Anda di halaman 1dari 11

ANALISIS JURNAL TENTANG LUKA BAKAR, GANGGUAN SALURAN

PERNAFASAN DAN GANGGUAN ELIMINASI

MENGGUNAKAN METODE PICO

Disusun Oleh :

Ayu Wulandari

017.01.3378

PRODI S1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES MATARAM)

2020
A. Analisis Jurnal Luka Bakar dengan Metode PICO
1.Analisis Jurnal
a. Judul penelitian
Pengujian Ekstrak Daun Jambu Biji (Psidium guajava Linn.) Terhadap
Penyembuhan Luka Bakar Pada Mencit (Mus musculus)
b. Peneliti
Dwita Oktiarni , Syalfinaf Manaf , Suripno
c. Ringkasan Jurnal
Penelitian ini bertujuan untuk menentukan konsentrasi efektif ekstrak daun jambu
biji ( Psidium guajava Linn.) terhadap penyembuhan luka bakar pada mencit
(Mus musculus). Ekstrak daun jambu biji diperoleh dengan cara maserasi
menggunakan etanol p.a sebagai pelarut. Uji efektivitas ekstrak daun jambu biji
terhadap luka bakar dilakukan terhadap mencit betina, yang telah dilukai pada
bagian punggungnya dengan penginduksi panas berupa lempengan logam
berukuran 2 x 2 cm dengan suhu 80oC selama 5 detik. Sampel uji dibagi menjadi
enam kelompok perlakuan, yaitu kontrol negatif TPO (Tanpa Pemberian Obat),
kontrol positif PEP (Pemberian Ekstrak Plasenta) dengan obat komersil
(Bioplacenton) dan empat kelompok dengan ekstrak daun jambu biji dengan
konsentrasi 1%, 3%, 5% dan 7%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian
ekstrak daun jambu biji berhasil dalam penyembuhan luka bakar pada mencit.
Hasil analisis statistik menunjukan bahwa konsentrasi efektif ekstrak daun jambu
biji adalah 1%, karena merupakan konsentrasi paling kecil yang memiliki nilai
berbeda nyata dengan TPO namun tidak menunjukan perbedaaan nilai yang nyata
dengan PEP dan ekstrak daun jambu biji konsentrasi lain.
d. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menentukan konsentrasi efektif ekstrak daun jambu
biji ( Psidium guajava Linn.) terhadap penyembuhan luka bakar pada mencit
(Mus musculus).
II. METODE PICO

