KHUSUS
Orang tunanetra adalah mereka yang tidak memiliki penglihatan sama sekali (buta
total) hingga mereka yang masih memiliki sisa penglihatan, tetapi tidak mampu
menggunakan penglihatannya untuk membaca tulisan biasa berukuran 12 poin dalam
keadaan cahaya normal meskipun dibantu dengan kaca mata (kurang awas). Ini berarti
bahwa seorang tunanetra mungkin tidak mempunyai penglihatan sama sekali
meskipun hanya untuk membedakan antara terang dan gelap.
Ketunanetraan dapat terjadi sebelum kelahiran, pada saat kelahiran, tak lama sesudah
kelahiran dan pada masa kanak-kanak hingga masa dewasa. Berikut ini adalah
beberapa kondisi umum yang dapat menyebabkan
ketunanetraan, yang diurut secara alfabetis:
a. Albinisme
b. Amblyopia
c. Buta warna, campak jerman (rubella)
d. Cedera (trauma) dan radiasi
e. Defisiensi vitamin a – xerophthalmia
f. Glaukoma
g. Katarak
h. Kelainan mata bawaan
i. Miopia (penglihatan dekat)
j. Nistagmus
k. Ophthalmia neonatorum
l. Penyakit kornea dan pencangkokan kornea
m. Retinitis pigmentosa
n. Retinopati diabetika
o. Retinopathy of prematurity
p. Sobeknya dan lepasnya retina
q. Strabismus
r. Trakhoma
s. Tumor
t. Uveitis
WHO mempunyai tiga langkah strategi untuk memerangi kebutaan dan kurang awas,
yaitu:
1. Memperkuat program kesehatan dasar mata;
2. Penanganan secara efektif terhadap gangguan mata yang “dapat disembuhkan”;
3. Serta mendirikan pusat pelayanan optik dan pelayanan bagi penyandang
tunanetra.
Di samping itu, ada strategi untuk mencegah ketunanetraan pada anak, yaitu:
1. Pencegahan berjangkitnya penyakit
2. Pencegahan timbulnya komplikasi yang mengancam penglihatan bila penyakit
telah berjangkit
3. Meminimalisasi ketunanetraan yang diakibatkan oleh penyakit atau cedera yang
telah dialami.