Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA

ACARA I

PEMBUATAN LARUTAN

NAMA : BENTA LENGGAR

NIM : 1900017017

ASISTEN : EUIS HARTIKA

PROGRAM STUDI BIOLOGI

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI TERAPAN

UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN

YOGYAKARTA

2020
ACARA 1

PEMBUATAN LARUTAN

A. Tujuan
Tujuan dari praktikum pembuatan larutan ini adalah:
1. Mengetahui molaritas 100 ml HCl 5% setelah pengenceran.
2. Mengetahui molaritas HCl 5% yang digunakan sebelum dilakukan pengenceran.
(Note : mengetahui molaritas awal HCL)
3. Megetahui volume alkohol yang digunakan dalam pembuatan 500 ml larutan
alkohol 70%.
4. Mengetahui volume aquadest yang digunakan dalam pembuatan 500 ml larutan
alkohol 70%.
5. Mengetahui mol 500 ml larutan CuCl2.2H2O 0,5M.
6. Mengetahui massa yang diperlukan untuk membuat 500 ml larutan CuCl2 0,5M.

B. Tinjauan Pustaka
1. Pengertian dan Komponen Larutan
Larutan adalah campuran yang terdiri dari dua atau lebih komponen yang
bercampur secara homogen (Pratiwi, 2020). Larutan didefinisikan sebagai
campuran homogen antara dua atau lebih zat yang terdispersi baik sebagai
molekul, atom maupun ion yang komposisinya dapat berpariasi (Baroroh, 2004).
Komponen larutan terdiri dari 2 yaitu solute dan solvent. Solut adalah zat yang
larut. Solvent adalah pelarut atau zat yang melarutkan solut dan biasanya
jumlahnya lebih besar (Pratiwi, 2020). Pada umumnya zat yang digunakan
sebagai pelarut adalah air (H2O), selain air yang berfungsi sebagai pelarut adalah
alcohol, amoniak, kloroform, benzena, minyak, asam asetat, akan tetapi kalau
menggunakan air biasanya tidak disebutkan (Gunawan, 2004).

