Anda di halaman 1dari 8

11

KARAKTER UTAMA PERAWAT SEBAGAI PELAYAN


KESEHATAN YANG MULTIKULTURAL
Alhamdu
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Siti Khadijah Palembang
Program Studi Psikologi, Universitas Sriwijaya Palembang
alhamdu@ymail.com

ABSTRAK
Kualitas pelayanan kesehatan yang multikultural (tanpa membedakan latar belakang
budaya, agama, suku, etnis, serta status sosial dan ekonomi) merupakan harapan masyarakat.
Kenyataannya, harapan tersebut belum dapat terpenuhi secara maksimal dari sisi pasien dan
keluarganya, dikarenakan perawat sebagai ujung tombak pelayan kesehatan diangap belum
memiliki karakter sebagai seorang pelayan kesehatan. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui karakter utama perawat sebagai pelayan kesehatan yang multikultural dalam
pandangan pasien dan keluarganya.
Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode wawancara dan
questioner dengan analisis deskriptif. Populasi dalam penelitian ini adalah pasien dan keluarga
pasien yang sedang dirawat dirumah sakit, dengan partisipan berjumlah 345 orang, yang terdiri
dari 163 orang laki-laki, dan 182 orang perempuan, dengan karakteristik usia 25 – 50 tahun.
Peneliti sebelumnya telah mendapatkan 15 karakter perawat yang diharapkan pasien dan
keluarganya dalam studi pendahuluan. Berdasarkan 15 karakter tersebut peneliti mencari tiga
karakter utama perawat yang dinginkan pasien dan keluarganya. Hasil penelitian mendapatkan
tiga karakter utama perawat sebagai pelayan kesehatan yang diharapkan pasien dan
keluarganya, yaitu karakter peduli 26.4%, terampil 22.6%, dan ramah 21.2%. sementara 29.8%
sisanya tersebar dalam 12 karakter yang lainnya.
Kata-kata Kunci : Karakter, Perawat, Pelayanan, Kesehatan, Multikultural.

Kesehatan merupakan hak asasi manusia yang tidak bisa dan tidak boleh diabaikan
begitu saja. Selain itu, kesehatan juga merupakan salah satu unsur untuk mewujudkan
kesejahteraan manusia, yang berperan penting dalam pembentukan sumber daya manusia yang
berkualitas, yang mempunyai ketahanan dan daya saing, serta mampu terlibat dalam
pembangunan bangsa ini. Oleh karena itulah, kesehatan dianggap sebagai investasi penting
dalam pembangunan suatu bangsa dan menjadi tanggung jawab semua pihak. Artinya, semua
pihak baik itu pemerintah, swasta ataupun masyarakat secara umum mempunyai tanggung
jawab dan peran yang tidak bisa diabaikan dalam pemberian pelayanan kesehatan kepada
masyarakat, tanpa memandang asal dan latar belakang dari masyarakat tersebut.
Pelayanan kesehatan yang tidak membedakan asal dan latar belakang suku, budaya,
agama, dan etnis, serta status social dan ekonomi (multikultural) merupakan harapan
masyarakat secara umum. Masyarakat, dalam hal ini adalah pasien dan keluarganya selalu
mengharapkan pelayanan kesehatan yang berkualitas, yang menekankan pada apa yang
dibutuhkan pasien dan keluarganya, serta berujung pada kepuasan pasien terhadap pelayanan
itu sendiri sebagai bentuk bantuan bagi pasien untuk mencapai kesembuhan. Artinya,
pelayanan kesehatan yang multikultural, tanpa diskriminasi merupakan harapan dan hak
masyarakat, sebagaimana diatur dalam UU No. 44 tahun 2009 pasal 32 poin c yang
Prosiding Seminar Nasional : Hidup Harmoni dalam Kebhinnekaan
Medan: USU Press, 2014
12

