DI INDONESIA
Rahman Helmi
Mahasiswa Program S.3 Prodi Ilmu Syariah UIN Antasari Banjarmasin.
e-Mail: muraaf@gmail.com
1
Wael B. Hallaq, Ancaman Paradigma
Negara-Negara (Islam, Politik, dan Problem
Moral Modern), trans. Akh. Minhaji (2013).
302 SYARIAH: Jurnal Hukum dan Pemikiran Volume 18, Nomor 2, Desember 2018, hlm. 301-314
2
M. Faruq an-Nabhan, Sistem Ekonomi digantungkan kepada suatu keadaan yang tidak
Islam: Pilihan Setelah Kegagalan Sistem pasti dan bersifat untung-untungan. Gharar,
Kapitalis dan Sosialis (Yogyakarta: UII Press, yakni transaksi yang objeknya tidak jelas, tidak
2000), h. 19. dimiliki, tidak diketahui keberadaannya, atau
3
Riba, yaitu penambahan pendapatan tidak diserahkan pada saat transaksi dilakukan,
secara tidak sah (batil), antara lain dalam kecuali diatur lain dalam syariah. Haram, yaitu
transaksi pertukaran barang sejenis yang tidak transaksi yang objeknya dilarang dalam syariah.
sama kualitas, kuantitas, dan waktu penyerahan Zalim, yakni transaksi yang menimbulkan
(fadhl), atau dalam transaksi pinjam meminjam ketidakadilan bagi pihak lainnya. (Lihat
yang mensyaratkan nasabah penerima fasilitas penjelasan Pasal 2 UU No. 21 Tahun 2008
mengembalikan dana yang diterima melebihi tentang Perbankan Syariah)
pokok pinjaman karena berjalannya waktu
(nasi’ah). Maisir, yakni transaksi yang
Rahman Helmi, Manhaj Penetapan Fatwa Hukum 303
Demikian pula di sektor riil, seperti: Sedangkan fikih adalah aturan hukum
hotel syariah, multilevel marketing yang secara keseluruhan merupakan
syariah, rumah sakit syariah, dsb. Hal hasil dari ijtihad ulama.5 Ijtiha>d sangat
yang harus disikapi dengan cermat dan diperlukan pada saat ini sebagai
teliti agar perkembangan ini tidak jawaban dari berbagai permasalahan
berakhir dengan stagnan, tentunya yang belum ada pada masa lalu. Ijtiha>d
pengembangan kualitas sumber daya diperlukan pula dalam pengembangan
insani yang merupakan salah satu hukum ekonomi syariah.
indikator penting dalam pertumbuhan Dalam kaidah fiqhiyyah, bahwa
ekonomi syariah. perubahan hukum dalam fikih dapat
Bahwa persoalan-persoalan dibenarkan, bahkan bisa menjadi suatu
hukum yang muncul terkait ekonomi keharusan jika kondisi sosiologis
syariah itu terus bertambah dan tidak masyarakat berubah. Sebuah kaidah
terbatas jumlahnya, sedangkan jumlah tentang perubahan hukum yang
nas itu terbatas dan sudah berhenti, dinisbatkan kepada Ibnu Qayyim al-
tidak turun lagi. Dalam situasi seperti Jauziyyah6 berbunyi:
itu, maka para ulama wajib membantu
kaum muslimin melalui ijtiha>d dan اختِالَفُ َها بِتَ غَرَِّي األ َْم ِكنَ ِة
ْ َح َك ِام َو
ْ تَغَرَّيُ األ
الع َوائِ ِد ِ ِ ِ واأل َْزِمنَ ِة واأل
pemberian fatwa mengenai hukum
masalah-masalah baru tersebut. َ َح َوال َوالنيرات َو ْ َ َ
Membiarkan masyarakat untuk “Perubahan dan perbedaan hukum
menjawab sendiri persoalan hukum adalah disebabkan perbedaan tempat,
mereka, amatlah berbahaya.4 masa, kondisi, motivasi dan budaya”.
Dalam perspektif hukum Islam, Kaidah tersebut tidak hanya
terdapat dua esensi hukum, yaitu dikemukakan oleh Ibnu Qayyim,7
syariah dan fikih. Syariah merupakan namun juga oleh ulama yang lain
aturan hukum yang ditetapkan seperti kaidah yang berbunyi:
langsung oleh al-Qur’an dan Sunnah.