a. Problem
Penelitian ini menggunakan eksperiment , Ekstrak daun jambu biji diperoleh dengan cara
maserasi menggunakan etanol p.a sebagai pelarut. Uji efektivitas ekstrak daun jambu biji
terhadap luka bakar dilakukan terhadap mencit betina, yang telah dilukai pada bagian
punggungnya dengan penginduksi panas berupa lempengan logam berukuran 2 x 2 cm
dengan suhu 80oC selama 5 detik. Sampel uji dibagi menjadi enam kelompok perlakuan,
yaitu kontrol negatif TPO (Tanpa Pemberian Obat), kontrol positif PEP (Pemberian
Ekstrak Plasenta) dengan obat komersil (Bioplacenton) dan empat kelompok dengan
ekstrak daun jambu biji dengan konsentrasi 1%, 3%, 5% dan 7%. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa pemberian ekstrak daun jambu biji berhasil dalam penyembuhan
luka bakar pada mencit. Hasil analisis statistik menunjukan bahwa konsentrasi efektif
ekstrak daun jambu biji adalah 1%, karena merupakan konsentrasi paling kecil yang
memiliki nilai berbeda nyata dengan TPO namun tidak menunjukan perbedaaan nilai
yang nyata dengan PEP dan ekstrak daun jambu biji konsentrasi lain.
b. Intervention
Pengujian efek penyembuhan luka bakar dilakukan dengan menggunakan hewan
percobaan berupa mencit (Mus musculus) berjenis kelamin betina. Mencit dicukur pada
bagian punggungnya. Kulit diinduksi dengan alat penginduksi panas yang mempunyai
suhu 80°C selama 5 detik. Alat penginduksi panas berupa solder yang diujungnya
ditempelkan lempeng logam berukuran 2x2 cm. Luka yang terjadi diukur, setelah itu
diolesi obat sesuai kelompok masing-masing, yaitu kontrol negatif (TPO), kontrol positif
(PEP) dengan obat komersil (Bioplacenton) dan empat kelompok dengan ekstrak daun
jambu biji (EDJB) dengan konsentrasi 1%, 3%, 5%, dan 7%, kemudian diamati sampai
luka sembuh.
c. Comparation
Juenal “ Efek DAMBI (Daun Jambu Biji ) ( presidium Guava linn) Terhadap
penyembuhan luka pada kulit “
Ulil Abshor , Sri wahyu Basuki (2019)
Hasil : kandungan senyawa daun jambu biji ( presidium guajava linn) yang dapat
membantu menyembuhkan luka adalah alkolid, saponin, tanin danflavanoid . penelitian
ini bertujuan untuk megetahui khasiat daun jambu biji sebagai obat alternative
penyembuhan luka ,jenis penelitian ini eksperimental laboratorium dengan metode pre
test dan post test only control groub design. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
pemberian ekstrak daun jambu biji dengan pelarut alcohol lebih cepat mengalami
penyembuhan luka di banding control negative,control positif,dan daun jambu biji
dengan pelarut air . Hasil uji fridman pada jumlah netrifil dan limfosit (P<0.05). terdapat
hubungan antara efek DAMBI ( daun jambu biji) terhadap peyembuhan luka pada kulit .

Judul : ‘’ pengaruh daun jambu biji pada luka bakar


Hasil : Dwita Oktiarni , Syalfinaf Manaf , Suripno
Penelitian ini bertujuan untuk menentukan konsentrasi efektif ekstrak daun jambu
biji ( Psidium guajava Linn.) terhadap penyembuhan luka bakar pada mencit
(Mus musculus). Ekstrak daun jambu biji diperoleh dengan cara maserasi
menggunakan etanol p.a sebagai pelarut. Uji efektivitas ekstrak daun jambu biji
terhadap luka bakar dilakukan terhadap mencit betina, yang telah dilukai pada
bagian punggungnya dengan penginduksi panas berupa lempengan logam
berukuran 2 x 2 cm dengan suhu 80oC selama 5 detik. Sampel uji dibagi menjadi
enam kelompok perlakuan, yaitu kontrol negatif TPO (Tanpa Pemberian Obat),
kontrol positif PEP (Pemberian Ekstrak Plasenta) dengan obat komersil
(Bioplacenton) dan empat kelompok dengan ekstrak daun jambu biji dengan
konsentrasi 1%, 3%, 5% dan 7%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian
ekstrak daun jambu biji berhasil dalam penyembuhan luka bakar pada mencit.
Hasil analisis statistik menunjukan bahwa konsentrasi efektif ekstrak daun jambu
biji adalah 1%, karena merupakan konsentrasi paling kecil yang memiliki nilai
berbeda nyata dengan TPO namun tidak menunjukan perbedaaan nilai yang nyata
dengan PEP dan ekstrak daun jambu biji konsentrasi lain.
d. Outcame
Perbandingan hasil daun jambu biji dalam pengobatan luka.
bahwa pemberian ekstrak daun jambu biji berhasil dalam penyembuhan luka
bakar pada mencit. Hasil analisis statistik menunjukan bahwa konsentrasi efektif
ekstrak daun jambu biji adalah 1%, karena merupakan konsentrasi paling kecil
yang memiliki nilai berbeda nyata dengan TPO namun tidak menunjukan
perbedaaan nilai yang nyata dengan PEP dan ekstrak daun jambu biji konsentrasi
lain. Sedangkan
pemberian ekstrak daun jambu biji dengan pelarut alcohol lebih cepat mengalami
penyembuhan luka di banding control negative,control positif,dan daun jambu biji
dengan pelarut air . Hasil uji fridman pada jumlah netrifil dan limfosit (P<0.05).
terdapat hubungan antara efek DAMBI ( daun jambu biji) terhadap peyembuhan
luka pada kulit .