mengatakan bahwa setiap pasien berhak untuk memperoleh layanan yang manusiawi, jujur,
adil dan tanpa diskriminasi. Akan tetapi harapan dan hak tersebut belum dapat terpenuhi secara
maksimal dari sisi pasien dan keluarganya. Diskriminasi dan perlakuan berbeda secara
multikultural dalam pelayanan kesehatan masih saja terjadi di negeri yang menggaungkan
keberagaman ini.
Sebenarnya, pemerintah telah menjamin warga negaranya yang tidak mampu dengan
berbagai program kesehatan, seperti Jamkesmas, Jamkesos ataupun Jamkesda, akan tetapi
masyarakat yang tidak mampu secara ekonomi tersebut sering diabaikan dan tidak diberikan
pelayanan secara manusiawi dan maksimal. Sebagai contoh adalah kasus dibuangnya seorang
pasien Rumah Sakit (RS) di Lampung yang bernama Suparman bin Sariun alias Mbah Edi (64
tahun) yang akhirnya meninggal (ROL, 3 Februari 2014), kasus meninggalnya pasien yang
bernama Naila (2 bulan) didepan loket pendaftaran RS di Pinrang Sulawesi Selatan, karena
ditolak pihak RS yang menganggap berkas keterangan miskin yang tidak lengkap
(Kompas.com; 1 November 2013), kasus Dera, bayi berusia enam hari yang meninggal setelah
ditolak oleh 10 RS di Jakarta dengan alasan tidak ada ruangan dan peralatan untuk perawatan
(Tempo.com. 18 Februari 2013), serta masih banyak lagi kasus-kasus lain yang mengabaikan
dan melakukan penolakan pemberian pelayanan kesehatan yang multikultural dan tanpa
diskriminasi kepada para pasien.
Diskriminasi pelayanan kesehatan yang multikultural ini juga terjadi dalam perawatan
terhadap pasien. Pasien-pasien yang berlatar belakang status sosial ekonomi yang rendah, atau
pasien yang menggunakan kartu-kartu Jaminan Kesehatan (JK) dari pemerintah, serta pasien-
pasien yang tidak mempunyai kedekatan secara kesukuan, etnis dan budaya, terkadang juga
mendapatkan perlakuan yang diskriminatif dibanding pasien-pasien yang datang dari strata
social ekonomi yang tinggi, atau pasien-pasien yang menggunakan kartu-kartu asuransi dengan
klaim yang besar, serta pasien-pasien yang mempunyai kedekatan dan hubungan secara
kesukuan, etnis dan budaya. Fakta ini tidak lepas dari peran dan tugas para perawat sebagai
orang yang bersentuhan langsung dengan pemberian pelayanan kesehatan kepada pasien.
Selanjutnya, sebagai ujung tombak dari pelayanan kesehatan yang multikultural,
perawat diharapkan mempunyai karakter sebagai pelayan kesehatan yang kuat, sehingga dapat
memberikan pelayanan kesehatan tersebut secara maksimal, bukan hanya berdasarkan standar
dari penyelenggara pemberian layanan kesehatan, tetapi juga berdasarkan standar kepuasan
pasien dan keluarganya selaku pemakai jasa pelayanan kesehatan tersebut. Oleh karena itulah,
tujuan utama penelitian ini adalah untuk mencari dan mengetahui karakter utama perawat
sebagai pelayan kesehatan yang multikultural dalam pandangan pasien dan keluarganya.