8
K.H. Ma’ruf Amin adalah seorang salah satu penghargaan atas peran dan karya
ulama besar yang dimiliki bangsa ini. Beliau besarnya bagi bangsa dan negara. K.H. Ma’ruf
dilahirkan di Tangerang Banten, pada tanggal Amin memperoleh gelar Doktor Kehormatan
11 Maret 1943. Beliau memulai pendidikannya dalam bidang Ilmu Hukum Ekonomi Syariah
di Sekolah Rakyat sekaligus Madrasah dari UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta pada
Ibtidaiyyah di Tangerang yang diselesaikan tanggal 5 Mei 2012. K.H. Ma’ruf Amin ini
pada tahun 1955. Kemudian, beliau meneruskan termasuk salah satu cicit dari ulama besar,
pendidikannya di Pesantren Tebuireng Syaikh Nawawi al-Bantani. Beberapa karier
Jombang Jawa Timur sampai 1961. Pendidikan beliau adalah Ra'is 'Aam PBNU (2015-2020)
formal beliau terakhir adalah Fakultas dan Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia
Ushuluddin Universitas Ibnu Chaldun Bogor (2015-2020). Lihat
yang dituntaskannya pada tahun 1967. Sebagai https://id.wikipedia.org/wiki/Maruf_Amin
306 SYARIAH: Jurnal Hukum dan Pemikiran Volume 18, Nomor 2, Desember 2018, hlm. 301-314
syari>’ah), tanpa berpegang kepada al- h}ara>m, i’a>dah al-naz}ar, dan tah}qi>q al-
nus}u>s} al-syar’iyyah, termasuk mana>t}.11
kelompok yang kebablasan (ifra>t}i). a. Al-taysi>r al-manhaji
Sebaliknya kelompok yang rigid Al-taysi>r al-manhaji dapat
memegangi teks keagamaan (al-nus}u>s} diartikan memilih pendapat yang
al-syari’iyyah) tanpa memperhatikan ringan namun tetap sesuai aturan.
kemaslahatan (al-maslah}ah) dan intisari Meskipun mengambil pendapat yang
ajaran agama (maqa>s}id al-syari’ah), lebih meringankan namun tetap dalam
sehingga banyak permasalahan baru koridor manhaj yang ada. Artinya,
yang tidak dijawab, termasuk kategori fatwa DSN-MUI akan memberikan
bersikap gegabah (tafri>t}i).9 jalan keluar dengan memberikan solusi
Manhaj Fatwa Dewan Syariah terbaik selama tidak bertentangan
Nasional (DSN) secara prosedural ialah dengan syariah. Namun demikian,
terlebih dahulu mencari jawaban atas penggunaan metode tersebut tidak
masalah yang dihadapi dengan boleh dilakukan secara berlebihan. Hal
mengeceknya dalam al-Qur’an dan itu tidak dibenarkan karena
Sunnah. Jika jawaban itu ternyata ada menimbulkan sikap meremehkan.
di sana, maka persoalan itu terjawab Metode al-taysi>r al-manhaji
sudah dan selesai. Jika tidak ada, dimaksudkan agar menghindarkan
barulah mencari kalau-kalau sudah ada fatwa disahkan tanpa mengikuti
ijma>’ ulama tentang hal itu. Kemudian pedoman. Tidak jarang suatu masalah
jika tidak ada juga dalam ijma>’, barulah dijawab dengan fatwa yang
mencari jawabannya dengan melakukan meringankan namun hanya
qiya>s. Prosedur empat langkah ini telah mempertimbangkan aspek
disepakati para ulama.10 Jika terjadi kemaslahatan saja dan tidak
kebuntuan pada langkah keempat mengindahkan aspek kesesuaian
(qiyas), maka KH. Ma’ruf Amin metodologis. Dalam pandangan KH.
mengusulkan ditempuhnya langkah Ma’ruf Amin, hal itu tidak boleh
Solusi Hukum Islam (makharij dilakukan karena berpotensi terperosok
fiqhiyah) sebagai landasannya. pada mencari-cari hal-hal yang ringan
Setidaknya ada 4 (empat) solusi fikih saja yang dilarang dalam syariah
yang dijadikan landasan dalam Islamiyah.
menetapkan fatwa DSN-MUI, yaitu: al- Prinsip dasar penerapan metode
taysi>r al-manhaji, tafri>q al-h}ala>l ‘an al- al-taysi>r al-manhaji dalam fatwa DSN-
9
Amin, Fatwa dalam Sistem Hukum Fatwa DSN-MUI dalam Peraturan Perundang-
Islam, h. 246. undangan RI)," in Orasi Ilmiah Pengukuhan
10
Ibid., h. 253. Guru Besar Bidang Ilmu Ekonomi Muamalat
11
Ma'ruf Amin, "Solusi Hukum Islam Syariah (Malang: UIN Maulana Malik Ibrahim,
(Makharij Fiqhiyyah) Sebagai Pendorong Arus 24 Mei 2017), h. 7.
Baru Ekonomi Syariah di Indonesia (Kontribusi
Rahman Helmi, Manhaj Penetapan Fatwa Hukum 307
12
Ibid., h. 8. 2016), h. 400. Lihat 'Ali Ahmad al-Nazwi, al-
13
Rozalinda, Fikih Ekonomi Syariah Qawa'id al-Fiqhiyyah (Damsyiq: Dar al Qalam,
Prinsip dan Implementasinya pada Sektor 2000), h. 64.
Keuangan Syariah (Jakarta: Rajawali Press,
308 SYARIAH: Jurnal Hukum dan Pemikiran Volume 18, Nomor 2, Desember 2018, hlm. 301-314
14
al-Nazwi, al-Qawa'id al-Fiqhiyyah, h.
