DI susun oleh :
Dosen MK :
1. Kala I
Pengkajian
a) Anamnesa
Nama, umur, dan alamat
Gravida dan para
Hari pertama haid terakhir (HPHT)
Riwayat alergi obat
Riwayat kehamilan sekarang: ANC, masalah yang dialami selama kehamilan seperti
perdarahan, kapan mulai kontraksi, apakah gerakan bayi masih terasa, apakah selaput
ketuban sudah pecah? Jika ya, cairan warnanya apa? Kental/ encer? Kapan pecahnya?
Apakah keluar darah pervagina? Bercak atau darah segar? Kapan ibu terakhir makan
dan minum? Apakah ibu kesulitan berkemih?
Riwayat kehamilan sebelumnya
Riwayat medis lainnya seperti hipertensi, pernafasan
Riwayat medis saat ini (sakit kepala, pusing, mual, muntah atau nyeri epigastrium).
Pemeriksaan fisik :
Tunjukkan sikap ramah
Minta mengosongkan kandung kemih
Nilai keadaan umum, suasana hati, tingkat kegelisahan, warna konjungtiva,
kebersihan, status gizi, dan kebutuhan cairan tubuh
Nilai tanda – tanda vital (TD, Nadi, suhu, dan pernafasan), untuk akurasi lakukan
pemeriksaan TD dan nadi diantara dua kontraksi.
Pemeriksaan abdomen : menentukan tinggi fundus, kontraksi uterus.
b) Palpasi jumlah kontraksi dalam 10 menit, durasi dan lamanya kontraksi
Memantau denyut jantung janin (normal 120-160x/menit)
Menentukan presentasi (bokong atau kepala)
Menentukan penurunan bagian terbawah janin
Pemeriksaan dalam :
Nilai pembukaan dan penipisan serviks
Nilai penurunan bagian terbawah dan apakah sudah masuk rongga panggul
Jika bagian terbawah kepala, pastikan petunjuknya.
Analisa Data:
No Data (Symptom) Penyebab Masalah
(Etiologi) (Problem)
1. DS: Kontraksi Nyeri akut
· Laporan secara verbal rasa nyeri. uterus, dilatasi
DO: serviks
· Posisi untuk menahan nyeri
· Tingkah laku berhati-hati
· Gangguan tidur (mata sayu, tampak
capek, sulit atau gerakan kacau,
menyeringai)
· Terfokus pada diri sendiri
· Fokus menyempit (penurunan
persepsi waktu, kerusakan proses
berpikir, penurunan interaksi dengan
orang dan lingkungan)
· Tingkah laku distraksi, contoh :
jalan-jalan, menemui orang lain
dan/atau aktivitas, aktivitas berulang-
ulang)
· Respon autonom (seperti
diaphoresis, perubahan tekanan darah,
perubahan nafas, nadi dan dilatasi
pupil)
· Perubahan autonomik dalam tonus
otot (mungkin dalam rentang dari
lemah ke kaku)
· Tingkah laku ekspresif (contoh :
gelisah, merintih, menangis, waspada,
iritabel, nafas panjang/berkeluh kesah)
· Perubahan dalam nafsu makan dan
minum.
2. DS: Peningkatan Kelelaham
· Tidak tertarik padalingkungan kebutuhan
· Meningkatnya komplainfisik energi selama
· Secara verbal menyatakan kurang persalinan
energi, kelelahan.
DO:
· Gangguan konsentrasi
· Penurunan kemampuan
· Ketidakmampuanmempertahankan
rutinitas
· Ketidakmampuanmendapatkan
energi sesudahtidur
· Kurang energi
· Ketidakmampuan
untukmempertahankan aktivitasfisik
3. DS: Kekhawatiran Kecemasan
· Mengungkapkan perasaan cemas, terhadap
takut. leselamatan ibu
· DO dan janin,
· Tampak cemas kurang
· Peningkatan nadi, respirasi pengetahuan
· Keinginan berkemih proses
· Peningkatan refleks persalinan
· Wajah tegang
· Anoreksia
· Kelelahan
· Kontak mata buruk, gelisah.
Diagnosa keperawatan
a) Nyeri berhubungan dengan kontraksi uterus, dilatasi serviks.
b) Kelelahan berhubungan dengan peningkatan kebutuhan energi selama persalinan.
c) Kecemasan berhubungan dengan kekhawatiran terhadap leselamatan ibu dan janin, kurang
pengetahuan proses persalinan.
Rencana Keperawatan
a) Nyeri berhubungan dengan kontraksi uterus, dilatasi serviks.
Tujuan: diharapkan ibu mampu mengendalikan nyerinya dengan kriteria hasil ibu
menyatakan menerima rasa nyerinya sebagai proses fisiologis persalinan.
Intervensi:
1. Kaji kontraksi uterus dan ketidaknyamanan (awitan, frekuensi, durasi, intensitas, dan
gambaran ketidaknyamanan). Untuk mengetahui kemajuan persalinan dan
ketidaknyamanan yang dirasakan ibu.
2. Kaji tentang metode pereda nyeri yang diketahui. Nyeri persalinan bersifat unik dan
berbeda–beda tiap individu. Respon terhadap nyeri sangat tergantung budaya,
pengalaman terdahulu dan serta dukungan emosional termasuk orang yang diinginkan.
3. Kaji faktor yang dapat menurunkan toleransi terhadap nyeri. Mengidentifikasi jalan
keluar yang harus dilakukan.
4. Kurangi dan hilangkan faktor yang meningkatkan nyeri. Tidak menambah nyeri klien.
5. Jelaskan metode pereda nyeri yang ada seperti relaksasi, massase, pola pernafasan,
pemberian posisi, obat – obatan. Memungkinkan lebih banyak alternative yang dimiliki
oleh ibu, oleh karena dukungan kepada ibu untuk mengendalikan rasa nyerinya.
6. Lakukan perubahan posisi sesuai dengan keinginan ibu, tetapi ingin di tempat tidur
anjurkan untuk miring ke kiri. Nyeri persalinan bersifat sangat individual sehingga posisi
nyaman tiap individu akan berbeda, miring kiri dianjurkan karena memaksimalkan curah
jantung ibu.
7. Beberapa teknik pengendalian nyeri Relaksasi Massase.Bertujuan untuk meminimalkan
aktivitas simpatis pada system otonom sehingga ibu dapat memecah siklus ketegangan-
ansietas-nyeri.
2. Kala II
Pengkajian
a) Aktivitas /istirahat: adanya kelelahan, ketidak mampuan melakukan dorongan sendiri/
relaksasi, letargi, lingkaran hitam di bawah mata.
b) Sirkulasi: tekanan darah dapat meningkat 5-10mmHg diantara kontraksi.
c) Integritas Ego: Respon emosional dapat meningkat, dapat merasa kehilangan control
atau kebalikannya seperti saat ini klien terlibat mengejan secara aktif.
d) Eleminasi: Keinginan untuk defikasi, disertai tekanan intra abdominal dan tekanan uterus,
dapat mengalami rabas fekal saat mengejan, distensi kandung kemih mungkin ada ,
dengan urine dikeluarkan selama upaya mendorong.
e) Nyeri/ Ketidak nyamanan: Dapat merintih/ meringis selama kontraksi, amnesia diantara
kontraksi mungkin terlihat, melaporkan rasa terbakar/ meregang dari perineum, kaki
dapat gemetar selama upaya mendorong, kontraksi uterus kuat terjadi 1–2 menit masing-
masing dan berakhir 60-90 detik.
f) Pernafasan: peningkatan frekuensi pernafasan.
g) Keamanan: Diaforesis sering terjadi, bradikardi janin dapat terjadi selama kontraksi.
h) Seksualitas: Servik dilatasi penuh(10 cm) dan penonjolan 100%, peningkatan
penampakan perdarahan vagina, penonjolan rectal/ perineal dengan turunnya janin,
membrane mungkin rupture pada saat ini bila masih utuh, peningkatan pengeluaran
cairan amnion selama kontraksi, crowning terjadi, kaput tampak tepat sebelum kelahiran
pada presentasi vertex.
Analisa Data:
No Data (Symptom) Penyebab Masalah
(Etiologi) (Problem)
1. DS: Tekanan mekanik Nyeri akut
Laporan secara verbal rasa nyeri. pada bagian
DO: presentasi, dilatasi/
Posisi untuk menahan nyeri peregangan
Tingkah laku berhati-hati jaringan, kompresi
Gangguan tidur (mata sayu, saraf, kontraksi.
tampak capek, sulit atau gerakan
kacau, menyeringai)
Terfokus pada diri sendiri
Fokus menyempit (penurunan
persepsi waktu, kerusakan proses
berpikir, penurunan interaksi dengan
orang dan lingkungan)
Tingkah laku distraksi, contoh :
jalan-jalan, menemui orang lain
dan/atau aktivitas, aktivitas berulang-
ulang)
Respon autonom (seperti
diaphoresis, perubahan tekanan
darah, perubahan nafas, nadi dan
dilatasi pupil)
Perubahan autonomik dalam
tonus otot (mungkin dalam rentang
dari lemah ke kaku)
Tingkah laku ekspresif (contoh :
gelisah, merintih, menangis,
waspada, iritabel, nafas
panjang/berkeluh kesah)
Perubahan dalam nafsu makan
dan minum.
2. Faktor risiko: Resiko
Prosedur invasif berulang infeksi
Trauma jaringan
Pemajanan terhadap patogen
Persalinan lama
Pecah ketuban.
3. DS: Fluktuasi pada Perubahan
Laporan secara verbal perasaan aliran darah balik curah jantung
lemah. vena
DO:
Takikardi, bradikardi
Kulit berkeringat
Penurunan nadi perifer
Oliguria
Perubahan warna kulit
Tampak gelisah
Dispnea
Diagnosa Keperawatan
a) Nyeri akut b.d tekanan mekanik pada bagian presentasi, dilatasi/ peregangan jaringan
(perineum), kompresi saraf, kontraksi.
b) Resiko infeksi. Faktor risiko : prosedur invasif berulang, trauma jaringan, pemajanan
terhadap patogen, persalinan lama atau pecah ketuban.
c) Perubahan curah jantung b/d fluktuasi pada aliran darah balik vena.
d) Risiko kerusakan integritas kulit. Faktor risiko: Pencetus persalinan, pola kontraksi
hipertonik, janin besar, pemakaaian forcep.
Rencana Keperawatan
a) Nyeri akut b.d tekanan mekanik pada bagian presentasi, dilatasi/ peregangan jaringan
(perineum), kompresi saraf, kontraksi.
Tujuan : diharapkan klien dapat mengontrol rasa nyeri dengan kriteria hasil :
Mengungkapkan penurunan nyeri
Menggunakan teknik yang tepat untuk mempertahankan kontrol nyeri.
Intervensi :
1. Identifikasi derajat ketidak nyamanan dan sumbernya.Mengklarifikasi kebutuhan
memungkinkan intervensi yang tepat.
2. Pantau dan catat aktivitas uterus pada setiap kontraksi.Memberikan informasi
tentangkemajuan kontinu, membantu identifikasi pola kontraksi abnormal.
3. Berikan dukungan dan informasi yang berhubungan dengan persalinan.Informasi tentang
perkiraan kelahiran menguatkan upaya yang telah dilakukan berarti.
4. Anjurkan klien untuk mengatur upaya untuk mengejan.Upaya mengejan spontan yang
tidak terus menerus menghindari efeknegatif berkenaandenganpenurunan kadar oksigen
ibu dan janin.
5. Bantu ibu untuk memilih posisi optimal untuk mengejan. Posisi yang tepat dengan
relaksasi memudahkan kemajuan persalinan.
6. Kaji pemenuhan kandung kemih, kateterisasi bila terlihat distensi.Meningkatkan
kenyamanan, memudahkan turunnya janin, menurunkan resiko trauma kantung kencing.
7. Dukung dan posisikan blok sadel / anastesi spinal, local sesuai indikasi.Posisi yang tepat
menjamin penempatan yang tepat dari obat-obatan dan mencegah komplikasi.
b) Resiko infeksi. Faktor risiko: prosedur invasif berulang, trauma jaringan, pemajanan
terhadap patogen, persalinan lama atau pecah ketuban.
Tujuan : diharapkan tidak terjadi infeksi dengan kriteria hasil : tidak ditemukan tanda-tanda
adanya infeksi.
Intervensi :
1. Lakukan perawatan parienal setiap 4 jam.Membantu meningkatkan kebersihan ,
mencegah terjadinya infeksi uterus asenden dan kemungkinan sepsis.ah kliendan janin
rentan pada infeksi saluran asenden dan kemungkinan sepsis.
2. Catat tanggal dan waktu pecah ketuban.Dalam 4 jam setelah ketuban pecah akan terjadi
infeksi.
3. Lakukan pemeriksaan vagina hanya bila sangat perlu, dengan menggunakan tehnik
aseptik. Pemeriksaan vagina berulang meningkatkan resiko infeksi endometrial.
4. Pantau suhu, nadi dan sel darah putih.Peningkatan suhu atau nadi > dapat menandakan
infeksi.
5. Gunakan tehnik asepsis bedah pada persiapan peralatan.Menurunkan resiko kontaminasi.
Kolaborasi :
6. Berikan antibiotik sesuai indikasi. Digunakan dengan kewaspadaan karena pemakaian
antibiotik dapat merangsang pertumbuhan yang berlebih dari organisme resisten.
c) Perubahan curah jantung b/d fluktuasi pada aliran darah balik vena.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 60 menit diharapkan cardiak out put
dalam batas normal, TD= 120/80 mmHg,Nadi=80 x/mnt.
Intervensi
1. Pantau TD dan nadi setiap 5-15 mnt, perhatikan jumlah dan konsentrasi haluaran urine,
tes terhadap albuminuria.Peningkatan curah jantung 30-50% mempengaruhi kontraksi
uterus.
2. Anjurkan klien untuk inhalahi dan ekshalasi selama upaya mengejan menggunakan
tehnik glottis terbukaan.Valsava manuver yang lama dan berulang terjadi bila pasien
menahan nafas saat mendorong terhadap glottis yang tertutup.yang dapat mengganggu
aliran balik vena.
3. Pantau DJJ setelah setiap kontraksi atau upaya mengejan.Mendeteksi bradikardi pada
janin dan hipoksia.
4. Anjurkan klien memilih posisi persalinan yang mengoptimalkan sirkulasi.Posisi
persalinan yang baik mempertahankan aliran balik vena dan mencegah hipotensi.
5. Pantau TD dan nadi segara setelah pemberian anastesi sampai klien stabil.Hipotensi
adalah reaksi merugikan paling umum pada blok epidural lumbal atau subaraknoid
memperlambat aliran balik vena dan menurunkan curah jantung.
Kolaborasi
6. Atur infus intra vena sesuai indikasi, pantau pembrian oksitosin dan turunkan kecepatan
bila perlu.Jalur IV harus tersedia pada kasus perlunya memperbaiki hipotensi atau
menaikkan obat kedaruratan.
d) Risiko kerusakan integritas kulit. Faktor risiko: Pencetus persalinan, pola kontraksi
hipertonik, janin besar, pemakaaian forcep.
Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 1 x 60 menit diharapkan tidak terjadi
kerusakan kulit/ jaringan dengan kriteria evaluasi :
Otot-otot perineal rileks selama upaya mengedan
Bebas dari laserasi yang dapat dicegah.
Intervensi
Mandiri :
1. Bantu klien dengan posisi tepat, pernapasan, dan upaya untuk rileks.Dengan posisi yang
tepat, pernafasan yang baik membantu meningkatkan peregangan bertahap dari perineal
dan jaringan vagina dan mencegah terjadinya trauma atau laserasi serviks.
2. Tempatkan klien pada posisi Sim lateral kiri untuk melahirkan bila nyaman.Posisi Sim
lateral kiri menurunkan ketegangan perineal,meningkatkan peregangan bertahap, dan
menurunkan perlunya episiotomy.
3. Bantu klien mengangkat kaki secara simultan, hindari tekanan pada poplitea,sokong
telapak kaki.Menurunkan regangan otot mencegah tekanan pada betis,dan ruang poplitea
yang dapat menyebabkan tromboplebitis pasca partum.
Kolaborasi :
4. Kaji kepenuhan kandung kencing. Menurunkan terauma kandung kemih dari bagian
presentasi.
5. Bantu sesuai kebutuhan dengan manufer tangan, berikan tekanan pada dagu janin melalui
perineum ibu saat tekanan pengeluaran pada oksiputdengan tangan lain.Memungkinkan
melahirkan lambat saat kepala bayi telah distensidi perineum 5cm sehingga menurunkan
trauma pada jaringan ibu.