Prosiding Seminar Nasional : Hidup Harmoni dalam Kebhinnekaan


Medan: USU Press, 2014
13

METODE
Partisipan
Partisipan dalam penelitian ini memiliki karakteristik sebagai berikut, yaitu pasien dan
keluarga pasien yang sedang dirawat di RS, berjenis kelamin laki-laki dan perempuan, berusia
antara 25 – 50 tahun. Berdasarkan karakteristik tersebut, dan dengan menggunakan purposive
sampling didapatkan sebanyak 345 orang partisipan, yang terdiri dari 163 orang laki-laki dan
182 orang perempuan. Paritisipan dalam penelitian ini adalah pasien dan keluarganya yang
sedang dirawat di empat (4) Rumah Sakit (RS) yang ada di Palembang, yaitu RS Islam Siti
Khadijah, RS Muhammad Husin, RS Bari dan RS Muhammadiyah Palembang.
Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik wawancara dan
questionnaire. Wawancara digunakan pada pra-penelitian, dimana peneliti menanyakan kepada
para pasien dan keluarganya tentang karakter apa saja yang seharusnya dimiliki oleh seorang
perawat dalam memberikan pelayanan kesehatan yang multikultural dari sisi pasien dan
keluarganya. Hasilnya didapatkan 15 karakter yang diharapkan pasien dan keluarganya ada
pada seorang perawat sebagai pelayan kesehatan, yaitu disiplin, cerdas, terampil, bertanggung
jawab, jujur, peduli, ramah, sopan, sabar, baik, berani, santun, percaya diri, rajin dan teliti.
Selanjutnya, peneliti menyusun 15 karakter tersebut menjadi sebuah questionnaire, dan
meminta pasien dan keluarganya untuk memilih satu (1) karakter utama dari 15 karakter
tersebut yang seharusnya dimiliki oleh seorang perawat sebagai pelayan kesehatan.
Analisis Data
Penelitian ini bersifat kualitatif yang menekankan pada konteks dan latar alamiah atau
naturalistic dengan analisis deskriptif untuk memotret dan menggambarkan tentang fenomena
karakter utama perawat sebagai pelayan kesehatan yang multikultural. Oleh karena itulah,
analisis data dalam penelitian ini menitik beratkan pada jawaban pasien dan keluarganya dalam
proses wawancara dan melihat pilihan pasien dan keluarganya dalam menjawab quistionaire
yang diberikan, sehingga dari data tersebut diharapkan dapat menjelaskan konsep karakter
utama perawat sebagai pelayan kesehatan yang multikultural dari sisi pasien dan keluarganya.

HASIL
Berdasarkan hasil wawancara yang digunakan pada pra-penelitian, peneliti
mendapatkan 15 karakter yang diharapkan pasien dan keluarganya dimiliki oleh seorang
perawat, yaitu disiplin, cerdas, terampil, bertanggung jawab, jujur, peduli, ramah, sopan, sabar,
baik, berani, santun, percaya diri, rajin dan teliti. Selanjutnya, peneliti menyusun 15 karakter
tersebut menjadi sebuah questionnaire, dan meminta pasien dan keluarganya memilih satu (1)
karakter utama dari 15 karakter tersebut yang seharusnya dimiliki oleh seorang perawat sebagai
pelayan kesehatan.
Berdasarkan quistionaire yang telah diberikan kepada 345 partisipan tersebut, maka
peneliti mendapatkan 3 karakter utama perawat sebagai pelayan kesehatan yang multikultural
dari sudut pandang pasien dan keluarganya, yaitu karakter peduli 26.4% atau dipilih oleh 91
responden, karakter terampil 22.6% atau dipilih oleh 78 responden, dan karakter ramah 21.2%

Prosiding Seminar Nasional : Hidup Harmoni dalam Kebhinnekaan


Medan: USU Press, 2014
14

atau dipilih oleh 73 responden. Sementara 29.8% sisanya tersebar dalam 12 karakter yang
lainnya. Artinya 3 karakter utama perawat yang diinginkan pasien dan keluarganya ini (peduli,
terampil dan ramah) mempunyai persentase yang sangat besar, yakni mencapai 70,2% atau
dipilih oleh 242 responden, bila dibandingkan dengan 12 karakter lainnya yang hanya
mengumpulkan 29,8% atau dipilih oleh 103 responden.
Tabel 1. Lima belas karakter yang diharapkan pasien dan keluarganya
dimiliki oleh seorang perawat

No Karakter Jawaban %
Responden
1. Dispilin 11 3.2
2. Cerdas 0 0
3. Terampil 78 22.6
4. Bertanggung Jawab 16 4.6
5. Jujur 15 4.3
6. Peduli 91 26.4
7. Ramah 73 21.2
8. Sopan 9 2.6
9. Sabar 23 6.7
10. Baik 22 6.4
11. Berani 0 0
12. Santun 0 0
13. Percaya diriI 0 0
14. Rajin 0 0
15. Teliti 7 2.0
Jumlah 345 100 %