2. Alat-Alat Laboratorium
Pada dasarnya setiap alat memiliki nama yang menunjukkan kegunaan alat,
prinsip kerja atau proses yang berlangsung ketika alat digunakan. Beberapa
kegunaan alat dapat dikenali berdasarkan namanya. Dalam penggunaanya ada
alat-alat yang bersifat umum dan khusus. Peralatan umum biasanya digunakan
untuk suatu kegiatan reparasi, sedangkan peralatan khusus lebih banyak
digunakan untuk suatu pengukuran atau penentuan (Moningka, 2008).
Penggunaan beberapa alat gelas dengan tepat penting untuk diketahui agar
pekerjaan tersebut dapat berjalan dengan baik. Kesalahan dalam penggunaan alat-
alat ini dapat mempengaruhi hasil yang diperoleh (Riadi, 1990). (Note : usahakan
tahunnya paling paliiing maksimal 2000)
Secara umum peralatan yang digunakan didalam laboratorium kimia
dikelompokkan menjadi tiga yaitu peralatan gelas, peralatan non gelas dan
peralatan mekanik/elektronik. Peralatan laboratorium kimia sebagian besar terbuat
dari gelas. Gelas dipilih sebagai bahan pembuatan peralatan karena mempunyai
sifat-sifat yang menguntungkan (Khamidinal, 2009). Alat-alat yang digunakan
pada acara 1 pembuatan larutan antara lain mempunyai karakteristik sebagai
berikut:
a. Labu Ukur
Labu takar merupakan peralatan gelas yang banyak digunakan dalam
laboratorium kimia analisis. Labu takar digunakan untuk keperluan
pengenceran larutan sampai dengan volume tertentu sebagaimana tertera
dalam badan labu takar. Pembacaan volume larutan dilakukan pada tanda
yang melingkar pada leher labu dengan membaca miniskus (Baharuddin,
2013). Bahan yang digunakan untuk membuat labu ukur adalah kaca jenis
borosilikat, sumbatnya kaca atau karet. Ukuran-ukuran labu ukur adalah
5ml, 10ml, 25ml, 50ml, 100ml, 200ml, 250ml, 500ml, 1000ml, 2000ml
(Risma, 2013).
b. Gelas Ukur
Gelas ukur mempunyai bentuk seperti pipa yang mempunyai
kaki/dudukan sehingga dapat ditegakkan. Bibir atas terdapat bibir tuang
untuk memudahkan dalam menuang larutan atau cairan. Badannya
terdapat skala dan dibagian atas terdapat tulisan yang menyatakan
kapasitas gelas ukur tersebut (Ahmad, 2013). Bahan pembuatan gelas ukur
adalah kaca jenis soda kapur. Ukuran-ukuran gelas ukur : 5ml, 10ml,
25ml, 50ml, 100ml, 250ml, 500ml, 1000ml, 2000ml. Fungsi gelas ukur
untuk mengukur volume larutan yang tidak memerlukan tingkat ketelitian
yang tinggi dalam jumlah tertentu (Baharuddin, 2013).
c. Timbangan Digital
Tinbangan digital merupakan alat yang sering ada dalam laboratorium
yang digunakan untuk menimbang bahan yang digunakan. Timbangan
digital berfungsi untuk membantu mengukur berat serta cara kalkulasi
fecare otomatis harganya dengan harga dasar satuan banyak kurang. Cara
kerja timbangan digital hanya bisa mengeluarkan label, ada juga yang
hanya timbul ditampilkan layar LCD-nya (Mansur, 2010).
d. Pipet Tetes
Bahan pembuatan pipet tetes adalah kaca jenis soda kapur dan karet.
Ukuran-ukuran pipet tetes : panjang 150mm dan lebar 1cm dapat memuat
20 tetes. Pipet tetes berfungsi untuk mengambil cairan dalam skala teteran
kecil dengan mengukur volume yang teliti. Namun, volume yang
dipindahkan tidak diketahui. Salah satu penerapannya adalah
menambahkan HCl/NaOH saat mengatur pH media, penambahan reagen
pada uji biokimia, dan lain-lain (Ahmad, 2013).
e. Corong
Terbuat dari plastik atau kaca tahan panas berbahan boroksilikat dan
memiliki bentuk seperti gelas bertangkai, terdiri dari corong dengan
tangkai panjang dan pendek. Cara menggunakannya dengan meletakkan
kertas saring ke dalam corong tersebut. Fungsinya untuk menyaring
campuran kimia atau penyaring larutan yang terdapat larutan padatan
(Khoirul, 2010).
f. Cawan Petri
Cawan petri berfungsi sebagai tempat pertumbuhan mikroba secara
kuantitatif dan sebagai tempat pengujian sampel. Cawan petri ada yang
terbuat dari gelas maupun plastik. Cawan petri ada 2 bagian, yaitu bagian
dasar untuk medium dan bagian penutup ukurannya lebih besar (Harjadi,
1990).

3. Prinsip Pengenceran
Larutan pekat sering disimpan di laboratorium dalam ruang penyimpanan
(lemari asam). Untuk menggunakan larutan tersebut kadang-kadang dilakukan
dengan mengencerkan larutan yang sudah tersedia. Prosedur untuk penyiapan
larutan yang kurang pekat (lebih encer) dari larutan yang pekat disebut
pengenceran (Pratiwi, 2020). (Note : lebih baik lagi menggunakan referensi diluar
buku petunjuk praktikum)
Prinsip pengenceran adalah mencampur larutan pekat (konsentrasi tinggi)
dengan cara menambahkan pelarut agar diperoleh volume akhir yang lebih besar.
Jika suatu larutan senyawa kimia yang pekat diencerkan, kadang-kadang sejumlah
panas dilepaskan. Hal ini terutama dapat terjadi pada pengenceran asam sulfat
pekat. Agar panas ini dapat dihilangkan dengan aman, asam sulfat pekat yang
harus ditambahkan ke dalam air, tidak boleh sebaliknya. Jika air ditambahkan ke
dalam asam sulfat pekat, panas yang dilepaskan sedemikian besar yang dapat
menyebabkan air mendadak mendidih dan menyebabkan asam sulfat memercik.
Jika kita berada di dekatnya, percikan asam sulfat ini merusak kulit (Brady, 2000).
Rumus pengenceran yakni:
V1.M1= V2. M2
Keterangan:
V1= volume larutan awal yang dipakai
M1=molaritas awal
V2=volume larutan standar yang akan dibuat
M2= molaritas akhir (Pratiwi, 2020).

