Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN

OKSIGENASI

Untuk Memenuhi Tugas Stase KDP


Dosen Pembimbing Anita Rahmawati,S.Kep.,Ns.,M.Kep

Di susun oleh :
AYU WULANDARI
KELOMPOK 2

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
INSAN CENDEKIA MEDIKA
JOMBANG
2020
LAPORAN PENDAHULUAN

GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGENASI


A. Definisi
Kebutuhan oksigenasi merupakan kebutuhan dasar manusia yang digunakan untuk

kelangsungan metabolisme sel tubuh mempertahankan hidup dan aktivitas berbagai

organ atau sel (Hidayat, 2009).

Oksigen merupakan gas tidak berwarna dan tidak berbau yang sangat dibutuhkan

dalam proses metabolisme sel. Sebagai hasilnya, terbentuklah karbon dioksida, energi,

dan air. Akan tetapi penambahan CO2 yang melebihi batas normal pada tubuh akan

memberikan dampak yang cukup bermakna terhadap aktifitas sel (Mubarak, 2007).

Oksigen adalah salah satu komponen gas dan unsur vital dalam proses metabolisme

untukmempertahankan kelangsungan hidup seluruh sel-sel tubuh. Secara normal elemen

ini diperoleh dengan cara menghirup O2 ruangan setiap kali bernapas (Wartonah

Tarwanto, 2006)

Terapi oksigen adalah pemberian oksigen dengan konsentrasi yang lebih tinggi

dibandingkan dengan oksigen di atmosfer. Konsentrasi oksigen dalam udara ruangan

adalah 21%. Tujuan terapi oksigen adalah memberikan transport oksigen yang adekuat

dalam darah sambil menurunkan upaya bernafas dan mengurangi stres pada miokardium

( Mutaqqin, 2005 )

B. Etiologi
Adapun faktor-faktor yang menyebabkan klien mengalami gangguan oksigenasi

menurut NANDA (2011), yaitu hiperventilasi, hipoventilasi, deformitas tulang dan

dinding dada, nyeri, cemas, penurunan energy atau kelelahan, kerusakan neuromuscular,

kerusakan muskoloskeletal, kerusakan kognitif atau persepsi, obesitas, posisi tubuh,

imaturitas neurologis kelelahan otot pernafasan dan adanya perubahan membrane

kapiler-alveoli.
C. Manifestasi Klinis
Adanya penurunan tekanan inspirasi/ekspirasi menjadi tanda gangguan oksigenasi.
Penurunan ventilasi permenit, penggunaan otot nafas tambahan untuk bernafas,
pernafasan laring (nafas cuping hidung), dispnea, ortopnea, penyimpangan dada, nafas
pendek, nafas dengan bibir, ekspirasi memanjang, peningkatan diameter anterior-
posterior, frekuensi nafas kurang, penurunan kapasitas vital menjadi tanda dan gejala
adanya pola nafas yang tidak efektif sehingga menjadi gangguan oksigenasi. Selain itu
terdapat gejala lain seperti :
a. Suara napas abnormal (irama, frekuensi, kedalaman
b. Suara napas tidak normal (snoring, crowing, stridor, wheezing, ronchi)

c. Perubahan jumlahpernapasan

d. Batuk disertaidahak

e. Penggunaan otot tambahan pernapasan

f. Dispnea.

g. Penurunan haluaran urin

h. Penurunan ekspansiparu

i. Takhipnea

(Guyton & Hall, 2007)

D. Patofisiologi
Proses pertukaran gas dipengaruhi oleh ventilasi, difusi dan trasportasi. Proses

ventilasi (proses penghantaran jumlah oksigen yang masuk dan keluar dari dan ke paru-

paru), apabila pada proses ini terdapat obstruksi maka oksigen tidak dapat tersalur

dengan baik dan sumbatan tersebut akan direspon jalan nafas sebagai benda asing yang

menimbulkan pengeluaran mukus. Proses difusi (penyaluran oksigen dari alveoli ke

jaringan) yang terganggu akan menyebabkan ketidakefektifan pertukaran gas. Selain

kerusakan pada proses ventilasi, difusi, maka kerusakan pada transportasi seperti

perubahan volume sekuncup, afterload, preload, dan kontraktilitas miokard juga dapat
mempengaruhi pertukaran gas (Brunner & Suddarth, 2002)

E. Pathway
Faktor Lingkungan (udara, bakteri, virus,
jamur) masuk melalui saluran nafas

Terjadi infeksi dan proses


peradangan

Hipersekresi Kontraksi otot-otot polos


kelenjar mukosa saluran pernafasan

Akumulasi sekret Penyempitan saluran


berlebih pernafasan

Sekret mengental Keletihan otot


dijalan nafas pernafasan

Dispnea
Gangguan Obstruksi jalan nafas Pola nafas abnormal
penerimaan O2 Hipoksia
danpengeluaran CO2 Sianosis
Suara nafas tambahan Konfusi
(ronkhi, wheezing, Nafas cuping hidug
Ketidakseimbangan cracles)
ventilasi dan perfusi
Ketidakefektifan
Ketidakefektifan Pola Nafas
Dispnea Bersihan Jalan Nafas
Fase ekspirasi
memanjang
Ortopnea
Penurunan kapasitas
paru
Pola nafas abnormal
Takipnea
Hiperventilasi
Pernafasan sekar

Gangguan
pertukaran gas
F. PemeriksaanPenunjang

a. Radiologi

Parenkim paru yang berisi udara memberikan resistensi yang kecil terhadap
jalannya sinar X sehingga memberi bayangan yang sangat memancar. Bagian padat
udara akan memberikan udara bayangan yang lebih padat karena sulit ditembus sinar
X. benda yang padat member kesan warna lebih putih dari bagian berbentuk udara
(Guyton & Hall, 2007).
b. Bronkoskopi
Merupakanteknikyangmemungkinkanvisualisasilangsungtrachea dan cabang
utamanya. Biasanya digunakan untuk memastikan karsinoma bronkogenik, atau
untuk membuang benda asing. Setelah tindakan ini pasien tidak bolelh makan atau
minum selama 2 -3 jam sampai tikmbul reflex muntah. Jika tidak, pasien mungki9n
akan mengalami aspirasi ke dalam cabangatrakeobronkeal.
c. Pemeriksaan
Biopsi Manfaat biopsy paru –paru terutama berkaitan dengan penyakit paru
yang bersifat menyebar yang tidak dapat didiagnosis dengan cara lain.
d. PemerikasaanSputum
Bersifat mikroskopik dan penting untuk mendiagnosis etiologi berbagai
penyakit pernapasan. Dapat digunakan untuk menjelaskan organisme penyebab
penyakit berbagai pneumonia, bacterial, tuberkulosa, serta jamur. Pemeriksaan
sitologi eksploitatif pada sputum membantu proses diagnosis karsinoma paru. Waktu
yang baik untuk pengumpulan sputum adalah pagi hari bangun tidur karena sekresi
abnormal bronkus cenderung berkumpul waktu tidur (Wartonah, 2016).
e. MetodeFisiologis

Tes fungsi paru menggunakan spirometer akan menghasilkan:


1) Volume Alun Napas (Tidal Volume –TV) yaitu volume udara yang keluar masuk
paru pada keadaan istirahat (±500ml).
2) Volume Cadangan Inspirasi (Inspiration Reserve Volume – IRV) Yaitu volume
udara yang masih dapat masuk paru pada inspirasi maksimal setelah inspirasi
secara biasa. L = ±3300 ml, P = ±1900ml.
3) Volume Cadangan Ekspirasi (Ekspirasi Reserve Volume – ERV) Yaitu jumlah
udara yang dapat dikeluarkan secara aktif dari paru melalui kontraksi otot
ekspirasi setelah ekspirasi biasa. L = ± 1000 ml, P = ± 700 ml.
4) Volume Residu (Residu Volume –RV)Yaitu udara yang masih tersisa dlam paru
setelah ekpsirasi maksimal. L = ± 1200 ml, P = ±1100 ml. Kapasitas pulmonal
sebagai hasil penjumnlahan dua jenis volume atau lebih dalam satu kesatuan.
5) Kapasitas Inspirasi (Inspiration Capacity –
IC)Yaitujumlahudarayangdapatdimasukkankedalamparusetelahakhir ekspirasi
biasa (IC = IRV +TV)
6) Kapasitas Residu Fungsional (Fungtional Residual Capacity – FRC) Yaitu jumlah
udara paru pada akhir respirasi biasa (FRC = ERV +RV)
7) Kapasitas Vital (Vital Capacity – VC)Yaitu volume udara maksimal yang dapat
masuk dan keluar paru selama satu siklus pernapasan yaitu setelah inspirasi dan
ekspirasi maksimal (VC = IRV + TV + ERV)
8) Kapasitas Paru – paru Total (Total Lung Capacity –TLC)Yaitu jumalh udara
maksimal yang masih ada di paru – paru (TLC = VC + RV). L = ± 6000 ml, P = ±
4200 ml.
9) Ruang Rugi (Anatomical DeadSpace)Yaitu area disepanjang saluran napas
yangvtidak terlibat proses pertukaran gas (±150 ml). L = ± 500 ml.
10) Frekuensi
napas(f)Yaitujumlahpernapsanyangdilakukanpermenit(±15x/menit).Secara umum,
volume dan kapasitas paru akan menurun bila seseorang berbaring dan meningkat
saat berdiri. Menurun karena isi perut menekan ke atas atau ke diafragma,
sedangkan volume udara paru menungkat sehingga ruangan yang diisi
udaraberkurang.
11) Analisis Gas Darah (Analysis Blood Gasses –ABGs)Sampel darah yang
digunakan adalah arteri radialis (mudah diambil) (Somantri, 2008).

G. Penatalaksanaan
a. Medis
Pengobatan Asma diarahkan terhadap gejalagejala yang timbul saat serangan,
mengendalikan penyebab spesifik dan perawatan pemeliharaan keehatan optimal
yang umum. Tujuan utama dari berbagai macampengobatan adalah pasien segera
mengalami relaksasi bronkus. Terapi awal,yaitu:
1) Memberikan oksigenpernasal
2) Antagonis beta 2 adrenergik (salbutamol mg atau fenetoral 2,5 mg atau
terbutalin 10 mg). Inhalasi nebulisasi dan pemberian yang dapat diulang
setiap20menitsampai1jam.Pemberianantagonisbeta2adrenergikdapat secara
subcutan atau intravena dengan dosis salbutamol 0,25 mg dalam larutan
dekstrose 5%
3) Aminophilin intravena 5-6 mg per kg, jika sudah menggunakan obat ini dalam
12 jam sebelumnya maka cukup diberikan setengahdosis.
4) Kortikosteroid hidrokortison 100-200 mg intravena jika tidak ada respon
segera atau dalam serangan sangatberat
5) Bronkodilator, untuk mengatasi obstruksi jalan napas, termasuk didalamnya
golongan beta adrenergik dan antikolinergik.
b. Keperawatan

1) Bersihan Jalan Nafas TidakEfektif

a) Pembersihan jalannafas

b) Latihan batukefektif

c) Suctioning

d) Jalan nafasbuatan

2) Pola Nafas TidakEfektif

a) Atur posisi pasien (semifowler)

b) Pemberianoksigen

c) Teknik bernafas danrelaksasi

3) Gangguan PertukaranGas

a) Atur posisi pasien (posisifowler)

b) Pemberianoksigen

c) Suctioning
H. AsuhanKeperawatan Teoritis
1. Pengkajian
a) Data klinik, meliputi : TTV,KU
b) Data hasil pemeriksaan yang mungkinditemukan:
1) Mata
a. Konjungtiva pucat (karenaanemia)
b. Konjungitva sianosis ( karenahipoksemia)
c. Konjungtiva terdapat pethecia ( karena emboli lemak atau endokarditis)
2) Kulit
a. Sianosis perifer (vasokontriksi dan menurunnya aliran darah perifer).
b. Sianosis secara umum(hipoksemia)
c. Penurunan turgor(dehidrasi)
d. Edema
e. Edema periorbital
3) Jari dankuku
a. Sianosis
b. Clubbingfinger
4) Mulut danbibir
a. Membran mukosa sianosis
b. Bernapas dengan mengerutkanmulut.
5) Hidung
Pernapasan dengan cuping hidung, deviasi sputum, perforasi, dan kesimetrisan.
6) VenaLeher
Adanya distensi/bendungan.
7) Dada
1. Inspeksi
a. Pemeriksaan mulai dada posterior sampai yang lainnya, pasien
harusduduk.
b. Observasi dada pada sisi kanan atau kiri serta depan atau belakang.
c. Dada posterior amati adanya skar, lesi, dan masa serta gangguan tulang
belakang (kifosis, skoliosis, danlordosis)
d. Catat jumlah, irama, kedalaman pernapasan, dan kesimetrisan
pergerakandada.
e. Observasi pernapasan seperti pernapasan hidung, atau pernapasan
diafragma serta penggunaan otot bantu pernapasan.
f. Observasi durasi inspirasi dan ekspirasi. Ekspirasi yang
panjangmenandakan adanya obstruksi jalan napas seperti pada pasien
Chronic Airflow Limitation (CAL)/ Chronic Obstructive Pulmonary
Disease(COPD).
g. Kaji konfigurasidada.
h. Kelainan bentukdada:
1) Barrel chest : Akibat overinflation paru pada pasien emfisema.
2) Funnelchest:Missalpadapasienkecelakaankerjayaitu depresi bagian
bawahsternum.
3) Pigeon chest : Akibat ketidaktepatan sternum yang mengakibatkan
peningkatan diameterAP.
4) Kofiskoliosis : Missal pada pasien osteoporosis dan
kelainanmusculoskeletal.
i. Observasi kesimetrisan pergerakan dada. Gangguan pergerakan dinding
dada mengindikasikan adanya penyakit paru/pleura.
j. Observasi retraksi abnormal ruang interkostal selama inpsirasi yang
mengindikasikan adanya obstruksi jalan napas.
2. Palpasi
Untuk mengkaji kesimetrisan pergerakan dada dan mengobservas
iabnormalitas, mengidentifikasi keadaan kulit, dan mengetahui tactil
premitus (vibrasi).
3. Perkusi
Mengkaji resonansi pulmoner, organ yang ada di sekitarnya, dan
pengembangan (ekskursi) diafragma. Ada dua suara perkusi yaitu:Suara
perkusi normal:
 Resonan (sonor) : dihasilkan pada jaringan paru normal, umumnya
bergaung dan bernadarendah.
 Dullness : dihasilkan di atas jantung atauparu.
 Tympany : dihasilkan di atas perut yang berisiudara.
 Suara perkusi abnormal:
 Hiperesonan : lebih rendah dari resonan seperti paru abnormal
yang berisiudara.
 Flatness:nadalebihtinggidaridullnesssepertiperkusi pada paha,
bagian jaringanlainnya.
4. Auskultasi
 Suara napasnormal
 Jenis suaratambahan
2. DiagnosaKeperawatan
a. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b.d sekresi yang tertahan(00031)
b. Ketidakefektifan pola nafas b.d sindrom hipoventilasi(00032)
c. Gangguan pertukaran gas b.d perubahan membrane alveolar kapiler(00030)
3. Intervensi Keperawatan

N Diagnosa Tujuan & Kriteria Intervensi


O Hasil
Keperawatan (NIC)
(NOC)
1 Ketidak efektifan Setelah dilakukan tindakan NIC (1.5.1.2):
bersihan jalan nafas b.d asuhan keperawatan selama
Pengisapan Jalan
sekresi yang tertahan 3x24 jam pasien menunjuk
Napas:
(00031) pembersihan jalan nafas
1. Tentukan kebutuhan
yang efektif dengan kriteria
pengisapan oral atau
hasil:
trakeal
 Mempunyai jalan nafas
2. Pantau statusO2
yangpaten
 Mengeluarkan sekresi 3. Catat tip dan jumlah
secaraefektif sekresi
 Mempunyai irama dan 4. Instruksikan kepada
frekuensi pernafasan pasien dan keluarga
dalam rentangnormal tentang mengisap
jalan napas sesuai
dengankebutuhan
5. Intruksikan kepada
pasien tentang batuk
dan teknik napas
dalam untuk
memudahkan
mengeluarkan
sekresi.