Perawat
Kata perawat atau yang dikenal juga dengan sebutan nurse berasal dari bahasa latin
yaitu kata nutrix yang bermakna merawat atau memelihara. Wardhono (1998) mengartikan
perawat sebagai orang yang telah menyelesaikan pendidikan professional keperawatan, dan
diberi wewenang untuk melaksanakan peran serta fungsinya sebagai seorang perawat.
Sementara itu Kusnanto (2003), menjelaskan perawat sebagai seorang profesional yang
mempunyai kemampuan, tanggung jawab dan kewenangan untuk melaksanakan pelayanan atau
asuhan keperawatan pada berbagai jenjang pelayanan keperawatan. Berdasarkan dua
penjelasan diatas maka dapat dikatakan bahwa perawat merupakan suatu bentuk profesi yang
diberikan wewenang dan tanggung jawab berdasarkan kemampuan dan keilmuannya untuk
membantu dan melakukan perawatan terhadap pasien.
Nursalam (2007) mengungkapkan bahwa keperawatan adalah bentuk pelayanan
profesional berupa pemenuhan kebutuhan dasar yang diberikan kepada masyarakat yang
mengalamí gangguan fisik, psikis, dan sosial agar dapat mencapai derajat kesehatan yang
maksimal. Menurut Nursalam (2007), bentuk pemenuhan kebutuhan dasar tersebut dapat
berupa meningkatkan kemampuan yang ada pada masyarakat, mencegah, memperbaiki, dan

Prosiding Seminar Nasional : Hidup Harmoni dalam Kebhinnekaan


Medan: USU Press, 2014
15

melakukan rehabilitasi dari suatu keadaan yang dipersepsikan sakit menuju suatu kondisi yang
dipersepsikan sehat oleh masyarakat. Melihat dan memperhatikan hal tersebut, maka dunia
keperawatan dapat digambarkan sebagai bentuk pengabdian dan bantuan kepada masyarakat
yang menitik beratkan pada pelayanan yang maksimal, sehingga dapat membantu perubahan
yang ada pada pasien kearah yang lebih baik, yakni kesembuhan dan kesehatan.
Selanjutnya Kusnanto (2003) menjelaskan bahwa bentuk pelayanan profesional
keperawatan merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan, yang bersandarkan pada
ilmu keperawatan dan berbentuk pelayanan kesehatan yang komprehensif bagi setiap kalangan
dan lapisan masyarakat. Artinya, bentuk layanan kesehatan yang professional yang diberikan
oleh perawat hendaklah secara total dan menyeluruh sebagai bentuk pengabdian keilmuan
secara professional yang membutuhkan karakter tersendiri yang harus dimiliki oleh seorang
perawat sebagai pelayan kesehatan, karena bila pengabdian yang professional tersebut tidak
diikuti oleh karakter perawat yang tepat, maka pelayanan kesehatan yang diberikan tidak akan
maksimal. Oleh karena itu, penting bagi seorang perawat untuk mengetahui, membangun,
menumbuhkan dan membekali dirinya dengan karakter keperawatan berdasarkan karakter-
karakter utama yang dinginkan oleh masyarakat sebagai pengguna jasa pelayanan kesehatan
tersebut.
Karakter
Secara umum istilah karakter sering disamakan orang dengan istilah kepribadian,
personality, temperamen dan juga watak. Berdasarkan istilah tersebut, karakter sering
didefinisikan orang sebagai bentuk ataupun gambaran dari kepribadian seseorang. Berdasarkan
kamus besar Bahasa Indonesia, karakter merupakan sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi
pekerti yang membedakan seseorang dari yang lain. Dalam pengertian ini karakter
menggambarkan sifat-sifat, akhlak dan budi pekerti yang menjadi ciri khas dan membedakan
antara satu orang dengan orang lain. Selanjutnya, Hill (2005) menjelaskan karakter sebagai
determeninasi yang menunjukkan kekhasan seseorang dalam berpikir dan bertindak,
berdasarkan standar perilaku yang tinggi dalam berbagai situasi. Sementara itu, Alwisol (2005)
mendefinisikan karakter sebagai gambaran tingkah laku seseorang yang menitik beratkan pada
nilai atau value (benar-salah, baik-buruk) baik secara eksplisit maupun implicit. Sementara itu,
peneliti sendiri mendefinisikan karakter sebagai bentuk kekhasan seseorang, baik dalam
berpikir dan berperilaku berdasarkan nilai-nilai yang ada di masyarakat.

Lebih jauh, Maxwell (Husen,dkk., 2010) menjelaskan bahwa karakter yang baik lebih
dari sekedar sebuah perkataan, melainkan sebuah pilihan yang dibangun sedikit demi sedikit,
dengan pikiran, perkataan, perbuatan, kebiasaan, keberanian, usaha keras, dan bahkan dibentuk
dari kesulitan hidup. Artinya, karakter yang baik tidaklah ada dan tumbuh dengan sendirinya,
melainkan harus diusahakan dan dibentuk, sehingga menjadi sebuah kebiasaan yang
mencirikan dan membedakan satu individu atau komunitas dengan individu lain atau
komunitas lainnya. Oleh karena itulah, nilai atau value yang terkandung dalam karakter yang
tergambar dari perilaku individu, akan menggambarkan bagaimana pola perkembangan dan
pendidikan, serta lingkungan yang dialami oleh individu tersebut dalam masa pertumbuhan dan
perkembangannya, sehingga terbangun dan terbentuklah suatu karakter yang menjadi ciri khas
tertentu dari individu tersebut.
Prosiding Seminar Nasional : Hidup Harmoni dalam Kebhinnekaan
Medan: USU Press, 2014
16

Peduli

Peduli merupakan bentuk dari pengakuan dan pengahargaan terhadap orang ataupun
lingkungannya. Orang yang peduli terhadap orang lain atau pun lingkungannya, akan secara
sadar memberikan pengakuan dan penghargaan terhadap orang atau pun lingkungannya.
Pengakuan dan penghargaan disini lebih menitik beratkan pada adanya interaksi antara
seseorang dengan orang lain dan lingkungannya. Wolf, Zuzelo & Costello (2004)
mendefinisikan peduli sebagai cara pemeliharaan yang berhubungan dengan menghargai orang
lain yang disertai perasaan memiliki dan tanggung jawab terhadap kondisi orang lain tersebut.
Berdasarkan kamus besar bahasa Indonesia, peduli diartikan sebagai mengindahkan,
memperhatikan, dan menghiraukan sesuatu. Sementara itu, kebanyakan pasien dan keluarganya
dalam wawancara yang dilakukan dalam penelitian ini mengartikan peduli sebagai bentuk
perhatian terhadap pasien dan keluarganya. Oleh karena itulah, dalam penelitian ini, peneliti
mengartikan peduli sebagai sikap perawat yang perhatian, memberikan penghargaan dan
pengakuan terhadap keberadaan pasien dan keluarganya, yang disertai oleh rasa tanggung
jawab, sehingga terjadi interaksi yang intens dan mendalam diantara perawat dan pasien serta
keluarganya.

Terampil

Menurut kamus besar bahasa Indonesia, terampil diartikan sebagai kecakapan,


kemampuan dan kecekatan dalam menyelesaikan tugas. Sementara itu, pasien dan keluarganya,
mengartikan terampil dalam penelitian ini sebagai keahlian, kecepatan, kemampuan,
penguasaan ilmu, dan melakukan tindakan dengan baik dan benar. Berdasarkan pengertian dan
pendapat diatas, maka peneliti mengartikan terampil dalam penelitian ini sebagai bentuk dari
keahlian, kecakapan, dan kemampuan yang dimiliki oleh seorang perawat dalam melaksanakan
tugasnya atau dalam memberikan bantuan kepada pasien dengan cepat, tepat, baik dan benar.
Artinya, seorang perawat dikatan terampil apabila perawat tersebut mampu melaksanakan
tugasnya atau pekerjaannya sacara cepat, tepat, baik dan benar sesuai dengan kompetensi ilmu
keperawatan dan standar yang berlaku dalam dunia keparawatan itu sendiri.
Terampil dalam pengertian ini menekankan pada dua sisi, yakni sisi pengetahuan dan
juga sisi aplikasi dari pengetahuan itu sendiri yang wujudnya berupa keterampilan, keahlian,
kecakapan, dan kemampuan dalam memberikan bantuan dan layanan kesehatan, sehingga
perawat yang mempunyai karakter terampil dalam penelitian ini bukan hanya terampil dalam
sisi kognitif (wawasan dan ilmu pengetahuan, termasuk juga dalam mencari solusi) yang
berhubungan dengan soft skill, tetapi juga terampil dalam sisi psikomotorik (aplikasi atau
penerapan dari wawasan dan ilmu pengetahuan yang dimiliki) dalam bentuk hard skill .

Prosiding Seminar Nasional : Hidup Harmoni dalam Kebhinnekaan


Medan: USU Press, 2014
17

Ramah

Ramah merupakan kondisi psikologis individu yang tampak dari ekspresi dan perilaku
individu tersebut dalam menghadapi atau berinteraksi dengan lingkungannya. Menurut kamus
besar bahasa Indonesia, ramah diartikan sebagai baik hati dan menarik budi bahasanya, manis
tutur kata dan sikapnya, suka bergaul dan menyenangkan dalam pergaulan. Sementara itu,
pasien dan keluarganya mengartikan ramah dengan istilah suka senyum dan menyapa, suka
menegur dan mengajak bercerita, dan bertutur kata yang baik dan tidak marah-marah.
Berdasarkan pendapat dan pengertian diatas, maka peneliti mengartikan ramah dalam
penelitian ini sebagai sikap yang murah senyum, suka menyapa, dan suka bertutur kata yang
baik, yang tampak dari ekpresi wajahnya, ataupun dari perilakunya terhadap pasien dan
keluarganya. Ramah dalam penelitian ini lebih menekankan pada kondisi psikologis perawat
dalam memberikan pelayan kesehatan kepada para paisen, sehingga dengan karakter ramah
yang dimunculkan diharapkan dapat membantu mengurangi beban penderitaan pasien atau pun
membantu kesembuhan pasien secara psikologis.

DISKUSI

Penelitian ini mendapatkan tiga karakter utama perawat sebagai pelayan kesehatan yang
multicultural dari sudut pandang pasien dan keluarganya. ketiga karakter yang didapatkan
tersebut adalah karakter peduli, terampil dan ramah. Karakter peduli merupakan karakter
perawat sebagai pelayan kesehatan yang menunjukkan sikap yang perhatian, memberikan
penghargaan dan pengakuan terhadap keberadaan pasien dan keluarganya, yang disertai oleh
rasa tanggung jawab, sehingga terjadi interaksi yang intens dan mendalam diantara perawat dan
pasien serta keluarganya. Karakter terampil menjelaskan karakter perawat yang mempunyai
keahlian, kecakapan, dan kemampuan dalam melaksanakan tugasnya atau dalam memberikan
bantuan kepada pasien dengan cepat, tepat, baik dan benar. Dan karakter ramah menunjukkan
bahwa seorang perawat sebagai pelayan kesehatan harus mempunyai sikap yang murah
senyum, suka menyapa, dan suka bertutur kata yang baik, yang tampak dari ekpresi wajahnya,
ataupun dari perilakunya terhadap pasien dan keluarganya.

Tiga karakter utama seorang perawat sebagai pelayan kesehatan yang multicultural dari
sudut pandang pasien dan keluarganya ini, dapat dijadikan acuan dan pedoman bagi pendidikan
karakter perawat. Kedepan, pendidikan keperawatan diharapkan tidak hanya menekankan dan
mempersiapkan perawat mempunyai kemampuan secara hard skill, tetapi juga membentuk
perawat-perawat yang siap secara soft skill. Artinya, tiga karakter utama perawat ini dapat
dibentuk, dibangun dan juga dikembangkan menjadi karakter seorang perawat, karena karakter
itu sendiri adalah sebagai bentuk kekhasan seseorang, baik dalam berpikir dan berperilaku
berdasarkan nilai-nilai yang ada di masyarakat. Jadi, kalau masyarakat menginginkan seorang
perawat sebagai pelayan kesehatan mempunyai karakter peduli, terampil dan ramah, maka
lembaga pendidikan pun harus mampu membentuk, mendidik, membina dan mengembangkan
perawat-perawat yang mempunyai karakter tersebut. Hanya saja, untuk mewujudkan dan
memastikan ketiga karakter tersebut dapat menjadi karakter utama perawat sebagai pelayan
kesehatan, masih diperlukan penelitian lanjutan dalam bentuk studi eksperimental, sehingga

Prosiding Seminar Nasional : Hidup Harmoni dalam Kebhinnekaan


Medan: USU Press, 2014
18

dapat dilihat seberapa besar pengaruh ketiga karakter tersebut dalam pemberian pelayanan
kesehatan secara multikultural.

REFERENSI

Alwisol. (2005). Psikologi Kepribadian. Malang: UMM Press


Asril, S., & Wadrianto, G.K. (2013, November 1). Bayi Meninggal di Loket. DPR RI Tuntut
Tanggung Jawab RSU Lasinrang. Diakses pada Agustus 7, 2014, dari Kompas.com;
http://regional.kompas.com/read/xml/2013/11/01/1630147/Bayi-Meninggal-di-Loket-
DPRRI-Tuntut-Tanggung-Jawab-RSU-Lasinrang.
Depdikbud. (2008). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka
Hill, T.A. (2005). Character First! Kimray Inc., diaksek pada Agustus 10, 2014, dari
http://charactercities.org/downloads/publications/Whatischaracter.pdf.
Husen, A., Japar, M., & Kardiman, Y. (2010). Model Pendidikan Karakter Bangsa; Sebuah
Pendekatan Monolitik di Universitas Negeri Jakarta. Jakarta: UNJ
Kusnanto. (2003). Pengantar Profesi dan Praktik Keperawatan Profesional. Jakarta: EGC
Nursalam, S. (2007). Manajemen Keperawatan; Aplikasi dalam Praktek Keperawatan
Profesional. Jakarta: Salemba Medika.
Iman, R.N., & Marbun, J. (2013, Februari 3). Pasien dibuang di Lampung. Pemerintah harus
tanggung jawab. Diakses pada tanggal Agustus 7, 2014, dari Republika online;
http://m.republika.co.id/berita/nasional/umum/14/02/03/n0f697/Pasien-dibuang-di-
Lampung-Pemerintah-harus-tanggung-jawab.
Syailendra (2013, Februari 18). Bayi Meninggal Setelah Ditolak 10 Rumah Sakit. Diakses pada
tanggal Agustus 7, 2014, dari Tempo.com;
http://m.tempo.co.id/read/news/2013/02/18/083462143/Bayi-Meninggal-Setelah-Ditolak-
10-Rumah-Sakit.
UU No. 44 tahun 2009. Diakses tang Agustus 6, 2014, dari www.gizikia.depkes.go.id/UU-
No.44-Th-2009-ttg-Rumah-Sakit.pdf.
Wardhono, S.P. (1998). Menuju Keperawatan Profesional. Semarang: Akper Depkes
Wolf, Z.R., Zuzelo, P.R., & Costello, R., et al (2004). Development and Testing of The Caring
Behaviors Inventory for Elders. International Jurnal of Human Caring, 8 (1). 48-54.

Prosiding Seminar Nasional : Hidup Harmoni dalam Kebhinnekaan


Medan: USU Press, 2014

Anda mungkin juga menyukai