Anda di halaman 1dari 5

(a) kepastian hukum, yaitu suatu Jaminan terwujudnya hak dan kewajiban dalam

penyelenggaraan pelayanan publik.


(b) kesamaan hak, yaitu memberikan pelayanan tidak membedakan suku, ras, agama,
golongan, gender, dan status ekonomi tertentu.
(c) persamaan perlakuan/tidak diskriminatif, yaitu Setiap warga negara Indonesia berhak
memperoleh pelayanan yang adil
(d) keterbukaan, yaitu Setiap penerima pelayanan dapat dengan mudah mengakses dan
memperoleh informasi mengenai pelayanan yang diperlukan.
(e) akuntabilitas, yaitu Proses penyelenggaraan pelayanan harus dapat
dipertanggungjawabkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
yang berlaku.
(f) fasilitas dan perlakuan khusus bagi kelompok rentan, yaitu Pemberian kemudahan
terhadap kelompok rentan sehingga tercipta keadilan dalam pelayanan.
(g) ketepatan waktu, yaitu Penyelesaian setiap pelayanan dilakukan tepat waktu sesuai
dengan standar pelayanan.
(h) kecepatan, kemudahan, dan keterjangkauan, yaitu Setiap jenis pelayanan dilakukan
secara cepat, mudah, dan terjangkau.
(i) \

Selanjutnya Asas pelayanan publik juga dapat dilihat dalam Undang-Undang Nomor 25
Tahun 2009 dalam ketentuan pasal 4 yaitu :

a. Kepastian hukum Implementasi Undang-Undang N0 25 Tahun 2009 :


Kepastian hukum dalam pelayanan publik menginginkan bahwa pemerintah dalam
memberikan pelayanan harus didasarkan dengan peraturan perundang-undangan
yang berlaku.
b. Kesamaan hak : Kesamaan hak dalam pelayanan menghendaki bahwa pemerintah
jika memberikan pelayanan kepada masyarakat tidak membeda-bedakan suku, ras,
agama, golongan, gender, dan status ekonomi.
c. Keseimbangan hak dan kewajiban : Keseimbangan hak dan kewajiban dalam
pelayanan publik menghendaki bahwa pemerintah jika meberikan pelayanan harus
berdasarkan keseimbangan hak dan kewajiban dari masyarakat, dan pemerintah.
d. Keprofesionalan : Keprofesionalan dalam pelayanan publik menginginkan bahwa
pemerintah dalam melayani masyarakat harus mengutamakan kemampuan dan
moral para pegawai.
e. Partisipatif : Partisipatif dalam pelayanan publik menghendaki bahwa pelayanan
diharapkan dapat mendorong peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan
pelayanan publik dengan memperhatikan aspirasi, kebutuhan dan harapan
masyarakat.
f. Persamaan perlakuan/tidak diskriminatif : Persamaan perlakuan dalam
pelayanan publik menghendaki bahwa pemerintah dalm memberikan pelayanan
kepada masyarakat harus mendapatkan perlakuan yang sama atau tidak dibeda-
bedakan.
g. Keterbukaan : Keterbukaan dalam pelayanan publik menginginkan bahwa
pemerintah dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat harus memiliki sikap
terbuka, dan dapat diakses serta disediakan secara memadai dan mudah di
mengerti.
h. Akuntabilitas : Akuntabilitas dalam pelayanan publik menghendaki bahwa
pemerintah dalam memberikan pelayanan harus dapat dipertanggungjawabkan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan.
i. Fasilitas dan perlakuan khusus bagi kelompok rentan : Fasilitas dan perlakuan
khusus bagi kelompok rentan dalam pelayanan publik menghendaki bahwa dalam
pelayanan harus menyediakan fasilitas yang membantu lansia, ibu hamil, dan
penyandang cacat, serta adanya perlakuan yang lebih memperhatikan kelompok
rentan tersebut yang sedang melakukan proses pelayanan.
j. Ketepatan waktu : Ketepatan Waktu dalam pelayanan publik menghendaki bahwa
pemerintah dalam memberikan pelayanan publik dapat diselesaikan dalam kurun
waktu yang ditentukan.
k. Kecepatan, kemudahan, dan keterjangkauan : Kecepatan, kemudahan, dan
keterjangkauan dalam pelayanan publik menghendaki bahwa dalam
penyelenggaraan pelayanan harus cepat dalam proses pelayanan dari aparat,
kemudahan dalam artian tidak dipersulit dalam pelayanan, serta Keterjangkauan
dalam artian dalam pelayanan dapat dijangkau oleh semua kalangan atau dalam
pelayanan tidak dipungut biaya (gratis).

