Anda di halaman 1dari 28

ARTIKEL TEMA KEISLAMAN:

1. TAUHID: KEISTIMEWAAN DAN KEBENARAN KONSEP KETUHANAN


DALAM ISLAM
2. SAINS & TEKNOLOGI DALAM AL-QUR’AN DAN AL-HADITS
3. 3 GENERASI TERBAIK MENURUT AL-HADITS
4. PENGERTIAN DAN JEJAK SALAFUSSOLEH (REFERENSI AL-HADITS)
5. AJARAN DAN TUNTUNAN TENTANG BERBAGI, KEADILAN SERTA
PENEGAKAN HUKUM DALAM ISLAM.

Disusun sebagai tugas terstruktur Mata Kuliah: Pendidikan Agama Islam

DosenPengampuh:

Dr. Taufiq Ramdani, S.Th.I.,M.Sos

DisusunOleh:

Nama : Hestiani Putri


NIM : E1A020036
Fakultas&Prodi : KIP & Pendidikan Biologi
Semester : Satu

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENGETAHUAN
UNIVERSITAS MATARAM
T.A. 2020/2021
KATA PENGANTAR

Pujisyukur Alhamdulillah penulis haturkan kepada ALLAH SWT atas selesainya tugas
ini, yaitu tugas mata kuliah Agama Islam sebagai Ujian Tengah Semester (UTS)

Sholawat dan Salam semoga ALLAH limpahkan kepada Rasulullah Muhammad


SAW atas berkat petunjuknya kepada kita, sehingga kita insyaallah dapat berada di
jalan yang lurus berupa ajaran agama yang sempurna dan menjadi rahmat seluruh
alam, dan juga insyaallah kita bisa membedakan antara yang benar yang yang batil.

Terimakasih saya sampaikan atas bimbingan Bapak Dr. Taufiq Ramdani,


S.Th.I.,M.Sos. Sebagai dosen pengampuh mata Kuliah Pendidkan Agama Islam atas
bimbingan beliau sehingga tugas ini dapat terselesaikan tepat waktu

Besar harapan saya tugas ini akan memberi manfaat bagi para pembaca dan dapat
diamalkan bila itu baik dan ditinggalkan bila itu buruk. Dan mohon maaf saya
sampaikan karna saya sadari bahwa dalam penulisan artikel ini masih banyak
kekurangan yang perlu diperbaiki. Oleh karena itu saya mengharapkan saran dari para
pembaca agar dipenulisan kedepannya lebih baik lagi

Penyusun, Marong 16 Oktober 2020

Nama : Hestiani Putri


NIM : E1A020036

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN COVER………………………………………………………………………….....i
KATA PENGANTAR………………………………………………………………….…….….ii
DAFTAR ISI………………………………………………………………………………….…iii
BAB I. Tauhid: Keistimewaan & Kebenaran Konsep Ketuhanan dalam Islam.…….....1
BAB II. Sains dan Teknologi dalam Al-Qur’an dan Al-Hadits……………………..……...5
BAB III. 3 Generasi Terbaik Menurut Al-Hadits……………………………………………11
BAB IV. Pengertian dan Jejak Salafussoleh (Referesnsi Al-Hadits) ……………………13
BAB V. AjarandanTuntunan tentang Berbagi, Penegakan serta Keadilan Hukum
dalam Islam …..………………………………………………………………..….17
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………………..20
LAMPIRAN…………………………………………………………………………………….22

iii
iv
BAB I
TAUHID: KEISTIMEWAAN DAN KEBENARAN KONSEP KETUHANAN
DALAM ISLAM

A. Siapakah Tuhan itu?


Perkataan ilah, yang selalu diterjemahkan “Tuhan”, dalam al-Qur’an
dipakai untuk menyatakan berbagai objek yang dibesarkan atau dipentingkan
manusia, misalnya dalam surat  al-Furqan ayat 43.
َ ‫نت َه َو ٰى ُه إِ ٰلَ َههُۥ ٱ َّت َخ َذ َم ِن أَ َر َءي‬
‫ْت‬ َ َ ‫َوكِي ًل َعلَ ْي ِه َت ُكونُ أَ َفأ‬
”Terangkanlah kepadaku tentang orang yang menjadikan hawa nafsunya
sebagai Tuhannya ?”
Dalam surat al-Qashash ayat 38, perkataan ilah dipakai oleh Fir’aun untuk
dirinya sendiri:
Dan Fir’aun berkata: ‘Wahai para pembesar hambaku, aku tidak
mengetahui Tuhan bagimu selain aku’.
Contoh ayat-ayat tersebut di atas menunjukkan bahwa perkataan ilah bisa
mengandung arti berbagai benda, baik abstrak (nafsu atau keinginan pribadi
maupun benda nyata (Fir’aun atau penguasa yang dipatuhi dan dipuja).
Perkataan ilah dalam al-Qur’an juga dipakai dalam bentuk tunggal (mufrad:
ilaahun), ganda (mutsanna: ilaahaini), dan banyak (jama’: aalihatun). Bertuhan nol
atau atheisme tidak mungkin. Untuk dapat mengerti tentang
definisi Tuhan atau Ilah yang tepat, berdasarkan logika al-Qur’an adalah sebagai
berikut:
Tuhan (ilah) ialah sesuatu yang dipentingkan (dianggap penting) oleh
manusia sedemikian rupa, sehingga manusia merelakan dirinya dikuasai olehnya.
Perkataan dipentingkan hendaklah diartikan secara luas. Tercakup di dalamnya
yang dipuja, dicintai, diagungkan, diharap-harapkan dapat memberikan
kemaslahatan atau kegembiraan, dan termasuk pula sesuatu yang ditakuti akan
mendatangkan bahaya atau kerugian.
Ibnu Taimiyah memberikan definisi al-ilah sebagai berikut:
Al-ilah ialah: yang dipuja dengan penuh kecintaan hati, tunduk kepadanya,
merendahkan diri di hadapannya, takut, dan mengharapkannya, kepadanya
tempat berpasrah ketika berada dalam kesulitan, berdo’a, dan bertawakkal
kepadanya untuk kemaslahatan diri, meminta perlindungan dari padanya, dan

1
menimbulkan ketenangan di saat mengingatnya dan terpaut cinta kepadanya. (M.
Imaduddin, 1989: 56).
Berdasarkan definisi tersebut di atas dapat dipahami, bahwa Tuhan itu bisa
berbentuk apa saja, yang dipentingkan oleh manusia. Yang pasti ialah manusia
tidak mungkin atheis, tidak mungkin tidak ber-Tuhan. Berdasarkan logika al-Qur’an
setiap manusia pasti mempunyai sesuatu yang dipertuhankannya. Dengan
demikian, orang-orang komunis pada hakikatnya ber-Tuhan juga. Adapun Tuhan
mereka ialah ideologi atau angan-angan (utopia) mereka.
Dalam ajaran Islam diajarkan kalimat “Laa illaha illaa Allah”. Susunan
kalimat tersebut dimulai dengan peniadaan, yaitu “tidak ada Tuhan”, kemudian
baru diikuti dengan suatu penegasan “melainkan Allah”. Hal itu berarti bahwa
seorang muslim harus membersihkan dari segala macam Tuhan terlebih dahulu,
yang ada dalam hatinya hanya satu Tuhan yang bernama Allah.
Tentang asal usul kepercayaan terhadap Tuhan antra lain tertera dalam
surat Al-Ambiya’/21:92
‫إِنَّ ٰ َه ِذ ِهۦٓ أ ُ َّم ُت ُك ْم أُم ۭ ًَّة ٰ َوحِدَ ۭ ًة َوأَ َن ۠ا َر ُّب ُك ْم َفٱعْ ُبدُون‬
Artinya ; Sesungguhnya (agama Tauhid) ini adalah agama kamu semua; agama
yang satu dan Aku adalah Tuhanmu, maka sembahlah Aku. (QS. Al-
Anbiya : 92)

B. Konsep Ketuhanan dalam Islam


Istilah Tuhan dalam sebutan Al-Quran digunakan kata ilaahun, yaitu setiap
yang menjadi penggerak atau motivator, sehingga dikagumi dan dipatuhi oleh
manusia. Orang yang mematuhinya di sebut abdun (hamba). Kata ilaah (tuhan) di
dalam Al-Quran konotasinya ada dua kemungkinan, yaitu  Allah, dan selain Allah.
Subjektif (hawa nafsu) dapat menjadi ilah (tuhan). Benda-benda seperti : patung,
pohon, binatang, dan lain-lain dapat pula berperan sebagai ilah. Demikianlah
seperti dikemukakan pada surat Al-Baqarah (2) : 165, sebagai berikut:

ِ ‫م َكحُبِّ هَّللا‬zْ ‫ون هَّللا ِ أَ ْندَا ًدا ُي ِحبُّو َن ُه‬


ِ ‫اس َمنْ َي َّتخ ُِذ مِنْ ُد‬
ِ ‫َوم َِن ال َّن‬
 “Diantara manusia ada yang bertuhan kepada selain Allah, sebagai tandingan
terhadap Allah. Mereka mencintai tuhannya itu sebagaimana mencintai Allah.”
Sebelum turun Al-Quran dikalangan masyarakat Arab telah menganut
konsep tauhid (monoteisme). Allah sebagai Tuhan mereka. Hal ini diketahui dari
ungkapan-ungkapan yang mereka cetuskan, baik dalam do’a maupun acara-acara

2
ritual. Abu Thalib, ketika memberikan khutbah nikah Nabi Muhammad dengan
Khadijah (sekitar 15 tahun sebelum turunya Al-Quran) ia mengungkapkan kata-
kata Alhamdulillah. (Lihat Al-Wasith,hal 29). Adanya nama Abdullah (hamba Allah)
telah lazim dipakai di kalangan masyarakat Arab sebelum turunnya Al-Quran.
Keyakinan akan adanya Allah, kemaha besaran Allah, kekuasaan Allah dan lain-
lain, telah mantap. Dari kenyataan tersebut timbul pertanyaan apakah konsep
ketuhanan yang dibawakan Nabi Muhammad? Pertanyaan ini muncul karena Nabi
Muhammad dalam mendakwahkan konsep ilahiyah mendapat tantangan keras
dari kalangan masyarakat. Jika konsep ketuhanan yang dibawa Muhammad sama
dengan konsep ketuhanan yang mereka yakini tentu tidak demikian kejadiannya.

