Anda di halaman 1dari 22

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Anatomi Fisiologi Otak

Otak adalah suatu alat tubuh yang sangat penting karena merupakan pusat
komputer dari semua alat tubuh. Yang mengatur semua kegiatan di dalam aktivitas
tubuh. Berat otak orang dewasa kira-kira 1400 gram mencapai 2% dari keseluruhan
berat tubuh, mengkonsumsi 25% oksigen dan menerima 1,5% curah jantung. Setengah
padat dan berwarna kelabu kemerahan. Otak dibungkus oleh tiga selaput otak
(meningeal) dan dilindungi oleh tengkorak. Otak mengapung dalam suatu cairan untuk
menunjang otak yang lembek dan halus. Cairan ini bekerja sebagai penyerap goncangan
akibat pukulan dari luar terhadap kepala. (Setiadi, 2016). Perkembangan otak terletak
pada rongga cranium (Tengkorak) berkembang dari sebuah tabung yang mulanya
memperlibatkan tiga gejala pembesaran otak awal, yaitu otak depan, otak tengah dan otak
belakang.(Setiadi, 2016).

1. Otak depan sebagai hemisfer serebri, korpus striatum, thalamus serta


hipotalamus. Fungsi menerima dan mengintegrasikan informasi mengenai
kesadaran dan emosi.
2. Otak tengah, mengkoordinir otot yang berhubungan dengan penglihatan dan
pendengaran. Otak ini menjadi tegmentum, krus serebrium, korpus
kuadrigeminus.
3. Otak belakang (pons) bagian otak yang menonjol kebanyakan tersusun dari
lapisan fiber (berserat) dan termasuk sel yang terlibat dalam pengontrolan
pernafasan. Otak belakang ini menjadi :
a. Ponsvorali, membantu meneruskan informasi
b. Medulla oblongata, mengendalikan fungsi otomatis organ dalam (internal)
c. Serebelum, mengkoordinasikan pergerakan dasar. (Setiadi, 2016).
Otak dilindungi oleh beberapa bagian yaitu kulit kepala, rambut, tulang
tengkorak dan kolumna vertebral dan meningeal (selaput otak ) lapisan
meningeal terdiri dari Durameter, lapisan araknoid dan durameter, cairan
serebrospinalis.: (Setiadi, 2016).
Durameter yaitu lapisan terluar tebal yang terdiri dari dua lapisan. lapisan
ini biasanya terus bersambung tetapi terputus pada beberapa sisi spesifik
lapisan periosteal luar pada durameter melekat dipermukaan dalam cranium
dan berperen sebagai periosteum dalam pada tulang tengkorak. lapisan
meningeal dalam pada pembesaran otak awal, yaitu otak depan, otak tengah
dan otak belakang. (Setiadi, 2016)
4. Otak depan sebagai hemisfer serebri, korpus striatum, thalamus serta
hipotalamus. Fungsi menerima dan mengintegrasikan informasi mengenai
kesadaran dan emosi.
5. Otak tengah, mengkoordinir otot yang berhubungan dengan penglihatan dan
pendengaran. Otak ini menjadi tegmentum, krus serebrium, korpus
kuadrigeminus.
6. Otak belakang (pons) bagian otak yang menonjol kebanyakan tersusun dari
lapisan fiber (berserat) dan termasuk sel yang terlibat dalam pengontrolan
pernafasan.
Otak dilindungi oleh beberapa bagian yaitu kulit kepala, rambut, tulang
tengkorak dan kolumna vertebral dan meningeal (selaput otak ) lapisan
meningeal terdiri dari Durameter, lapisan araknoid dan durameter, cairan
serebrospinalis.: (Setiadi, 2016)
Durameter yaitu lapisan terluar tebal yang terdiri dari dua lapisan.
lapisan ini biasanya terus bersambung tetapi terputus pada beberapa sisi
spesifik lapisan periosteal luar pada durameter melekat dipermukaan dalam
cranium dan dan berperen sebagai periosteum dalam pada tulang tengkorak.
lapisan meningeal dalam pada :
1. Durameter tertanan sampai ke dalam fisura otak dan terlipat kembali di
arahnya untuk membentuk falks serebrum dan tentorium serebelum dan
sela diafragma. Ruang subdural memisahkan durameter dari araknoid
pada regia cranial dan medulla spinalis. Ruang epidural adalah ruang
potensial antara perioteal luar dan lapisan meningeal dalam pada
durameter di regia medulla spinalis.
2. Araknoid, yaitu bagian yang terletak dibagian eksternal pia meter dan
mengandung sedikit pembuluh darah. Ruang araknoid memisahkan
lapisan araknoid dari pia meter dan mengandung cairan cerebrospinalis,
pembuluh darah serta jaringan penghubung serta selaput yang
mempertahankan posisi araknoid terhadap piameter dibawahnya.
3. Piameter, yaitu adalah lapisan terdalam yang halus dan tipis serta melekat
erat dalam otak.
