pengisian kembali kapiler
fungsi kardiovaskuler  Pengisian kembali  Observasi adanya edema perifer
kapiler <2 detik  Kolaborasi dalam pemeriksaan
 Akral hangat dan laboratorium
tidak sianosis  Kolaborasi dalam pemberian obat-
 Produksi urin 1-2 obatan
cc/kgbb/jam
 Kesadaran
composmentis

7. Resiko tinggi injuri Tidak ada injuri


susunan saraf pusat b/d Kriteria :  Cegah terjadinya hipoksia
hipoksia  Kesadaran  Ukur saturasi oksigen
composmentis  Observasi kesadaran dan aktifitas bayi
 Gerakan aktif dan  Observasi tangisan bayi
terkoordinasi  Observasi adanya kejang
 Tidak ada kejang  Lapor dokter apabila ditemukan kelainan
ataupun twitching pada saat observasi
 Tidak ada tangisan  Ukur lingkar kepala kalau perlu
melengking  Kolaborasi dalam pemeriksaan USG
 Hasil USG kepala kepala
dalam batas normal

8. Resiko tinggi infeksi b/d Bayi tidak terinfeksi


imaturitas fungsi Kriteria :  Hindari bayi dari orang-orang yang
imunologik  Suhu 36,5 0C terinfeksi kalau perlu rawat dalam
-37,2 0C inkubator
 Darah rutin  Cuci tangan sebelum dan sesudah
normal kontak dengan bayi
 Lakukan tehnik aseptik dan antiseptik
bila melakukan prosedur invasif

9. Resiko tinggi gangguan Integritas kulit baik  Lakukan perawatan tali pusat
integritas kulit b/d Kriteria :  Observasi tanda-tanda vital
imaturitas struktur kulit  Tidak ada rash  Kolaborasi pemeriksaan darah rutin
 Tidak ada iritasi  Kolaborasi pemberian antibiotika
 Tidak plebitis

10. Gangguan persepsi- Persepsi dan sensori  Kaji kulit bayi dari tanda-tanda
sensori : penglihatan, baik kemerahan, iritasi, rash, lesi dan lecet
pendengaran, Kriteria : pada daerah yang tertekan
penciuman, taktil b/d  Bayi berespon  Gunakan plester non alergi dan
stimulus yang kurang terhadap stimulus seminimal mungkin
atau berlebihan dari  Ubah posisi bayi dan pemasangan
lingkungan perawatan elektrode atau sensor
intensif

11. Koping keluarga tidak Koping keluarga  Membelai bayi sebelum malakukan
efektif b/d kondisi kritis efektif tindakan
pada bayinya, perawatan Kriteria :  Mengajak bayi berbicara atau
yang lama dan takut  Ortu kooperatif dg merangsang pendengaran bayi dengan
untuk merawat bayinya perawatan bayinya. memutarkan lagu-lagu yang lembut
setelah pulang dari RS  Pengetahuan ortu  Memberikan rangsang cahaya pada mata
bertambah  Kurangi suara monitor jika
 Orang tua dapat memungkinkan
merawat bayi di  Lakukan stimulas untuk refleks

11
rumah menghisap dan menelan dengan
memasang dot
 Memberikan kesempatan pada ortu
berkonsultasi dengan dokter
 Rujuk ke ahli psikologi jika perlu
 Berikan penkes cara perawatan bayi
BBLR di rumah termasuk pijat bayi,
metode kanguru, cara memandikan
 Lakukan home visit jika bayi pulang dari
RS untuk menilai kemampuan orang tua
merawat bayinya

12

Anda mungkin juga menyukai