6. Bantu dengan episiotomy garis tengan atau mediolateral k/p.Episiotomy dapat mencegah
robekan perineum pada kasus bayi besar, persalinan cepat,dan ketidakcukupan relaksasi
perineal.
3. Kala III
Pengkajian
a) Aktivitas/istirahat: Perilaku dapat direntang dari senang sampai keletihan.
b) Sirkulasi: Tekanan darah meningkat saat curah jantung meningkat kemudian kembali ke
tingkat normal dengan cepat, hipotensi dapat terjadi sebagai respon terhadap analgesik dan
anastesi, frekuensi nadi lambat pada respon terhadap perubahan jantung.
c) Makanan/cairan: kehilangan darah normal 200-300ml.
d) Nyeri/ketidaknyamanan: inspeksi manual pada uterus dan jalan lahir menetukan adanya
robekan atau laserasi. Perluasan episiotomi atau laserasi jalan lahir mungkin ada.
e) Seksualitas: darah yang berwarna hitam dari vagina terjadi saat plasenta lepas dari
endometrium, biasanya dalam 1-5 menit setelah melahirkan bayi. Tali pusat memanjang
pada muara vagina. Uterus berubah dari discoid menjadi bentuk globular.
f) Pemeriksaan fisik:
Kondisi umum ibu: tanda vital (tekanan darah, nadi, respirasi, suhu tubuh), status
mental klien.
Inspeksi: perdarahan aktif dan terus menerus sebelum atau sesudah melahirkan
plasenta.
Palpasi: tinggi fundus uteri dan konsistensinya baik sebelum maupun sesudah
pengeluaran plasenta.
Analisa Data:
No Data (Symptom) Penyebab Masalah
(Etiologi) (Problem)
1. Faktor risiko: Risiko cedera
Posisi selama melahirkan (meternal)
Kesulitan dengan pelepasan
plasenta
Profil darah abnormal.
2. DS: Trauma jaringan, Nyeri akut
Laporan secara verbal rasa nyeri. respon fisiologis
DO: setelah melahirkan
Posisi untuk menahan nyeri
Tingkah laku berhati-hati
Gangguan tidur (mata sayu,
tampak capek, sulit atau gerakan
kacau, menyeringai)
Terfokus pada diri sendiri
Fokus menyempit (penurunan
persepsi waktu, kerusakan proses
berpikir, penurunan interaksi dengan
orang dan lingkungan)
Tingkah laku distraksi, contoh :
jalan-jalan, menemui orang lain
dan/atau aktivitas, aktivitas berulang-
ulang)
Respon autonom (seperti
diaphoresis, perubahan tekanan
darah, perubahan nafas, nadi dan
dilatasi pupil)
Perubahan autonomik dalam
tonus otot (mungkin dalam rentang
dari lemah ke kaku)
Tingkah laku ekspresif (contoh :
gelisah, merintih, menangis,
waspada, iritabel, nafas
panjang/berkeluh kesah)
Perubahan dalam nafsu makan
dan minum.
Diagnosa keperawatan
a) Risiko cedera (meternal). Faktor risiko:posisi selama melahirkan, kesulitan dengan
pelepasan plasenta, profil darah abnormal.
b) Nyeri akut b/d trauma jaringan, respon fisiologis setelah melahirkan.
c) Risiko kekurangan volume cairan. Faktor risiko: peningkatan kehilangan cairan secara
tidak disadari, laserasi jalan lahir.
Rencana Keperawatan
a) Risiko cedera (meternal) b/d posisi selama melahirkan, kesulitan dengan pelepasan
plasenta, profil darah abnormal.
Tujuan: diharapkan tidak terjadi cedera maternal dengan kriteria hasil:
Tidak terjadi tanda-tanda perdarahan.
Kesadaran pasien compos mentis.
Intervensi
Mandiri
1. Palpasi fundus uteri dan masase perlahan.Memudahkan pelepasan plasenta.
2. Masase fundus secara perlahan setelah pengeluaran plasenta.Menghindari
rangsangan/trauma berlebihan pada fundus.
3. Kaji irama dan pola pernapasan.Pada pelepasan plasenta. Bahaya ada berupa emboli
cairan amnion dapat masuk ke sirkulasi maternal, menyebabkan emboli paru.
4. Bersihkan vulva dan perineum dengan air larutan antiseptik, berikan pembalut perineal
steril. Menghilangkan kemungkinan kontaminan yang dapat mengakibatkan infesi saluran
asenden selama periode pasca partum.
5. Rendahkan kaki klien secara simultan dari pijakan kaki.Membantu menghindari regangan
otot.
6. Kaji perilaku klien, perhatikan perubahan SSP.Peningkatan tekanan intrakranial selama
mendorong dan peningkatan curah jantung yang cepat membuat klien dengan aneurisme
serebral sebelumnya berisiko terhadap ruptur.
7. Dapatkan sampel darah tali pusat untuk menetukan golongan darah.Bila bayi Rh-positif
dan klien Rh-negatif, klien akan menerima imunisasi dengan imun globulin Rh (Rh-Ig)
pada pasca partum.
Kolaborasi
8. Gunakan bantuan ventilator bila diperlukan.Kegagalan pernapasan dapat terjadi mengikuti
emboli amnion atau pulmoner.
9. Berikan oksitosin IV, posisikan kembali uterus di bawah pengaruh anastesi dan berikan
ergonovin maleat (ergotrat) setelah penemapatan uterus kembali. Bantu dengan tampon
sesuai dengan indikasi.Meningkatkan kontraktilitas miometrium uterus.
10.Berikan antibiotik profilatik.Membatasi potensial infeksi endometrial.
c) Resiko kekurangan volume cairan. Faktor risiko: peningkatan kehilangan cairan secara
tidak disadari, laserasi jalan lahir.
Tujuan:Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 15 menit, diharapkan kekurangan
volume cairan tidak terjadi, dengan kriteria hasil tekanan darah dan nadi pasien normal (TD:
110/70- 119/79mmHg ; N:60-90x/menit), mendemonstrasikan kontraksi adekuat dari uterus
dengan kehilangan darah dalam batas normal.
Intervensi :
1. Instruksikan klien untuk mendorong pada kontraksi, bantu mengarahkan perhatiannya
untuk mengejan.Mengejan membantu pelepasan dan pengeluaran, menurunkan kehilangan
darahm dan meningkatkan kontraksi uterus.
2. Palpasi uterus ; perhatikan ”ballooning”.Menunjukkan relaksasi uterus dengan perdarahan
ke dalam rongga uterus.
3. Pantau tanda dan gejala kehilangan cairan berlebihan atau syock.Hemoragi dihubungkan
dengan kehilangan cairan lebih besar dari 500 ml dapat dimanifestasikan oleh peningkatan
nadi, penurunan TD, sianosis, disorientasi, peka rangsangan, dan penurunan kesadaran.
4. Tempatkan bayi di payudara klien bila ia merencanakanuntuk memberi ASI.Penghisapan
merangsang pelepasan oksitoksin dari hipofisis posterior, meningkatkan kontraksi
miometrik dan menurunkan kehilangan darah.
5. Catat waktu dan mekanisme pelepasan plasenta ; misalnya mekanisme Duncan versus
mekanisme Schulze.Lebih banyak waktu diperlukan bagi plasenta untuk lepas, dan lebih
banyak waktu di mana miometrium tetap rileks, lebih banyak darah hilang.
6. Dapatkan dan catat informasi yang berhubungan dengan inspeksi uterus dan plasenta
untuk fragmen plasenta yang tertahan.Jaringan plasenta yang tertahan dapat menimbulkan
infeksi pascapartum dan hemoragi segera atau lambat.
7. Hindari menarik tali pusat secara berkebihan.Kekuatan dapat menimbulkan putusnya tali
pusat dan retensi fragmen plasenta, meningkatkan kehilangan darah.
8. Berikan cairan melalui rute parenteral.Bila kehilangan cairan berlebihan, penggantian
secara parenteral membantu memperbaiki volume sirkulasi dan oksigenasi dari organ vital.
9. Berikan oksitoksin melalui rute IM atau IV drip diencerkan dakam karutan elektrolit,
sesuai indikasi. Meningkatkan efek vasokonstriksi dalam uterus untuk mengontrol
perdarahan pascapartum setelah pengeluaran plasenta.
10.Bantu sesuai kebutuhan dengan pengangkatan plasenta secara manual di bawah anestesi
umum dan kondisi steril.Intervensi manual perlu untuk memudahkan pengeluaran placenta
dan menghentikan hemoragi.
4. Kala IV
Pengkajian
a) Aktivitas / Istirahat: Pasien tampak “berenergi” atau keletihan / kelelahan, mengantuk.
b) Sirkulasi
Nadi biasanya lambat (50 – 70x / menit) karena hipersensitivitas vagal.
TD bervariasi : mungkin lebih rendah pada respon terhadap analgesia / anastesia, atau
meningkat pada respon terhadap pemeriksaan oksitosin atau hipertensi karena
kehamilan.
Edema : bila ada mungkin dependen (misal : pada ekstremitas bawah), atau dapat juga
pada ekstremitas atas dan wajah atau mungkin umum (tanda hipertensi pada kehamilan)
Kehilangan darah selama persalinan dan kelahiran sampai 400 – 500 ml untuk kelahiran
per vagina atau 600-800 ml untuk kelahiran sesaria
c) Integritas Ego. Reaksi emosional bervariasi dan dapat berubah-ubah misal : eksitasi atau
perilaku menunjukkan kurang kedekatan, tidak berminat (kelelahan), atau kecewa. Dapat
mengekspresikan masalah atau meminta maaf untuk perilaku intrapartum atau
kehilangan kontrol, dapat mengekspresikan rasa takut mengenai kondisi bayi baru lahir
dan perawatan segera pada neonatal.
d) Eleminasi: Hemoroid sering ada dan menonjol, kandung kemih mungkin teraba di atas
simpisis pubis atau kateter urinarius mungkin dipasang, diuresis dapat terjadi bila
tekanan bagian presentasi menghambat aliran urinarius dan atau cairan IV diberikan
selama persalinan dan kelahiran.
e) Makanan / Cairan Dapat mengeluh haus, lapar, mual.
f) Neurosensori: Hiperrefleksia mungkin ada (menunjukkan terjadinya dan menetapnya
hipertensi, khususnya pada pasien dengan diabetes mellitus, remaja, atau pasien
primipara).
g) Nyeri / Ketidaknyamanan. Pasien melaporkan ketidaknyamanan dari berbagai sumber
misalnya setelah nyeri, trauma jaringan / perbaikan episiotomi, kandung kemih penuh,
atau perasaan dingin / otot tremor dengan “menggigil”.
h) Seksualitas: Fundus keras berkontraksi, pada garis tengah dan terletak setinggi umbilikus,
drainase vagina atau lokhia jumlahnya sedang, merah gelap dengan hanya beberapa
bekuan kecil, perineum bebas dari kemerahan, edema, ekimosis, atau rabas, striae
mungkin ada pada abdomen, paha, dan payudara. Payudara lunak dengan puting tegang
i) Penyuluhan / Pembelajaran. Catat obat-obatan yang diberikan, termasuk waktu dan
jumlah.
j) Pemeriksaan Diagnostik. Hemoglobin / Hematokrit (Hb/Ht), jumlah darah lengkap,
urinalisis. Pemeriksaan lain mungkin dilakukan sesuai indikasi dari temuan fisik.
Analisa Data:
No Data (Symptom) Penyebab (Etiologi) Masalah
(Problem)
1. DS: Trauma jaringan, Nyeri akut
Laporan secara verbal rasa nyeri. respon fisiologis
DO: setelah melahirkan
Posisi untuk menahan nyeri
Tingkah laku berhati-hati
Gangguan tidur (mata sayu, tampak
capek, sulit atau gerakan kacau,
menyeringai)
Terfokus pada diri sendiri
Fokus menyempit (penurunan
persepsi waktu, kerusakan proses
berpikir, penurunan interaksi dengan
orang dan lingkungan)
Tingkah laku distraksi, contoh :
jalan-jalan, menemui orang lain
dan/atau aktivitas, aktivitas berulang-
ulang)
Respon autonom (seperti
diaphoresis, perubahan tekanan darah,
perubahan nafas, nadi dan dilatasi
pupil)
Perubahan autonomik dalam tonus
otot (mungkin dalam rentang dari
lemah ke kaku)
Tingkah laku ekspresif (contoh :
gelisah, merintih, menangis, waspada,
iritabel, nafas panjang/berkeluh kesah)
Perubahan dalam nafsu makan dan
minum.
2. - DS: - Kelelahan Kekurangan
Melaporkan kelemahan - Kegagalan miometri volume cairan
Melaporkan haus dari mekanisme
DO: homeostatik (misal :
Penurunan turgor kulit/lidah sirkulasi
Membran mukosa/kulit kering uteroplasental
Peningkatan denyut nadi, penurunan berlanjut,
tekanan darah, penurunan vasokontriksi tidak
volume/tekanan nadi komplet,
Pengisian vena menurun ketidakadekuatan
Perubahan status mental perpindahan cairan,
Konsentrasi urine meningkat efek – efek hipertensi
Temperatur tubuh meningkat saat kehamilan)
Hematokrit meninggi
Diagnosa keperawatan
a) Nyeri akut b/d trauma mekanis/ edema jaringan, kelelahan fisik dan psikologis, ansietas.
b) Kekurangan volume cairan b/d kelelahan, kegagalan miometrium dari mekanisme
homeostatik.
Rencana Keperawatan
a) Nyeri akut b/d trauma mekanis / edema jaringan, kelelahan fisik dan psikologis, ansietas
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan pasien dapat mengontrol nyeri,
nyeri berkurang. Kriteria hasil :
Pasien melaporkan nyeri berkurang
Menunjukkan postur dan ekspresi wajah rileks
Pasien merasakan nyeri berkurang pada skala nyeri (0-2)
Intervensi :
1. Kaji sifat dan derajat nyeri, jenis persalinan, sifat kejadian intrapartal, lama persalinan,
dan pemberian anastesia atau analgesia. Membantu mengidentifikasi faktor – faktor yang
memperberat ketidaknyamanan nyeri.
2. Berikan informasi yang tepat tentang perawatan rutin selama periode
pascapartum. Informasi dapat mengurangi ansietas berkenaan rasa takut tentang
ketidaktahuan, yang dapat memperberat persepsi nyeri.
3. Inspeksi perbaikan episiotomi atau laserasi. Evaluasi penyatuan perbaikan luka,
perhatikan adanya edema, hemoroid. Trauma dan edema meningkatkan derajat
ketidaknyamanan dan dapat menyebabkan stress pada garis jahitan.
4. Berikan kompres es. Es memberikan anastesia lokal, meningkatkan vasokontriksi dan
menurunkan pembentukan edema.
5. Lakukan tindakan kenyamanan (misalnya : perawatan mulut, mandi sebagian, linen
bersih dan kering, perawatan perineal periodik). Meningkatkan kenyamanan, perasaan
bersih.
6. Masase uterus dengan perlahan sesuai indikasi. Catat adanya faktor-faktor yang
memperberat hebatnya dan frekuensi afterpain. Masase perlahan meningkatkan
kontraktilitas tetapi tidak seharusnya menyebabkan ketidaknyamanan berlebihan.
Multipara, distensi uterus berlebihan, rangsangan oksitosin dan menyusui meningkatkan
derajat after pain berkenaan dengan kontraksi miometrium.
7. Anjurkan penggunaan teknik pernafasan / relaksasi. Meningkatkan rasa kontrol dan dapat
menurunkan beratnya ketidaknyamanan berkenaan dengan afterpain (kontraksi) dan
masase fundus.
8. Berikan lingkungan yang tenang, anjurkan pasien istirahat. Persalinan dan kelahiran
merupakan proses yang melelahkan. Dengan ketenangan dan istirahat dapat mencegah
kelelahan.
9. Kolaborasi : pemberian analgesik sesuai kebutuhan. Analgesik bekerja pada pusat otak,
yaitu dengan menghambat prostaglandin yang merangsang timbulnya nyeri.
Ackley BJ, Ladwig GB. 2011. Nursing Diagnosis Handbook an Evidence-Based Guide to
Planning Care. United Stated of America : Elsevier.
Carpenito LJ. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan Edisi 10. Jakarta: EGC.
Manuaba IBG. 2001. Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri Ginekologi dan KB.
Jakarta: EGC.