Anda di halaman 1dari 9

PENERAPAN MODEL BERMAIN PERAN PADA PEMBELAJARAN

BIOLOGI MATERI KODE GENETIK DAN SINTESIS PROTEIN


DI SMA NEGERI 1 INDRALAYA UTARA

Frisca Novianty Sinaga, Siti Huzaifah, Lucia Maria Santoso


Universitas Sriwijaya

Abstract: This study aimed to find out the effect of role playing model of teaching on students’
achievement of protein synthesis. This study was conducted at SMA Negeri 1 Indralaya Utara
(South Sumatera, Indonesia), academic year 2015/2016. This study using pre-experimental
method with one-group pretest-posttest design at 30 students’ of XII IPA-2. The sample of this
study was taken using simple random sampling. Data collected by the method of testing for
cognitive learning achievement (knowledge), by the method observation for students’ activities,
and by the method of the questionnaire for students’ responses of the implementation for the
model of teaching. Activities and responses data are the supporting data in the study. The
collected data was analyzed using t-test and descrptive statistic. Result showed there is a
significant effect of role playing model on students’ achievement. The mean score of the
students’ achievement (n-gain) was 1,84 with high categorize. The mean score of the students’
activities (motoric, visual, oral, writting activities) was 85,12, categorized into very active. The
mean score of the students’ response was 78,11, categorized into good.

Kata Kunci: Activities, learning achievement, role playing model, responses, protein
synthesis

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan informasi mengenai pengaruh hasil
belajar biologi peserta didik materi sintesis protein pada ranah kognitif. Penelitian ini
dilaksakan di SMA Negeri 1 Indralaya Utara (Sumatera Selatan, Indonesia) tahun pelajaran
2015/2016. Metode penelitian yang digunakan adalah pre-eksperimental dengan desain One-
group Pretest-Posttest. Subjek penelitian ini adalah peserta didik kelas XII IPA-2 dengan
jumlah peserta didik sebanyak 30 orang. Pengambilan sampel dilakukan dengan simple random
sampling. Data dikumpulkan dengan nilai kognitif, lembar observasi untuk aktivitas peserta
didik, dan respon. Data aktivitas dan respon peserta didik sebagai data pendukung penelitian.
Data dianalisis dengan menggunakan uji hipotesis dan statistik deskriptif. Hasil penelitian
dapat menunjukkan bahwa model pembelajaran bermain peran berpengaruh signifikan
terhadap hasil belajar peserta didik (n-gain) 1,84 dengan kategori tinggi. Rata-rata aktivitas
motorik, aktivitas melihat, aktivitas lisan, aktivitas menulis adalah 85,12 dikategorikan sangat
aktif. Rata-rata respon peserta didik adalah 78,11 dikategorikan baik.

Kata Kunci: Aktivitas, hasil belajar, model pembelajaran bermain peran, respon,
sintesis protein