B. Analisis Jurnal Gangguan Saluran Pernafasan


1. Analisis Jurnal
a. Judul penelitian
“Debu Batu Bara dan Kejadian Infeksi Saluran Pernafasan Akut pada Pekerja
Pertambangan Batu Bara”
b. Peneliti
Duta Hafsari, M rifky ramadhan ,fitria saftarina
c. Ringkasan Jurnal
Penyakit akibat kerja adalah penyakit yang di timbulkan akibat suatu pekerjaan atau
lingkungan kerja seseorang. Penyakit ini disebabkan oleh tindakan seseorang yang
tidak aman (unsafe act) dan kondisi tidak aman (unsafe condition) dalam melakukan
aktifikas pekerjaan nya. Unsafe act adalah suatu tindakan seseorang yang
menyimpang dari aturan standar keamanan yang sudah di tetapkan dalam melakukan
pekerjaan. Sedangkan unsafe condition adalah kondisi yang dapat membahayakan
pekerja. Infeksi saluran pernapasan akut merupakan radang akut saluran pernapasan
atas maupun bawah yang di sebabkan infeksi jasad renik, bakteri, virus dan riketsia,
tanpa atau disertai parenkim paru. Faktor yang mempengaruhi seseorang terkena
ISPA yaitu faktor lingkungan, karakteristik individu, dan perilaku pekerja. Faktor
lingkungan meliputi pencemaran udara (polusi udara akibat hasil industri dan asap
hasil pembakaran bahan bakar). Partikel debu yang dapat mengakibatkan gangguan
pernapasan akut dari hasil industri yang mencemari udara seperti debu batubara,
semen,kapas, asbes, zat-zat kimia, gas beracun, debu pada penggilingan padi (debu
organik).

C. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahuan Terdapat hubungan debu terhadap kejadian infeksi saluran
pernafasan akut pada pekerja pertambangan batu bara.

II. Metode PICO


a. Problem
Penyakit akibat kerja adalah penyakit yang di timbulkan akibat suatu pekerjaan atau
lingkungan kerja seseorang. Penyakit ini disebabkan oleh tindakan seseorang yang tidak
aman (unsafe act) dan kondisi tidak aman (unsafe condition) dalam melakukan aktifikas
pekerjaan nya. Unsafe act adalah suatu tindakan seseorang yang menyimpang dari aturan
standar keamanan yang sudah di tetapkan dalam melakukan pekerjaan. Sedangkan
unsafe condition adalah kondisi yang dapat membahayakan pekerja. Infeksi saluran
pernapasan akut merupakan radang akut saluran pernapasan atas maupun bawah yang di
sebabkan infeksi jasad renik, bakteri, virus dan riketsia, tanpa atau disertai parenkim
paru. Faktor yang mempengaruhi seseorang terkena ISPA yaitu faktor lingkungan,
karakteristik individu, dan perilaku pekerja. Faktor lingkungan meliputi pencemaran
udara (polusi udara akibat hasil industri dan asap hasil pembakaran bahan bakar).
Partikel debu yang dapat mengakibatkan gangguan pernapasan akut dari hasil industri
yang mencemari udara seperti debu batubara, semen,kapas, asbes, zat-zat kimia, gas
beracun, debu pada penggilingan padi (debu organik).

b. Intervention
Paparan debu dapat menyebabkan gangguan pernapasan akut maupun kronis. Partikel
debu yang dapat mengakibatkan gangguan pernapasan akut salah satunya adalah hasil
industri yang dapat mencemari udara seperti debu batu bara, semen, kapas, asbes, zat-zat
kimia, gas beracun, debu pada penggilingan padi (debu organik) dan lain-lain. Berbagai
faktor berpengaruh terhadap timbulnya penyakit atau gangguan pada saluran napas akibat
debu. Faktor itu antara lain adalah faktor debu yang meliputi partikel, bentuk,
konsentrasi, daya larut dan sifat kimiawi serta lama paparan. Faktor individual meliputi
mekanisme pertahanan paru, anatomi dan fisiologi saluran pernapasan.6
c. Comporation
Judul : Debu Batu Bara dan Kejadian Infeksi Saluran Pernafasan Akut pada
Pekerja Pertambangan Batu Bara”
Duta Hafsari, M rifky ramadhan ,fitria saftarina ( 2005)

Hasil : Penyakit akibat kerja adalah penyakit yang di timbulkan akibat suatu pekerjaan
atau lingkungan kerja seseorang. Penyakit ini disebabkan oleh tindakan seseorang yang
tidak aman (unsafe act) dan kondisi tidak aman (unsafe condition) dalam melakukan
aktifikas pekerjaan nya. Unsafe act adalah suatu tindakan seseorang yang menyimpang
dari aturan standar keamanan yang sudah di tetapkan dalam melakukan pekerjaan.
Sedangkan unsafe condition adalah kondisi yang dapat membahayakan pekerja. Infeksi
saluran pernapasan akut merupakan radang akut saluran pernapasan atas maupun bawah
yang di sebabkan infeksi jasad renik, bakteri, virus dan riketsia, tanpa atau disertai
parenkim paru. Faktor yang mempengaruhi seseorang terkena ISPA yaitu faktor
lingkungan, karakteristik individu, dan perilaku pekerja. Faktor lingkungan meliputi
pencemaran udara (polusi udara akibat hasil industri dan asap hasil pembakaran bahan
bakar). Partikel debu yang dapat mengakibatkan gangguan pernapasan akut dari hasil
industri yang mencemari udara seperti debu batubara, semen,kapas, asbes, zat-zat kimia,
gas beracun, debu pada penggilingan padi (debu organik).

Jurnal 2: HUBUNGAN PAPARAN DEBU DAN LAMA PAPARAN DENGAN


GANGGUAN FAAL PARU PAKERJA OVERHAUL POWER PLANT
Kiky Amalia Yolanda ardan (2015)
Hasil : Paparan debu di dunia lingkungan kerja merupakan faktor potensial dalam
menyebabkan ganggguan faal paru . Gangguan faal paru dapat berupa restriksi,obstruksi
dan kombinasi yang di tunjukan dengan dengan penurunan parameter % FEV dan %
FVC.Pekerja overhaul mesin pembangkit listrik memiliki kemungkinan besar terpapar
debu di lingkunan kerja . Hubungan antara paparan debu dan lama paparan dengan
gangguan faal paru di analisis secara statistic dengan menggunakan uji chil square. Hasil
peneliti di temukan bahwa hanya paparan debu yang terbukti secara signifiksn terdapat
hubungan dengan gangguan faal paru.
d. Outcame
Penyakit akibat kerja adalah penyakit yang di timbulkan akibat suatu pekerjaan atau
lingkungan kerja seseorang. Penyakit ini disebabkan oleh tindakan seseorang yang tidak
aman (unsafe act) dan kondisi tidak aman (unsafe condition) dalam melakukan aktifikas
pekerjaan nya. Unsafe act adalah suatu tindakan seseorang yang menyimpang dari
aturan .Partikel debu yang dapat mengakibatkan gangguan pernapasan akut dari hasil
industri yang mencemari udara seperti debu batubara, semen,kapas, asbes, zat-zat kimia,
gas beracun, debu pada penggilingan padi (debu organik).
Paparan debu di dunia lingkungan kerja merupakan faktor potensial dalam menyebabkan
ganggguan faal paru . Gangguan faal paru dapat berupa restriksi,obstruksi dan kombinasi
yang di tunjukan dengan dengan penurunan parameter % FEV dan % FVC.Pekerja
overhaul mesin pembangkit listrik memiliki kemungkinan besar terpapar debu di
lingkunan kerja . Hubungan antara paparan debu dan lama paparan dengan gangguan faal
paru di analisis secara statistic dengan menggunakan uji chil square. Hasil peneliti di
temukan bahwa hanya paparan debu yang terbukti secara signifiksn terdapat hubungan
dengan gangguan faal paru.

C.Analisis jurnal Gangguan Eliminasi dengan Metode PICO

1. Analisi Junal

a. Judul Penelitian
“PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA BAYI USIA 0-6 BULAN DENGAN
GANGGUAN ELIMINASI FEKAL DI WILAYAH PUSKESMAS GAMPING II
SLEMAN YOGYAKARTA”
b. Peneliti
Dewi Pamungkas
c. Ringkasan Jurnal
Indikator angka kematian yang berhubungan dengan anak yakni Angka Kematian
Neonatal (AKN), Angka Kematian Bayi (AKB), dan Angka Kematian Balita
(AKABA). Penyakit yang masih perlu diwaspadai menyerang anak adalah diare.
Diare merupakan gangguan eliminasi fekal dimana frekuensi buang air besar lebih
dari tiga kali bila pada bayi. ASI eksklusif menjadi terapi utama dalam
mengembalikan cairan yang hilang dan mempertahankan nutrisi tubuh bayi. Tujuan :
mengetahui pemberian ASI eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan dengan gangguan
eliminasi fekal. Metode : Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara, studi
pustaka dan pemeriksaan fisik. Hasil : Dari pengkajian pasien diperoleh kedua anak
mengalami diare lebih dari 3 kali, cair dan tidak ada darah. Pasien terlihat lemas,
rewel, membrane mukosa tidak kering. Diagnosis keperawatan yang muncul yaitu
diare berhubungan dengan proses inflamasi. Rencana keperawatannya yaitu
mengobservasi pemberian ASI eksklusif pada bayi dan frekuensi diare. Tindakan
keperawatan yang dilakukan yaitu memberikan ASI setiap 2-3 jam sekali.
Evaluasinya adalah pasien pertama frekensi diare berkurang pada hari pertama dan
pasien kedua frekuensi diare berkurang pada hari kedua. Kesimpulan : Bayi yang
diberikan ASI eksklusif secara langsung setiap 2-3 jam frekuensi diare lebih cepat
berkurang daripada bayi yang tidak diberikan ASI eksklusif.
d. Tujuan
mengetahui pemberian ASI eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan dengan gangguan
eliminasi fekal.

II. Metide PICO

a. Problem
Indikator angka kematian yang berhubungan dengan anak yakni Angka Kematian
Neonatal (AKN), Angka Kematian Bayi (AKB), dan Angka Kematian Balita
(AKABA). Penyakit yang masih perlu diwaspadai menyerang anak adalah diare.
Diare merupakan gangguan eliminasi fekal dimana frekuensi buang air besar lebih
dari tiga kali bila pada bayi. ASI eksklusif menjadi terapi utama dalam
mengembalikan cairan yang hilang dan mempertahankan nutrisi tubuh bayi. Tujuan :
mengetahui pemberian ASI eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan dengan gangguan
eliminasi fekal. Metode : Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara, studi
pustaka dan pemeriksaan fisik. Hasil : Dari pengkajian pasien diperoleh kedua anak
mengalami diare lebih dari 3 kali, cair dan tidak ada darah. Pasien terlihat lemas,
rewel, membrane mukosa tidak kering. Diagnosis keperawatan yang muncul yaitu
diare berhubungan dengan proses inflamasi. Rencana keperawatannya yaitu
mengobservasi pemberian ASI eksklusif pada bayi dan frekuensi diare. Tindakan
keperawatan yang dilakukan yaitu memberikan ASI setiap 2-3 jam sekali.
Evaluasinya adalah pasien pertama frekensi diare berkurang pada hari pertama dan
pasien kedua frekuensi diare berkurang pada hari kedua. Kesimpulan : Bayi yang
diberikan ASI eksklusif secara langsung setiap 2-3 jam frekuensi diare lebih cepat
berkurang daripada bayi yang tidak diberikan ASI eksklusif.
b. Intervention
Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara, studi pustaka dan pemeriksaan
fisik. Hasil : Dari pengkajian pasien diperoleh kedua anak mengalami diare lebih dari
3 kali, cair dan tidak ada darah. Pasien terlihat lemas, rewel, membrane mukosa tidak
kering. Diagnosis keperawatan yang muncul yaitu diare berhubungan dengan proses
inflamasi. Rencana keperawatannya yaitu mengobservasi pemberian ASI eksklusif
pada bayi dan frekuensi diare. Tindakan keperawatan yang dilakukan yaitu
memberikan ASI setiap 2-3 jam sekali. Evaluasinya adalah pasien pertama frekensi
diare berkurang pada hari pertama dan pasien kedua frekuensi diare berkurang pada
hari kedua. Kesimpulan : Bayi yang diberikan ASI eksklusif secara langsung setiap 2-
3 jam frekuensi diare lebih cepat berkurang daripada bayi yang tidak diberikan ASI
eksklusif.
c. Comperention
Jurnal 1: PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA BAYI USIA 0-6 BULAN DENGAN
GANGGUAN ELIMINASI FEKAL DI WILAYAH PUSKESMAS GAMPING II SLEMAN
YOGYAKARTA (Dewi Pamungkas)
Hasil ; . Hasil : Dari pengkajian pasien diperoleh kedua anak mengalami diare lebih
dari 3 kali, cair dan tidak ada darah. Pasien terlihat lemas, rewel, membrane mukosa
tidak kering. Diagnosis keperawatan yang muncul yaitu diare berhubungan dengan
proses inflamasi. Rencana keperawatannya yaitu mengobservasi pemberian ASI
eksklusif pada bayi dan frekuensi diare. Tindakan keperawatan yang dilakukan yaitu
memberikan ASI setiap 2-3 jam sekali. Evaluasinya adalah pasien pertama frekensi
diare berkurang pada hari pertama dan pasien kedua frekuensi diare berkurang pada
hari kedua. Kesimpulan : Bayi yang diberikan ASI eksklusif secara langsung setiap 2-
3 jam frekuensi diare lebih cepat berkurang daripada bayi yang tidak diberikan ASI
eksklusif.

Jurnal 2 : APLIKASI HYPNOPARENTING UNTUK MENGATASI GANGGUAN


ELIMINASI URINE PADA ANAK DENGAN ENURESIS ( Ria anggraini )
Hasil : pemberian hypnoparenting adalah cara yang efektif untuk menurunkan
frekuensi euresia pada anak .
d. Outcame
Dari pengkajian pasien diperoleh kedua anak mengalami diare lebih dari 3 kali, cair
dan tidak ada darah. Pasien terlihat lemas, rewel, membrane mukosa tidak kering.
Diagnosis keperawatan yang muncul yaitu diare berhubungan dengan proses
inflamasi. Rencana keperawatannya yaitu mengobservasi pemberian ASI eksklusif
pada bayi dan frekuensi diare. Tindakan keperawatan yang dilakukan yaitu
memberikan ASI setiap 2-3 jam sekali. Evaluasinya adalah pasien pertama frekensi
diare berkurang pada hari pertama dan pasien kedua frekuensi diare berkurang pada
hari kedua. Kesimpulan : Bayi yang diberikan ASI eksklusif secara langsung setiap 2-
3 jam frekuensi diare lebih cepat berkurang daripada bayi yang tidak diberikan ASI
eksklusif.

Anda mungkin juga menyukai