Diantara arachnoid dan Piameter disebut subrakhnoid, yang
berisi cairan serebrospinal dan pembuluh – pembuluh darah. Ruang
subarachnoid dibawah L2 dinamakan sakus atau teka lumbalis,
tempat dimana cairan serebrospinal diambil pada waktu fungsi
lumbal. Cairan serebrospinal yang berada diruang subarachnoid
merupakan salah satu proteksi untuk melindungi jaringan otak dan
medulla spinalis terhadap trauma atau gangguan dari luar. Rata – rata
cairan serebrospianal dibentuk sebanyak 0,35 ml/menit atau 500
ml/hari, sedangkan total volume cairan serebrospinal berkisaran 75-
150 ml dalam sewaktu. Ini merupakan suatu kegiatan dinamis,
berupa pembentukan, sirkulasi dan absorpsi. Untuk
mempertahankan jumlah cairan serebrospinal tetap dalam sewaktu,
maka cairan serebrospinal diganti 4-5 kali dalam sehari. Perubahan
dalam cairan serebrospinal dapat merupakan proses dasar patologi
suatu kelainan klinik. Pemeriksaan cairan serebrospinal adalah
suatu tindakan untuk menetapkan diagnose, mengidentifikasi
organism penyebab serta dapat untuk melakukan test sensitivitas
antibiotika.
Pelindung otak (copyright pearson education, Inc.
Publishing as Benjamin cumings:2003)
Cairan serebrospinal dibentuk dari kombinasi filtrasi kapiler
dan sekresi aktif dari epitel. Cairan serebrospinal hampir
menyerupai ultrafiltrat dari plasma darah tapi berisi konsentrasi Na,
K, bikarbonat, cairan, glukosa yang lebih kecil dan klorida yang
lebih tinggi dengan PH cairan serebrospinal lebih rendah dari darah.
(Setiadi, 2016).
Cairan serebrospinal mempunyai fungsi yaitu : (Setiadi, 2016).
a. Menyediakan keseimbangan dalam system saraf, dimana
unsur – unsur pokok pada cairan serebrospinal berada dalam
keseimbangan dengan cairan otak ekstraseluler, jadi
mempertahankan lingkungan yang konstan terhadap sel –
sel dalam system saraf.
b. Menghantar makanan kesistem syaraf pusat
c. Melindungi otak dan sumsum tulang belakang dari
goncangan dan trauma.
d. Sebagai buffer
e. Mempertahankan tekanan intracranial. Dengan cara
pengurangan cairan serebrospinalis dengan mengalirkan ke
luar rongga tengkorak, baik dengan mempercepat
pengalirannya melalui berbagai foramina, hingga mencapai
sinus venosus atau masuk kedalam rongga subaracnoid
lumbal.
f. Mengalirkan bahan – bahan yang tidak diperlukan otak,
seperti CO2, laktat, dan ion hydrogen. (Setiadi, 2016).
Bagian dari otak secara garis besar terdiri dari : (Setiadi, 2016)

1. Otak besar (cerebrum) Berpasangan bagian atas dari otak


kecil yang mengisi lebih dari setengah masa otak.
Permukaannya berasal dari bagian yang menonjol dan
lekukan Cerebrum di bagi dalam 4 lobus yaitu : (Setiadi, 2016)
a. Lobus frontalis, menstimulasi pergerakan otot yang
bertanggung jawab untuk proses berfikir, pusat fungsi
intelektual yang lebih tinggi seperti kemampuan
berpikir abstrak dan nalar motoric bicara, pusat
penghirup, pusat pengonrolan gerakan volunteer di
gyrus presentralis (area motoric primer).
b. Lobus Parientalis merupakan area sensoris dari otak
yang merupakan sensasi perabaan, tekanan, dan
sedikit menerima perubahaan temperature
c. Lobus Occipitalis mengandung area visual yang
menerima sensasi dari mata, berfungsi sebagai
menginterpretasikan dan memperoses rangsang
penglihatan dari nervus optikus
d. Lobus temporalis, mengandung area auditori yang
menerima sensasi dari telingga dan berperan dalam
pembentukan dan perkembangan emosi. Area khusus
otak besar (cerebrum) adalah :
e. Somatic sensory, area yang menerima implus dari
reseptor sensori tubuh yang terdiri dari area sensorik
primer, dan visual primer, area auditori primer. Area
olfaktori primer dan area pengecap primer.
f. Primary motor, area yang mengirim implus ke otot
skeletal area primar terdapat dalam girus presentral.
Disini neuron mengedalikan sisi anterior
girus presentral. Neuron mengendalikan aktivitas
motoric yang terlatih dan berulang seperti mengetik.
g. Brocas area yang terlibat dalam kemampuan bicara.
2. Otak depan (diachepalon) Terletak diantara serebrum dan
otak tengah yang tersembunyi di balik hermisfer serebral,
terletak dibagian atas batang otak didepan mesenchepalon
yang terdari dari : (Setiadi, 2016)
a. Thalamus, berfungsi untuk stasiun pemancar bagi
implus yang sampai di otak dan medulla spinalis
b. Hipotalamus, berfungsi sebagai pusat pusat pengaturan
suhu.
c. Subtalamus, nucleus motoric ekstrapiramidal penting
mempunyai hubungan nucleus rubra, substansia nigra
dan globus palidus dari ganglia basalis
d. Epitalamus adalah membentuk langit – langit tipis
ventrikel telinga.
3. Otak tengah ( mesencephalon) Merupakan bagian otak
pendek dan terkonriksi yang menghubungkan pons dan
serebelum dan sereblum dan berfungsi sebagai jalur
penghantar dan pusat refleks.
4. Otak belakang ( hidrain: pons varolli, serebelum, medulla
oblongata) Otak tengah, pons dan medulla oblongata disebut
sebagai batang otak. Batang otak (brain stem: mesenhepalon,
pons, dan medulla oblongata )
5. Pons menghubungkan medulla yang panjang dengan berbagai
bagian otak melalui pedunkulus serebral. Pusat respirasi
6. Medulla oblongata adalah sumsum lanjutan yang terletak
langsung setelah otak dan dan menghubungkan dengan
medulla spinalis.