214
Penerapan Model Bermain, Frisca Novianty Sinaga, Siti Huzaifah, Luci Maria Santoso. 215

PENDAHULUAN menominasikan sosok-sosok terkenal yang


Proses pembelajaran merupakan proses mereka pandang sebagai peraga peran dari
interaksi antara pendidik dan peserta didik. ciri-ciri yang berkaitan dengan sebuah topik
Pendidik mampu memberikan dan mengelola yang tengah dipelajari di kelas.
proses pembelajaran dengan baik dan dapat Pada umumnya peserta didik
memotivasi peserta didik agar melakukan mengalami kesulitan belajar pada mata
kegiatan secara optimal (Sardiman, 2011). Pelajaran Biologi (Cimer, 2012). Hasil
Proses pembelajaran di sekolah, memiliki wawancara dengan pendidik yang
beberapa aspek kemampuan yang harus bersangkutan di SMA Unggulan Indralaya
dikuasai dan dilakukan oleh pendidik dalam Utara mengatakan bahwa salah satu pelajaran
mengajar agar kegiatan pembelajaran efektif. biologi yang sulit dipahami peserta didik
Mengajar yang efektif tergantung pada pada materi kode genetik dan sintesis protein
kepribadian pendidik, model yang dipilih, karena materi tersebut abstrak dan materi
pola tingkah laku, kompetensi yang relevan tersebut mempelajari tentang mekanisme
(Suryosubroto, 2009). sintesis protein yang yang berjalan di dalam
Seorang pendidik bukan hanya harus tubuh makhluk hidup dan memiliki
memahami materi yang disampaikan, tetapi mekanisme yang panjang, dengan demikian
juga mampu dan pahama tentang peserta didik sulit untuk memahami materi
pengetahuan dan keterampilan lain, seperti tersebut. Permasalahan tersebut kebetulan
tentang psikologi perkembangan manusia, dapat diselesaikan dengan menggunakan
teori-teori perubahan tingkah laku, model yang menarik untuk memahami materi
merancang dan memanfaatkan berbagai tersebut. Salah satu model belajar yang dapat
media dan sumber belajar, mendesain strategi menunjang kondisi tersebut adalah dengan
pembelajaran yang tepat, dan lain model bermain peran (role playing).
sebagainya, termasuk mampu mengevaluasi Menurut Silberman (2006) dalam
proses dan hasil kerja (Sanjaya, 2010). Oleh Apriani (2010) Model bermain peran dapat
karena itu, seorang pendidik bukan hanya digunakan untuk mengaktifkan diskusi,
tahu tentang what to teach, akan tetapi juga menyemarakkan suasana, mempraktikkan
paham tentang how to teach keterampilan sehingga kesan yang diperoleh
Menurut Roestiyah (2012), pendidik peserta didik tentang materi pelajaran yang
harus memiliki strategi agar peserta didik dipelajari lebih kuat, yang pada akhirnya
dapat belajar secara efektif dan efisien, dapat meningkatkan hasil belajar peserta
mengenal pada tujuan yang diharapkan. didik. Menurut Ardila, dkk. (2012)
Keberhasilan pendidik mengajar, dilihat dari mengatakan bahwa hasil belajar peserta didik
model yang digunakan pendidik mengajar. yang diajarkan dengan model bermain peran
Salah satu model yang dapat digunakan lebih tinggi daripada peserta didik yang
dalam proses pembelajaran di sekolah adalah diajarkan dengan metode ceramah. Menurut
model bermain peran. Menurut Arifin (2006) Hamdayama (2014) model bermain peran
dalam Khaerani (2010), model pembelajaran merupakan suatu cara penguasaan bahan
bermain peran merupakan salah satu pelajaran melalui imajinasi dan penghayatan
alternatif yang layak dikembangkan untuk peserta didik.
mengatasi masalah rendahnya mutu, proses Oleh karena itu, sintesis protein
dan hasil pembelajaran. Aktivitas dari model merupakan materi yang bersifat konseptual
bermain peran merupakan cara menarik dan faktual. Model bermain peran, dapat
untuk menstimulasi tentang nilai dan sikap digunakan pada materi sintesis protein karena
dimana peserta didik diminta untuk
216 JURNAL PEMBELAJARAN BIOLOGI, VOLUME 3, NOMOR2, NOVEMBER 2016

materi tersebut bersifat konseptual dan menggunakan tes awal yang diberikan
faktual. sebelum perlakuan dan tes akhir yang
Berdasarkan pernyataan di atas, diberikan sesudah perlakuan. Pemilihan
peneliti akan melakukan penelitian tentang sampel yang digunakan pada penelitian
“Penerapan Model Bermain Peran pada yaitu teknik simple random sampling.
Pembelajaran Biologi Materi Kode Genetik Teknik tersebut dibuat dengan mengambil
dan Sintesis Protein Di SMA Negeri 1 nilai peserta didik dikelas XII IPA-1 dan XII
Indralaya Utara”. IPA-2 kemudian diuji normalitas dan
Rumusan masalah dalam penelitian ini homogenitas. Berdasarkan hasil uji
adalah Bagaimana pengaruh hasil belajar normalitas dan homogenitas, peneliti memilih
Biologi peserta didik yang mengikuti kelas XII IPA-2 yang berjumlah 30 orang,
pembelajaran dengan penerapan bermain terdiri dari 11 orang laki-laki dan 19 orang
peran? Batasan masalah ini adalah hasil perempuan. Prosedur penelitian ini terdiri
belajar yang diukur pada ranah kognitif. dari empat tahapan yaitu instrumen
Teknik yang digunakan adalah teknik tes penelitian, pelaksanaan penelitian, skenario
tertulis bentuk obyektif pilihan ganda pembelajaran, dan penyelesaian penelitian.
(multiple choice), lembar observasi untuk
melihat aktivitas peserta didik dan angket HASIL DAN PEMBAHASAN
untuk mengetahui respon peserta didik dalam Data tes yang digunakan pada tes
pembelajaran biologi setelah menerapkan awal dan tes akhir berupa tes objektif
model bermain peran. Tujuan penelitian ini bentuk pilihan ganda sebanyak 20 soal
adalah mendapatkan informasi mengenai dengan 5 pilihan jawaban. Rata-rata nilai
hasil belajar biologi peserta didik pada ranah tes awal, tes akhir, gain dan n-gain peserta
kognitif yang menerapkan model belajar didik dapat dilihat pada Tabel 1.
bermain peran.