4. Rumus Molaritas, Mol, Persen b/v


a. Molaritas
Larutan merupakan campuran antara pelarut dan zat terlarut. Jumlah
zat terlarut dalam larutan dinyatakan dalam konsentrasi. Salah satu cara untuk
menyatakan konsentrasi umumnya digunakan dengan molaritas. Molaritas
atau kemolaran menyatakan jumlah mol zat terlarut dalam 1 liter larutan.
Satuan kemolaran adalah molar dan diberi notasi M (Djojosuwito, 1994).

Jumlah mol zat terlarut


Kemolaran = M ¿
liter larutan

g 1000
atau M = Mr x V laru tan

b. Mol
Mol adalah satuan bilangan kimia yang jumlah atom-atomnya atau
molekul-molekulnya sebesar bilangan Avogadro dan massanya = Mr senyawa
itu.
Jika bilangan Avogadro = L , maka:
L = 6,023 x 1023
1 mol atom = L buah atom, massanya = Ar atom tersebut.
1 mol molekul = L buah molekul massanya = Mr molekul tersebut.
Untuk mencari mol menggunakan rumus (Djojosuwito, 1994):
Mol = massa (gram) / massa molar (Mr)
c. Persen b/v
Persen berat per volume %(b/v) adalah berat bahan yang terkandung di dalam
100 ml larutan (Djojosuwito, 1994).
gr
%(b/v) = x 100 %
100 ml

5. Karakteristik Bahan
a. NaOH
Natrium hidroksida (NaOH) juga dikenal sebagai soda kaustik atau
sodium hidroksida yang merupakan jenis basa logam kaustik. Natrium
hidroksida murni berbentuk putih padat dan tersedia dalam bentuk pelet,
serpihan, butiran ataupun larutan jenuh 50%. Natrium hidroksida sangat larut
dalam air dan akan melepaskan panas ketika dilarutkan. Natrium hidroksida
juga larut dalam etanol dan metanol, walaupun kelarutan NaOH dalam kedua
cairan ini lebih kecil daripada kelarutan KOH (Kirk, 1981). (Note : Aku aja
belum lahir tahun 1981)
b. Alkohol
Alkohol adalah senyawa hidrokarbon berupa gugus hydroksil (-OH)
dengan 2 atom karbon (C). Spesies alkohol yang banyak digunakan adalah
CH3CH2OH yang disebut metil alkohol (metanol), C2H5OH yang diberi nama
etil alkohol (etanol), dan C3H7OH yang disebut isopropil alkohol (IPA) atau
propanol-2. Dalam dunia perdagangan yang disebut alkohol adalah etanol atau
etil alkohol atau metil karbinol dengan rumus kimia C2H5OH (Rama, 2008).
c. CuCl2
CuCl2 adalah garam yang bersifat asam karena tersusun atas komponen
pembawa asam kuat (Cl-) dan komponen pembawa basa lemah (Cu). Larutan
CuCl2 merupakan limbah B3 dari proses pembuatan PCB pada tahapan esta
(etchingz). CuCl2 ini dapat direaksikan dengan logam n, Al, dan Fe untuk
memperoleh Cu berpori dan senyawa lainnya (Brady, 2000).
d. HCl
Asam klorida ini terbuat dari atom yang kuat yaitu hidrolin dan dorin
yang berpartisipasi dalam ikatan kovalen. Asam klorida adalah asam yang
kuat, sangat korosif, dan merupakan komponen utama dalam asam lambung
(Brady, 2000).
e. Aquades
Air adalah suatu senyawa hidrogen dan oksigen dengan rumusan kimia
H2O yang berikatan secara kovalen, ikatan ini terbentuk akibat dari terikatnya
electron secara bersama. Berdasarkan sifat fisiknya (secara fisika) terdapat tiga
macam bentuk air, yaitu air sebagai benda cair, air sebagai benda padat, dan
air sebagai benda gas atau uap. (Suryanta, 2012).

C. Alat
Alat yang digunakan pada praktikum pembuatan larutan adalah labu ukur
100ml dan 500ml, gelas ukur 200ml dan 500ml, timbangan digital, pipet tetes,
corong, dan cawan petri.
D. Bahan
Bahan yang diperlukan pada praktikum pembuatan larutan adalah larutan
CuCl2 0,5M, ethanol 100%, HCl 13,7M, dan aquades.

