Anda di halaman 1dari 4

EVIDENCE BASED PRACTICE PADA KEPERAWATAN MATERNITAS

Inisiasi Menyusui Dini (IMD) dan pemberian ASI eksklusif sejak lahir hingga usia 6 bulan
merupakan dua praktek pemberian ASI yang penting untuk kelangsungan hidup (Lawrence dan
Lawrence, 2005).

ASI adalah makanan yang dipilih, dan menyusui dikaitkan dengan penurunan insiden morbiditas dan
mortalitas prenatal (Bobak et al, 2005).Pemberian ASI pada bayi yang baru lahir merupakan
keputusan pemberian nutrisi terbaik yang dapat diambil oleh orang tua.ASI memiliki banyak
manfaat, baik bagi ibu maupun bagi bayinya.ASI merupakan makanan terlengkap dan terbaik bagi
bayi.Komposisi ASI sesuai dengan kebutuhan bayi yaitu berisi energi, protein, lemak dan laktosa
(Bobak etal, 2005).

Melihat manfaat yang besar dari pemberian ASI bagi ibu dan bayi maka pemberian ASI eksklusif
sangat dianjurkan bagi bayi selama 6 bulan dan dilanjutkan sampai 2 tahun.Terlepas dari semua
manfaat tersebut, masih banyak ibu yang tidak memberikan ASI bagi bayinya. Menurut Sensus Dasar
Kesehatan Indonesia, pada tahun 1997 jumlah ibu pemberi ASI sampai 6 bulan sebesar 42%
menurun menjadi 39,5% tahun 2003. Pemakaian susu botol justru meningkat dari 10,8% tahun 1997
menjadi 32,4% pada tahun 2003 (Nurhayati, 2009).

Rendahnya angka pemberian ASI disebabkan karena adanya kendala pada praktek pemberian ASI,
meliputi kurangnya informasi tentang ASI dan menyusui yang benar, tatalaksana di tempat
persalinan yang kurang mendukung, masalah ibu bekerja, dan fasilitas belum memadai. Keluarga
merupakan unit terkecil dalam kehidupan.Interaksi dalam suatu unit keluarga merupakan bentuk
interaksi yang penting dilakukan. Begitupun dalam hal pemberian ASI eksklusif, dukungan dari
keluarga agar program ASI eksklusif ini berhasil dilakukan sangatlah penting.Hal ini sesuai dengan
pernyataan Budiarti(2008) yang menyatakan bahwa dukungan untuk keberhasilan proses menyusui
berasal dari beberapa pihak, diantaranya adalah keluarga, kelompok pendukung ASI, masyarakat,
dan Pemerintah. Sedangkan Rahardian (2009) menyatakan bahwa dukungan keluarga khususnya
suami merupakan faktor yang berpengaruh terhadap tercapainya pemberian ASI eksklusif.Bahkan,
Rahardian juga membahas bahwa begitu pentingnya peran suami sehingga perlu diikutsertakan
dalam kampanye mengenai ASI eksklusif.

Data mengenai peran suami yang mendukung istri agar dapat memberikan ASI eksklusif masih
sangat minim.Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Wicitra di Jakarta (2009) yang meneliti 88
orang pegawai swasta, didapatkan hasil bahwa perilaku suami yang mendukung istri untuk menyusui
akan meningkatkan lama pemberian ASI selama 6 bulan sebesar 50 %. Untuk itu, peran suamidalam
mendukung praktek pemberian ASI harus ditingkatkan (Februhartanty, 2010).

Februhartanty juga membahas bahwa keterlibatan ayah dalam pembuatan keputusan mengenai
cara pemberian makan anak serta sikap positif terhadap kehidupan pernikahannya, merupakan dua
faktor yang mempengaruhi praktek pemberian ASI eksklusif. Breastfeeding father adalah dukungan
penuh dari seorang ayah kepada istrinya dalam proses menyusui (Putra, 2009). Di perkotaan,
breastfeeding father sudah mulai dilakukan dengan penuh kesadaran, walaupun belum terlalu
banyak peminatnya.Para ayah di negara-negara Barat sudah lama berjibaku membantu istrinya
merawat bayi, memandikan, mengganti popok dan mendampingi istri menyusui (Putra, 2009).Peran
seperti inilah yang disebut beastfeeding father.Bukan menyusui dalam arti sebenarnya melainkan
membantu istri selama proses menyusui berlangsung.
Pengetahuan suami mengenai ASI Eksklusif Berdasarkan hasil analisa diagram 1 didapatkan data
bahwa responden yang memiliki tingkat pengetahuan tinggi sebesar 55%, sedangkan reponden yang
memiliki tingkat pengetahuan rendah sebesar 45%. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat
pengetahuan responden mengenai ASI eksklusif cukup tinggi.Nilai rata-rata dari seluruh responden
sebesar 40 dari 24 soal peryataan terkait pengetahuan tentang ASI eksklusif.Pengetahuan responden
yang tinggi menandakan bahwa responden mempunyai tingkat kognitif yang tinggi.Hal ini sesuai
dengan pernyataan Blom (1956) dalam Potter&Perry (2007) bahwa domain kognitif dicirikan dengan
pengetahuan.Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Ariesta & Sabarwati
(2009).Tim ini melakukan penelitian mengenai pengetahuan suami tentang praktek pemberian ASI
pada suami di Kelurahan Beiji Timur Kota Depok. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa dari 36
responden terdapat 52,5% responden memiliki tingkat pengetahuan tinggi dan sisanya 47,5%
memiliki tingkat pengetahuan rendah.

Pengetahuan suami yang tinggi terhadap ASI eksklusif pada penelitian ini terlihat pada beberapa
pernyataan mengenai manfaat dari pemberian ASI.Seperti pada pernyataan ASI bermanfaat untuk
meningkatkan kecerdasan bayi.Sebanyak 95 % (57 responden) membenarkan pernyataan ini, sisanya
menyatakan tidak tahu. Pernyataan lain seperti bayi yang tidak diberikan ASI akan mudah terserang
penyakit yang terdapat pada kuesioner sebanyak 80% (48 responden) membenarkan pernyataan ini.
PengetahuanPengetahuan suami yang rendah mengenai ASI eksklusif hal ini antara lain disebabkan
bahwa suami beranggapan bahwa mengurus anak bukanlah tugas seorang suami. Penelitian ini
membuktikan bahwa dari 46 responden (77%) menganggap bahwa mengurus anakbukanlah tugas
seorang suami.Hasiljawaban responden tersebut mengakibatkan rendahnya keinginan suami untuk
memperoleh informasi mengenai ASI eksklusif sehunggga menyebabkan terdapat 45% responden
memiliki tingkat pengetahuan yang rendah mengenai ASI eksklusif.Selain anggapan bahwa mengurus
anak bukanlah tugas suami, responden juga kurang mengetahui hambatan dari pemberian ASI.
Hanya 15 dari 60 responden (25%) yang dapat menjawab pertanyaan dengan benar mengenai hal
yang menjadi penghambat dalam pemberian ASI, sisanya yaitu 35 % responden menjawab salah, dan
40 % responden menjawab tidak tahu. Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan
oleh Ariesta & Sabarwati (2009) yang menunjukkan bahwa dari 36 responden 75 % diantaranya tidak
ikut aktif dan terlibat dalam berbagai kegiatan pengasuhan anak. PengetahuanPengetahuan suami
yang rendah juga disebabkan karena adanya anggapan suami bahwa menyusui adalah hal yang
merepotkan. Penelitian ini memperlihatkan bahwa sebanyak 52 dari 60 responden (87%)
berpendapat bahwa pemberian ASI adalah hal yang merepotkan. Dibandingkan dengan pemberian
ASI, pemberian susu formulalebih merepotkan karena harus menyediakan air hangat, botol susu
serta susu formulanya. Dengan adanya anggapan hal yang salah ini, suami mempunyai keinginan
yang rendah untuk mencari informasi terkait ASI eksklusif.

Penerapan breastfeeding father Penelitian ini menemukan terdapat perbedaan yang tidak begitu
jauh antara suami yang menerapkan breastfeeding father yaitu sebesar 32 responden (53 %) dan 28
responden (47 %) yang menerapkan breastfeeding father. Peran suami sebagai breastfeeding father
pada penelitian ini terlihat pada suami tidak membuat istri stres selama menyusui yakni sebanyak
85% (51 responden).Suami yang tidak menerapkan breastfeeding father menurut hasil penelitian ini
salah satunya berupa suami yang tidak menemani istri mengikuti kelas pendidikan selama
kehamilan, seperti yang disebutkan oleh Admin (2009) bahwa salah satu bentuk dukungan terhadap
Ibu dalam pemberian ASI adalah menghadiri kelas pendidikan/kursus kesehatan bersama istri. Hasil
penelitian ini menunjukkan sebanyak 55% (33 responden) tidak pernah menemani istri mengikuti
kelas pendidikan selama kehamilan, lainnya jarang menemani sebanyak 20 % (12 responden), sering
menemani 10 % (6 responden) dan 15 % (9 responden) rutin menemani istri mengikuti kelas
pendidikan selama kehamilan. Selain tidak menemani istri mengikuti kelas pendidikan selama
kehamilan, hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa 47 % (28 responden) suami tidak menemani
istri mengikuti penyuluhan kesehatan pada masa menyusui.

Penyebab lain tidak diterapkannya breastfeeding father menurut hasil penelitian ini adalah
rendahnya angka pencarian informasi tentang ASI eksklusif dari fasilitas yang dimiliki. Sebanyak
6responden (10%) tidak pernah mendapatkan informasi mengenai ASI eksklusif melalui media
elektronik, 40 responden (66,7%) menyatakan jarang, 13 responden menyatakan sering, dan hanya 1
responden yang menyatakan rutin. Telah diketahui bersama bahwa informasi yang cukup mengenai
ASI eksklusif akanmembantu penerapan breastfeeding father. Semakin banyak suami memiliki
informasi tentang pelaksanaan ASI eksklusif maka akan semakin membantu dirinya dalam
menerapakan breastfeedingfather dalam kehidupannya sehari-hari.

Penelitian ini juga menunjukkanrendahnya partisipasi suami dalam membantu istri mengatasi
hambatan dalam menyusui salah satunya adalah merawat payudara istri yang bengkak dan puting
yang lecet selama menyusui. Pada penelitian ini menunjukkan bahwa sebanyak 28 responden
(46,7%) tidak pernah membantu istri dalam merawat payudara yang bengkak selam masa menyusui
dan 20 responden (33,3%) menyatakan jarang. Sedangkan dalam patisipasi suami membantu istri
merawat puting yang lecet sebayak 25 responden (41,7%) menyatakan tidak pernah dan 23
responden (38,3%) menyatakan jarang.

B.    INDIKASI DAN KONTRA INDIKASI


INDIKASI 
1)    Ibu sehat
2)    Putting susu tidak lecet
3)    Tidak ada abses
4)    Produksi asi lancer
Kontra indikasi ( asi tidak boleh diberikan pada kondisi)
1)    Pada ibu yang menderita galaktosemia
2)    Ibu yang : terinfeksi HIV/AIDS,TBC, yang tidak di obati,yang sedang mendapatkan obat anti
retrovirus,ibu yang mengkonsumsi obat illegal seperti kokain,yang sedang menjalani kemoterapi
terutama obat anti metabolic.

C.    KEUNTUNGAN DAN KEKURANGAN


Manfaat Asi eksklutif untuk bayi:
- Asi sebagai nutrisi
 -Asi meningkatkan daya tahan tubuh
-Asi yang keluar saat kelahiran bayi sampai hari ke 4 ata ke 7 (kolostrum) mengandung zat
kekebalan 10-17 kali lebih banyak dari susu matang. Zat ini akan melindungi bayi dari penyakit diare
 -Asi meningkatkan kecerdasan.
-Nutrient pada asi yang di perlukan untuk pertumbuhan otak bayi adalah taurin,laktosa,dan asam
lemak ikatan panjang (DHA,AA,OMEGA 3,OMEGA 6)
-Asi eksklusif meningkatkan jalinan kasih sayang.dengan menyusui maka akan terjalin kasih sayang
antara ibu dan bayinya. Si bayi juga merasa aman,tentram dan terjaga.
-Asi eksklusif sebagai makanan tunggal untuk memenuhi semua kebtuhan pertumbuhan bayi
sampai usia 6 bulan.
-Suhu asi sama dengan suhu tubuh. Kesesuaian suhu inilah yang menyebabkan kenyamanan
tersendiri bagi bayi.
-Asi eksklusif dapat mengurangi terjadinya sakit telinga dan infeksi saluran pernafasan pada bayi.
-Asi eksklusif melindungi bayi dari serangan alergi


Asi eksklusif bagi keluarga
  -Ekonomis,penggunaan asi akan sangat mengurangi pengeluaran
   -Praktiss dan tidak merepotkan ,karena tidak perlu membuat susu formula di malam hari.
   -Mudah, karna tidak perlu membawa berbagai macam peralatan menyusui.

Asi eksklusif bagi Negara


   -Penghematan devisa untuk pembelian susu formula,perlengkapan menyusui
   -Penghematan untuk biaya sakit terutama sakit muntah,diare dan penyakit saluran nafas
   -Penghematan obat obatan ,tenaga ,dan sarana kesehatan
   -Meciptakan generasi penerus bangsa yang tangguh dan berkualitas membangun Negara

Kerugian
Tidak ada kerugian dari pemberian asi karena asi memiliki manfaat untuk bayi dan ibu dan Negara.

Anda mungkin juga menyukai