TINJAUAN TEORI
Otak adalah suatu alat tubuh yang sangat penting karena merupakan pusat
komputer dari semua alat tubuh. Yang mengatur semua kegiatan di dalam aktivitas
tubuh. Berat otak orang dewasa kira-kira 1400 gram mencapai 2% dari keseluruhan
berat tubuh, mengkonsumsi 25% oksigen dan menerima 1,5% curah jantung. Setengah
padat dan berwarna kelabu kemerahan. Otak dibungkus oleh tiga selaput otak
(meningeal) dan dilindungi oleh tengkorak. Otak mengapung dalam suatu cairan untuk
menunjang otak yang lembek dan halus. Cairan ini bekerja sebagai penyerap goncangan
akibat pukulan dari luar terhadap kepala. (Setiadi, 2016). Perkembangan otak terletak
pada rongga cranium (Tengkorak) berkembang dari sebuah tabung yang mulanya
memperlibatkan tiga gejala pembesaran otak awal, yaitu otak depan, otak tengah dan otak
belakang.(Setiadi, 2016).
2. Pengkajian sistem
(Konsep Kebutuhan Dasar Manusia)
a. Sistem Musculoskeletal
Dilakukan pemeriksaan apakah mengalami osteprosis, atrofi otot, kontraktur dan
kekakuan serta nyeri sendi
b. Sistem Neurosensori
Pemeriksaan fisik berfokus pada aktivitas dan olahraga yang menonjolkan kesejajaran
tubuh, cara berjalan, penampilan dan pergerakan sendi, kemampuan dan keterbatasan
gerak, kekuatan dan massa otot, toleransi aktivitas, serta saraf kranial :
1) Saraf I Biasanya pada pasien stroke tidak ada kelainan pada fungsi penciuman.
2) Saraf II Disfungsi persepsi visual karena gangguan jarak sensori primer diantara
mata dan korteks visual. Gangguan hubungan visual-spasial 8 (mendapatkan
hubungan dua atau lebih objek dalam area spasial) sering terjadi pada pasien
dengan hemiplegia kiri. Pasien mungkin tidak dapat memakai pakaian tanpa
bantuan karena ketidakmampuan untuk mencocokkan pakaian ke bagian tubuh.
3) Saraf III, IV, dan VI Jika akibat stroke mengakibatkan paralisis, pada satu sisi otot-
otot okularis didapatkan penurunan kemampuan gerakan konjugat unilateral di sisi
yang sakit.
4) Saraf V Pada beberapa keadaan stroke menyebabkan paralisis saraf trigenimus,
penurunan kemampuan koordinasi gerakan mengunyah, penyimpangan rahang
bawah ke sisi ipsilateral, serta kelumpuhan satu sisi otot pterigoideus internus dan
eksternus.
5) Saraf VII Persepsi pengecapan dalam batas normal, wajah asimetris, dan otot wajah
tertarik ke bagian sisi yang sehat.
6) Saraf VIII Tidak ditemukan adanya tuli konduktif dan tuli persepsi.
7) Saraf IX dan X Kemampuan menelan kurang baik dan kesulitan membuka mulut.
8) Saraf XI Tidak ada atrofi otot sternokleidomastoideus dan trapezius.
9) Saraf XII Lidah simetris, terdapat deviasi pada satu sisi dan fasikulasi, serta indera
pengecapan normal.
2. Diagnosa Keperawatan
Setelah data terkumpul, langkah berikutnya adalah menganalisa data sehingga
diperoleh diagnosa yang dapat muncul pada pasien stroke meliputi Gangguan
mobilitas fisik, Gangguan komunikasi verbal, dan Resiko perfusi serebral tidak efektif.
Pada studi kasus ini penulis berfokus pada salah satunya yaitu gangguan mobilitas
fisik yang disesuaikan dengan SIKI 2018, SLKI 2018 dan SDKI 2016 :
a. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan
Gejala dan Tanda Mayor
1) Subjektif
Mengeluh sulit menggerakkan ekstremitas
2) Objektif
Kekuatan otot menurun, rentang gerak (ROM) menurun
Gejala dan Tanda Minor
1) Subjektif
Nyeri saat bergerak, enggan melakukan pergerakan, merasa cemas saat bergerak
2) Objektif
Sendi kaku, gerakan tidak terkoordinasi, gerakan terbatas, fisik lemah
3. Perencanaan Keperawatan
Perencanaan keperawatan adalah rencana keperawatan yang akan perawat
rencanakan kepada klien sesuai dengan diagnosa yang ditegakkan hingga kebutuhan klien
dapat terpenuhi. Teori keperawatan dituliskan sesuai dengan rencana dan kriteria hasil
(Wilkinson, 2011). Dalam mengatasi diagnosa keperawatan Gangguan Mobilitas Fisik
maka perawat mengacu pada tujuan dan kriteria hasil dari SLKI yaitu pergerakan sendi
dan intervensi keperawatan yang mengacu pada SIKI yaitu teknik latihan penguatan otot.
Selain itu perawat juga melakukan 2 intervensi tambahan berdasarkan evidence base yang
telah penulis baca dari beberapa sumber ilmiah yang sudah dilakukan penelitian.
Sehingga penulis menyusun intervensi untuk diagnosa Gangguan Mobilitas Fisik seperti :
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh
perawat untuk membantu klien dari masalah ke status kesehatan yang lebih baik yang
menggambarkan kriteria yang diharapkan (Potter & Perry,2005).
Implementasi yang dilakukan pada pasien Stroke dapat bersifat implementasi
mandiri dimana perawat dapat melakukannya tanpa bantuan dari tenaga kesehatan lain,
implementasi kolaborasi seperti pemberian obat, dan implementasi edukasi untuk
meningkatkan pemahaman pasien dan keluarga mengenai tindakan pencegahan
komplikasi yang dapat dilakukan.
5. Evaluasi
Evaluasi adalah tindakan intelektual perawat untuk melengkapi proses keperawatan
yang menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan, rancana keperawatan dan
pelaksanaannya sudah dicapai berdasarkan tujuan yang telah dibuat dalam perencanaan
keperawatan (Potter & Perry, 2005).
Evaluasi keperawatan terdiri dari S yang merupakan ungkapan perasaan dan
keluhan secara subjektif oleh keluarga maupun pasien setelah diberi tindakan
keperawatan, O yang merupakan keadaan objektif yang dapat diidentifikasi oleh perawat
menggunakan pengamatan yang objektif, A yang merupakan analisa perawat setelah
mengetahui respon pasien secara objektif dan subjektif, dan P yang merupakan
perencanaan selanjutnya setelah perawat melakukan analisis.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
1. Rancangan Studi Kasus
Penelitian ini menggunakan desain Quasi eksperimental yaitu desain eksperimen
yang memiliki perlakuan dengan rancagan one group pretest dan postest design. yang
bertujuan untuk menggambarkan pergerakan sendi pada pasien Stroke di wilayah kerja
Puskesmas Sawah Lebar Kota Bengkulu. Pendekatan yang digunakan pada studi kasus
ini yaitu proses asuhan keperawatan yang meliputi pengkajian, diagnosa, perencanaan,
implementasi, dan evaluasi keperawatan.
2. Subyek Studi Kasus
Subyek penelitian dalam kasus ini yaitu klien Stroke di Puskesmas Sawah Lebar
Kota Bengkulun. Jumlah subyek penelitian yang direncanakan yaitu 2 orang klien dengan
minimal perawatan selama 3 hari. Kriteria Inklusi yang ditetapkan pada subyek peneliti
ini yaitu, penderita stroke yang berada di wilayah kerja Puskesmas Sawah Lebar Kota
Bengkulu, penderita bersedia menjadi responden. Sementara kriteria eksklusi pada studi
kasus ini yaitu, penderita tidak bersedia menjadi responden.
3. Fokus Studi
Fokus studi dalam kasus ini adalah peningkatan latihan kekuatan otot pada pasien
dengan stroke. Fokus dalam studi kasus ini adalah mendeskripsikan pemenuhan
kebutuhan Mobilisasi yang berfokus pada diagnosa keperawatan gangguan mobilitas fisik
dengan intervensi yang dilakukan yaitu teknik latihan penguatan otot pada pasien Stroke
yang berada di wilayah kerja Puskesmas Sawah Lebar Kota Bengkulu.
4. Definisi Operasional
Asuhan keperawatan dalam studi kasus ini didefinisikan sebagai suatu proses
pelayanan keperawatan manajemen latihan penguatan otot meliputi tahapan pengkajian,
diagnosis, intervensi, implementasi, dan evaluasi keperawatan pada pasien stroke.
Pasien dalam studi kasus ini didefinisikan sebagai orang yang menerima
pelayanan kesehatan atas penyakit stroke yang dialami Stroke dalam kasus ini
didefinisikan sebagai suatu diagnosis yang ditetapkan oleh dokter berdasarkan
manifestasi klinis, hasil pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan laboratorium. Manajemen
teknik latihan penguatan otot dalam studi kasus ini didefinisikan sebagai rangkaian
tindakan keperawatan untuk melatih kekuatan otot pada pasien yang mengalami
kekakuan otot akibat stroke yang diderita dengan rumusan intervensi keperawatan
berdasarkan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) dan Evidence Base
Practice Nursing.
5. Tempat dan Waktu
Lokasi penelitian ini adalah dirumah klien yang menderita stroke di wilayah kerja
Puskesmas Sawah Lebar Kota Bengkulu . Studi kasus ini dilaksanakan pada tanggal
6. Pengumpulan Data
Studi kasus ini menggunakan sumber data primer dan sumber data sekunder.
Sumber data primer didapatkan langsung dari pasien ataupun keluarga, sedangkan
sumber data sekunder didapatkan dari rekam medis pasien untuk melihat diagnosis yang
keluar dan riwayat perjalanan penyakit pasien. Hasil anamnesis berisi tentang identitas
klien, identitas penanggung jawab, keluhan utama, riwayat kesehatan sekarang, riwayat
penyakit dahulu dan riwayat kesehatan keluarga. Data yang didapat bersumber dari klien,
keluarga dan perawat lainnya.
7. Prosedur Penelitian
Penelitian diawali dengan pengajuan judul proposal penelitian “Penerapan
Latihan ROM Dengan Cylindrical Grip Untuk Meningkatkan Kekuatan Otot Pada
Gangguan Mobilitas Fisik Pasien Stroke Non Hemoragik” lalu penyusunan usulan
proposal studi kasus. Setelah proposl disetujui dewan penguji, selanjutnya melakukan
pengurusan surat izin penyelesian studi kasus. Kemudian penulis mulai melakukan
penelitian yang berfokus pada pengumpulan data, analisa data, menegakkan diagnosa
keperawatan, menyusun intervensi keperawatan, dan melaksanakan implementasi
keperawatan, evaluasi keperawatan, serta dokumentasi hasil penelitian. Kemudian
penulis menyusun prosedur tindakan berdasarkan riset :
a. Alat dan bahan yang digunakan adalah Tissu gulung, SOP ROM Cylindrical Grip, dan
Skala Pengukuran kekuatan Otot
b. Waktu yang digunakan selama terapi kurang lebih 10 menit dengan 7 kali pengulanga,
dilakukan 2 kali sehari yaitu pagi dan sore, dilakukan selama 3 hari
c. Tempat berlangsungnya terapi di rumah pasien yang menderita stroke
d. Melakukan sesuai fase dimulai dari fase pra interaksi, menyiapkan SOP, menyiapkan
alat, mencuci tangan
e. Lalu melakukan tahap Orientasi membeikan salam, memperkenalkan diri, evaluasi
validasi, kontrak waktu, menjelaskan tujuan prosedur, meminta persetujuan pasien
untuk dilakukan tindakan.
f. Dilanjutkan dengan tahap kerja dengan mengatur posisi pasien senyaman mungkin,
meletakkan tissu gulung di telapak tangan pasien, menginstruksikan pasien menutup
jari-jari untuk menggenggam objek dan mengatur kekuatan menggenggam tissu
gulung dan dilakukan secara berulang.
g. Setelah tindakan lakukan pengukuran kekuatan otot h. Lalu terakhir lakukan evaluasi
dan terminasi diakhir waktu kontrak dan kontrak lagi untuk hari berikutnya.
8. Penyajian Data
Penyajian data dilakukan oleh peneliti dengan mengumpulkan data secara langsung
pada pasien dengan menggunakan format pengkajian yang telah dibuat terhadap 2 orang
pasien. Pengumpulan data dilakukan pada catatan medis / status klien, anamnesa dengan
klien langsung, anamnesa dengan keluarga klien, dokter, dan perawat ruangan agar
mendapatkan data yang valid.