2 Ketidakefektifan pola Setelah dilakukan tindakan NIC (1.5.1.3):


nafas b.d sindrom 3x24 jam diharapkan
Pemantauan
hipoventilasi (00032) pasien menunjukkan pola
pernapasan:
pernafasan yang efektif
1. Pantau kecepatan,
dengan kriteria hasil:
irama, kedalaman
 Ekspansi dadasimetris
dan usaharespirasi
 Tidak ada penggunaan 2. Perhatikan
ototbantu pergerakan dada
 Bunyi napastambahan amati kesimetrisan,
penggunaan otot
tidak ada
 Napas pendek tidakada bantu, serta retraksi
otot supraklavikular
 Mempunyai kecepatan
dan interostal
dan irama
3. Pantau adanya pucat
respirasidalam
dansianosis
batasnormal
4. Pantau tingkat
kegelisahan,
ansietas, dan
tersengal-sengal.
3 Gangguan pertukaran gas Setelah dilakukan tindakan NIC (1.5.1.1):
b.d perubahan membrane asuhan keperawatan selama
Pengelolaan Asam
alveolar kapiler (00030) 3x24 jam diharapkan
Basa:
masalah Gangguan
1. Kaji bunyi paru,
pertukaran gas teratasi
frekuensi nafas dan
dengan kriteria hasil:
kedalaman
 Ventilasi
2. Pantau saturasiO2
tidak bermasalah
 Status neurologic 3. Pantau hasilAGD
dalam rentang
4. Ajarkankepada
yangdiharapkan
 Tdak adadypneu pasien teknik
bernapas dan
 Tidak gelisah
relaksasi
dan sianosis
5. Konsultasikan
 Tidak ada keletihan
dengan dokter
 Hasil GDA dalam tentang kebutuhan
batas normal akan pemeriksaan
 End tidal CO2 dalam GDA
rentangnormal 6. Siapkan pasienuntuk
ventilasi meknis, bila
perlu

4. Implementasi Keperawatan

Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh


perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi ke status
kesehatan yang baik yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan
5. Evaluasi Keperawatan

a. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b.d sekresi yang tertahan(00031)

1) Mempunyai jalan nafas yangpaten

2) Mengeluarkan sekresi secara efektif

3) Mempunyai irama dan frekuensi pernafasan dalam rentangnormal

b. Ketidakefektifan pola nafas b.d sindrom hipoventilasi(00032)

1) Ekspansi dada simetris

2) Tidak ada penggunaan otot bantu

3) Bunyi napas tambahan tidakada

4) Napas pendek tidakada

5) Mempunyai kecepatan dan irama respirasi dalam batasnormal

c. Gangguan pertukaran gas b.d perubahan membrane alveolar kapiler(00030)

1) Ventilasi tidakbermasalah

2) Status neurologic dalam rentang yangdiharapkan

3) Tdak ada dypneu

4) Tidak gelisah dansianosis

5) Tidak ada keletihan

6) Hasil GDA dalam batasnormal

7) End tidal CO2 dalam rentangnormal


DAFTAR PUSTAKA

Tarwanto, Wartonah. (2016). Kebutuhan dasar manusia dan proses keperawatan


Edisi 3. Salemba: Medika.

Yeni Kustanti, Christina. (2013). Pemeriksaan Fisik Thoraks. Yogyakarta: AKPER


Bethesda

Somantri, Iman. (2008). KMB: Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan
Sistem Pernapasan. Jakarta: Salemba Medika

Brunner & Suddarth. (2010). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah vol. 1. Jakarta:
EGC

Guyton & Hall. (2007). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC

Bulecheck, Gloria M., Butcher, Howard K., Dochterman, J. McCloskey. (2016).


Nursing Interventions Classification (NIC). Fifth Edition. Iowa :
Mosby Elsavier.

Jhonson, Marion dkk. (2016). Nursing Outcomes Project Nursing Classification


(NOC). St. Louis ,Missouri ; Mosby.

Herlman, T. Heather, dkk. (2015). NANDA International Diagnosis Keperawatan


:Definisi dan Klasifikasi 2015-2017. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai