Laporan Pendahuluan Popi Asmayanti
Laporan Pendahuluan Popi Asmayanti
“HIPERTERMI”
MAKASSAR
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL.....................................................................................................
DAFTAR ISI..................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................
A. LATAR BELAKANG.......................................................................................
B. RUMUSAN MASALAH...................................................................................
C. TUJUAN............................................................................................................
1. Tujuan Umum............................................................................................
2. Tujuan Khusus...........................................................................................
D. MANFAAT........................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Dalam kehidupan sehari-hari kita tidak bisa lepas dari kegiatan komunikasi.Sehingga
sekarang ilmu komunikasi berkembang pesat. Salah satu kajian ilmu komunikasi ialah
komunikasi kesehatan yang merupakan hubungan timbal balik antara tingkah laku manusia
masa lalu dan masa sekarang dengan derajat kesehatan dan penyakit, tanpa mengutamakan
perhatian pada penggunaan praktis dari pengetahuan tersebut atau partisipasi profesional
dalam program program yang bertujuan memperbaiki derajat kesehatan melaui pemahaman
yang lebih besar tentang hubungan timbal balik melalui perubahan tingkah laku sehat ke arah
yang diyakini akan meningkatkan kesehatan yang lebih baik. Kenyataaanya memang
komunikasi secara mutlak merupakan bagian integral dari kehidupan kita, tidak terkecuali
perawat, yang tugas sehari-harinya selalu berhubungan dengan orang lain. Entah itu pasien,
sesama teman, dengan atasan, dokter dan sebagainya. Maka komunikasi sangatlah penting
sebagai sarana yang sangat efektif dalam memudahkan perawat melaksanakan peran dan
fungsinya dengan baik.
Dalam hal ini perlu ditekankan bahwa kesan lahiriyah perawat mampu berbicara
banyak. Maksudnya mulai dari profil tubuh/wajah terutama senyum yang tulus dari perawat,
kerapian berbusana, sikap yang familiar, dan yang lebih penting lagi adalah cara berbicara
(komunikasi) sehingga terkesan low profile atau bertempramen bijak kesemuanya ini
mencirikan seorang perawat yang berkepribadian
B. RUMUSAN MASALAH
1. Membuat laporan pendahuluan komunikasi terapeutik
2. Membuat strategi pelaksanaan komunikasi terapeutik ‘’pemberian obat pada pasien
anak yang mengalami demam (hipertermi)
3. Membuat video tindakan keperawatan sesuai tahapan komunikasi terapeutik
C. TUJUAN
1. Tujuan umum
a. Membantu pasien memperjelas dan mengurangi beban perasaan serta pikiran.
b. Membantu mengambil tindakan yang efektif untuk pasien.
c. Membantu mempengaruhi orang lain, lingkungan fisik dan diri sendiri.
2. Tujuan khusus
a. Mengidentifikasi komunikasi terapeutik pada pasien anak
b. Menganalisis hubungan komunikasi terapeutik perawat dengan pasien anak
D. MANFAAT
1. Manfaat teoritis
a. Mengetahui setiap persoalan yang timbul pada jasa pelayanan keperawatan
khususnya komunikasi terapeutik perawat seberapa jauh memuaskan pasien
b. Memberikan informasi tentang pentingnya komunikasi terapeutik sebagai
salah satu upaya yang harus dilaksanakan dalam meningkatkan kualitas
pelayanan kepada pasien atau masyarakat.
2. Manfaat aplikatif
Dengan meningkatnya komunikasi yang dilakukan oleh perawat maka pasien
mendapatkan pelayanan kesehatan yang lebih baik dan pasien merasa puas.
