Anda di halaman 1dari 10

“RANGKUMAN ASUHAN KEPERAWATAN HIV/AIDS”

Oleh :

Sitti Nazrah

(14220190106)

Program Studi Ilmu Keperawatan


Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Muslim Indonesia
Makassar
2020
“RANGKUMAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN HIV-AIDS”

A. Konsep Dasar HIV AIDS


HIV adalah singkatan dari Human Immunodeficiency Virus, sebuah
virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia. AIDS singkatan dari
Acquired Immune Deficiency Syndrome. AIDS muncul setelah virus (HIV)
menyerang sistem kekebalan tubuh. Sistem kekebalan tubuh menjadi lemah,
dan satu atau lebih penyakit dapat timbul. Karena lemahnya sistem kekebalan
tubuh tadi, beberapa penyakit bisa menjadi lebih berat dari pada biasanya
(Spiritia, 2015).
Acquired Immuno Deficiency Syndrome (AIDS) dapat diartikan juga
sebagai kumpulan gejala atau penyakit yang disebabkan oleh menurunnya
kekebalan tubuh akibat infeksi oleh virus HIV yang termasuk famili
retroviridae. Tahapan akhir dari infeksi HIV adalah AIDS (Dewita,dkk. 2016).
Dengan demikian kita simpulkan perbedaan dari HIV dan AIDS yang paling
utama adalah HIV merupakan virus penyebab sedangkan AIDS adalah tahapan
akhir dari penyakit AIDS atau sekumpulan gejala yang muncul ketika infeksi
HIV sudah dalam stadium sangat parah.
Penyebab kelainan imun pada AIDS adalah suatu agen viral yang disebut
HIV dari sekelompok virus yang dikenal retrovirus yang disebut
Lympadenopathy Associated Virus (LAV) atau Human T-Cell Leukimia Virus
(HTL-III) yang juga disebut Human T-Cell Lympanotropic Virus (retrovirus).
Retrovirus mengubah asam rebonukleatnya (RNA) menjadi asam
deoksiribunokleat (DNA) setelah masuk kedalam sel pejamu (Nurrarif &
Hardhi, 2015).
Menurut UNAIDS (2017), kelompok risiko tertular HIV/AIDS sebagai
berikut:
1) Pengguna napza suntik: menggunakan jarum secara bergantian
2) Pekerja seks dan pelanggan mereka: keterbatasan pendidikan dan peluang
untuk kehidupan yang layak memaksa mereka menjadi pekerja seks
3) Lelaki yang berhubungan seks dengan lelaki
4) Narapidana
5) Pelaut dan pekerja di sektor transportasi
6) Pekerja boro (migrant worker): melakukan hubungan seksual berisiko
seperti kekerasan seksual, hubungan seksual dengan orang yang terinfeksi
HIV tanpa pelindung, mendatangi lokalisasi/komplek PSK dan membeli
seks (Ernawati, 2016).
B. Asuhan Keperawatan HIV/AIDS
1. Pengkajian
a. Identitas Klien
Meliputi : Nama, umur, jenis kelamin, pekerjaan, pendidikan,
alamat, penanggung jawab, penanggung jawab, tanggal pengkaian dan
diagnosis medis.
b. Keluhan Utama/Alasan Masuk Rumah Sakit
Mudah lelah, tidak nafsu makan, demam, diare, infermitten, nyeri
panggul, rasa terbakar saat miksi, nyeri saat menelan, penurunan BB,
infeksi jamur di mulut, pusing, sakit kepala, kelemahan otot, perubahan
ketajaman penglihatan, kesemutan pada extremitas, batuk produkti / non.
c. Riwayat Kesehatan
a) Riwayat kesehatan sekarang
Meliputi keluhan yang dirasakan biasanya klien mengeluhkan
diare, demam berkepanjangan dan batuk berkepanjangan.
b) Riwayat kesehatan dahulu
Riwayat menjalani tranfusi darah, penyakit herper simplek,
diare yang hilang timbul, penurunan daya tahan tubuh, kerusakan
immunitas hormonal (antibody), riwayat kerusakan respon imun
seluler (Limfosit T), batuk yang berdahak yang sudah lama tidak
sembuh.
c) Riwayat Keluarga
Human Immuno Deficiency Virus dapat ditularkan melalui
hubungan seksual dengan penderita HIV positif, kontak langsung
dengan darah penderita melalui ASI (Saputra, 2018).
Pemeriksaan Fisik
 Aktifitas Istirahat : Mudah lemah, toleransi terhadap aktifitas berkurang,
progresi, kelelahan /malaise, perubahan pola tidur.
 Gejala subyektif : Demam kronik, demam atau tanpa mengigil, keringat
malam hari berulang kali, lemah, lelah, anoreksia, BB menurun, nyeri, sulit
tidur.
 Psikososial : Kehilangan pekerjaan dan penghasilan, perubahan pola hidup,
ungkapkan perasaan takut, cemas, meringis. - Status Mental Marah atau
pasrah, depresi, ide bunuh diri, apati, withdrawl, hilang interest pada
lingkungan sekiar, gangguan proses piker, hilang memori, gangguan atensi
dan konsentrasi, halusinasi dan delusi.
 Neurologis : Gangguan reflex pupil, nystagmus, vertigo,
ketidakseimbangan, kaku kuduk, kejang, paraf legia.
 Muskuloskletal : Focal motor deficit, lemah, tidak mampu melakukan ADL
 Kardiovaskuler : Takikardi, sianosis, hipotensi, edem perifer, dizziness.
 Pernafasan : Nafas pendek yang progresif, batuk (sedang-parah), batuk
produktif/non produktif, bendungan atau sesak pada dada.
 Integument : Kering, gatal, rash dan lesi, turgor jelek, petekie positif
(Saputra, 2018).
2. Diagnosis Keperawatan Pada Pasien HIV/AIDS
Menurut Nursalam (2007) pada pasien HIV/AIDS bisa ditemukan
beberapa diagnosis keperawatan dan masalah kolaboratif antara lain :
1. Risiko Komplikasi/Masalah Sekunder
2. Wastyng Syndrome, Sarkoma kaposi dan Limfoma
3. Meningitis dan infeksi oportunistik (Misalnya Kandidiasis,
Sitomegalovirus, Herpes, Pneumocystis carinii pneumonia).
Menurut NANDA (North American Nursing Diagnosis) Internasional
Taksonomi II, diagnosis keperawatan yang kemungkinan ditemukan pada
pasien HIV/AIDS antara lain :
1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan penurunan nafsu makan.
2. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri fisik.
3. Intoleransi Aktivitas, berhubungan dengan penurunan kekuatan otot.
4. Perubahan eliminasi BAB.
5. Kelelahan berhubungan dengan status penyakit, anemia, malnutrisi.
6. Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan faktor :Penurunan
respon imun , kerusakan kulit.
3. Intervensi Keperawatan Pasien Terkena HIV (PHIV)
Prinsip asuhan keperawatan PHIV untuk mengubah perilaku ketika berada
dalam masa perawatan dan dalam rangka meningkatkan respon imunitas PHIV
melalui pemenuhan kebutuhan fisik, psikologis, sosial, dan spiritual dilakukan
oleh perawat agar dapat menurunkan stressor (Nursalam & Kurniawati, 2007).
No. Diagnosa NOC NIC
1. Ketidakseimban Tujuan: 1. Kaji adanya alergi
gan nutrisi  Nutritional Status : makanan
kurang dari  Nutritional Status : food and 2. Monitor adanya penurunan
kebutuhan tubuh Fluid Intake berat badan
b.d penurunan  Nutritional Status: nutrient 3. Monitor adanya mual,
nafsu makan Intake muntah dan diare
Weight control 4. kolaborasi dengan dokter
Kriteria hasil: untuk pemasangan NGT
 Adanya peningkatan berat badan 5. Monitor jumlah nutrisi dan
sesuai dengan tujuan kandungan kalori
 Berat badan ideal sesuai dengan 6. Monitor kadar albumin, Hb
tinggi badan dan Ht
 Tidak adanya 7. Kolaborasi dengan ahli gizi
tanda-tanda
malnutrisi untuk menentukan jumlah
kalori dan nutrisi yang
 Menunjukan peningkatan fungsi
dibutuhkan pasien
menelan
8. Berikan substansi gula
 Mampu mengidentifikasi
9. Berikan makanan yang
kebutuhan nutrisi
sudah dikonsultasikan
dengan ahli gizi.
2. Nyeri akut Tujuan: 1. lakukan pengkajian nyeri
berhubungan Pain Level, secara komprehensif
dengan agen Pain control termasuk lokasi,
injuri fisik. Comfort level karakteristik, durasi,
Kriteria hasil: frekuensi, kualitas dan
 pasien dapat mengontrol faktor presipitasi.
nyerinya 2. control lingkungan yang
 skala nyeri berkurang dari dapat mempengaruhi nyeri,
skala 6 menjadi skala 3 seperti suhu ruangan,
 Klien mengatakan nyeri pencahayaan dan
sudah berkurang kebisingan.
 Dapat mengenali faktor penyebab 3. ajarkan tentang tehnik
nyeri nonfarmakologi.
4. berikan analgetik untuk
mengurangi nyeri.
5. ajarkan teknik relaksasi
3. Intoleransi Tujuan:
Aktivitas, Joint Movement : Active
berhubungan Mobility level
dengan Self care : ADLs
penurunan Transfer performance
kekuatan otot Kriteria hasil:
 Klien meningkat dalam
aktivitas fisik
 Mengerti tujuan dan peningkatan
mobilitas
 Memverbalisasikan perasaan
dalam meningkatkan kekuatan
dan kemampuan berpindah
 Memperagakan penggunaan
alat bantu untuk mobilisasi

4. Perubahan Tujuan : 1. Evaluasi efek samping


Eliminasi BAB Bowel elimination pengobatan terhadap
Fluid Balance gastrointestinal
Hydration 2. Ajarkan pasien untuk
Electrolyte and Acid base menggunakan obat
Balance antidiare
Kriteria Hasil : 3. Instruksikan pasien atau
 Feses berbentuk, BAB sehari keluarga untuk mencatat
sekali-tiga hari warna, jumlah, frekuensi
 Menjaga daerah sekitar rectal dari dan konsistensi dari feses
iritasi 4. Evaluasi intake makanan
yang masuk
 Tidak mengalami diare
5. Idenfikasi faktor penyebab
 Menjelaskan penyebab diare dan
dari diare
rasional tindakan
6. Monitor tanda dan gejala
 Mempertahankan turgor kulit diare
7. Observasi turgor kulit
secara rutin
8. Ukur diare/keluaran BAB
9. Hubungi dokter jika ada
kenanikan bising usus
10.Instruksikan pasien
untuk makan rendah serat,
tinggi protein dan tinggi
kalori jika memungkinkan
11.Instruksikan untuk
menghindari laksative
12.Ajarkan tehnik
menurunkan stress
13.Monitor persiapan
makanan yang aman
5. Kelelahan b/d Tujuan : Energy Management
status penyakit, Indurance 1. Observasi adanya
anemia, Concentration pembatasan klien dalam
malnutrisi Energy conservation melakukan aktivitas
Nutritional status : energy 2. Dorong klien untuk
Kriteria hasil : mengungkapkan perasaan
 Memverbalisasikan peningkatan terhadap keterbatasan
energi dan merasa lebih baik 3. Kaji adanya factor yang
 Menjelaskan penggunaan energi menyebabkan kelelahan
untuk mengatasi kelelahan 4. Monitor nutrisi dan sumber
energi tangadekuat
5. Monitor pasien akan
adanya kelelahan fisik dan
emosi secara berlebihan
6. Monitor respon
kardivaskuler terhadap
aktivitas
7. Monitor pola tidur dan
lamanya tidur/istirahat
pasien

6. Risiko tinggi Tujuan : 1. Berikan obat antibiotik dan


terhadap infeksi western blot positif evaluasi ke efektifannya
berhubungan Kriteria hasil : 2. Jamin pemasukan cairan
dengan faktor  temperature dan SDP paling sedikit 2-3 liter
Penurunan kembali ke batas normal, sehari.
respon imun,  keringat malam berkurang dan 3. Pelihara kenyamanan suhu
kerusakan tidak ada batuk, kamar.
kulit.  meningkatnya masukan makanan, 4. Jaga kebersihan dan
tercapai keringnya kulit.
5. Pantau hasil JDL dan CD4
pantau temperatur setiap 4
jam
6. pantau status umum
(apendiks F) setiap 8 jam

4. Implementasi
Implementasi merupakan tahap keempat dari proses keperawatan dimana
rencana keperawatan dilaksanakan: melaksanakan intervensi/aktivitas
yang telah ditentukan, pada tahap ini perawat siap untuk melaksanakan
intervensi dan aktivitas yang telah dicatat dalam rencana perawatan klien.
Agar implementasi perencanaan dapat tepat waktu dan efektif terhadap
biaya, pertama-tama harus mengidentifikasi prioritas perawatan klien,
kemudian bila perawatan telah dilaksanakan, memantau dan mencatat
respons pasien terhadap setiap intervensi dan mengkomunikasikan
informasi ini kepada penyedia perawatan kesehatan lainnya. Kemudian,
dengan menggunakan data, dapat mengevaluasi dan merevisi rencana
perawatan dalam tahap proses keperawatan berikitnya.
5. Evaluasi
Tahap evaluasi menentukan kemajuan pasien terhadap pencapaian hasil
yang diinginkan dan respons pasien terhadap dan keefektifan intervensi
keperawatan kemudian mengganti rencana perawatan jika diperlukan.
Tahap akhir dari proses keperawatan perawat mengevaluasi kemampuan
pasien ke arah pencapaian hasil.
6. Penyimpangan KDM HIV/AIDS
DAFTAR PUSTAKA

Ernawati. (2016). Pengetahuan Masyarakat Tentang Deteksi Dini Penyakit HIV.


Karya Tulis Ilmiah program studi DIII. Universitas Muhammadiyah
Ponorogo, Ponorogo.
Nanda. (2015). Diagnosis Keperawatan Definisi & Klasifikasi 2015-2017 Edisi 10
editor T Heather Herdman, Shigemi Kamitsuru. Jakarta: EGC.
Nursalam dan Ninuk Dian Kurniawati, 2007. Asuhan Keperawatan Pada Pasin
Terinfeksi HIV/AIDS. Jakarta: Salemba Medika.
Nurarif .A.H. dan Kusuma. H. (2015). APLIKASI Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Jogjakarta:
MediAction.
Saputra Ferdi, 2018. Asuhan Keperawatan Pada Tn.R Dengan HIV/AIDS Di
Ruang Rawat Inap Ambun Suri Lantai Iii Rsud Dr. Achmad Mochtar
Bukittinggi Tahun 2018. Sumatera Barat: STIKES Perintis Padang.

Anda mungkin juga menyukai