E. Cara Kerja
a. Pembuatan Larutan HCl 5%
1. HCl 13,7 M dimasukkan ke dalam gelas ukur sebanyak 10 ml.
2. 10 ml larutan HCl 13,7 M dimasukkan ke dalam labu ukur 100 ml
menggunakan corong. (Note : langsung aja dibuat satu kalimat sama point
nomor 1)
3. Aquades ditambahkan ke dalam labu ukur 100 ml sampai batas.
4. Larutan di dalam labu ukur 100 ml digojog sampai merata.
b. Pembuatan Ethanol 70%
1. 350 ml ethanol 100% dimasukkan ke dalam gelas ukur 500 ml.
2. 350 ml ethanol 100% dari gelas ukur dimasukkan ke dalam labu ukur 500 ml.
3. Aquades ditambahkan ke dalam labu ukur 500 ml sampai batas.
4. Kemudian, larutan tersebut digojog sampai homogen. (Note : kata hubung
tidak boleh diawal maupun diakhir kalimat)

c. Pembuatan Larutan Buffer Tembaga Klorida (CuCl2) 0,5 M.


1. 42,62 gram CuCl2 0,5 M ditimbang menggunakan timbangan digital.
2. 42,62 gram CuCl2 0,5 M dimasukkan ke dalam labu ukur 500 ml.
3. Aquades ditambahkan ke dalam labu ukur 500 ml sampai batas.
4. Larutan digojog sampai tercampur secara homogen.

F. Hasil dan Pembahasan


Pembuatan larutan dan pengenceran adalah salah satu kegiatan dasar yang
dilakukan di laboratorium. Kegiatan ini termasuk kegiatan yang hampir selalu
dilakukan di dalam laboratorium. Untuk menyatakan kepekaaan atau konsentrasi
suatu larutan dapat di lakukan berbagai cara tergantung pada tujuan penggunaannya.
Hasil yang didapat setelah praktikum pembuatan yakni sebagai berikut :
1. Percobaan 1. Perhitungan Pembuatan 100 ml Larutan HCl 5%
Diketahui : Pembuatan 10 mL HCL 5% yang diencerkan dalam 100 mL aquadest
Ditanya : Molaritas awal HCL
Jawab :
Mencari massa HCl
% b/v = 5 %

berat zat terlarut


% b/v= x 100 %
100 mL larutan

berat zat terlarut


5% = x 100 %
100 mLlarutan
Berat zat terlarut = 5 gram

Mencari molaritas HCl hasil pengenceran

massa 1000
M= x
Mr HCl V 2
5 gr 1000
M= x
36,5 gr /mol 100
M = 1,37 M

Mencari M1 (Stok)
M1 V1 = M2 V2
M1 10 mL = 1,37 M x 100 mL

1,37 M
M1 = x 100
10 mL
M1 = 13,7 M.