3. Manfaat metedologi
Sebagai bahan pengembangan gagasan dan ide keperawatan, tentang metode
komunikasi terapeutik, untuk meningkatkan dan mengembangkan ilmu
pengetahuan dan teknologi keperawatan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. TINJAUAN UMUM
1. Komunikasi terapeutik
Komunikasi Terapuetik adalah kemampuan atau keterampilan perawat untuk
membantu klien beradaptasi terhadap stres, mengatasi gangguan psikologis dan
belajar bagaimana berhubungan dengan orang lain Northouse (1998) . Stuart G.W
(1998) menyatakan bahwa komunikasi terapeutik merupakan hubungan interpersonal
antara perawat dan klien, dalam hubungan ini perawat dan klien memperoleh
pengalaman belajar bersama dalam rangka memperbaiki pengalaman emosional
klien. Sedangkan S.Sundeen (1990) menyatakan bahwa hubungan terapeutik adalah
hubungan kerjasama yang ditandai tukar menukar perilaku, perasaan, pikiran dan
pengalaman dalam membina hubungan intim yang terapeutik.
g. Diam
Tehnik diam (silence) digunakan untuk memberikan kesempatan pada klien
sebelum menjawab pertanyaan perawat. Diam akan memberikan kesempatan
kepada perawat dan klien untuk mengorganisasi pikiran masing-masing (Stuart &
Sundeen dalam Suryani, 2005). Tehnik ini memberikan waktu pada klien untuk
berfikir dan menghayati, memperlambat tempo interaksi, sambil perawat
menyampaikan dukungan, pengertian, dan penerimaannya. Diam juga
memungkinkan klien untuk berkomunikasi dengan dirinya sendiri dan berguna
pada saat klien harus mengambil keputusan (Suryani, 2005).
h. Memberi Informasi
Memberikan tambahan informasi (informing) merupakan tindakan penyuluhan
kesehatan klien. Tehnik ini sangat membantu dalam mengajarkan kesehatan atau
pendidikan pada klien tentang aspek-aspek yang relevan dengan perawatan diri
dan penyembuhan klien. Informasi yang diberikan pada klien harus dapat
memberikan pengertian dan pemahaman tentang masalah yang dihadapi klien
serta membantu dalam memberikan alternatif pemecahan masalah (Suryani,
2005).
i. Menyimpulkan
Menyimpulkan (summerizing) adalah tehnik komunikasi yang membantu
klien mengeksplorasi poin penting dari interaksi perawat-klien. Tehnik ini
membantu perawat dan klien untuk memiliki pikiran dan ide yang sama saat
mengakhiri pertemuan. Poin utama dari menyimpulkan yaitu peninjauan kembali
komunikasi yang telah dilakukan (Murray, B & Judith dalam Suryani, 2005).
Manfaat dari menyimpulkan antara lain : (Suryani, 2005)
1. Memfokuskan pada topik yang relevan
2. Menolong perawat dalam mengulang aspek utama interaksi
3. Membantu klien untuk merasa bahwa perawat memahami perasaannya
4. Membantu klien untuk dapat mengulang informasi dan membuat tambahan
atau koreksi terhadap informasi sebelumnya
k. Eksplorasi
Eksplorasi bertujuan untuk mencari atau menggali lebih jauh atau lebih
dalam masalah yang dialami klien (Antai-Otong dalam Suryani, 2005) supaya
masalah tersebut bisa diatasi. Tehnik ini bermanfaat pada tahap kerja untuk
mendapatkan gambaran yang detail tentang masalah yang dialami klien.
l. Membagi Persepsi
Stuart G.W (1998) dalam Suryani (2005) menyatakan, membagi persepsi
(sharing peception) adalah meminta pendapat klien tentang hal yang perawat
rasakan atau pikirkan. Tehnik ini digunakan ketika perawat merasakan atau
melihat ada perbedaan antara respos verbal dan respons nonverbal klien.
m. Mengidentifikasi Tema
Perawat harus tanggap terhadap cerita yang disampaikan klien dan harus
mampu manangkap tema dari seluruh pembicaraan tersebut. Gunanya adalah
untuk meningkatkan pengertian dan menggali masalah penting (Stuart & Sadeen
dalam Suryani, 2005). Tehnik ini sangat bermanfaat pada tahap awal kerja untuk
memfokuskan pembicaraan pada awal masalah yang benar-benar dirasakan klien.
n. Humor
o. Memberikan Pujian
Memberikan Pujian (reinforcement) merupakan keuntungan psikologis
yang didapatkan klien ketika berinteraksi dengan perawat. Reinforcement
berguna untuk meningkatkan harga diri dan menguatkan perilaku klien (Gerald,
D dalam Suryani, 2005). Reniforcement bisa diungkapkan dengan kata-kata
ataupun melalui isyarat nonverbal.
c. Tahap Kerja
Tahap kerja merupakan inti dari keseluruhan proses komunikasi terapeutik (Stuart,
G. W, 2009). Tahap kerja merupakan tahap yang terpanjang dalam komunikasi
terapeutik karena didalamnya perawat dituntut untuk membantu dan mendukung klien
untuk menyampaikan perasaan dan pikirannya dan kemudian menganalisa respons
ataupun pesan komunikasi verbal dan non verbal yang disampaikan oleh klien. Dalam
tahap ini pula perawat mendengarkan secara aktif dan dengan penuh perhatian sehingga
mampu membantu klien untuk mendefinisikan masalah yang sedang dihadapi oleh
klien, mencari penyelesaian masalah dan mengevaluasinya.
Dibagian akhir tahap ini, perawat diharapkan mampu menyimpulkan
percakapannya dengan klien. Teknik menyimpulkan ini merupakan usaha untuk
memadukan dan menegaskan hal-hal penting dalam percakapan, dan membantu
perawat dan klien memiliki pikiran dan ide yang sama (Murray, B. & Judith, P, 2011
dalam Suryani, 2010). Dengan dilakukannya penarikan kesimpulan oleh perawat maka
klien dapat merasakan bahwa keseluruhan pesan atau perasaan yang telah
disampaikannya diterima dengan baik dan benar-benar dipahami oleh perawat.
d. Tahap Terminasi
Terminasi merupakan akhir dari pertemuan perawat dan klien. Tahap
terminasi dibagi dua yaitu terminasi sementara dan terminasi akhir (Stuart, G. W,
2009). Terminasi sementara adalah akhir dari tiap pertemuan perawat dan klien,
setelah hal ini dilakukan perawat dan klien masih akan bertemu kembali pada waktu
yang berbeda sesuai dengan kontrak waktu yang telah disepakati bersama. Sedangkan
terminasi akhir dilakukan oleh perawat setelah menyelesaikan seluruh proses
keperawatan.
Tugas perawat dalam tahap ini adalah:
1. Mengevaluasi pencapaian tujuan dari interaksi yang telah dilaksanakan (evaluasi
objektif). Brammer dan McDonald (2009) menyatakan bahwa meminta klien
untuk menyimpulkan tentang apa yang telah didiskusikan merupakan sesuatu yang
sangat berguna pada tahap ini.
2. Melakukan evaluasi subjektif dengan cara menanyakan perasaan klien setelah
berinteraksi dengan perawat.
3. Menyepakati tindak lanjut terhadap interaksi yang telah dilakukan. Tindak lanjut
yang disepakati harus relevan dengan interaksi yang baru saja dilakukan atau
dengan interaksi yang akan dilakukan selanjutnya. Tindak lanjut dievaluasi dalam
tahap orientasi pada pertemuan berikutnya.
A. Masalah utama
Hipertermi
B. Proses Terjadinya Masalah
1. Hipertermi
Hipertermia adalah kondisi ketika suhu tubuh terlalu tinggi. Hipertermia biasanya
disebabkan oleh kegagalan sistem regulasi suhu tubuh untuk mendinginkan tubuh.
Suhu tubuh yang terlalu tinggi akan menyebabkan munculnya beragam gangguan,
mulai dari kram otot hingga gangguan pada otak dan sistem saraf.
Suhu tubuh yang normal berada pada rentang 36–37,50C. Hipertermia didefinisikan
sebagai peningkatan suhu tubuh di atas 38,50C. Kondisi ini terjadi akibat
ketidakmampuan tubuh untuk menyeimbangkan suhu tubuh.
2. Penyebab Hipertermia
Pada umumnya, hipertermia disebabkan oleh paparan suhu panas yang berlebihan
dari luar tubuh serta kegagalan sistem regulasi suhu tubuh untuk mendinginkan
tubuh.
a. Bekerja di luar rumah dengan paparan sinar matahari atau panas yang
berlebihan dan dalam jangka waktu yang lama
b. Mengalami dehidrasi akibat kurangnya cairan yang masuk, diare, atau
penggunaan obat seperti diuretik
c. Mengalami gangguan pengeluaran keringat, baik akibat kelainan kulit atau
kelenjar keringat
d. Masih bayi atau orang yang sudah lanjut usia
e. Menderita penyakit tertentu, seperti tirotoksikosis
4. Gejala Hipertermia
5. Pengobatan Hipertermia
Penanganan utama pada hipertermia adalah dengan mendinginkan suhu tubuh saat
muncul gejala. Jika Anda mengalami hipertermia, langkah pendinginan tubuh
yang dapat Anda lakukan antara lain:
a. Beristirahat dari aktivitas yang sedang dilakukan, bila perlu Anda dapat
beristirahat sambil berbaring
b. Berteduh agar terhindar dari sengatan panas, bila perlu berteduh di ruangan yang
sejuk dan memiliki aliran udara yang baik
c. Minum air putih atau minuman elektrolit, namun hindari mengonsumsi
minuman terlalu dingin karena dapat menimbulkan kram perut
d. Mengompres kepala, leher, muka, dan bagian tubuh yang mengalami kram
menggunakan air dingin
e. Melonggarkan pakaian yang ketat, termasuk kaus kaki dan sepatu
6. Pencegahan Hipertermia
a. Jangan menggunakan pakaian tebal, namun gunakan pakaian yang tipis namun
mampu melindungi area tubuh ketika berada di luar ruangan.
b. Gunakan topi dan tabir surya yang dapat melindungi kulit dari sengatan sinar
matahari.
c. Konsumsi air dalam jumlah yang banyak, setidaknya 2–4 gelas air setiap jam.
d. Hindari minuman mengandung kafein dan alkohol saat beraktivitas di tempat
yang panas karena mengakibatkan cairan tubuh makin berkurang
7. Pathway Hipertermi
Infeksi
Prostaglandin
terjadi mekanisme meanisme untuk meningkatkan panas antar lain menggigil, vasokontriksi
kulit dan mekanisme volunter seperti memakai selimut
hipertermi
C. Pengkajian
Data subjektif:
- Klien mengatakan merasa tidak enak badan dan badan terasa panas
- Klien mengatakan tidak rasa nyaman
Data objektif:
- Ibu pasien mengatakan bahwa An. Zahra sering menangis, lemas, nafsu makan
- menurun, perubahan kebiasaan tidur. Setelah dilakukan pengecekan oleh perawat,
ditemukan suhu An. Y 39 ℃
D. Diagnosa keperawatan
Hipertermia
E. Tindakan keperawatan
Tindakan keperawatan:
Mengontrol panas:
a. Monitor suhu minimal tiap 2 jam
b. Monitor suhu basal secara kontinyu sesuai dengan kebutuhan
c. Monitor TD, Nadi dan RR d. Monitor warna dan suhu kulit
d. Monitor penurunan tingkat kesadaran
e. Monitor intake dan output
f. Berikan anti piretik
g. Berikan pengobatan untuk mengatasi penyebab demam
h. Selimuti pasien
i. Berikan cairan intra vena
j. Kompres pasien pada lipat paha, aksila dan leher
k. Tingkatkan sirkulasi udara
l. Berikan pengobatan untuk mencegah terjadinya menggigil
BAB IV
STRATEGI PELAKSANAAN
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi klien anak N
An. Zahra berumur 9 tahun dan berjenis kelamin perempuan dirawat di rumah
sakit kota bau-bau. Ibu pasien mengatakan bahwa An. Zahra sering menangis,
lemas, nafsu makan menurun, perubahan kebiasaan tidur. Pasien juga mengeluh
badannya terasa panas dan sangat tidak nyaman. Setelah dilakukan pengecekan
oleh perawat, ditemukan suhu An. Z 39 ℃ .
2. Diagnosa keperawatan
Hipertermi
3. Tujuan khusus
Klien dapat merasakan peningkatkan rasa nyaman dan penurunan suhu tubuh
4. Tindakan keperawatan
m. Membina hubungan saling percaya
n. Memberikan obat penurun panas
Pada fase ini perawat popy mempersiapkan diri baik secara fisik dan mental untuk
bertemu dengan klien, selain itu perawat popy menperbanyak informasi perawatan
terkait cara menurunkan demam pada anak melalui media informasi untuk
memudahkan menjelaskan kepada klien maupun keluarga pasien, tidak lupa juga ners
popy mempersiapkan alat peraga agar klien mudah memahami, serta alat dan bahan
yang dibutuhkan oleh klien dalam mecapai perawatan diri yang di inginkan.
Fase Orientasi
1. Salam terapeutik
’’ assalamualaikum, selamat pagi bu...selamat pagi adek...’’
’’perkenalkan saya suster popy, yang akan merawat anak ibu dengan nama anak Z
Hari ini dari jam 07:00sampai dengan 14:00 (sambil berjabat tangan)’’
2.evaluasi/validasi
‘’bagaimana keadaan anak ibu pagi ini, apakah anak Z, masih mengalami demam
Bu?’’
‘’gimana tidurnya adek semalam bu, apakah tidurnya nyenyak atau tdk bu?’’
‘’obat sirup penurun panasnya sudah diminum atau belum bu?susah atau si adek
tidak mau meminumnya bu?’’
8. Kontrak:
‘’baiklah bu, karena obat penurun panasnya belum diminum dan anak Z susah
minum obatnya bagaimana kalau saya bantu meminumkan obatnya?’’
Fase kerja
‘’Sebelum saya memberikan obat kepada anak ibu, apakah ada yang ibu tanyakan
kepada saya?’’
‘’baiklah bu, kalau tidak ada yang ibu tanyakan kepada saya , mari kita bersama
memberikan obat kepada anak ibu.’’
‘’saya sudah siapkan obat penurun panas dalam tempat obat ini, sendok obat, air
minum,sedotan dan tissuenya.’’
‘’baiklah ibu, mari saya bantu ibu memberikan obat kepada anak ibu, ayo adik
sekarang dipangku sama ibu ya, tangannya boleh dipegang sama ibu juga dan
posisi kepalanya agak tinggi, nah sekarang dipasang dulu tissue dibawah dagunya
dulu ya dik, waah adik z hebat...obatnya uda ditelan semua dan tidak
dimuntahkan, sekarang adik minum air putihnya yaa...’’
‘’ibu..pemberian obatnya telah selesai, pemberian obatnya bisa diulang lagi bila
dimuntahkan semua, setelah saya jelaskan dan praktekan apakah ada yang mau
ibu tanyakan?’’
Fase terminasi
a. Evaluasi pasien
1. Evaluasi subyektif
‘’Bagaimana adik Z pahit tidak obatnya?’’
2. Evaluasi objektif
‘’ibu tadi kita sudah bersama-samamemberikan obat melalui mulut, coba
ibu ulangi lagi apa yang harus dilakukan saat memberikan obat melalui
mulut seperti tadi?’’
‘’bagus bu..alhamdulilah ibu sudah tau caranya’’
b. Tindak lanjut
‘’ibu, tadikan saya dan ibu sudah memberikan obat melalui mulut, apa yang
sudah kita praktekkan tadi tolong di ingat-ingat ya bu, untuk bisa diterapkan
dirumah juga jika anak susah untuk minum obat’’
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
B. SARAN
1. Dalam melayani klien hendaknya perawat selalu berkomunikasi dengan klien untuk
mendapatkan persetujuan tindakan yang akan di lakukan.
2. Dalam berkomunikasi dengan klien hendaknya perawat menggunakan bahasa yang
mudah di mengerti oleh klien sehingga tidak terjadi kesalahpahaman komunikasi.
3. Dalam menjalankan profesinya hendaknya perawat selalu memegang teguh etika
keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA
http://dr-suparyanto.blogspot.com/2014/01/tahapan-komunikasi-terapeutik.html
http://catatancalonperawat.blogspot.com/2011/02/sikap-perawat-dalam-komunikasi.html
http://www.scribd.com/doc/45819001/Pengertian-Komunikasi-Terapeutik#download
https://denadenanda.blogspot.com/2014/10/makalah-komunikasi-terapeutik.html
file:///C:/Users/37%20Computer/Downloads/Documents/AGUNG%20RIYANTO%20NIM.
%20A31600936.pdf