Pengakuan mereka bahwa Allah sebagai pencipta semesta alam


dikemukakan dalam Al-Quran surat Al-Ankabut (29) ayat 61 sebagai berikut;

َ ‫ْس َو ْال َق َم َر َل َيقُولُنَّ هَّللا ُ َفأ َ َّنى ي ُْؤ َف ُك‬


‫ون‬ َ ْ‫ت َواأْل َر‬
zَ ‫ض َو َس َّخ َر ال َّشم‬ ِ ‫َولَئِنْ َسأ َ ْل َت ُه ْم َمنْ َخلَقَ ال َّس َم َوا‬
Jika kepada mereka ditanyakan, “Siapa yang menciptakan lagit dan bumi, dan
menundukkan matahari dan bulan?” Mereka pasti akan menjawab Allah.
Dengan demikian seseorang yang mempercayai adanya Allah, belum tentu
berarti orang itu beriman dan bertaqwa kepada-Nya. Seseorang baru laik
dinyatakan bertuhan kepada Allah jika ia telah memenuhi segala yang dimaui oleh
Allah. Atas dasar itu inti konsep ketuhanan Yang Maha Esa dalam Islam adalah
memerankan ajaran Allah yaitu Al-Quran dalam kehidupan sehari-hari. Tuhan
berperan bukan sekedar Pencipta, melainkan juga pengatur alam semesta.
Pernyataan lugas dan sederhana cermin manusia bertuhan Allah
sebagaimana dinyatakan dalam surat Al-Ikhlas. Kalimat syahadat adalah
pernyataan lain sebagai jawaban atas perintah yang dijaukan pada surat Al-Ikhlas
tersebut. Ringkasnya jika Allah yang harus terbayang dalam kesadaran manusia
yang bertuhan Allah adalah disamping Allah sebagai Zat, juga Al-Quran sebagai
ajaran serta Rasullullah sebagai Uswah hasanah.
Dalam konsep Islam, Tuhan diyakini sebagai Zat Maha Tinggi Yang Nyata
dan Esa, Pencipta Yang Maha Kuat dan Maha Tahu, Yang Abadi, Penentu Takdir,
dan Hakim bagi semesta alam.
Islam menitik beratkan konseptualisasi Tuhan sebagai Yang Tunggal dan
Maha Kuasa (tauhid).[3] Dia itu wahid dan Esa (ahad), Maha Pengasih dan Maha
Kuasa.[4] Menurut al-Qur’an terdapat 99 Nama Allah (asma’ul husna artinya:
“nama-nama yang paling baik”) yang mengingatkan setiap sifat-sifat Tuhan yang

3
berbeda.[5][6] Semua nama tersebut mengacu pada Allah, nama Tuhan Maha
Tinggi dan Maha Luas. Diantara 99 nama Allah tersebut, yang paling terkenal dan
paling sering digunakan adalah “Maha Pengasih” (ar-rahman) dan “Maha
Penyayang” (ar-rahim).
Penciptaan dan penguasaan alam semesta dideskripsikan sebagai suatu
tindakan kemurahhatian yang paling utama untuk semua ciptaan yang memuji
keagungan-Nya dan menjadi saksi atas keesan-Nya dan kuasa-Nya. Menurut
ajaran Islam, Tuhan muncul dimana pun tanpa harus menjelma dalam bentuk apa
pun.[8] Menurut al-Qur’an, “Dia tidak dapat dicapai oleh penglihatan mata, sedang
Dia dapat melihat segala yang kelihatan; dan Dialah Yang Maha Halus lagi Maha
Mengetahui.” (QS al-An’am:103)
Tuhan dalam Islam tidak hanya Maha Agung dan Maha Kuasa, namun juga
Tuhan yang personal: Menurut al-Qur’an, Dia lebih dekat pada manusia daripada
urat nadi manusia. Dia menjawab bagi yang membutuhkan dan memohon
pertolongan jika mereka berdoa pada-Nya. Di atas itu semua, Dia memandu
manusia pada jalan yang lurus, “jalan yang diridhai-Nya.”
Islam mengajarkan bahwa Tuhan dalam konsep Islam merupakan Tuhan
sama yang disembah oleh kelompok agama Abrahamik lainnya seperti Kristen dan
Yahudi

4
BAB II
SAINS DAN TEKNOLOGI DALAM AL-QUR’AN DAN AL-HADITS

A. SAINS DAN TEKNOLOGI DALAM AL –QUR’AN


Sains atau Ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan dua sosok yang
tidak dapat dipisahkan satu sama lain.1 Ilmu adalah sumber teknologi yang mampu
memberikan kemungkinan munculnya berbagai penemuan rekayasa dan ide-ide.
Adapun teknologi adalah terapan atau aplikasi dari ilmu yang dapat ditunjukkan
dalam hasil nyata yang lebih canggih dan dapat mendorong manusia untuk
berkembang lebih maju lagi. Dasar filosofis untuk mengembangkan ilmu dan
teknologi itu bisa dikaji dan digali dalam al-Qur‟an yang merupakan kitab suci
agama Islam yang banyak mengupas keterangan-keterangan mengenai ilmu
pengetahuan dan teknologi. 2 Firman Allah :

ْ
‫ص ْن َع َة َو َعلَّمْ ٰن ُه‬ ٍ ‫ِّۢن لِ ُتحْ صِ َن ُك ْم لَّ ُك ْم َلب ُْو‬zْْۢ ‫َشا ِكر ُْو َن اَ ْن ُت ْم َف َه ْل َبأسِ ُك ۚ ْم م‬
َ ‫س‬
“Dan telah Kami ajarkan kepada Daud membuat baju besi untuk kamu, guna
memelihara kamu dalam peperanganmu; Maka hendaklah kamu bersyukur (kepada
Allah)” (QS al-Anbiya‟, 21: 80)
Dari keterangan itu jelas sekali bahwa manusia dituntut untuk berbuat
sesuatu dengan sarana pengembangan teknologi dan untuk penguasaannya
diperlukan ilmu pengetahuan. Perlu di pahami pula bahwa pengetahuan ilmiah
(science) tidak mengenal kata ”kekal”, dalam arti apa yang dianggap salah pada
masa silam ternyata dapat diakui kebenaranya dimasa moderen. Pengetahuan
ilmiah mempunyai kebenaran relatif, artinya kebenaran datang silih berganti, hal ini
berbeda dengan al-Qur‟an yang mempunyai kebenaran mutlak.3 Memang di dalam
al-Qur‟an mengandung sekian banyak ayatayat yang memaparkan tentang sains
dan teknologi (Kebenaran Ilmiah). Allah telah membakukan beberapa fakta alam di
dalam alQur‟an dan SunnahNya, diskripsi tentang sejumlah fenomena alam dan
hukum-hukum alam dapat dijadikan sebagai argumentasi yang melampaui batas
logika manusia. Atau menurut istilah yang dikenal mengenai keajaiban al-Qur‟an
(mukjizat al-Qur‟an).

‫ون‬ َ ْ‫ت َواأْل َر‬


َ ‫ض َكا َن َتا َر ْت ًقا َف َف َت ْق َنا ُه َما َو َج َع ْل َنا م َِن ْال َما ِء ُك َّل َشيْ ٍء َحيٍّ أَ َفاَل ي ُْؤ ِم ُن‬ ِ ‫ِين َك َفرُوا أَنَّ ال َّس َم َاوا‬
َ ‫أَ َولَ ْم َي َر الَّذ‬

“Dan apakah orang-orang kafir tidak mengetahui bahwa langit dan bumi keduanya
dahulu menyatu kemudian Kami pisahkan antara keduanya. Dan Kami jadikan

5
segala sesuatu yang hidup berasal dari air, maka mengapa mereka tidak beriman?”
(QS. Al-anbiya: 30)
Ayat tersebut berkaitan dengan Big bang theory, yaitu teori terbentuknya
alam semesta yang menyatakan bahwa pada awalnya alam semesta merupakan
satu kesatuan, kemudian terjadi ledakan besar yang menghasilkan pecahan-
pecahan dan meluas. Teori Big Bang ini adalah teori penciptaan bumi yang paling
diakui di era modern.
Kesesuaian yang harmoni antara Al-Qur’an dengan Teori Big Bang adalah
suatu hal yang tidak dapat dielakkan lagi. Hal ini sudah dijelaskan Allah dalam Al-
Qur’an 1.400 tahun silam.
Al-Qur'an adalah kitab suci yang diturunkan bagi seluruh umat manusia yang
mau menggunakan akal pikirannya dalam memahami penciptaan alam semesta.
Apabila diperhatikan dengan cermat ayat ayat Al-Qur'an banyak sekali yang
menyinggung masalah ilmu pengetahuan, sehingga Al-Qur'an sering kali disebut
sebagai sumber segala ilmu pengetahuan.37 Selain itu, Al-Qur'an merupakan
landasan pertama bagi hal-hal yang bersifat konstan dalam Islam. Oleh karena itu,
telah banyak dilakukan studi yang menyoroti sisi kemukjizatan al-Qur'an, antara lain
dari segi sains yang pada era ilmu dan teknologi ini banyak mendapat perhatian dari
kalangan ilmuwan.38 Penggalian ajaran-ajaran yang ada di dalam al-Qur'an sangat
menarik sekali kalau dilihat dengan kacamata ilmiah. Makin digali makin terlihat
kebenarannya dan makin terasa begitu kecil dan sedikitnya ilmu manusia yang
menggalinya. Hal ini karena begitu maha luasnya pengetahuan dan pelajaran-
pelajaran yang ada di dalamnya.39 Al-Qur‟an, sebagai kalam Allah, diturunkan
bukan untuk tujuan-tujuan yang bersifat praktis. Oleh sebab itu, secara obyektif,
alQur‟an bukanlah ensiklopedi sains dan teknologi apalagi al-Qur‟an tidak
menyatakan hal itu secara gamblang.40 Al-Quran al-Karim, yang terdiri atas 6.236
ayat itu, menguraikan berbagai persoalan hidup dan kehidupan, antara lain
menyangkut alam raya dan fenomenanya. Uraian-uraian sekitar persoalan tersebut
sering disebut ayat-ayat kauniyyah. Tidak kurang dari 750 ayat yang secara tegas
menguraikan hal-hal di atas, Jumlah ini tidak termasuk ayat-ayat yang
menyinggungnya secara tersirat. Bukan sesuatu yang aneh dan mengherankan jika
al-Qur‟an sebagai mukjizat terbesar membawa segala persesuaian dan keserasian
terhadap konklusi yang dicapai oleh para ilmuan modern dan studi pembahasan
dan meditasi yang dicapai oleh para ilmuan setelah beratus-ratus tahun, karena al-
Qur‟an adalah firman Allah Yang Maha Tahu terhadap rahasia alam, dan tidak

6
mengherankan jika al-Qur‟an mengandung mukjizat yang lebih banyak. 41 Tetapi,
kendati demikian, bukan berarti bahwa Al-Quran sama dengan kitab ilmu
pengetahuan, atau bertujuan untuk menguraikan hakikat-hakikat ilmiah. Ketika al-
Quran memperkenalkan dirinya sebagai tibyanan likulli syay‟i, bukan maksudnya
menegaskan bahwa ia mengandung segala sesuatu, tetapi bahwa dalam al-Quran
terdapat segala pokok petunjuk menyangkut kebahagiaan hidup duniawi dan
ukhrawi. 42 Al-Quran memerintahkan atau menganjurkan kepada manusia untuk
memperhatikan dan mempelajari alam raya dalam rangka memperoleh manfaat dan
kemudahan-kemudahan bagi kehidupannya, serta untuk mengantarkannya kepada
kesadaran akan keEsaan dan keMahakuasaan Allah SWT.

B. SAINS DAN TEKNOLOGI DALAM HADITS


Di dalam hadis juga dijelaskan tentang sains dan teknologi yang disabdakan
rasulullah, berikut bunyi-bunyi berbagai mengeni sains dan teknologi.

BUKHARI No. 3902 “TRANSPORTASI”


‫الَاَل‬zz‫ا َق‬zz‫ َي هَّللا ُ َع ْن ُه َم‬z‫ض‬
ِ ‫َّاس َر‬
ٍ ‫ْن َعب‬ ِ ‫ام ٍِر َعنْ اب‬zz‫ ٍم َعنْ َع‬z‫اص‬ ِ ‫ َّد َث َنا أَ ِبي َعنْ َع‬z‫ص َح‬ ٍ ‫ ُر بْنُ َح ْف‬z‫ْن َح َّد َث َنا ُع َم‬ َ ‫َح َّد َثنِي م َُح َّم ُد بْنُ أَ ِبي الح‬
ِ ‫ُسي‬
‫و ِم‬zْ z‫ ُه فِي َي‬z‫ولَ ُت ُه ْم أَ ْو َحرَّ َم‬zz‫ب َح ُم‬َ ‫ذ َه‬zْ z‫ر َه أَنْ َت‬z َ z‫ ِل أَ َّن ُه َك‬zْ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم مِنْ أَج‬
ِ ‫ َة ال َّن‬zَ‫ان َحمُول‬z
ِ z‫اس َف َك‬ َ ِ ‫أَ ْد ِري أَ َن َهى َع ْن ُه َرسُو ُل هَّللا‬
‫( َخ ْي َب َر َلحْ َم ْال ُحم ُِر اأْل َهْ لِ َّي ِة‬BUKHARI – 3902)
Artinya :Telah menceritakan kepadaku Muhammad bin Abul Husain; Telah
menceritakan kepada kami Umar bin Hafsh; Telah menceritakan kepada
kami ayahku dari ‘Ashim dari ‘Amir dari Ibnu ‘Abbas radliallahu ‘anhuma
mengatakan; “Saya tidak tahu, apakah Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam melarang keledai dikarenakan ia kendaraan masyarakat sehingga
beliau tidak ingin jika kendaraan (sarana transportasi) mereka lenyap, atau
memang beliau mengharamkannya pada hari Khaibar khusus daging keledai
jinak?”

BUKHARI No. 109 TRANSPORTASI

‫اع َة‬ َ ‫ْن َقا َل َح َّد َث َنا َش ْي َبانُ َعنْ َيحْ َيى َعنْ أَ ِبي َسلَ َم َة َعنْ أَ ِبي ه َُري َْر َةأَنَّ ُخ َز‬ ٍ ‫َح َّد َث َنا أَبُو ُن َعي ٍْم ْال َفضْ ُل بْنُ ُد َكي‬
‫لَّ َم‬z‫ ِه َو َس‬z‫لَّى هَّللا ُ َعلَ ْي‬z‫ص‬ َ ُّ‫ذل َِك ال َّن ِبي‬zَ z‫ر ِب‬zَ ‫أ ُ ْخ ِب‬zz‫وهُ َف‬zzُ‫ل ِم ْن ُه ْم َق َتل‬z ٍ ‫وا َر ُجاًل مِنْ َبنِي لَ ْي‬zzُ‫َق َتل‬
ٍ z‫ا َم َف ْت ِح َم َّك َة ِب َقتِي‬zz‫ث َع‬
‫و ُن َعي ٍْم‬zz‫ا َل أَ ُب‬zz‫ذا َق‬z َ z‫د هَّللا ِ َك‬zz‫و َع ْب‬zz‫س َعنْ َم َّك َة ْال َق ْت َل أَ ْو ْالفِي َل َقا َل أَ ُب‬ َ ‫ب َف َقا َل إِنَّ هَّللا َ َح َب‬َ ‫ِب َرا ِحلَ َت ُه َف َخ َط‬ َ ‫َف َرك‬
‫م‬zَ َّ‫ل‬z ‫ ِه َو َس‬z‫لَّى هَّللا ُ َعلَ ْي‬z ‫ص‬ َ ِ ‫ط َعلَي ِْه ْم َرسُو َل هَّللا‬zَ َّ‫ك ْالفِي َل أَ ْو ْال َق ْت َل َو َغ ْي ُرهُ َيقُو ُل ْالفِي َل َو َسل‬ ِّ ‫َواجْ َعلُوهُ َعلَى ال َّش‬
‫ار أَاَل‬z
ٍ ‫اع ًة مِنْ َن َه‬ َ z‫ت لِي َس‬ ْ َّ‫ا َحل‬z‫ دِي أَاَل َوإِ َّن َه‬zْ‫ ٍد َبع‬z‫ِين أَاَل َوإِ َّن َها لَ ْم َت ِح َّل أِل َ َح ٍد َق ْبلِي َولَ ْم َت ِح َّل أِل َ َح‬ zَ ‫َو ْالم ُْؤ ِمن‬
‫ َل‬z‫ ٍد َف َمنْ قُ ِت‬z‫ إِاَّل لِ ُم ْن ِش‬z‫اق َِط ُت َها‬z‫ط َس‬ ُ ‫ض ُد َش َج ُر َها َواَل ُت ْل َت َق‬ َ ْ‫َوإِ َّن َها َسا َعتِي َه ِذ ِه َح َرا ٌم اَل ي ُْخ َتلَى َش ْو ُك َها َواَل يُع‬