7. Otak kecil (cerebellum) Bagian otak yang terletak dibagian
belakang otak besar. Berfungsi sebagai pusat pengaturan
koordiansi gerakan yang disadari dan keseimbangan tubuh
serta posisi tubuh. (Setiadi, 2016)

B. Konsep Dasar Stroke Non Hemoragik


1. Definisi Stroke
Stroke adalah manifestasi klinis dari gangguan fungsi otak baik vocal maupun
global (menyeluruh), yang berlangsung cepat, berlangsung lebih dari 24 jam atau
sampai menyebabkan kematian, tanpa penyebab lain selain gangguan vascular dengan
gejala klinis yang kompleks (Marlina,2017).
Stroke merupakan kehilangan fungsi otak secara tiba-tiba, yang disebabkan oleh
gangguan aliran darah ke otak (stroke iskemik) atau pecahnya pembuluh darah diotak
(stroke hemoragik). Gangguan aliran darah atau pecahnya pembuluh darah
menyebabkan sel-sel otak (neuron) di daerah yang terkena mati (Heart and Stroke
Foundation,2015).
Stroke non hemoragik (stroke iskemik) yaitu tersumbatnya pembuluh darah yang
menyebabkan aliran darah keotak sebagian atau keseluruhan terhenti (Nurarif &
Kusuma, 2016).
Stroke iskemik adalah stroke yang disebabkan oleh karena adanya oklusi yang
terjdi akibat pembentukan thrombus. Resiko diatas 55 tahun wanita lebih tinggi
disbanding laki-laki (Munir, 2015).
2. Klasifikasi Stroke
Klasifikasi stroke menurut (Yasmara, 2017).
a. Stroke Non Hemoragik (Stroke iskemik)
Stroke iskemik adalah stroke yang terjadi akibat obstruksi atau bekuan di satu
atau lebih arteri besar pada sirkulasi serebrum. Obstruksi dapat disebabkan
oleh bekuan (thrombus) yang terbentuk didalam pembuluh darah otak atau
pembuluh darah organ distal. Terdapat beragam penyebab stroke trombotik dan
embolik primer termasuk aterosklerosis, arteritis, keadaan hiperkoagulasi dan
penyakit jantung structural. Penyebab lain stroke iskemik adalah vasospasme
yang merupakan respons vaskuler reaktif terhadap perdarahan ke dalam ruang
antara araknoid dan piameter meningen. Sebagian stroke iskemik tidak
menimbulkan nyeri, karena jaringan otak tidak peka terhadap nyeri. Namun,
pembuluh darah besar dileher dan batang otak memiliki banyak reseptor nyeri
sehingga cedera pada pembuluh-pembuluh darah ini saat serangan iskemik
dapat menimbulkan nyeri kepala.
b. Stroke Hemoragik
Stroke hemoragik terjadi sekitar 20% dari seluruh kasus stroke. Pada stroke ini,
lesi vaskuler intraserebrum mengalami rupture sehingga terjadi perdarahan di
subraknoid atau langsung ke dalam jaringan otak. Perdarahan dapat secara
cepat menimbulkan gejala neurogenic karena tekanan pada struktur-struktur
saraf di dalam tengkorak. Biasanya stroke hemoragik secara cepat
menyebabkan kerusakan fungsi otak dan kehilangan kesadaran.
3. Etiologi Stroke
Etiologi stroke menurut (Muttaqin,2012)
Trombosis ini terjadi pada pembuluh darah yang mengalami oklusi sehingga
menyebabkan iskemia jaringan otak yang dapat menimbulkan oedema dan
kongesti di sekitarnya. Thrombosis biasanya terjadi pada orang tua yang sedang
tidur atau bangun tidur. Hal ini dapat terjadi karena penurunan aktivitas simpatis
dan penurunantekanan darah yang dapat menyebabkan ischemic cerebral. Tanda
dan gejala sering kali membentuk pada 48 jam setelah thrombosis.
Beberapa keadaan di bawah ini yang dapat menyebabkan thrombosis otak:
a. Aterosklerosis
b. Hiperkoagulasi pada polisitemia
c. Arteritis (radang pada arteri)
d. Emboli
Menurut (Sari D.P.,2017), stroke non hemoragic merupakan stroke yang
terjadi akibat adanya bekuan atau sumbatan pada pembuluh darah otak
yang dapat disebabkan oleh tumpukan thrombus pada pembuluh darah
otak, sehingga aliran darah ke otak menjadi terhenti.
4. Stadium Stroke
Menurut Satyanegara (2014). Berdasarkan evolusi stroke dibagi menjadi 4 bagian
yaitu :
1) Hiperakut
Terjadi kurang dari 6 jam dan tindakan penanganan stroke dilakukan di
instalasi gawat darurat seperti tindakan resusitasi kardiopulmoner serta
dengan pemeriksaan penunjang.
2) Akut
Terjadi 6 sampai dengan 48 jam dengan tindakan terapi fisik, wicara,
psikologi serta pemulihan penderita. Keluarga juga di ikut sertakan dalam
perawatan penderita.
3) Sub Akut
Terjadi selama 3 hari sampai dengan 4 minggu dengan tindakan yang di
lakukan berupa tindakan kognitif, tingkah laku, menelan, dan bicara.
4) Kronik
Penderita mengalami stroke lebih dari 4 minggu
5. Patofisiologi
Iskemik pada otak akan mengakibatkan perubahan pada sel neuron otak secara
bertahap. Tahap pertama diawali dengan penurunan aliran darah sehingga
menyebabkan sel-sel neuron akan kekurangan oksigen dan nutrisi. Hal ini
menyebabkan kegagalan metabolism dan penurunan energy yang dihasilkan oleh
sel neuron tersebut. Sedangkan pada tahap II, ketidakseimbangan suplai dan
kebutuhan oksigen tersebut memicu respons inflamasi dan diakhiri dengan
kematian sel secara apoptosis terhadapnya.
Proses pada susunan saraf pusat ini menyebabkan berbagai hal, antara lain
gangguan permeabilitas pada saraf darah otak, kegagalan energy, hilangnya
hemostasis ion sel, asidosis, peningkatan kalsium ekstrasel, dan toksisitas yang
dipicu oleh keberadaan radikal bebas (Yasmara, 2016)
Infark serebral adalah berkurangnya suplai darah ke area tertentu diotak. Luasnya
infark bergantung pada factor-faktor seperti lokasi dan besarnya pembuluh darah
dan adekuatnya sirkulasi kolateral terhadap area yang di suplai oleh pembuluh
darah yang tersumbat. Sampai darah ke otak dapat berubah (makin lambat atau
cepat) pada gangguan local (thrombus, emboli, perdarahan, dan spasme vascular)
atau karena gangguan umum (hipoksia karena gangguan paru dan jantung).
Aterosklerosis sering sebagai factor penyebab infark pada otak. Thrombus dapat
berasal dari plak arterosklerotik, atau darah dapat beku pada area yang stenosis,
tempat aliran darah mengalami pelambatan atau terjadi turbulensi (Muttaqin,
2008).
Thrombosis dan emboli di dalam pembuluh darah akan terlepas dan terbawa
hingga terperangkap dalam pembuluh darah distal, lalu menyebabkan
pengurangan aliran darah yang menuju ke otak sehingga sel otak akan mengalami
kekurangan nutrisi dan juga oksigen, sel otak yang mengalami kekurangan
oksigen dan glukosa akan menyebabkan asidosis lalu asidosid akan
mengakibatkan natrium, klorida, dan air masuk ke dalam sel otak dan kalium
meninggalkan sel otak sehingga terjadi edema setempat. Kemudian kalsium akan
masuk dan memicu serangkaian radikal bebas sehingga terjadi perusakan
membrane sel lalu mengkerut dan tubuh mengalami deficit neurologis lalu mati
(Esther, 2010).
Jika aliran darah ke tiap bagian otak terhambat karena thrombus atau emboli,maka
mulai terjadi kekurangan suplai oksigen ke jaringan otak. Kekurangan oksigen
dalam satu menit dapat menunjukkan gejala yang dapat pulih seperti kehilangan
kesadaran. Sedangkan kekurangan oksigen dalam waktu yang lebih lama
menyebabkan nekrosis mikroskopik neuron-neuron area yang mengalami nekrosis
disebut infark (Batticaca, 2008).
6. Manifestasi Klinik (Tarwoto, 2013)
1) Kelumpuhan wajah atau anggota badan sebelah (hemiparesis) atau
hemiplegia (paralisis) yang timbul secara mendadak. Kelumpuhan terjadi
akibat adanya kerusakan pada area motorik di korteks bagian frontal,
kerusakan ini bersifat kontralateral artinya jika terjadi kerusakan hemisfer
kanan maka kelumpuhan otot pada sebelah kiri. Pasien juga akan kehilangan
kontrol otot vulenter dan sensorik sehingga pasien tidak dapat melakukan
ekstensi maupun fleksi.
2) Gangguan stebilitas pada satu atau lebih anggota badan. Gangguan stenbilitas
terjadi karena kerusakan system saraf otonom dan gangguan saraf sensorik
3) Punurunan kesadaran (konfusi, delirium, letargi, stupor, atau koma), terjadi
akibat perdarahan, kerusakan otak kemudian menekan batang otak atau
terjadinya gangguan metabolik otak akibat hipoksia
4) Afasia (kesuliatan dalam berbicara) afasia adalah defisit kemampuan
komunikasi bicara, termasuk dalam membaca, menulis, memahami bahasa.
Afasia ini terjadi jika ada kerusakan area pusat bicara primer yang berada
pada hemisfer kiri dan biasanya terjadi pada stroke dengan gangguan pada
arteri middle serebral kiri. Afasia dibagi menjadi 3 yaitu afasia motorik,
sensorik dan global. Afasia motorik atau ekspresif terjadi jika pada area
broca yang terletak di lobus frontal otak. Pada afasia jenis ini pasien dapat
memahami lawan bicara tetapi pasien tidak bisa mengungkapkan dan
kesulitan mengungkapkan bicara. Afasia sensorik terjadi karena kerusakan
pada area wirnicke yang terletak didaerah temporal. Pada afasia ini pasien
tidak mampu menerima stimulasi pendengaran tetapi pasien mampu
mengungkapkan pembicaraan sehingga bicara tidak nyambung atau
konheren. Pada afasia global pasien dapat merespon pembicaran baik
menerima maupun merespon mengungkapkan pembicaraan.
5) Disatria (bicara cadel atau pelo) merupakan kesulitan bicara terutama dalam
artikulasi sehingga ucapannya menjadi tidak jelas. Namun demikian pasien
dapat memahami pembicaraan, menulis, mendengarkan maupun membaca.
Disatria terjadi karena kerusakan nervus kranial sehingga terjadi kelemahan
dari otot bibir, lidah dan laring. Pasien juga terdapat kesulitan dalm
memngunyah.
6) Gangguan penglihatan, diplopia. Pasien dapat mengalami gangguan
penglihatan atau pandangan menjadi ganda. Hal ini terjdi karena kerusakan
pada lobus temporal atau pariental yang dapat menghambat saraf optic pada
korteks oksipital.
7) Disfagia, atau kesulitan menelan terjadi karena kerusalakan nervus IX.
Selama menelan bolus didorong oleh lidah dan glottis menutup kemudian
makanan masuk ke esophagus.
8) Inkontinensia, baik bowel maupun bladder sering terjadi karena hal ini
terjadi terganggunya saraf yang mensarafi bladder dan bowel.
9) Vertigo, mual, muntal dan nyeri kepala, terjadi karena peningkatan tekanan
intrakranial,edema serbri.
7. Komplikasi (Purwanto, 2016)
Komplikasi yang bisa terjadi pada stroke antara lain hipoksia serebral, penurunan
aliran darah serebral, embolisme serebral, pneumonia aspirasi, infeksi saluran
kencing (ISK), inkontinensia, kontraktur, tromboplebitis, abrasi kornea,
decubitus, encephalitis, Congestive Heart Failure (CHF), disritmia, hidrosepalus
dan vasospasme.
8. Penatalaksanaan (Nurarif, 2015)
1) Stadium hiperakut
Tindakan pada stadium ini di lakukan di instalasi rawat darurat dan merupakan
tindakan resusitasi serebro kardio pulmonal bertujuan agar kerusakan jaringan
otak tidak meluas. Pada stadium ini, pasien diberikan 2L/menit dan cairan
kristaloid/koloid : hindari pemberian dektrosa atau salin dalam H2O.
Dilakukan pemeriksaan CT scan otak, elektrokardiografi, foto toraks, darah
perifer lengkap dan jumlah trombosit, protrombin time/INR, APTT, glukosa
darah, kimia darah(termasuk elektrolit):jika hipoksia, dilakukan analisis mental
kepada pasien serta memberikan penjelasan pada keluarga agar tetap tenang.
2) Stadium akut
Pada stadium ini, dilakukan penanganan faktor-faktor etiologik maupun
penyulit. Juga di lakukan tindakan terapi fisik,okupasi,wicara dan psikologis
serta telah sosial untuk membantu pemulihan pasien.
a. Terapi umum : letakan kepala pasien pada posisi 30 derajat, kepala dan
dada pada satu bidang: ubah posisi tidur setiap 2 jam: mobilisasi dimulai
bertahap bila hemodinamik sudah stabil. Selanjutnya, bebaskan jalan
napas, beri oksigen 1-2L/menit sampai didapatkan hasil analisis gas darah.
b. Terapi hemoragik
Terapi umum: pasien stroke hemoragik harus di rawat di ICU jika volume
hemotoma >30ml, perdarahan intraventrikuler dengan hidrosefalus, dan
keadaan klinis cenderung memburuk. Tekanan darah harus diturunkan
sampai tekanan darah premorbid atau 15-20% bila tekanan darah sistolik
>180mmHg, diastolik >120 mmHg, MAP >130 mmHg, dan volume
hematoma bertambah. Bila terdapat gagal jantung, tekanan darah harus
segera diturunkan dengan labetalol iv 10 mg (pemberian dalam 2 menit)
sampai 20 mg ( pemberian dalam 30 menit) maksimun 300mg: enalapril iv
0,625 mg per 6 jam: katropil 3 kali 6,25-25 mg peroral.c.Stadium
subakutTindakan medis dapat berupa terapi kognitif, tingkah laku,
menelan, terapi wicara, dan bladder training (termasuk terapi fisik).
3) Terapi fase subakut antara lain :
a. Melanjutkan terapi sesuai kondisi akut sebelumnya
b. Penatalaksanaan komplikasi
c. Restorasi/ rehabilitas (sesuai kebutuhan pasien) yaitu fisioterapi, terapi
wicara, terapi kognitif, dan terapi okupasi
d. Prevensi sekunder
e. Edukasi keluarga dan discharge planning
9. Pemeriksaan Penunjang
(Wijaya dan Mariza, 2013 dalam Santoso, L.E, 2018)
1) Angiografi serebral
2) Elektro enceffalography
3) Sinar x tengkorak
4) Ultrasonography Doppler
5) CT-Scan dan MRI
6) Pemeriksaan foto thorax
7) Pemeriksaan laboratorium
C. ROM Cylindrical Grip
Berdasarkan penelitian (Wahyuningsih, 2013), yang melakukan penelitian tentang
pengaruh ROM Cylindrical Grip terhadap peningkatan kekuatan otot ekstremitas atas
pada pasien stroke non hemoragik di RSUD Ungaran Semarang didapatkan hasil bahwa
terdapat perbedaan kekuatan otot sebelum dan sesudah diberikan intervensi ROM
Cylindrical Grip dengan p value 0,001 (< 0,05). Dari hasil penelitian tersebut dapat
disimpulkan bahwa ROM Cylindrical Grip efektif terhadap peningkatan kekuatan otot
ekstremitas atas.
1. Pengertian Range of Motion (ROM)
ROM merupakan latihan yang digunakan untuk mempertahankan atau
memperbaiki tingkat kesempurnaan kemampuan untuk menggerakkan persendian
secara normal dan lengkap untuk meningkatkan massa otot dan tonus otot terdapat 3
jenis ROM, yaitu ROM aktif, ROM pasif, dan ROM aktif-asistif. ROM aktif
merupakan latihan yang dilakukan oleh pasien sendiri, ROM pasif merupakan latihan
yang dilakukan oleh perawat dan ROM aktif-asistif merupakan latihan yang dilakukan
baik oleh pasien maupun perawat (Irfan,2010)
ROM merupakan istilah umum yang menyatakan batasan gerakan sendi normal
dan sebagai dasar untuk menetapkan addanya kelainan ataupun untuk menyatakan
batasan sendi yang abnormal (Sitohang, 2015).
Cylindrical Grip merupakan latihan fungsional tangan dengan cara
menggemgam sebuah bendaa berbentuk silindris. Dalam Cylindrical Grip, jari-jari
dilipat dengan ibu jari yang tertekuk diatas telunjuk dari jari tengah. Hal ini
melibatkan fungsi, terutama fungsi dari fleksor digitorum profundus, sublimiis fleksor
digitorum dan otot interoseus membantu ketika kekuatan yang diperlukan lebih besar
(Irfan,2010).
2. Prinsip Dasar Pemberian ROM (Potter, 2012)
1) ROM harus diulang sekitar 8 kali dan dikerjakan minimal 2 kali sehari.
2) ROM dilakukan perlahan dan hati-hati sehingga tidak melelahkan pasien.
3) Dalam merencanakan program latihan ROM, perhatikan umur pasien, diagnosa,
tanda-tanda vital dan lamanya tirah baring
4) Bagian-bagian tubuh yang dapat di lakukan ROM adalah leher, jari, lengan, siku,
bahu, tumit, kaki dan pergelangan kaki.
5) ROM dapat di lakukan pada semua persendian atau hanya pada bagian-bagian
yang dicurigai mengalami proses penyakit.
6) Melakukan ROM harus sesuai waktunya. Misalnya setelah mandi atau perawatan
rutin telah dilakukan.
3. Tahap Fungsi Pemberian ROM Cylindrical Grip (Irfan, 2010)
1) Membuka tangan
2) Menutup jari-jari untuk menggemgam objek
3) Mengatur kekuatan menggemgam
4. Manfaat Latihan ROM (Potter, 2012)
1) Memperbaiki tonus otot ekstremitas
2) Meningkatkan mobilisasi sendi
3) Memperbaiki toleransi otot untuk latihan
4) Meningkatkan massa otot
5) Mengurangi kehilangan tulang
5. Prosedur ROM Cylindrical Grip (Irfan, 2010)
1) Berikan benda berbenruk silindris (tissu gulung)
2) Lakukan koreksi pada jari-jari agar menggemgam sempurna
3) Posisi wrist jointt 45°
4) Berikan instruksi untuk menggemgam (menggemgam kuat) selama 5 menit
kemudian rileks
5) Lakukan pengulangan sebanyak 7 kali
D. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan dan proses
sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan
mengidentifikasi status kesehatan klien (Setiadi, 2012).
Kemudian menurut Purwanto (2016) pengkajian yang di lakukan ke klien
meliputi :
a. Identitas klien
Meliputi nama, umur (kebanyakan terjadi pada usia tua), jenis kelamin, pendidikan,
alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan MRS, nomor register, dan
diagnosis medis.
b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan utama
Sering menjadi alasan klien untuk meminta pertolongan kesehatan adalah kelemahan
angota gerak sebelah badan, bicara pelo, tidak dapat berkomunikasi, dan penurunan
tingkat kesadaran.
2) Riwayat kesehatan sekarang
Serangan stroke berlangsung sangat mendadak, pada saat klien sedang melakukan
aktivitas ataupun sedang beristirahat. Biasanya terjadi nyeri kepala, bahkan kejang
sampai tidak sadar, selain gejala kelumpuhan separuh badan atau gangguan fungsi
otak yang lain.
3) Riwayat penyakit dahulu
Adanya riwayat hipertensi, riwayat stroke sebelumnya, diabetes melitus, penyakit
jantung, anemia, riwayat trauma kepala, penggunaan anti koagulan, obat-obat
adiktif, pecandu alkohol kegemukan, dan penyakit kardiovaskuler.
4) Riwayat penyakit keluarga Biasanya ada riwayat keluarga yang menderita hipertensi,
diabetes melitus, atau adanya riwayat stroke, serta dari generasi terdahulu.
5) Riwayat psikososial dan spiritual
Peranan klien dalam keluarga, status emosi meningkat, interaksi meningkat, interaksi
sosial terganggu, adanya rasa cemas yang berlebihan, hubungan dengan tetangga tidak
harmonis, status dalam pekerjaan. Dan apakah klien rajin dalam melakukan ibadah
sehari-hari.
Tabel Pengukuran Kekuatan Otot

Kekuatan Otot Keterangan


Nilai 0 Bila tidak terlihat kontraksi sama sekali
Nilai 1 Bila terlihat kontraksi dan tetapi tidak ada gerakan
pada sendi
Nilai 2 Bila ada gerakan pada sendi tetapi tidak bisa melawan
gravitasi
Nilai 3 Bila dapat melawan gravitasi tetapi tidak dapat
melawan tekanan pemeriksaan
Nilai 4 Bila dapat melawan tahanan pemeriksaan tetapi
kekuatanya berkurang
Nilai 5 Bila dapat melawan tahanan pemeriksaan dengan
kekuatan penuh

2. Pengkajian sistem
(Konsep Kebutuhan Dasar Manusia)
a. Sistem Musculoskeletal
Dilakukan pemeriksaan apakah mengalami osteprosis, atrofi otot, kontraktur dan
kekakuan serta nyeri sendi
b. Sistem Neurosensori
Pemeriksaan fisik berfokus pada aktivitas dan olahraga yang menonjolkan kesejajaran
tubuh, cara berjalan, penampilan dan pergerakan sendi, kemampuan dan keterbatasan
gerak, kekuatan dan massa otot, toleransi aktivitas, serta saraf kranial :
1) Saraf I Biasanya pada pasien stroke tidak ada kelainan pada fungsi penciuman.
2) Saraf II Disfungsi persepsi visual karena gangguan jarak sensori primer diantara
mata dan korteks visual. Gangguan hubungan visual-spasial 8 (mendapatkan
hubungan dua atau lebih objek dalam area spasial) sering terjadi pada pasien
dengan hemiplegia kiri. Pasien mungkin tidak dapat memakai pakaian tanpa
bantuan karena ketidakmampuan untuk mencocokkan pakaian ke bagian tubuh.
3) Saraf III, IV, dan VI Jika akibat stroke mengakibatkan paralisis, pada satu sisi otot-
otot okularis didapatkan penurunan kemampuan gerakan konjugat unilateral di sisi
yang sakit.
4) Saraf V Pada beberapa keadaan stroke menyebabkan paralisis saraf trigenimus,
penurunan kemampuan koordinasi gerakan mengunyah, penyimpangan rahang
bawah ke sisi ipsilateral, serta kelumpuhan satu sisi otot pterigoideus internus dan
eksternus.
5) Saraf VII Persepsi pengecapan dalam batas normal, wajah asimetris, dan otot wajah
tertarik ke bagian sisi yang sehat.
6) Saraf VIII Tidak ditemukan adanya tuli konduktif dan tuli persepsi.
7) Saraf IX dan X Kemampuan menelan kurang baik dan kesulitan membuka mulut.
8) Saraf XI Tidak ada atrofi otot sternokleidomastoideus dan trapezius.
9) Saraf XII Lidah simetris, terdapat deviasi pada satu sisi dan fasikulasi, serta indera
pengecapan normal.
2. Diagnosa Keperawatan
Setelah data terkumpul, langkah berikutnya adalah menganalisa data sehingga
diperoleh diagnosa yang dapat muncul pada pasien stroke meliputi Gangguan
mobilitas fisik, Gangguan komunikasi verbal, dan Resiko perfusi serebral tidak efektif.
Pada studi kasus ini penulis berfokus pada salah satunya yaitu gangguan mobilitas
fisik yang disesuaikan dengan SIKI 2018, SLKI 2018 dan SDKI 2016 :
a. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan
Gejala dan Tanda Mayor
1) Subjektif
Mengeluh sulit menggerakkan ekstremitas
2) Objektif
Kekuatan otot menurun, rentang gerak (ROM) menurun
Gejala dan Tanda Minor
1) Subjektif
Nyeri saat bergerak, enggan melakukan pergerakan, merasa cemas saat bergerak
2) Objektif
Sendi kaku, gerakan tidak terkoordinasi, gerakan terbatas, fisik lemah
3. Perencanaan Keperawatan
Perencanaan keperawatan adalah rencana keperawatan yang akan perawat
rencanakan kepada klien sesuai dengan diagnosa yang ditegakkan hingga kebutuhan klien
dapat terpenuhi. Teori keperawatan dituliskan sesuai dengan rencana dan kriteria hasil
(Wilkinson, 2011). Dalam mengatasi diagnosa keperawatan Gangguan Mobilitas Fisik
maka perawat mengacu pada tujuan dan kriteria hasil dari SLKI yaitu pergerakan sendi
dan intervensi keperawatan yang mengacu pada SIKI yaitu teknik latihan penguatan otot.
Selain itu perawat juga melakukan 2 intervensi tambahan berdasarkan evidence base yang
telah penulis baca dari beberapa sumber ilmiah yang sudah dilakukan penelitian.
Sehingga penulis menyusun intervensi untuk diagnosa Gangguan Mobilitas Fisik seperti :
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh
perawat untuk membantu klien dari masalah ke status kesehatan yang lebih baik yang
menggambarkan kriteria yang diharapkan (Potter & Perry,2005).
Implementasi yang dilakukan pada pasien Stroke dapat bersifat implementasi
mandiri dimana perawat dapat melakukannya tanpa bantuan dari tenaga kesehatan lain,
implementasi kolaborasi seperti pemberian obat, dan implementasi edukasi untuk
meningkatkan pemahaman pasien dan keluarga mengenai tindakan pencegahan
komplikasi yang dapat dilakukan.
5. Evaluasi
Evaluasi adalah tindakan intelektual perawat untuk melengkapi proses keperawatan
yang menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan, rancana keperawatan dan
pelaksanaannya sudah dicapai berdasarkan tujuan yang telah dibuat dalam perencanaan
keperawatan (Potter & Perry, 2005).
Evaluasi keperawatan terdiri dari S yang merupakan ungkapan perasaan dan
keluhan secara subjektif oleh keluarga maupun pasien setelah diberi tindakan
keperawatan, O yang merupakan keadaan objektif yang dapat diidentifikasi oleh perawat
menggunakan pengamatan yang objektif, A yang merupakan analisa perawat setelah
mengetahui respon pasien secara objektif dan subjektif, dan P yang merupakan
perencanaan selanjutnya setelah perawat melakukan analisis.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
1. Rancangan Studi Kasus
Penelitian ini menggunakan desain Quasi eksperimental yaitu desain eksperimen
yang memiliki perlakuan dengan rancagan one group pretest dan postest design. yang
bertujuan untuk menggambarkan pergerakan sendi pada pasien Stroke di wilayah kerja
Puskesmas Sawah Lebar Kota Bengkulu. Pendekatan yang digunakan pada studi kasus
ini yaitu proses asuhan keperawatan yang meliputi pengkajian, diagnosa, perencanaan,
implementasi, dan evaluasi keperawatan.