171.
Rahman Helmi, Manhaj Penetapan Fatwa Hukum 309
15
Ma'ruf Amin, Era Baru Ekonomi Islam 17
Ibn Taimiyah, "Al-Fatawa al-Kubra li
Indoneia: Dari FIkih ke Praktek Ekonomi Islam Ibn Taimiyah," (Dar al-Kutub al-Alamiyah,
(Jakarta: Elsas, 2011), h. 48-52. 1987/1408), h. 74. Lihat pula 'Ali Ahmad al-
16
'Abdurrahman bin Abi Bakr Jalaluddin Nadawi, Mausu'ah al-Qawa'id wa al-Dawabit
al-Suyuti, al-Asybah wa al-Naza'ir (Dar al- al-Fiqhiyyah fi al-Fiqh al-Islami, Jilid I (Riyad:
Kutub al-Amaliah 1990/1411), h. 107. Markaz al-Buhus Dar al-Ta'sil, 1999), h. 344.
310 SYARIAH: Jurnal Hukum dan Pemikiran Volume 18, Nomor 2, Desember 2018, hlm. 301-314
18
Amin, Fatwa dalam Sistem Hukum
Islam, h. 261-62. .
Rahman Helmi, Manhaj Penetapan Fatwa Hukum 311
ada ‘illat maka disitu ada hukum, dan melarangnya. Berdasarkan hal itulah
sebaliknya, jika tidak adanya ‘illat bahwa Letter of Credit (L/C) yang
maka tidak ada hukum. mana penjamin menerima upah
Contoh penerapannya adalah dibolehkan dalam fatwa DSN MUI
fatwa terkait posisi wakil dalam akad Tahun 2009. Hukum “boleh” ini
sewa-menyewa; wakil boleh menyewa didasarkan pada karakteristik
benda yang dipercayakan kepadanya muamalah L/C tersebut yang berkisar
untuk disewakan. Pendapat ini pada akad waka>lah, hawa>lah dan d}ama>n
dijadikan pegangan oleh DSN-MUI (kafa>lah). Waka>lah dengan imbalan
meskipun bertentangan dengan (fee) tidak haram; demikian juga tidak
pendapat mayoritas ulama setelah haram hawa>lah dengan imbalan.
melakukan telaah ulang (i‘a>dah al- Adapun d}ama>n (kafa>lah) dengan
naz}ar) terhadap ‘illah hukum yang imbalan disandarkan pada imbalan atas
dikemukan Jumhur ulama. Jumhur jasa ja>h (dignity, kewibawaan) yang
ulama berpendapat bahwa larangan menurut mazhab Syafi’i, hukumnya
bagi wakil menyewa benda yang boleh walaupun menurut beberapa
diserahkan kepadanya untuk disewakan ulama mengharamkan dan ada pula
kepada orang lain karena adanya yang menetapkan makruh hukumnya.
tuhmah (diduga kuat ada kebohongan) Fatwa DSN-MUI menyandarkan
dari wakil sehingga dapat merugikan pendapat ulama Syafi’iyah yang
pemilik. Namun bila dilakukan telaah membolehkan d}ama>n (kafa>lah) dengan
ulang terhadap ‘illah hukum tersebut, imbalan pada ju’a>lah. Dalam khazanah
maka ‘illah hukum tersebut akan hilang fikih klasik, pengenaan imbalan atas
bila pemilik memberikan tarif yang akad kafa>lah (kafa>lah bi al-ujrah) hanya
jelas terhadap benda yang akan dibolehkan oleh Imam Ishaq bin
disewakan kepada wakilnya, lalu wakil Rahawaih; sedangkan mayoritas ulama
menyepakati tarif tersebut dan fikih tidak membolehkannya. Akan
kemudian ia menyewa sendiri harta tetapi, setelah dilakukan telaah ulang
benda tersebut.19 (i’a>dah al-naz}ar) atas ‘illah hukum
Contoh berikutnya adalah kedua pendapat yang saling
transaksi kafa>lah bil ujrah bertentangan tersebut, serta
(pertanggungan dengan upah) dengan mempertimbangkan kemashlahatan
menyandarkan kepada pendapat yang diperlukan oleh masyarakat pada
sebagian kecil ulama yang berbeda saat ini, pendapat Imam Ishaq bin
dengan jumhur ulama yang Rahawaih yang membolehkan kafa>lah
19
Amin, Era Baru Ekonomi Islam
Indoneia: Dari FIkih ke Praktek Ekonomi Islam,
h. 33-34.
312 SYARIAH: Jurnal Hukum dan Pemikiran Volume 18, Nomor 2, Desember 2018, hlm. 301-314
20
Ibid., h. 34-35. 22
al-Suyuti, al-Asybah wa al-Naza'ir, h.
21
Amin, Fatwa dalam Sistem Hukum 60.
Islam, h. 254.
Rahman Helmi, Manhaj Penetapan Fatwa Hukum 313