METODOLOGI PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan
adalah Pre-Experimental Design dengan
bentuk desain One-Group Pretest-Postest
(Sugiyono, 2012). Penelitian ini

Tabel.1 Rata-rata nilai tes awal, tes akhir, gain, dan n-gain peserta didik
Rata-rata Nilai Hasil Belajar Peserta Didik Kategori
Tes awal Tes akhir Gain n-Gain n-Gain
38,17 84,33 46,17 1,84 Tinggi

Hasil data aktivitas peserta didik dapat dilihat pada Tabel 2 berikut.

Tabel.2 Hasil aktivitas peserta didik yang berperan sebagai pengamat dan narator
Aktivitas 1 Aktivitas 2

Rata-Rata Nilai Rata-Rata Nilai


Aktivitas Aktivitas ke-1 Kategori Aktivitas ke-2 Kategori
Pertemuan 2 Pertemuan 3
Penerapan Model Bermain, Frisca Novianty Sinaga, Siti Huzaifah, Luci Maria Santoso. 217

Peserta didik yang


berperan sebagai 65,62 Aktif 93,75 Sangat Aktif
pengamat
Narator 100 Sangat Aktif 100 Sangat Aktif
Bermain Peran 78,25 Aktif 91,75 Sangat Aktif

Perhitungan rata-rata aktivitas peserta didik tiap aktivitas dapat dilihat pada Tabel.3
Aktivitas yang dihitung adalah aktivitas motorik, melihat, lisan dan menulis. Berikut Tabel rata-
rata aktivitas peserta didik tiap aktivitas.

Tabel.3 Rata-rata aktivitas peserta didik tiap Aktivitas


Aktivitas Aktivitas
Rata-
ke-1 ke-2
Aktivitas rata Kategori
Pertemuan Pertemuan
Aktivitas
2 3
Sangat
Motorik 79,81 100 89,90
Aktif
Sangat
Melihat 86 96 91
Aktif
Lisan 70 89,17 79,58 Aktif
Menulis 74,17 85,83 80 Aktif

Data angket peserta didik terhadap didik kelas XII IPA-2 SMA Negeri 1
pembelajaran dengan menggunakan model Indralaya Utara.
bermain peran dapat dilihat pada Tabel.4 Model bermain peran adalah model
berikut. yang diterapkan dalam pembelajaran sintesis
protein dan dilakukan sebanyak dua kali.
Tabel.4 Hasil Analisis Angket Sintesis protein yang dilakukan dengan
Jumlah Rata-rata model bermain peran adalah proses sintesis
Kategori
Respon Skor Respon Skor protein. Model pembelajaran bermain peran
1406 2343,33 46,87 78,11 Baik merupakan bagian dari model pembelajaran
aktif. Berdasarkan hasil pengamatan peneliti
Berikut data hasil uji-t tes awal dan tes selama melakukan penelitian, penggunaan
akhir peserta didik yang hasil hitungnya model bermain peran dapat meningkatkan
disajikan pada Tabel.5 berikut. aktivitas peserta didik dalam melakukan
pembelajaran, hal ini terlihat jelas pada
Tabel.5 Analisis Uji Hipotesis Nilai proses pembelajaran, pada saat peserta didik
peserta didik melakukan permainan peran yang pertama
Variabel Nilai Uji-t dan kedua. Pada saat memerankan peran
thitung 21,31 sangat terlihat bahwa keinginan peserta didik
ttabel 2,045 untuk memainkan peran cukup besar,
sedangkan dalam penelitian ini proses
Berdasarkan uji hipotesis, pembelajaran dibatasi oleh waktu.
penerapanmodel bermain peran berpengaruh Aktivitas yang digunakan pada
signifikan terhadadap hasil belajar peserta pembelajaran model bermain peran adalah
aktivitas motorik, aktivitas melihat, aktivitas
lisan dan aktivitas menulis. Pada aktivitas
218 JURNAL PEMBELAJARAN BIOLOGI, VOLUME 3, NOMOR2, NOVEMBER 2016