2. Subyek Studi Kasus
Subyek penelitian dalam kasus ini yaitu klien Stroke di Puskesmas Sawah Lebar
Kota Bengkulun. Jumlah subyek penelitian yang direncanakan yaitu 2 orang klien dengan
minimal perawatan selama 3 hari. Kriteria Inklusi yang ditetapkan pada subyek peneliti
ini yaitu, penderita stroke yang berada di wilayah kerja Puskesmas Sawah Lebar Kota
Bengkulu, penderita bersedia menjadi responden. Sementara kriteria eksklusi pada studi
kasus ini yaitu, penderita tidak bersedia menjadi responden.
3. Fokus Studi
Fokus studi dalam kasus ini adalah peningkatan latihan kekuatan otot pada pasien
dengan stroke. Fokus dalam studi kasus ini adalah mendeskripsikan pemenuhan
kebutuhan Mobilisasi yang berfokus pada diagnosa keperawatan gangguan mobilitas fisik
dengan intervensi yang dilakukan yaitu teknik latihan penguatan otot pada pasien Stroke
yang berada di wilayah kerja Puskesmas Sawah Lebar Kota Bengkulu.
4. Definisi Operasional
Asuhan keperawatan dalam studi kasus ini didefinisikan sebagai suatu proses
pelayanan keperawatan manajemen latihan penguatan otot meliputi tahapan pengkajian,
diagnosis, intervensi, implementasi, dan evaluasi keperawatan pada pasien stroke.
Pasien dalam studi kasus ini didefinisikan sebagai orang yang menerima
pelayanan kesehatan atas penyakit stroke yang dialami Stroke dalam kasus ini
didefinisikan sebagai suatu diagnosis yang ditetapkan oleh dokter berdasarkan
manifestasi klinis, hasil pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan laboratorium. Manajemen
teknik latihan penguatan otot dalam studi kasus ini didefinisikan sebagai rangkaian
tindakan keperawatan untuk melatih kekuatan otot pada pasien yang mengalami
kekakuan otot akibat stroke yang diderita dengan rumusan intervensi keperawatan
berdasarkan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) dan Evidence Base
Practice Nursing.
5. Tempat dan Waktu
Lokasi penelitian ini adalah dirumah klien yang menderita stroke di wilayah kerja
Puskesmas Sawah Lebar Kota Bengkulu . Studi kasus ini dilaksanakan pada tanggal
6. Pengumpulan Data
Studi kasus ini menggunakan sumber data primer dan sumber data sekunder.
Sumber data primer didapatkan langsung dari pasien ataupun keluarga, sedangkan
sumber data sekunder didapatkan dari rekam medis pasien untuk melihat diagnosis yang
keluar dan riwayat perjalanan penyakit pasien. Hasil anamnesis berisi tentang identitas
klien, identitas penanggung jawab, keluhan utama, riwayat kesehatan sekarang, riwayat
penyakit dahulu dan riwayat kesehatan keluarga. Data yang didapat bersumber dari klien,
keluarga dan perawat lainnya.
7. Prosedur Penelitian
Penelitian diawali dengan pengajuan judul proposal penelitian “Penerapan
Latihan ROM Dengan Cylindrical Grip Untuk Meningkatkan Kekuatan Otot Pada
Gangguan Mobilitas Fisik Pasien Stroke Non Hemoragik” lalu penyusunan usulan
proposal studi kasus. Setelah proposl disetujui dewan penguji, selanjutnya melakukan
pengurusan surat izin penyelesian studi kasus. Kemudian penulis mulai melakukan
penelitian yang berfokus pada pengumpulan data, analisa data, menegakkan diagnosa
keperawatan, menyusun intervensi keperawatan, dan melaksanakan implementasi
keperawatan, evaluasi keperawatan, serta dokumentasi hasil penelitian. Kemudian
penulis menyusun prosedur tindakan berdasarkan riset :
a. Alat dan bahan yang digunakan adalah Tissu gulung, SOP ROM Cylindrical Grip, dan
Skala Pengukuran kekuatan Otot
b. Waktu yang digunakan selama terapi kurang lebih 10 menit dengan 7 kali pengulanga,
dilakukan 2 kali sehari yaitu pagi dan sore, dilakukan selama 3 hari
c. Tempat berlangsungnya terapi di rumah pasien yang menderita stroke
d. Melakukan sesuai fase dimulai dari fase pra interaksi, menyiapkan SOP, menyiapkan
alat, mencuci tangan
e. Lalu melakukan tahap Orientasi membeikan salam, memperkenalkan diri, evaluasi
validasi, kontrak waktu, menjelaskan tujuan prosedur, meminta persetujuan pasien
untuk dilakukan tindakan.
f. Dilanjutkan dengan tahap kerja dengan mengatur posisi pasien senyaman mungkin,
meletakkan tissu gulung di telapak tangan pasien, menginstruksikan pasien menutup
jari-jari untuk menggenggam objek dan mengatur kekuatan menggenggam tissu
gulung dan dilakukan secara berulang.
g. Setelah tindakan lakukan pengukuran kekuatan otot h. Lalu terakhir lakukan evaluasi
dan terminasi diakhir waktu kontrak dan kontrak lagi untuk hari berikutnya.
8. Penyajian Data
Penyajian data dilakukan oleh peneliti dengan mengumpulkan data secara langsung
pada pasien dengan menggunakan format pengkajian yang telah dibuat terhadap 2 orang
pasien. Pengumpulan data dilakukan pada catatan medis / status klien, anamnesa dengan
klien langsung, anamnesa dengan keluarga klien, dokter, dan perawat ruangan agar
mendapatkan data yang valid.

Anda mungkin juga menyukai