7
‫ا‬z‫ا َل ْاك ُتبْ لِي َي‬z‫ِيل َف َجا َء َر ُج ٌل مِنْ أَهْ ِل ْال َي َم ِن َف َق‬ ِ ‫ْن إِمَّا أَنْ يُعْ َق َل َوإِمَّا أَنْ ُي َقا َد أَهْ ُل ْال َقت‬ِ ‫َفه َُو ِب َخي ِْر ال َّن َظ َري‬
‫ْش إِاَّل اإْل ِ ْذخ َِر َيا َرسُو َل هَّللا ِ َفإِ َّنا َنجْ َعلُ ُه فِي ُبيُو ِت َنا‬ ٍ ‫َرسُو َل هَّللا ِ َف َقا َل ْاك ُتبُوا أِل َ ِبي فُاَل ٍن َف َقا َل َر ُج ٌل مِنْ قُ َري‬
‫ل أَبُو َعبْد هَّللا ِ ُي َقا ُل ُي َقا ُد ِب ْال َقافِ َفقِي َل‬zَ ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم إِاَّل اإْل ِ ْذخ َِر إِاَّل اإْل ِ ْذخ َِر َقا‬ ِ ‫َوقُب‬
َ ُّ‫ُور َنا َف َقا َل ال َّن ِبي‬
‫ب لَ ُه َه ِذ ِه ْال ُخ ْط َب َة‬
َ ‫ب لَ ُه َقا َل َك َت‬ َ ‫( أِل َ ِبي َع ْب ِد هَّللا ِ أَيُّ َشيْ ٍء َك َت‬BUKHARI – 109)
Artinya : Telah menceritakan kepada kami Abu Nu’aim Al Fadll bin Dukain berkata,
telah menceritakan kepada kami Syaiban dari Yahya dari Abu Salamah dari Abu
Hurairah, bahwa suku Khaza’ah telah membunuh seorang laki-laki dari Bani Laits saat
hari pembesan Makkah, sebagai balasan terbunuhnya seorang laki-laki dari mereka
(suku Laits). Peristiwa itu lalu disampaikan kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam,
beliau lalu naik kendaraannya dan berkhutbah: “Sesungguhnya Allah telah
membebaskan Makkah dari pembunuhan, atau pasukan gajah.” Abu Ubaidullah
berkata, “Demikian Abu Nu’aim menyebutkannya, mereka ragu antara ‘pembunuhan’
dan ‘gajah’. Sedangkan yang lian berkata, “Gajah. Lalu Allah memenangkan
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan kaum Mukminin atas mereka. Beliau
bersabda: “Ketahuilah tanah Makkah tidaklah halal bagi seorangpun baik sebelumku
atau sesudahku, ketahuilah bahwa sesungguhnya ia pernah menjadi halal buatku
sesaat di suatu hari. Ketahuilah, dan pada saat ini ia telah menjadi haram; durinya
tidak boleh dipotong, pohonnya tidak boleh ditebang, barang temuannya tidak boleh
diambil kecuali untuk diumumkan dan dicari pemiliknya. Maka barangsiapa dibunuh,
dia akan mendapatkan satu dari dua kebaikan; meminta tebusan atau meminta
balasan dari keluarga korban.” Lalu datang seorang penduduk Yaman dan berkata,
“Wahai Rasulullah, tuliskanlah buatku?” beliau lalu bersabda: “Tuliskanlah untuk Abu
fulan.” Seorang laki-laki Quraisy lalu berkata, “Kecuali pohon Idzhir wahai Rasulullah,
karena pohon itu kami gunakan di rumah kami dan di kuburan kami.” Maka Nabi
shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Kecuali pohon Idzhir, kecuali pohon Idzhir.” Lalu
dikatakan kepada Abu Abdullah, “Apa yang dituliskan untuknya?” Ia menjawab,
“Khutbah tadi.”
Sanad : Telah menceritakan kepada kami Abu Nu’aim Al Fadll bin Dukain berkata;
telah menceritakan kepada kami Syaiban; dari Yahya dari Abu Salamah dari Abu
Hurairah;
Matan : Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau lalu naik kendaraannya
Hadist-hadits diatas menerangkan bahwa rasulullah saja sejak dulu sudah
mengenal transportasi meski masih tradisional namun dari sanalah para ilmuwan
mengembangkannya sehingga bias menciptakan mesin-mesin transportasi seperti
sekarang.

8
BUKHARI No. 2124 PERTANIAN
z‫اأَل َعْ َطى‬z‫ ُه َق‬z‫ َي هَّللا ُ َع ْن‬z ‫ض‬
ِ ‫َح َّد َث َنا مُو َسى بْنُ إِسْ مَاعِ ي َل َح َّد َث َنا ج َُوي ِْر َي ُة بْنُ أَسْ َما َء َعنْ َناف ٍِع َعنْ َع ْب ِد هَّللا ِ َر‬
َ ‫ ُر ُج ِم ْن َه‬z‫ا َي ْخ‬z‫ َولَ ُه ْم َش ْط ُر َم‬z‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َخ ْي َب َر ْال َيهُو َد أَنْ َيعْ َملُو َها َو َي ْز َرعُو َها‬
َّ‫اوأَن‬z َ ِ ‫َرسُو ُل هَّللا‬
‫ث‬ َ ‫ َّد‬z‫ِيج َح‬ َ zِ‫ظ ُه َوأَنَّ َراف‬
ٍ ‫ د‬z‫ع ب َْن َخ‬z
ُ ‫ت ُت ْك َرى َعلَى َشيْ ٍء َسمَّاهُ َنافِ ٌع اَل أَحْ َف‬ ْ ‫ار َع َكا َن‬ َ
ِ ‫اب َْن ُع َم َر َح َّد َث ُه أنَّ ْال َم َز‬
‫ر َح َّتى‬z ِ ‫اف ٍِع َعنْ اب‬zz‫ ُد هَّللا ِ َعنْ َن‬z‫ا َل ُع َب ْي‬zz‫ار ِع َو َق‬
َ z‫ْن ُع َم‬ ِ ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َن َهى َعنْ ك َِرا ِء ْال َم َز‬ َ َّ‫أَنَّ ال َّن ِبي‬
‫( أَجْ اَل ُه ْم ُع َم ُر‬BUKHARI – 2124)
Artinya : Telah menceritakan kepada kami Musa bin Isma’il telah menceritakan kepada
kami Juwairiyah bin Asma’ dari Nafi’ dari ‘Abdullah radliallahu ‘anhu berkata;
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengadakan kerjasama kepada orang Yahudi
dari tanah khaibar agar dimanfaatkan dan dijadikan ladang pertanian dan mereka
mendapat separuh hasilnya. Dan bahwa Ibnu’Umar radliallahu ‘anhuma menceritakan
kepadanya bahwa ladang pertanian tersebut disewakan untuk sesuatu yang lain, yang
disebutkan oleh Nafi’, tapi aku lupa. Dan bahwa Rafi’ bin Khadij menceritakan bahwa
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam melarang menyewakan ladang pertanian (untuk
usaha selaian bercocok tanam). Dan berkata, ‘Ubaidullah dari Nafi’ dari Ibnu’Umar
radliallahu ‘anhuma; Hingga akhirnya ‘Umar mengusir mereka (orang Yahudi).

Sanad : Telah menceritakan kepada kami Musa bin Isma’il; telah menceritakan kepada
kami Juwairiyah bin Asma’; dari Nafi’ dari ‘Abdullah radliallahu ‘anhu;
Matan : ladang pertanian (untuk usaha selaian bercocok tanam)
BUKHARI No. 2153 BERCOCOK TANAM
‫انِيُّ َعنْ أَ ِبي‬zz‫ا ٍد اأْل َ ْل َه‬zz‫ َّد َث َنا م َُح َّم ُد بْنُ ِز َي‬z‫يُّ َح‬z‫ِمْص‬
ِ ‫ال ٍِم ْالح‬z‫ ُد هَّللا ِ بْنُ َس‬z‫ُف َح َّد َث َنا َع ْب‬zَ ‫َح َّد َث َنا َع ْب ُد هَّللا ِ بْنُ يُوس‬
‫و ُل اَل‬zُ‫لَّ َم َيق‬z‫ ِه َو َس‬zْ‫لَّى هَّللا ُ َعلَي‬z‫ص‬
َ َّ‫ت ال َّن ِبي‬ ِ ْ‫ مِنْ آلَ ِة ْال َحر‬z‫ سِ َّك ًة َو َش ْي ًئا‬z‫أ ُ َما َم َة ْال َبا ِهلِيِّ َقا َل َو َرأَى‬
ُ ْ‫ث َف َقالَ َسمِع‬
‫الذلَّ َقا َل أَبُو َعبْد هَّللا ِ َواسْ ُم أَ ِبي أ ُ َما َم َة صُدَيُّ بْنُ َعجْ اَل َن‬ ُّ ُ ‫م إِاَّل أَ ْد َخلَ ُه هَّللا‬z ‫ْت َق ْو‬
ٍ َ ‫( َي ْد ُخ ُل َه َذا َبي‬BUKHARI
– 2153)

Artinya : Telah menceritakan kepada kami ‘Abdullah bin Yusuf telah menceritakan
kepada saya ‘Abdullah bin Salim Al Himshiy telah menceritakan kepada kami
Muhammad bin Zaiyad Al Alhaniy dari Abu Umamah Al Bahiliy berkata, ketika ia
melihat cangkul atau sesuatu dari alat bercocok tanam, lalu ia berkata, aku mendengar
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Barang seperti ini tidak masuk kerumah
suatu kaum kecuali Allah akan memberikan kehinaan padanya”. Abu Abdullah Al
Bukhariy berkata: “Dan nama Abu Umamah adalah Shuday bin ‘Ajlan”.

9
Sanad : Telah menceritakan kepada kami ‘Abdullah bin Yusuf; telah menceritakan
kepada saya ‘Abdullah bin Salim Al Himshiy; telah menceritakan kepada kami
Muhammad bin Zaiyad Al Alhaniy dari Abu Umamah Al Bahiliy;
Matan : ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam melihat cangkul atau sesuatu dari alat
bercocok tanam
BUKHARI No. 387 “KOMUNIKASI”

ِ ‫ ُر بْنُ ْال َخ َّطا‬z‫ا َل ُع َم‬zz‫ا َل َق‬zz‫كٍ َق‬zzِ‫ْن َمال‬


‫ب‬ ِ ‫سب‬ ِ ‫ ٍد َعنْ أَ َن‬z‫ ْي ٌم َعنْ ُح َم ْي‬z‫ُش‬ َ ‫ َّد َث َنا ه‬z‫ا َل َح‬zz‫و ٍن َق‬zْ z‫ رُو بْنُ َع‬z‫َح َّد َث َنا َع ْم‬
‫ى‬²zًّ‫ًل‬zz‫ُص‬
َ ‫راهِي َم م‬zzْ ْ
ِ ‫ ذ َنا مِنْ َم َق‬zz‫و ا َّت َخ‬zz
َ ‫ام إِب‬zz ْ َ‫و َل هَّللا ِ ل‬zz‫ا َر ُس‬zz‫ت َي‬ ُ ‫ث َفقُ ْل‬ٍ ‫ت َربِّي فِي َثاَل‬ َ ‫ َي هَّللا ُ َع ْنه‬zz‫ض‬
ُ ‫وا َف ْق‬zzُ ِ ‫َر‬
ْ‫ك أَن‬ َ ْ‫ر‬zz‫و أَ َم‬zْ zَ‫ل هَّللا ِ ل‬zَ ‫و‬z‫ا َر ُس‬zz‫ت َي‬
َ ‫ا َء‬z‫ت ن َِس‬ ُ ‫ب قُ ْل‬ َ ‫ى‬²zًّ‫ُصًل‬
ِ ‫ ا‬z‫ ُة ْالح َِج‬z‫}وآ َي‬ َ ‫ مِنْ َم َق ِام إِب َْراهِي َم م‬z‫ت{ َوا َّتخ ُِذوا‬ ْ َ‫َف َن َزل‬
‫لَّ َم فِي‬z‫ ِه َو َس‬zْ‫لَّى هَّللا ُ َعلَي‬z‫ص‬ َ ِّ‫ب َواجْ َت َم َع ن َِسا ُء ال َّن ِبي‬ ِ ‫ت آ َي ُة ْالح َِجا‬ ْ َ‫َيحْ َت ِجب َْن َفإِ َّن ُه ُي َكلِّ ُمهُنَّ ْال َبرُّ َو ْال َفا ِج ُر َف َن َزل‬
‫و‬zz‫ ُة َقا َل أَ ُب‬z‫ت َه ِذ ِه اآْل َي‬
ْ َ‫ت لَهُنَّ { َع َسى َر ُّب ُه إِنْ َطلَّ َق ُكنَّ أَنْ ُي َب ِّدلَ ُه أَ ْز َواجً ا َخيْرً ا ِم ْن ُكنَّ } َف َن َزل‬ ُ ‫ْال َغي َْر ِة َعلَ ْي ِه َفقُ ْل‬
‫ذا‬zَ z‫ا ِب َه‬z‫ت أَ َن ًس‬
ُ ْ‫مِع‬z‫ا َل َس‬zz‫ ٌد َق‬z‫ُّوب َقا َل َح َّد َثنِي ُح َم ْي‬ َ ‫م َقا َل أَ ْخ َب َر َنا َيحْ َيى بْنُ أَي‬zَ ‫َعبْد هَّللا ِ و َح َّد َث َنا ابْنُ أَ ِبي َمرْ َي‬
(BUKHARI – 387)
Artinya : Telah menceritakan kepada kami ‘Amru bin ‘Aun berkata, telah menceritakan
kepada kami Husyaim dari Humaid dari Anas bin Malik berkata, ‘Umar bin Al
Khaththab, “Aku memiliki pemikiran yang aku ingin jika itu dikabulkan oleh Rabbku
dalam tiga persoalan. Maka aku sampaikan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam, ‘Wahai Rasulullah, seandainya Maqam Ibrahim kita jadikan sebagai tempat
shalat? Lalu turunlah ayat: ‘(Dan jadikanlah sebahagian maqam Ibrahim sebagai
tempat shalat) ‘ (Qs. Al Baqarah: 125). Yang kedua tentang hijab. Aku lalu berkata,
‘Wahai Rasulullah, seandainya Tuan perintahkan isteri-isteri Tuan untuk berhijab
karena yang berkomunikasi dengan mereka ada orang yang shalih dan juga ada yang
fajir (suka bermaksiat).’ Maka turunlah ayat hijab. Dan yang ketiga, saat isteri-isteri
beliau cemburu kepada beliau (sehingga banyak yang membangkang); aku katakan
kepada mereka, ‘Semoga bila Beliau menceraikan kalian Rabbnya akan menggantinya
dengan isteri-isteri yang lebih baik dari kalian.’ Maka turunlah ayat tentang masalah
ini.” Abu Abdullah berkata; telah menceritakan kepada kami Ibnu Abu Maryam berkata,
telah mengabarkan kepada kami Yahya bin Ayyub berkata, telah menceritakan
kepadaku Humaid ia berkata, Aku mendengar Anas seperti hadits ini.”
Hadits-hadits diatas menerangkan tentang sains dan teknologi sudah ada sejak
zama rasullulah, beliau menyebutkannya dalam beberapa haditsnya yang merupakan
gambaran sains dan teknologi pada zamannya. Teknologi terus dikembangkan dari
zaman ke zaman sehingga semakin cangkih alat-alat yang dapat kita gunakan. Ilmu
pengetahuan terutama sains juga semakin digali untuk mengetahui apa saja tentang

10
alam semesta ini. Para ilmuwan berlomba-lomba mengkaji apa saja yang belum
diketahui sekaligus digali lebih dalam.

BAB III
3 GENERASI TERBAIK MENURUT AL-HADITS
Umat Rasulullah merupakan umat terbaik dari seluruh umat-umat para Nabi
yang diutus sebelum beliau. Meskipun umat Rasulullah datang sebagai yang terakhir
diantara umat-umat lainnya, tetapi di akhirat kelak umat Rasulullah-lah yang akan
memasuki Surga terlebih dahulu di bandingkan dengan umat-umat lainnya.
Allah telah memberikan pujian kepada umat Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam,
dalam firman-Nya :
“Kamu adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada
yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah..” (QS. Ali
Imran : 110)
Tetapi diantara umat Rasulullah, terdapat beberapa generasi terbaik,
sebagaimana beliau sebutkan dalam sebuah hadits mutawatir, beliau bersabda :
“Sebaik-baik manusia adalah pada generasiku (yakni sahabat), kemudian orang-orang
yang mengiringinya (yakni tabi’in), kemudian orang-orang yang mengiringinya (yakni
generasi tabi’ut tabi’in).” (mutawatir. HR. Bukhari dan yang lainnya)
Inilah beberapa generasi terbaik yang beliau sebutkan dalam hadits tersebut :

1. Sahabat

Sahabat adalah orang-orang beriman yang bertemu dan melihat Rasulullah


shallallahu alaihi wa sallam secara langsung serta membantu perjuangan beliau.
Menurut Imam Ahmad, siapa saja diantara orang beriman yang bertemu dan
melihat Rasulullah, baik sebulan, sepekan, sehari atau bahkan cuma sesaat maka
ia dikatakan sebagai sahabat. Derajatnya masing-masing ditentukan dengan
seberapa lama ia menyertai Rasulullah.

11
Para sahabat merupakan orang-orang yang mewariskan ilmu dari Rasulullah
shallallahu alaihi wa sallam. Diantara sahabat yang terbaik adalah para Khulafaur
Rasyidin, kemudian 10 orang sahabat yang namanya disebutkan oleh Rasulullah
yang mendapatkan jaminan surga.

2. Tabi’in
Tabi’in adalah orang-orang beriman yang hidup pada masa Rasulullah atau
setelah beliau wafat tetapi tidak bertemu dengan Rasulullah dan bertemu serta
melihat para sahabat. Tabi’in merupakan orang-orang yang belajar dan mewariskan
ilmu dari para sahabat Rasulullah.
Salah seorang terbaik dari generasi Tabi’in adalah Uwais Al Qarn, yang
pernah mendatangi rumah Rasulullah untuk mendapatkan kemuliaan menjadi
sahabat, tetapi tidak berhasil bertemu dengan beliau. Uwais Al Qarn, pernah
disebutkan secara langsung melalui lisan Rasulullah sebagai orang yang asing di
bumi tapi terkenal di langit. Bahkan Rasulullah memerintahkan sahabatnya, Umar
dan Ali, untuk mencari Uwais dan meminta untuk di doakan, karena ia merupakan
orang yang memiliki doa yang diijabah oleh Allah.
Adapun diantara orang-orang yang tergolong generasi tabi’in lainnya yakni
Umar bin Abdul Aziz, Urwah bin Zubair, Ali Zainal Abidin bin Al Husein, Muhammad
bin Al Hanafiyah, Hasan Al Bashri dan yang lainnya.

3. Tabi’ut Tabi’in
Tabi’ut tabi’in adalah orang beriman yang hidup pada masa sahabat atau
setelah mereka wafat tetapi tidak bertemu dengan sahabat dan bertemu dengan
generasi tabi’in. tabi’ut tabi’in merupakan orang-orang yang belajar dan mewariskan
ilmu dari para tabi’in.
Diantara orang-orang yang termasuk dalam generasi ini adalah Imam Malik
bin Anas, Sufyan bin Uyainah, Sufyan Ats-Tsauri, Al Auza’i, Al Laits bin Saad dan
yang lainnya.

12
BAB IV
PENGERTIAN DAN JEJAK SALAFUS SOLEH (REFERESNSI AL- HADITS)

Yang Dimaksud dengan Salafush Shalih:


a. Etimologi (secara bahasa):
Ibnul Faris berkata, “Huruf sin, lam, dan fa’ adalah pokok yang
menunjukkan ‘makna terdahulu’. Termasuk salaf dalam hal ini adalah ‘orang-orang
yang telah lampau’, dan arti dari ‘al-qoumu as-salaafu’ artinya mereka yang telah
terdahulu.” (Mu’jam Maqayisil Lughah: 3/95)
b. Terminologi (secara istilah)
Ada beberapa pendapat dari para ulama dalam mengartikan istilah “Salaf”
dan terhadap siapa kata itu sesuai untuk diberikan. Pendapat tersebut terbagi
menjadi 4 perkataan :

1. Di antara para ulama ada yang membatasi makna Salaf yaitu hanya para
Sahabat Nabi saja.
2. Di antara mereka ada juga yang berpendapat bahwa Salaf adalah para
Sahabat Nabi dan Tabi’in (orang yang berguru kepada Sahabat).
3. Dan di antara mereka ada juga yang berkata bahwa Salaf adalah mereka
adalah para Sahabat Nabi, Tabi’in, dan Tabi’ut Tabi’in. (Luzumul
Jama’ah (hal: 276-277)). Dan pendapat yang benar dan masyhur, yang mana
sebagian besar ulama ahlussunnah berpendapat adalah pendapat ketiga ini.
4. Yang dimaksud Salaf dari sisi waktu adalah masa utama selama tiga kurun
waktu/periode yang telah diberi persaksian Rasulullah Shallallahu ‘alaihi
wasallam dalam hadits beliau Shallallahu ‘alaihi wasallam. Mereka itulah yang
berada di tiga kurun/periode, yaitu para sahabat, Tabi’in dan Tabi’ut Tabi’in.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

13
َ ‫ ُث َّم الَّذ‬،‫ِين َيلُو َن ُه ْم‬
«‫ِين َيلُو َن ُه ْم‬ َ ‫ ُث َّم الَّذ‬z،‫اس َقرْ نِي‬
zِ ‫ر ال َّن‬zُ ‫»خ ْي‬
َ

Artinya,“Sebaik-baik manusia adalah yang hidup pada masaku, kemudian


manusia yang hidup pada masa berikutnya, kemudian manusia yang hidup
pada masa berikutnya.”  (HR. Bukhari (2652), Muslim (2533))

Maka dari itu, setiap orang yang mengikuti jalan mereka, dan menempuh
sesuai manhaj/metode mereka, maka dia termasuk salafi, karena
menisbahkan/menyandarkan kepada mereka.
Generasi salafus shalih merupakan generasi yang terbaik umat Islam.
Sebab itulah kita dianjurkan untuk mengikuti mereka dalam beragama. Salah satu
jejak salafus shalih yang menggetarkan hati adalah mereka yang selalu
menomersatukan ketakwaan, menjauhi hal syubhat  dan syahwat, serta mereka
sering menangisi diri sendiri yang belum tentu mendapatkan ridha Allah. Syekh
Jamaluddin Al Qasimi menuliskan dalam kitabnya Mauidzatul Mu’minin:
‫كان السلف يبالغون في التقوى والحدر من الشبهات والشهوات ويبكون على أنفسهم في الخلوات‬

Para salafus saleh selalu mementingkan ketakwaan, menghindari hal syubhaat


dan syahwat, meski demikian tak jarang saat sendiri mereka menangisi diri mereka
yang belum tentu diridhai Allah
Jika mereka saja yang selalu dalam jalan ketakwaan dan jauh dari perkara
syubhat dan syahwat masih merasa ridha Allah tak berpihak pada mereka, lantas
bagaimana kabar kita yang hanya sedikit berbaur dalam ketakwaan dan masih
sering terperangkap syubhat dan syahwat?

Dalil-dalil Yang Menunjukkan Wajibnya Mengikuti Salafush Shalih


a. Dalil Dari Al Qur’anul Karim

َ ‫يل ْالم ُْؤ ِمن‬


‫ِين‬ ِ ‫ِق الرَّ سُو َل ِمنْ َبعْ ِد َما َت َبي ََّن لَ ُه ْال ُه َدى َو َي َّت ِبعْ َغي َْر َس ِب‬zِ ‫َو َمنْ ُي َشاق‬
‫ت مَصِ يرً ا‬zْ ‫م َو َسا َء‬zَ ‫ه َج َه َّن‬zِ ِ‫ُن َولِّ ِه َما َت َولَّى َو ُنصْ ل‬

Artinya, “Dan barangsiapa yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran


bainya dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mukmin.
Kami biarkan ia leluasa terhadap kesesatan yang telah dikuasainya

14
itu dan Kami masukkan ia ke dalam Jahannam, dan Jahannam itu
seburuk-buruk tempat kembali.” [An-Nisa : 115]

Dalam ayat yang lain, Allah Ta’ala berfirman,

‫ي هَّللا ُ َع ْن ُه ْم‬zَ ِ‫ان َرض‬ َ ‫ار َوالَّذ‬


zٍ ‫ِين ا َّت َبعُو ُه ْم بِإِحْ َس‬ َ ‫ين َواأل ْن‬
zِ ‫ص‬ ِ ‫ون م َِن ْال ُم َها‬
zَ ‫ج ِر‬ َ ُ ‫ون األوَّ ل‬ َ ُ‫َوالسَّابِق‬
َ ِ‫ َذل‬z‫ أَ َب ًدا‬z‫ِين فِي َها‬
‫ك ْال َف ْو ُز ْال َعظِ ي ُم‬ َ ‫ر َخالِد‬zُ ‫ت َتجْ ِري َتحْ َت َها األ ْن َها‬ٍ ‫ه َوأَ َع َّد لَ ُه ْم َج َّنا‬zُ ‫َو َرضُوا َع ْن‬

Artinya, “Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam)


di antara orang-orang muhajirin dan anshar dan orang-orang yang
mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan

mereka pun ridha kepada Allah dan Allah menyediakan bagi


mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya;
mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang
besar.”  [QS. At-Taubah : 100]

Allah mengancam dengan siksaaan neraka jahannam bagi siapa yang


mengikuti jalan selain jalan Salafush Shalih, dan Allah berjanji dengan surga
dan keridhaan-Nya bagi siapa yang mengikuti jalan mereka.

b. Dalil Dari As-Sunnah


1. Hadits Dari Abdullah bin Mas’ud, ia berkata, Rasulullah Shallallaahu
‘alaihi wasallam telah bersabda,

َ ‫ون َوالَ ي ُْؤ َت َم ُن‬


،‫ون‬ zَ ‫ َي ْش َهد‬z‫م َق ْو ًما‬zْ ‫ ُث َّم إِنَّ َبعْ َد ُك‬z،‫ِين َيلُو َن ُه ْم‬
َ ‫ُون َوالَ يُسْ َت ْش َهد‬
َ ‫ َو َي ُخو ُن‬، ‫ُون‬ َ ‫ ُث َّم الَّذ‬،‫َخ ْي ُر أ ُ َّمتِي َقرْ نِي‬
َ ‫ ُث َّم الَّذ‬،‫ِين َيلُو َن ُه ْم‬
ِ ‫ َو َي ْظ َه ُر ف‬،‫ون‬
ُ‫ ال ِّس َمن‬z‫ِيه ُم‬ َ ‫َو َي ْن ُذ ُر‬
َ ُ‫ون َوالَ َيف‬

“Sebaik-baik manusia adalah yang hidup pada masaku, kemudian


manusia yang hidup pada masa berikutnya, kemudian manusia yang
hidup pada masa berikutnya, kemudian akan datang suatu kaum
persaksian salah seorang dari mereka mendahului sumpahnya, dan
sumpahnya mendahului persaksiannya.” (HR Bukhari (3650), Muslim
(2533))

15
2. Kemudian dalam hadits yang lain, ketika Rasulullah Shallallahu ‘alaihi
wasallam menyebutkan tentang hadits iftiraq (akan terpecahnya umat ini
menjadi 73 golongan), beliau Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

‫ ثنتان‬،‫ وسبعين‬z‫ وإن هذه الملة ستفترق على ثالث‬،‫ افترقوا على ثنتين وسبعين ملة‬z‫ أهل الكتاب‬z‫ من‬z‫أال إن من قبلكم‬
z‫ وهي الجماعة‬،‫ وواحدة في الجنة‬،‫وسبعون في النار‬
Artinya, “Ketahuilah, sesungguhnya orang-orang sebelum kamu dari
Ahlul Kitab telah berpecah belah menjadi tujuh puluh dua golongan.

Sesungguhnya (ummat) agama ini (Islam) akan berpecah belah


menjadi tujuh puluh tiga golongan, tujuh puluh dua golongan tempatnya
di dalam Neraka dan hanya satu golongan di dalam Surga, yaitu al-
Jama’ah.”
Kita yang hanya menangis jika tak kuat menghadapi masalah, kita yang
masih berat melakukan kewajiban, kita yang masih memanjakan syahwat,
pernahkah kita menangisi diri kita yang belum tentu diridhai Allah? Rasanya begitu
naif jika kita yang masih berlumuran dosa merasa yakin jika Allah ridha dengan diri
kita.
Seorang muslin berusaha sekuat tenaga mencari ridha Allah dalam setiap
gerak-gerik hidupnya, dalam setiap aktivitasnya, karena tujuan hidupnya memang
akan kembali kepada Allah. Sebab apabila Allah ridha kepada kita, maka Allah pasti
berikan kita berbagai macam inayah, taufik, rahmat dan kasih sayangNya.
Sebaliknya apabila Allah murka kepada kita, maka Allah pasti halangi dirinya dari
rahmat dan hidayah-Nya.
Kita bisa  melihat adab yang tinggi dari pemilik adab yang agung yaitu
Rasulullah, dimana beliau beradab –dalam berucap- kepada Robnya tatkala
bersedih karena terus mengharap keridhoan-Nya tatkala Ibrahim putra beliau wafat.
Beliau berkata :
ِ ْ‫تَ ْد َم ُع ْال َعيْنُ َويَحْ زَنُ ْالقَ ْلبُ َوالَ نَقُوْ ُل إِالَّ َما يُر‬
َ ِ‫ضي َربَّنَا وإِنَّا ب‬
َ‫ك يَا إِ ْب َرا ِه ْي ُم لَ َمحْ ُزوْ نُوْ ن‬
“Mata menangis, hati bersedih, dan kami tidaklah mengucapkan kecuali yang
mendatangkan keridhoan Rob kami, dan sungguh kami bersedih dengan kepergianmu
wahai Ibrahim” (HR Muslim)
Beberapa penjelasan di atas cukup menggoncang rohani kita. Semoga
semakin semangat tak putus asa dalam terus mengharap dan mencari ridha Allah.
Rasulullah, salafus shalih, dan juga kita semua adalah ciptaan-Nya yang berhak

16
mendapatkan ridha-Nya. maka dari itu yuk berburu ridha dengan cara terbaik
menurut kita masing-masing.
Salafus shalih yang selalu istiqamah dalam ketakwaan masih saja menangis
memikirkan dirinya yang belum tentu diridhai Allah, kita seharusnya lebih semangat
lagi. Sebab kita masih belum istiqamah dalam menjalankan kewajiabn kita dari-Nya.

BAB V
AJARAN DAN TUNTUNAN TENTANG BERBAGI, PENEGAKAN SERTA
KEADILAN HUKUM DALAM ISLAM

A. Ajaran Dan Tuntunan Tentang Berbagi


Kita diajari oleh orang tua tentang satu etika yang sangat bagus. Kalau kita
berbagi itu, hendaknya [berbagi lah] hal-hal atau barang yang memang kita sendiri
masih mencintainya. Kalau kita memberikan sesuatu yang tidak kita senangi, maka
itu sama saja dengan menjadikan teman kita sebagai 'keranjang sampah'.
Kalau kita makan juga begitu. Hendaknya juga kita berbagi makanan yang
juga kita senangi pada orang lain. Kalau kita memberikan makanan yang tidak kita
senangi, artinya kita merendahkan martabat orang lain sekaligus merendahkan
martabat diri kita. Allah SWT telah memberikan yang terbaik untuk kita. Luar biasa
yang diberikan oleh Allah itu, tak bisa diukur oleh apa pun. Tapi, kadang kita lupa
untuk mensyukuri anugerah yang dimiliki. Terkadang kita tergoda untuk bersedekah
memberikan pakaian yang sudah tidak kita pakai atau makanan sisa. Coba lah kita
biasakan untuk berbagai hal-hal dan barang-barang yang kita sukai.
Tidak akan ada orang yang berbagi dengan orang lain kemudian jatuh
miskin. Yang ada justru menambah saudara, kawan, kebahagiaan. Allah bahkan
berjanji akan menambahkan rezeki orang yang berbagi. Ini, kan, seperti hukum
alam. Kalau kita keluarkan, maka ia akan datang lagi. Enggak ada ruang yang
kosong itu. Nah, hendaknya juga kita berbagi dengan tulus dan menghindari pamer.
Ini penting sekali. Alquran mengajarkan kita untuk berbagi dengan tulus. Dengan
demikian, orang yang menerima juga insya Allah akan tulus.

17
Ajaran Islam untuk berbagi ini tercantum dalam QS Ali Imran ayat 92.

۟ ُ‫ ُتنفِق‬ ‫ َو َما‬  ۚ‫ُّون‬
‫ َعلِي ٌم‬ ‫ ِبهِۦ‬ َ ‫ٱهَّلل‬  َّ‫ َفإِن‬ ‫ َشىْ ٍء‬ ‫مِن‬ ‫وا‬ ۟ ُ‫ ُتنفِق‬ ‫ َح َّت ٰى‬  َّ‫ ْٱل ِبر‬ ‫وا‬
َ ‫ ُت ِحب‬ ‫ ِممَّا‬ ‫وا‬ ۟ ُ‫ َت َنال‬ ‫لَن‬

Artinya:
"Kamu tidak akan memperoleh kebajikan, sebelum kamu menginfakkan
sebagian harta yang kamu cintai. Dan apa pun yang kamu infakkan,
tentang hal itu sungguh, Allah Maha Mengetahui."

Sedekah dapat dilakukan dalam berbagai macam cara. Misalnya dengan


memberi pertolongan baik dengan harta maupun tenaga, melafalkan zikir,
menafkahi keluarga, menyingkirkan batu dari jalan dan masih banyak lagi. Bahkan,
menahan diri untuk tidak menyakiti orang lain juga termasuk sedekah.
Hal ini merupakan bukti bahwa umat Islam diberi banyak sekali kesempatan
untuk menimbun pahala dari amalan sedekah. Tak hanya itu, melalui sedekah
manusia tak hanya mendapatkan pahala dari Allah, melainkan juga dapat
meningkatkan hubungan baik dengan sesama manusia.
Seperti yang tertulis dalam Hadis Riwayat Tirmidzi, Rasulullah bersabda,
"Bersedekah kepada orang miskin adalah satu sedekah dan kepada kerabat ada
dua (kebaikan), yaitu sedekah dan silaturrahim."
Dalam bersedekah, umat Islam dianjurkan untuk tidak menyakiti perasaan
orang yang diberi sedekah serta lebih baik menyembunyikan amalan sedekahnya
tersebut. Hal ini untuk menghindari sifat riya yang dapat menghapus pahala
sedekah.
Allah berfirman dalam Surat Al-Baqarah Ayat 264, "Hai orang-orang yang
beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-
nyebutnya dan menyakiti perasaan si penerima, seperti orang yang menafkahkan
hartanya karena riya kepada manusia dan dia tidak beriman kepada Allah."
Tak hanya itu, umat Islam juga harus menyisihkan uangnya dari hasil yang
halal. Berdasarkan firman Allah dalam Surat Al-Baqarah Ayat 267, "Hai orang-orang
yang beriman, nafkahkanlah (di jalan Allah) sebagian dari hasil usahamu yang baik-
baik dan sebagian dari apa yang Kami keluarkan dari bumi untukmu. Dan janganlah
kamu memilih yang buruk-buruk lalu kamu nafkahkan dari padanya, padahal kamu
sendiri tidak mau mengambilnya."

B. PENEGAKAN SERTA KEADILAN HUKUM DALAM ISLAM

18
Hukum dan Keadilan Dalam Islam Menurut M. Natsir (demokrasi dibawah
hukum cet.III, 2002) adalah suatu penegasan, ada undang-undang yang disebut
Sunnatullah yang nyatanyata berlaku dalam kehidupan manusia pada umumnya.
Perikehidupan manusia hanya dapat berkembang maju dalam berjama’ah (Society).
Man is born as a social being. Hidup perorangan dan hidup bermasyarakat
berjalin, yang satu bergantung pada yang lain. Kita mahluk sosial harus berhadapan
dengan berbagai macam persoalan hidup, dari persoalan rumah tangga, hidup
bermasyarakat, berbangsa, bernegara, berantara negara, berantar agama dan
sebagainya, semuanya problematika hidup duniawi yang bidangnya amat luas.
Maka risalah Muhammad Saw, meletakkan beberapa kaidah yang memberi
ketentuan-ketentuan pokok guna memecahkan persoalan-persoalan.
Kestabilan Hidup bermasyarakat memerlukan tegaknya keadilan lanjut M.
Natsir. Tiap-tiap sesuatu yang melukai rasa keadilan terhadap sebagian
masyarakat, maka bisa merusak kestabilan secara keseluruhan. Menegakkan
keadilan di tengah-tengah masyarakat dan bangsa diawali dengan kedaulatan
hukum yang ditegakkan. Semua anggota masyarakat berkedudukan sama di
hadapan hukum. Jadi di hadapan hukum semuanya sama, mulai dari masyarakat
yang paling lemah sampai pimpinan tertinggi dalam Negara.
“Dan janganlah rasa benci kamu kepada suatu golongan menyebabkan
kamu tidak berlaku adil. Berlaku adilah, karena itu lebih dekat kepada taqwa. Dan
bertaqwalah kepada Allah karena sesungguhnya Allah amat mengetahui apa yang
kamu kerjakan”(QS.5:8).
“Dengarlah dan taatilah sekalipun andai kata yang menjalankan hukum
atasmu seseorang budak Habsyi yang kepalanya seperti kismis selama
dijalankannya hukum Allah Swt”. (H.R.Buchori dari Anas).
keadilan menurut ajaran Islam, yaitu apa yang tertulis di dalam Kita Suci Al-
Qur’an, yaitu Surat An Nisa ayat 58 yang berbunyi:
“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang
berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara
manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi
pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha
Mendengar lagi Maha Melihat.”
Secara sederhana dapat dimengerti bahwa pesan ayat itu adalah
memberikan amanah kepada orang yang berhak menerimanya dan dalam
memberikan keadilan itu maka penegak hukum diberi amanah untuk wajib

19
menetapkan putusan secara adil, yaitu adil yang sesuai konsep keadilan yang
dikehendaki oleh Allah SWT.
Dalam buku Konsep Keadilan dalam Al-Qur’an - Perspektif Quraish Shihab
dan Sayyid Qutub, dikatakan bahwa konsep keadilan itu adalah:
(1) adil dalam arti sama;
(2) adil di dalam arti seimbang;
(3) adil di dalam arti perhatian terhadap hak-hak individu dan memberikan hak-hak
itu kepada setiap pemiliknya; dan
(4) adil di dalam arti ‘yang dinisbahkan kepada Allah’.
DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahim, Muhammad, Imaduddin, Kuliah Tauhid, (Jakarta: Yayasan Sari


Insan, 1989), h. 16-21, 54-56.
 Al-Ghazali, Muhammad Selalu Melibatkan Allah, (Jakarta: PT. Serambi Ilmu
Semesta, 2001), h. 28-39.
Jusuf, Zaghlul, Dr, SH., Studi Islam, (Jakarta: Ikhwan, 1993), h. 26-37.
Kadir, Muhammad Mahmud Abdul, Dr. Biologi Iman, (Jakarta: al-Hidayah, 1981),
h. 9-11.
Khan, Waheduddin, Islam Menjawab Tantangan Zaman, (Bandung: Penerbit
Pustaka, 1983), h. 39-101.
Suryana, Toto, Pendidikan Agama Islam, (Bandung: Tiga Mutiara, 1996), h. 67-
77.
Daradjat, Zakiah, Dasar-dasar Agama Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1996), h.
55-152.
Al-Hasan, Ahmad Y. dan Donald R. Hill, Teknologi dalam Sejarah Islam,
Bandung: Mizan, 1993
Al-Ikhwan.net, Al-Qur‟an dan IPTEK (2): Sumber-Sumber Ilmu Pengetahuan
dalam Islam , Al-Ikhwan.net.com, di akses 15 Februari 2020

Sidik, Muhammad Ansorudin, Pengembangan Wawasan Iptek Pondok


Pesantren, Jakarta: Bumi Aksara, 1995

Hamzah, Andi Penegakan Hukum Lingkungan, Sinar Grafika, 2005.

Natsir,M Demokrasi dibawah Hukum, Media Dakwah, Jakarta Cet.III 2002.

20
Hutabarat, Ramly Hukum dan Demokrasi menurut M.Natsir, Biro Riset DDII
Jakarta, 1999.

Soekamto, Soeryono, Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum,


Radja Gravindo Persada, Jakarta 1993

Abdurrahim, Muhammad, Imaduddin, Kuliah Tauhid, (Jakarta: Yayasan Sari


Insan, 1989), h. 16-21, 54-56.

Al-Ghazali, Muhammad selalu Melibatkan Allah, (Jakarta PT. Serambi Ilmu


Semesta, 2001), h. 28-39.

Jusuf, Haqlul, Dr, SH., Stusdi Islam, (Jakarta : Ikhwan, 1993), h. 26-37.

Kadir, Muhammad Mahmud Abdul, Dr. Biologi Iman, (Jakarta : al-Hidayah,


1981), h. 9-11.

https://inilah.com/mozaik/2412436/salaf-3-generasi-awal-terbaik-umat-islam

https://umma.id/article/share/id/1002/272772

https://almanhaj.or.id/3428-definisi-salaf-definisi-ahlus-sunnah-wal-jamaah.html

https://nasional.okezone.com/read/2018/10/24/337/1968200/konsep-keadilan-
menurut-perspektif-islam

https://republika.co.id/berita/dunia-islam/hikmah/16/11/25/oh6pth313-4-pesan-
rasulullah-untuk-penegak-hukum

21
LAMPIRAN
Glosarium
Atheisme sebuah pandangan filosofi yang tidak memercayai keberadaan Tuhan dan
dewa-dewi ataupun penolakan terhadap teisme
Khutbah salah satu cara yang dipakai untuk mengkomunikasikan pesan
Taqwa kepercayaan akan adanya Allah, membenarkannya, dan takut akan Allah
Uswah hasanah teladan yang Baik / Contoh yang Baik, dalam Agama Islam ini adalah
kalimat Allah / firman Allah dalam Al Quran yang menyeru kepada semua
umat manusia bahwa Nabi Muhammad adalah Teladan yang Baik dan
Berbudi Pekerti Luhur
Konseptualisasi Mengetahui makna sesuatu dari apa yang dipahami (ditangkap).
Tauhid bentuk masdar dari fi'il wahhada-yuwahhidu yang artinya menjadikan
sesuatu jadi satu saja.
agama Abrahamik agama-agama yang muncul dari suatu tradisi Semit kuno bersama
dan yang ditelusuri oleh para pemeluknya. Karena didasari keterkaitannya
oleh sosok leluhur ini
mukjizat   perkara di luar kebiasaan yang dilakukan oleh Allah melalui
para nabi dan rasul-Nya untuk membuktikan kebenaran kenabian dan
keabsahan risalahnya
kafir seseorang yang menutup dan menolak kebenaran yang ia ketahui, tetapi
tetap menjalankan kesalahan.
Akhirat alam kehidupan setelah kehidupan didunia
Amal saleh semua perbuatan baik/sejalan dengan norma agama didasarkan pada niat
yang ikhlas semata-mata untuk mengharapkan rida allah Swt. Seperti
berbuat baik kepad orang lain.

22
Doa usaha batin berupa permohonan kelpada Allah Swt. Setelah seorang
melakukan ikhtiar atau usaha secara maksimal dalam meraih apa yang
dikehendakinya.
Iman yakin, percaya, yaitu keyakinan dalam hati yang di ikrarkan atau diucapkan
dengan lisan dan dibuktikan dengan amal perbuatan.
Qauliyah yang bersifat erkataan, sabda, firman biasanya berupa teks dalam Al-Qur’an
maupun hadis Rasullulah saw.
Siksa balasan keburukan sebagai akibat dari perbuatan manusia selama hidup di
dunia yang berbuat keburukan.

Daftar Surah & Hadis

surat  al-Furqan ayat 43


surat Al-Ambiya’/21:92
surat Al-Baqarah (2) : 165
surat Al-Ankabut (29) ayat 61
QS al-An’am:103
QS al-Anbiya‟, 21: 80
QS. Al-anbiya: 30
Hadis Bukhari no. 3902 “transportasi”
Hadis Bukhari no. 109 “transportasi”
Hadis Bukhari no. 2124 “pertanian”
Hadis Bukhari no. 2153 “bercocok tanam”
Hadis Bukhari no. 387 “komunikasi”
QS. Ali Imran : 110
mutawatir. HR. Bukhari dan yang lainnya
HR. Bukhari (2652), Muslim (2533)
An-Nisa : 115
QS. At-Taubah : 100
HR Bukhari (3650), Muslim (2533)
QS Ali Imran ayat 92
Surat Al-Baqarah Ayat 264
Surat Al-Baqarah Ayat 267
H.R.Buchori dari Anas “hukum”

23
24

Anda mungkin juga menyukai