pertama dipertemuan kedua, peserta didik aktivitas pertemuan kedua memiliki nilai
tidak semuanya ikut bermain peran karena rata-rata 62,62 dengan kategori aktif dan
dalam langkah bermain peran diperlukan pada aktivitas kedua dipertemuan ketiga
peserta didik yang berperan sebagai narator memiliki nilai rata-rata 93,75 dengan
dan sebagai pengamat peserta didik begitu kategori sangat aktif (Tabel 4.1). Aktivitas
juga pada aktivitas kedua pertemuan ketiga. pengamat pada pertemuan kedua dan ketiga
Namun, pada saat bermain peran meningkat. Hal ini terjadi karena pada
dilaksanakan peserta didik memiliki peran aktivitas pertemuan kedua, peserta didik yang
yang berbeda sehingga semua peserta didik berperan sebagai pengamat, tidak terlalu
berbagi dalam melakukan permainan peran. memperhatikan pemain dan dalam berdiskusi
Adanya perubahan peran yang dilakukan mereka kurang aktif. Pada pertemuan ketiga,
dalam langkah bermain peran, bertujuan agar pengamat sudah serius mengamati pemain
peserta didik lebih memahami materi sintesis dan berdiskusi juga sudah aktif. Peserta didik
protein tersebut. Seperti yang dikemukakan yang berperan sebagai narator juga memiliki
(Hamdayana, 2014) bahwa model bermain tingkat keaktifan yang tinggi. Pada narator,
peran memiliki beberapa keunggulan yaitu; aktivitas yang dinilai adalah aktivitas lisan
peserta didik bebas mengambil keputusan dan menulis. Peserta didik yang berperan
dan ekspresi secara utuh, permainan sebagai narator memiliki keaktifan yang
merupakan penemuan yang mudah dan dapat tinggi karena selain perannya sebagai narator,
digunakan dalam situasi dan waktu yang peserta didik ini juga aktif dalam berdiskusi
berbeda, pendidik dapat mengevaluasi dan menulis. Hal ini dapat terlihat pada saat
pemahaman setiap peserta didik melalui diskusi kelas berlangsung. Berdasarkan
pengamatan pada saat melakukan permainan, aktivitas peserta didik, aktivitas yang paling
permainan merupakan pengalaman belajar tinggi adalah aktivitas melihat. Hal ini terjadi
yang menyenangkan bagi anak. karena, peserta didik mampu memainkan
Aktivitas dipertemuan kedua, rata-rata peran dengan serius, memperhatikan peserta
aktivitas peserta didik yang ikut bermain didik lain saat tampil dipanggung, peserta
peran sebesar 78,25 dengan kategori aktif dan didik menguasai perannya dan mengamati
pada aktivitas dipertemuan ketiga, aktivitas peserta didik lain yang bermain peran.
peserta didik yang bermain peran sebesar Berdasarkan korelasi product moment
91,75 dengan kategori sangat aktif (Tabel 2). person aktivitas dan hasil belajar peserta
Aktivitas pada pertemuan kedua dan didik pada penerapan model bermain peran
pertemuan ketiga meningkat. Hal ini memiliki hubungan yang tinggi. Sintaks
diakibatkan karena pada saat bermain peran model bermain peran memudahkan peserta
pertama, peserta didik belum memahami didik dalam memahami materi kode genetik
materi yang akan dimainkan perannya, dan sintesis protein untuk mengetahui proses
sehingga peserta didik masih ragu sintesis protein karena peserta didik dapat
memainkan perannya pada saat bermain memahami proses sintesis protein dari kode
peran. Pada saat bermain peran, aktivitas genetik berpasangan hingga membentuk
yang dilihat adalah aktivitas motorik dan asam amino sehingga peserta didik dapat
melihat. Peserta didik yang tidak bermain memahami konsep materi tersebut. Apabila
peran mendapat peran sebagai pengamat peserta didik mampu memahaminya, maka
peserta didik. Peserta didik yang berperan proses pembelajaran dapat lebih efektif.
sebagai pengamat mendapat nilai pada Selain itu, model bermain peran juga
aktivitas menulis dan aktivitas lisan. Peserta menuntut peserta didik untuk aktif dalam
didik yang berperan sebagai pengamat pada memainkan peran dan aktif dalam diskusi
Penerapan Model Bermain, Frisca Novianty Sinaga, Siti Huzaifah, Luci Maria Santoso. 219

kelas. Sementara berdasarkan korelasi hasil dan tes akhir mengalami peningkatan. Hal ini
belajar peserta didik dengan tiap indikator terjadi karena adanya pengaruh yang
aktivitas perta didik, aktivitas motorik peserta diberikan pendidik kepada peserta didik.
didik dalam bermain peran lebih tinggi Seperti yang dikemukakan oleh Sanjaya
dibanding dengan aktivitas melihat, (2010) bahwa seorang pendidik harus tahu
mendengarkan, menulis, dan lisan. Hal ini tentang what to teach dan juga paham
diakibatkan karena peserta didik terampil tentang how to teach. Menurut Hamzah, dkk.,
dalam menghias panggung, menguasai (2011), salah satu aspek yang sangat
daerah panggung, melengkapi apa yang mempengaruhi hasil belajar peserta didik
diperlukan dipanggung, dan menjaga adalah bagaimana cara seorang guru dalam
kebersihan saat bermain peran berlangsung. melaksanakan pembelajaran di kelas.
Sementara itu, aktivitas melihat peserta didik Berdasakan hasil tes awal dan tes akhir
pada bermain peran pertama kurang, karena di atas, diperoleh gain sebesar 46,17 dan N-
peserta didik tidak serius dalam memainkan gain sebesar 1,84 (Tabel 1). Hal ini
peran dan terlihat pada aktivitas pertama. membuktikan bahwa penguasaan konsep
Namun pada aktivitas kedua, aktivitas peserta didik tinggi dengan diterapkannya
melihat pada bermain peran peserta didik model pembelajaran bermain peran. Uji
dalam keseriusan meningkat karena peserta hipotesis pada penelitian ini yaitu thitung 21,31
didik sudah mulai paham dengan materi yang dan ttabel yaitu 2,045 dengan taraf kritis yaitu
diperankan. Pada aktivitas lisan, peserta didik 0,05. Berdasarkan hasil hipotesis, nilai thitung
sangat aktif dalam berdiskusi. Hal ini dapat > ttabel dengan nilai 21,31 > 2,045 artinya Ho
dilihat pada saat diskusi berlangsung setelah ditolak H1 diterima dan dapat disimpulkan
bermain peran selesai. Peserta didik sangat bahwa penggunaan model pembelajaran
antusias dalam bertanya dan menjawab bermain peran berpengaruh signifikan
pertanyaan yang diberikan pendidik kepada terhadap hasil belajar peserta didik kelas XII
peserta didik. Pada aktivitas ini, peserta didik IPA-2 SMA Negeri 1 Unggulan Indralaya
yang berperan sebagai observer memberi Utara. Berpengaruhnya model bermain peran
tanggapan kepada pemain yang ikut bermain terhadap hasil belajar peserta didik ini,
peran. Pada aktivitas menulis, peserta didik disebabkan oleh model bermain peran
yang berada dalam kelompok diskusi menjadikan peserta didik terlibat aktif,
mencatat apa yang didiskusikan, mencatat sehingga pembelajaran tidak didominasi oleh
apa yang dijelaskan oleh pendidik kepada pendidik. Selain itu, model bermain peran
peserta didik. Pada aktivitas ini, peserta didik juga memberikan suasana yang
yang berperan sebagai observer menulis apa menyenangkan, sehingga peserta didik lebih
saja peran yang dimainkan oleh temannya. antusias dalam mengikuti pembelajaran di
Berdasarkan hasil aktivitas peserta didik kelas. Aktifnya peserta didik dan suasana
dengan menerapkan model bermain peran yang menyenangkan dalam proses
memiliki peningkatan dari pertemuan kedua pembelajaran, mengakibatkan pemahaman
dan ketiga. Seperti yang dikemukakan oleh peserta didik dalam konsep kode genetik dan
Hamdayama (2014) model bermain peran sintesis protein ini meningkat sehingga hasil
merupakan suatu cara penguasaan bahan- belajar peserta didik meningkat. Seperti yang
bahan pelajaran melalui imajinasi dan dikemukakan Teed (2009) bahwa model
penghayatan. bermain atau role playing dapat memotivasi
Hasil rata-rata tes awal yang diperoleh peserta didik dan dapat berguna bagi peserta
peserta didik adalah 38,17 dan pada tes akhir didik karena mengutamakan sisi kemampuan
diperoleh rata-rata 84,33 (Tabel 1). Tes awal
220 JURNAL PEMBELAJARAN BIOLOGI, VOLUME 3, NOMOR2, NOVEMBER 2016

kecakapan (real-world) dari ilmu yang terjadi pada peserta didik yang berperan
pengetahuan. sebagai narator, bermain peran, dan peserta
Model bermain peran yang telah didik sebagai pengamat mengalami
dilaksanakan dalam penelitian ini melibatkan peningkatan setiap pertemuan.
beberapa kelompok. Hal ini senada dengan Saran
pendapat Yamin (2005) bahwa model Disarankan bagi guru di sekolah dapat
bermain peran adalah model yang melibatkan menggunakan model pembelajaran bermain
interaksi antara dua peserta didik atau lebih peran sebagai salah satu alternatif model
tentang suatu topik atau situasi. Pemberian pembelajaran yang dapat membuat peserta
model bermain peran selama penelitian didik aktif dalam kegiatan pembelajaran di
dilaksanakan untuk membantu meningkatkan kelas, disarankan bagi guru ketika
motivasi belajar peserta didik, minat peserta menggunakan model pembelajaran bermain
didik, dan kemampuan peserta didik dalam peran memanfaatkan waktu seefisien
menyerap pelajaran yang diberikan oleh mungkin agar sintaks pada model
pendidik. Meningkatnya hasil belajar peserta pembelajaran terlaksana dengan baik dan
didik dengan menerapkan model bermain tidak kekurangan waktu, disarankan apabila
peran pada penelitian ini sesuai dengan hasil menggunakan model ini, peserta didik harus
penelitian relevan yang dilakukan oleh kondusif. Bagi pendidik lain yang mencoba
Ardila, dkk., (2012) menunjukkan bahwa model ini, sebaiknya ditetapkan aturan
model role playing (bermain peran) prosedur disiplin peserta didik dalam
berpengaruh terhadap peningkatan hasil melaksanakan peran peserta didik, disarankan
belajar biologi peserta didik pada pokok apabila menggunakan model ini, sebaiknya
bahasan dunia hewan (animalia) kelas X di peserta didik yang sudah memainkan
SMA Negeri 1 Lubuk Linggau. perannya tidak diperbolehkan keluar kelas.
Selain hasil belajar peserta didik dan Peserta didik harus mengamati peserta didik
aktivitas peserta didik, penelitian ini juga lain di dalam kelas bersama peserta didik
menggunakan angket yang diberikan kepada yang berperan sebagai pengamat peserta
peserta didik untuk mengetahui respon didik yang bermain peran.
peserta didik terhadap pembelajaran yang
dilakukan. Berdasarkan Tabel 3 diperoleh DAFTAR PUSTAKA
data bahwa respon peserta didik di kelas XII Anderson, Le.W., dan Krathwohl, D.R.,
IPA-2 SMA Negeri 1 Unggulan Indralaya 2001. A Taxonomy For Learning,
Utara terhadap pembelajaran yang dilakukan Teaching, And Assesssing: A Revision
dikategorikan baik dengan jumlah skor of Bloom,s Taxonomy of Educational
2343,33 dan rata-rata skor 78,11. Hal ini Objectives. New York. Longman.
dikarenakan oleh pendidik mampu membuat
peserta didik menjadi lebih tertarik terhadap Apriani, Henni, 2010. Penerapan Metode
pembelajaran dengan model bermain peran. Role Playing pada Topik DNA dan
Sintesis Protein Di Kelas XII SMA
SIMPULAN DAN SARAN Negeri 9 Palembang. Skripsi.
Simpulan Palembang: FKIP Universitas
Berdasarkan hasil penelitian, Sriwijaya.
penggunaan model pembelajaran bermain
peran berpengaruh signifikan terhadap hasil Ardilla, M., Gusmaweti, A., 2012.
belajar peserta didik kelas XII IPA-2 SMA Penerapan Model Bermain peran
Negeri 1 Unggulan Indralaya Utara. Aktivitas dalam Pebelajaran Biologi Peserta
Penerapan Model Bermain, Frisca Novianty Sinaga, Siti Huzaifah, Luci Maria Santoso. 221

didik Kelas X SMA Negeri 1 Lubuk Hamzah B., dan Mohamad N., 2011. Belajar
Linggau. Skripsi. Padang: FKIP dengan Pendekatan PAILKEM:
Universitas Bung Hatta. Pembelajaran, Aftif, Inovatif,
Lingkungan, Kreatif, Menarik. Jakarta:
Arikunto, S., 2002. Prosedur Penelitian Bumi Aksara.
Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:
Rineka Cipta. Khaerani, C., 2010. Pengaruh Metode Role
Playing Terhadap Hasil Belajar
Arikunto, S., 2006. Prosedur Penelitian Biologi Siswa pada Konsep Gerak
Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Pada Tumbuhan. Skripsi. Jakarta:
Rineka Cipta. Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
UIN Syarif Hidayahtullah Jakarta.
Arikunto, S., 2013. Dasar-Dasar Evaluasi
Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Meltzer, E. D., 2002. Normalized Learning
Gain: A Key Measure Of Student
Cimer, A., 2012. What Makes Biology Learning. Departement of Physics and
Learning Difficult and Effective: Astronomy, lowa State University,
Students Views. Turkey. Educational Ames, Lowa 50011.
Research and Review, 7 (3): 61-71.
Natawijaya, R., 2005. Pengertian Aktivitas
Daryanto, 2010. Belajar dan Mengajar. Belajar. Jakarta: Bumi Aksara.
Bandung: CV. Yrama Widya.
Purwanto, 2011. Evaluasi Hasil Belajar.
Dimyati dan Mudjiono, 2009. Belajar dan Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka
Cipta. Roestiyah, N. K., 2012. Strategi Belajar
Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Djamarah, S.B., 2000. Guru dan Anak Didik
dalam Interaksi Edukatif. Jakarta: Rosida dan Suprihatin T., 2011. Pengaruh
Rineka Cipta. Pembelajaran Aktif Dalam
Meningkatkan Prestasi Belajar
Djamarah, S.B., Zain A., 2002. Strategi Fisika pada Siswa Kelas 2 SMU.
Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Jurnal Psikologi. Semarang: Fakultas
Cipta. Psikologi Universitas Islam Sultan
Agung Semarang, 6 (2): 89-102.
Hamalik O., 2001. Pendekatan Baru Strategi
Belajar Mengajar Berdasarkan CBSA. Sanjaya W., 2010. Strategi Pembelajaran
Bandung: Sinar Baru. Berorientasi Standar Proses
Pendidikan. Jakarta: Kencana.
Hamdani, 2011. Strategi Belajar Mengajar.
Bandung: Pustaka Setia. Sardiman, 2011. Interaksi dan Motivasi
Pembelajaran. Jakarta: PT Raja
Hamdayama J., 2014. Model dan Model Grafindo Persada.
Pembelajaran Kreatif dan
Berkarakter. Bogor: Ghalia Indonesia. Sudijono, A., 2013. Pengantar Evaluasi
Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers.
222 JURNAL PEMBELAJARAN BIOLOGI, VOLUME 3, NOMOR2, NOVEMBER 2016

Sudjana, N. I., 2009. Penelitian dan


Penilaian Pendidikan. Bandung: Sinar
Baru Algensindo.

Sudjana, N., 2005. Dasar-Dasar Proses


Belajar Mengajar. Bandung: Sinar
Baru Algensindo. Uno, H. B., 2012. Model Pembelajaran
Sugiyono, 2012. Metode Penelitian Menciptakan Proses Belajar Mengajar
Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, yang Kreatif dan Efektif. Jakarta: Bumi
Kualitatif, dan R&D). Bandung: Aksara.
Alfabeta.
Yamin, M., 2005. Strategi Pembelajaran
Suryosubroto, B., 2009. Proses Belajar Berbasis Kompetensi. Jakarta: Gaung
Mengajar di Sekolah. Jakarta: Rineka Persada Press.
Cipta.
Zaini, H., Bernawy, M., Aryani, S. A., 2008.
Susanto, A., 2014. Teori Belajar dan Strategi Pembelajaran Aktif.
Pembelajaran di Sekolah Dasar. Yogyakarta: Pustaka Insani Madani.
Jakarta: Kencana.

Teed, R., 2009. Role Playing Exercises.


http://serc.carleton.edu/introgeo/rolepl
aying. Diakses pada 29 Januari 2015.

Anda mungkin juga menyukai