Pembuatan larutan adalah suatu cara mempelajari cara pembuatan larutan dari
bahan cair atau padat dengan konsentrasi tertentu. Satuan yang digunakan untuk
menentukan kepekaan larutan adalah molaritas, normalitas, persen berat, persen
volume, atau sebagainya. Untuk memperkecil konsentrasi suatu larutan maka
dilakukan pengenceran, dengan cara menambahkan pelarut (Baroroh, 2004)
Pembuatan larutan diawali dengan menghitung massa bahan yang akan
diperlukan dalam pembuatan larutan HCl 5% sebanyak 100 ml dengan persamaan
%b/v. Sebelumnya %b/v larutan HCl sudah diketahui, yaitu 5% yang berarti
dalam terdapat 5% HCl dalam 100 larutan tersebut. Dari perhitungan didapatlah
massa bahan yang diperlukan sebanyak 5 gram HCl. Kemudian bahan ditimbang
lalu dimasukkan ke dalam labu ukur 100 ml, ditambah aquades sampai batas dan
digojog sampai merata. Setelah larutan tersebut jadi, maka selanjutnya kita
menghitung konsentrasi (molaritas) larutan tersebut setelah diencerkan.
Molaritas atau kemolaran menyatakan jumlah mol zat terlarut dalam 1 liter
larutan. Satuan kemolaran adalah molar dan diberi notasi M (Djojosuwito, 1994).
Persamaan yang digunakan adalah dengan massa HCl yang diperlukan dibagi
massa relatif HCl dikali dengan ketetapan (1000) dibagi volume larutan. Dari
perhitungan tersebut didapat molaritas dari 100 ml larutan HCl 5% setelah
pengenceran adalah 1,37 M. (Note : cara kerja tidak perlu dijelaskan kembali di
pembahasan)
Molaritas HCl 5% 1,37 M digunakan untuk mencari molaritas awal HCl
sebelum pengenceran. Persamaan yang digunakan adalah perkalian volume dan
molaritas HCl sebelum pengenceran dibanding volume dan molaritas HCl setelah
pengenceran. Dari persamaan tersebut didapat molaritas awal HCl adalah 13,7 M.
Konsentrasi awal HCl tersebut merupakan larutan pekat.
Pembuatan 100 ml larutan HCl 5% dilakukan dengan proses pengenceran.
Prinsip pengenceran adalah mencampur larutan pekat (konsentrasi tinggi) dengan
cara menambahkan pelarut agar diperoleh volume akhir yang lebih besar (Brady,
2000). Pada pembuatan larutan HCl 5% tujuannya untuk mengubah larutan HCl
13,7 M (larutan pekat) menjadi larutan HCl 1,37 M (larutan yang kurang pekat)
dengan cara menambahkan aquades sampai batas labu ukur 100 ml. Di pembuatan
larutan HCl tersebut yang berperan sebagai solut adalah larutan HCl 13,7 M dan
solvent atau pelarut adalah aquades.
2. Percobaan 2. Pembuatan Ethanol 70%
Membuat larutan alkohol sebesar 70% maka 30% sisanya adalah aquadest.
Perhitungan dengan perbandingan 70 : 30 .Akan dibuat larutan alkohol 70%
sebanyak 500 mL, maka
70
Alkohol 100% = x 500=350 ml
100
30
Aquadest = x 500=150 ml
100
Pembuatan ethanol 70% sebanyak 500 ml dilakukan dengan cara pengenceran,
sama seperti pembuatan 100 ml larutan HCl 5%. Prinsip pengenceran adalah
mencampur larutan pekat (konsentrasi tinggi) dengan cara menambahkan pelarut
agar diperoleh volume akhir yang lebih besar (Brady, 2000). Ethanol 100% akan
diencerkan menjadi 500 ml ethanol 70%. 70% disini menandakan molaritas
ethanol yang akan dibuat. Langkah pertama yaitu menghitung volume ethanol dan
aquades yang dibutuhkan dengan rumus pengenceran V1.M1 = V2.M2 atau dapat
menggunakan perbandingan konsentrasi ethanol yang akan dibuat dikali dengan
volume larutan keseluruhan.
Perhitungan ethanol yakni 70/100 dikali dengan volume larutan 500 ml,
didapat volume ethanol yang digunakan adalah 350 ml. Jika ethanol 70% maka
sisanya adalah aquadest 30%. Jadi aquades yang digunakan yaitu 30/100 dikali
dengan volume larutan 500 ml, hasilnya adalah 150 ml aquadest. Masing- masing
bahan tersebut dimasukkan ke dalam labu ukur 500ml, jadilah larutan ethanol
70%. Ethanol 100% sebanyak 350 ml sebagai solut (terlarut) dan 150 ml aquades
sebagai solvent.
3. Percobaan 3. Pembuatan Larutan Buffer Tembaga Klorida (CuCl2) 0,5 M.
Pembuatan larutan CuCl2.2H2O 0,5 M sebanyak 500 Ml
Diketahui: M = 0,5 M
V = 500 Ml = 0,5 L
Mr CuCl2 = 134,5 gr/mol
Mr CuCl2.2H2O = 170,49 gr/mol
Ditanya : Massa CuCl2.2H2O ?
Jawab :
 Mencari mol
n
M =
L
n
0,5 M =
0,5 L
n = 0,25 mol

 Mencari massa CuCl2.2H2O


massa
n =
Mr CuCl2.2 H 2O
massa
0,25 =
170,49 gr /mol
gr
Massa = 170,49 x 0,25
mol
Massa = 42,62 gram.
Pembuatan buffer tembaga klorida (CuCl2) 0,5M diawali dengan
menentukan massa CuCl2. Sebelum menentukan massa, menghitung mol
terlebih dahulu dengan rumus mol. Mol adalah satuan bilangan kimia yang
jumlah atom-atomnya atau molekul-molekulnya sebesar bilangan Avogadro
dan massanya = Mr senyawa itu (Djojosuwito, 1994). Pada perhitungan
menggunakan persamaan M = n/L dimana M CuCl 2 sudah diketahui yaitu 0,5.
n adalah mol yang akan dicari. L yaitu volume larutan (500 ml). Didapatlah
mol CuCl2 0,25 mol, yang artinya dalam 500 ml larutam 0,5 M nilai CuCl 2
adalah 0,25 mol.
Mol yang sudah diketahui digunakan untuk mencari massa yang
diperlukan untuk membuat larutan buffer. Persamaan yang digunakan adalah
n= massa : Mr CuCl2 ; massa CuCl2 yang diperlukan adalah 42,62 gram.
Kemudian CuCl2 tersebut ditimbang sebanyak 42,62 gram. Setelah itu
dimasukkan ke dalam labu ukur 500 ml, ditambah dengan aquades sampai
batas. Lalu digojog sampai larutan tercampur secara homogen. Dalam
pembuatan larutan buffer ini yang berperan sebagai solut adalah 42,64 gram
CuCl2 dan aquades sebagai solvent.

G. Kesimpulan
1. Molaritas 100 ml HCl 5% setelah pengenceran adalah 1,37 M.
2. Molaritas HCl 5% yang digunakan sebelum dilakukan pengenceran adalah 13,7
M.
3. Volume alkohol yang digunakan dalam pembuatan 500 ml larutan alkohol 70%
adalah 350ml.
4. Volume aquadest yang digunakan dalam pembuatan 500 ml larutan alkohol 70%
adalah 150 ml.
5. Mol 500 ml larutan CuCl2.2H2O 0,5 M adalah 0,25 mol.
6. Massa CuCl2 yang digunakan untuk membuat 500 ml larutan CuCl 2 0,5 M adalah
42,62 gram.
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, Rizal. 2013. Akurasi Alat-Alat Ukur Volume Yang Digunakan Dalam Praktikum dan
Penelitian Di Laboratorium Kimia FMIPA Unimed. Jurnal Agroment Indonesia,
21(2) : 39-45.
Baharuddin, Maswati dan Asis Fitria. 2013. Modul Manajemen Laboratorium. Gowa: Kimia
UIN Alauddin Makassar.

Baroroh, Umi L. U. 2004. Diktat Kimia Dasar I. Banjarbaru: Universitas Lambung


Mangkurat.
Brady, J. E. 2000. Kimia Universitas Asas dan Struktur. Jakarta: Binarupa Aksara.

Djojosuwito, Subandio, dkk. 1994. Kimia 1. Jakarta: Yudhistira. (Note : dkk nya siapa saja,
disebutkan)

Gunawan, Adi dan Roeswati. 2004. Tangkas Kimia. Surabaya: Kartika.

Harjadi, W. 1990. Ilmu Kimia Analitik Dasar. Jakarta: PT. Gramedia.

Khamidinal. 2009. Teknik Laboratorium Kimia. Yogyakarta: Pustaka Belajar.


Khoirul, Utari. 2010. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: Erlangga.
Kirk, R.E dan Orhmer, D.F. 1981. Ensyclopedia of Chemical Engineering. Technology, 5th
ed. New York: John Wiley and Sons Inc. Lewis.

Mansur, Ahmad 2010. Modul Metode Penelitian dan Teknik Penulisan Laporan
Karya Ilmiah. Bandung : PAAP FE-UNPAD.
Moningka. 2008. Prinsip Kerja Praktikum. Jakarta: PT Gramedia.
Pratiwi, Ambar. 2020. Petunjuk Praktikum Biokimia. Yogyakarta: Universitas Ahmad
Dahlan.
Rama. 2008. Bioetanol Ubi Kayu Bahan Bakar Masa Depan. Jakarta: Agromedia Pustaka.
Riadi. 1990. Keselamatan Dalam Praktikum Laboratorium. Yogyakarta: Universitas Gajah
Mada.
Risma. 2013. Modul Praktikum Kimia Dasar I. Inderalaya: Universitas Sriwijaya.
Suryanta. 2012. Manajemen Operasional Laboratorium. Yogyakarta: Universitas Negeri
Yogyakarta.

TAMBAHAN :

1. Konsisten dalam penggunaan kata (Contoh : alkohol ataub etanol, pilih


salah satu
2. Prinsip pengenceran ditulis dibagian awal pembahasan saja, sebagai
pengantar
3. Susunan kalimat dalam pembahasan diperbaiki, sesuaikan dengan EYD
4. Selebihnya bagus, good job 

Nilai :

96,3

Anda mungkin juga menyukai