Berdasarkan ketentuan pasal tersebut dapat dikemukakan, bahwa pelayanan publik


merupakan kewajiban pemerintah untuk dilaksanankan sebaik-baiknya, baik dalam hal
pelayanan administrasi, maupun pelayanan atas barang jasa. Oleh karena itu sesungguhnya
tidak cukup alasan untuk tidak memberikan pelayanan yang baik kepada masyarakat, sebab
hal tersebut adalah kewajiban bagi aparat penyelenggara Negara untuk memberikan
pelayanan yang terbaik.

Selamat Pagi ijin Ibu Nindya Wanita Praja Iqomatul Fitriyah Absen 11 Kelas C2 ijin menjawab

Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 mengamanatkan bahwa
tujuan didirikan Negara Republik Indonesia, antara lain adalah untuk memajukan kesejahteraan
umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Amanat tersebut mengandung makna negara
berkewajiban memenuhi kebutuhan setiap warga negara melalui suatu sistem pemerintahan yang
mendukung terciptanya penyelenggaraan pelayanan publik yang prima dalam rangka memenuhi
kebutuhan dasar dan hak sipil setiap warga negara atas barang publik, jasa publik, dan pelayanan
administratif. Dewasa ini penyelenggaraan pelayanan publik masih dihadapkan pada kondisi yang
belum sesuai dengan kebutuhan dan perubahan di berbagai bidang kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara. Hal tersebut bisa disebabkan oleh ketidaksiapan untuk menanggapi
terjadinya transformasi nilai yang berdimensi luas serta dampak berbagai masalah pembangunan
yang kompleks. Sementara itu, tatanan baru masyarakat Indonesia dihadapkan pada harapan dan
tantangan global yang dipicu oleh kemajuan di bidang ilmu pengetahuan, informasi, komunikasi,
transportasi, investasi, dan perdagangan.
Berbicara tentang pelayanan publik, sesuai dengan Pasal 1 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 25
Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik dinyatakan bahwa Pelayanan Publik merupakan kegiatan
atau rangkaian dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-
undangan bagi setiap warga negara dan penduduk atas barang, jasa, dan/atau pelayanan
administratif yang disediakan penyelenggara pelayanan publik. Berdasarkan pengertian tersebut,
kegiatan pelayanan publik telah diatur pemenuhannya berdasarkan regulasi yang dibuat oleh
pemerintah dengan tujuan utamanya untuk memenuhi kebutuhan dasar dan kesejahteraan
masyarakat.
Kondisi dan perubahan cepat yang diikuti pergeseran nilai tersebut perlu disikapi secara bijak melalui
langkah kegiatan yang terus-menerus dan berkesinambungan dalam berbagai aspek pembangunan
untuk membangun kepercayaan masyarakat guna mewujudkan tujuan pembangunan nasional. Untuk
itu, diperlukan konsepsi sistem pelayanan publik yang berisi nilai, persepsi, dan acuan perilaku yang
mampu mewujudkan hak asasi manusia sebagaimana diamanatkan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 dapat diterapkan sehingga masyarakat memperoleh pelayanan
sesuai dengan harapan dan cita-cita tujuan nasional. Dengan mempertimbangkan hal di atas,
diperlukan undang-undang tentang pelayanan publik.
Setiap penyelenggara pelayanan publik berkewajiban memenuhi 14 komponen standar pelayanan
yang meliputi : dasar hukum, persyaratan, sistem, mekanisme dan prosedur, tata cara pelayanan
yang dibakukan, jangka waktu penyelesaian, biaya/tarif, produk pelayanan, sarana, prasarana,
dan/atau fasilitas, kompetensi pelaksana, pengawasan internal, penanganan pengaduan, saran, dan
masukan, tata cara pelaksanaan penanganan pengaduan dan tindak lanjutnya; jumlah pelaksana,
jaminan pelayanan, jaminan keamanan, dan evaluasi kinerja pelaksanan.

Ijin ibu.

Selamat Pagi ijin Bapak Nindya Wanita Praja Iqomatul Fitriyah Absen 11 Kelas C2 ijin menjawab

1. UU No. 1 tahun 1945


Pemerintah negara Indonesia yang telah terbentuk mulai memikirkan bagaimana sebaiknya
pemerintahan di negara ini berlangsung. Maka dari itu, kuasa legislatif yang masih dipegang oleh
KNIP (Komite Nasional Indonesia Pusat) mengeluarkan suatu peraturan perundang-undangan yaitu
UU No. 1 tahun 1945 yang mengatur tentang kedudukan Komite Nasional Daerah (KND).

2. UU No. 22 Tahun 1948


Di dalam UU ini dicantumkan ketentuan bahwa segala urusan rumah tangga daerah diselenggarakan
oleh pemerintah daerah dan apabila terdapat urusan yang belum diatur oleh pemerintah pusat atau
pemerintah yang lebih tinggi wewenangnya dapat diatur oleh pemerintah daerah. Ketentuan ini
merupakan awal dari berlakunya otonomi daerah.

3. UU No. 44 Tahun 1950


Undang-Undang yang mengatur mengenai pemerintahan daerah di Indonesia yang selanjutnya yaitu
UU no. 44 tahun 1950 yang mengatur perihal terkait Pokok-pokok pemerintahan daerah bagian
Sulawesi, Maluku, dan Nusa Tenggara.  UU ini merupakan pengaturan lebih lanjut dari UU No. 22
tahun 1948. Sejatinya UU ini lebih dikenal dengan istilah UU NIT atau Negara Indonesia Bagian
Timur. UU ini diberlakukan pada tanggal 15 Juni 1950.

4. UU No. 1 tahun 1957


Salah satu UU yang mengatur pemerintahan daerah di Indonesia pada masa lalu yaitu UU No. 1 tahun
1957 yang mengatur tentang Pokok-Pokok Pemerintahan daerah. Keberadaan UU ini dilatarbelakangi
oleh terjadinya perkembangan urusan ketatanegaraan negara ini semenjak negara Indonesia menjadi
berbentuk kesatuan.

5. UU No. 18 tahun 1965


Adanya dekrit presiden 5 Juli 1959 yang merupakan salah satu ciri demokrasi terpimpin turut
melahirkan perubahan dalam aspek ketatanegaraan di tanah air. Perubahan tersebut juga turut
mengubah tatanan pemerintahan daerah. Maka dari itu, terbitlah UU No. 18 tahun 1965 yang
mengatur tentang pokok-pokok pemerintahan daerah.

6. UU No. 19 tahun 1965


UU yang mengatur pemerintahan daerah di Indonesia yang selanjutnya kita bahas yaitu UU no. 19  
tahun 1965 yang mengatur tentang desa praja sebagai bentuk peralihan untuk mempercepat
terbentuknya daerah tingkat III di seluruh wilayah Indonesia.

7. UU No. 5 tahun 1974


UU yang lahir pada masa pemerintahan orde baru ini menyesuaikan pengaturan pemerintah daerah
sesuai dengan perubahan ketatanegaraan yang terjadi di Indonesia pada masa itu. Yang baru dari UU
ini ialah diaturnya ibukota negara Indonesia Jakarta. UU ini mengamanahkan adanya UU yang secara
khusus mengatur mengenai jalannya kedaulatan rakyat di ibukota negara tersebut. Selain itu, UU ini
juga mengatur salah satu aspek dalam asas desentralisasi yaitu penambahan penyerahan urusan
kepada daerah ditetapkan melalui peraturan pemerintah.

8. UU No. 5 tahun 1979


Dengan adanya UU ini diharapkan kedudukan pemerintahan desa dapat diseragamkan dengan tetap
mengindahkan keragaman kondisi desa dan ketentuan adat istiadat yang masih berlaku agar
memperkuat pemerintahan desa sehingga semakin mampu untuk menggerakkan masyarakat dalam
partisipasinya mencapai tujuan pembangunan nasional dan melaksanakan administrasi desa yang
semakin meluas dan efektif.

9. UU No. 22 tahun 1999


UU yang mengatur pemerintahan daerah di Indonesia selanjutnya yaitu UU no. 22 tahun 1999 yang
mengatur tentang tentang pemerintahan daerah. UU ini mulai diundangkan pada era demokrasi
reformasi. Di dalam UU ini disebutkan bahwa jenis dan tingkatan daerah yang berlaku yaitu daerah
provinsi, kabupaten, dan kota.

10. UU No. 32 tahun 2004


UU ini merupakan UU yang mengatur pemerintahan daerah yang paling sering kita temui tentang
pemerintahan daerah. Dengan adanya UU ini diharapkan penyelenggaraan otonomi daerah sesuai
dengan asas otonomi dan tugas pembantuan. Otonomi daerah juga dilaksanakan untuk mempercepat
tercapainya kesejahteraan masyarakat melallui peningkatan pelayanan dan pemberdayaan masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai