Anda di halaman 1dari 2

MATA KULIAH : PENGANTAR PENDIDIKAN ANAK BERKEBUTUHAN

KHUSUS

MODUL 4 - PENDIDIKAN ANAK TUNANETRA


KB 1 - Definisi, Klasifikasi, Penyebab, dan Cara Pencegahan Terjadinya Ketunanetraan

A. DEFINISI DAN KLASIFIKASI TUNANETRA

Orang tunanetra adalah mereka yang tidak memiliki penglihatan sama sekali (buta
total) hingga mereka yang masih memiliki sisa penglihatan, tetapi tidak mampu
menggunakan penglihatannya untuk membaca tulisan biasa berukuran 12 poin dalam
keadaan cahaya normal meskipun dibantu dengan kaca mata (kurang awas). Ini berarti
bahwa seorang tunanetra mungkin tidak mempunyai penglihatan sama sekali
meskipun hanya untuk membedakan antara terang dan gelap.

Terdapat sejenis konsensus internasional untuk menggunakan dua jenis definisi


sehubungan dengan kehilangan penglihatan, yakni berikut ini.
1. Definisi legal (definisi berdasarkan peraturan perundang-undangan).
2. Definisi edukasional (definisi untuk tujuan pendidikan) atau definisi fungsional,
yaitu yang difokuskan pada seberapa banyak sisa penglihatan seseorang dapat
bermanfaat untuk keberfungsiannya sehari-hari.

Berdasarkan cara pembelajarannya, ketunanetraan dapat dibagi kedalam dua


kelompok, yaitu buta (blind) atau tunanetra berat dan kurang awas (low vision) atau
tunanetra ringan. Seseorang dikatakan tunanetra berat (blind) apabila dia sama sekali
tidak memiliki penglihatan atau hanya memiliki persepsi cahaya (Barraga & Erin,
1991) sehingga untuk keperluan belajarnya dia menggunakan indra-indra
nonpenglihatan. Seseorang dikatakan
tunanetra ringan (low vision) apabila setelah dikoreksi penglihatannya masih
sedemikian buruk tetapi fungsi penglihatannya dapat ditingkatkan melalui
penggunaan alat-alat bantu optik dan modifikasi lingkungan (Corn & Ryser, 1989).

B. PENYEBAB TERJADINYA KETUNANETRAAN

Ketunanetraan dapat terjadi sebelum kelahiran, pada saat kelahiran, tak lama sesudah
kelahiran dan pada masa kanak-kanak hingga masa dewasa. Berikut ini adalah
beberapa kondisi umum yang dapat menyebabkan
ketunanetraan, yang diurut secara alfabetis:
a. Albinisme
b. Amblyopia
c. Buta warna, campak jerman (rubella)
d. Cedera (trauma) dan radiasi
e. Defisiensi vitamin a – xerophthalmia
f. Glaukoma
g. Katarak
h. Kelainan mata bawaan
i. Miopia (penglihatan dekat)
j. Nistagmus
k. Ophthalmia neonatorum
l. Penyakit kornea dan pencangkokan kornea
m. Retinitis pigmentosa
n. Retinopati diabetika
o. Retinopathy of prematurity
p. Sobeknya dan lepasnya retina
q. Strabismus
r. Trakhoma
s. Tumor
t. Uveitis

C. PENCEGAHAN TERJADINYA KETUNANETRAAN

VISION 2020 memerangi kebutaan yang dapat dihindari melalui:


1. Pencegahan dan pemberantasan penyakit
2. Pelatihan personel
3. Memperkuat infrastruktur perawatan mata yang ada
4. Penggunaan teknologi yang tepat dan terjangkau, dan
5. Mobilisasi sumber-sumber.

WHO mempunyai tiga langkah strategi untuk memerangi kebutaan dan kurang awas,
yaitu:
1. Memperkuat program kesehatan dasar mata;
2. Penanganan secara efektif terhadap gangguan mata yang “dapat disembuhkan”;
3. Serta mendirikan pusat pelayanan optik dan pelayanan bagi penyandang
tunanetra.

Di samping itu, ada strategi untuk mencegah ketunanetraan pada anak, yaitu:
1. Pencegahan berjangkitnya penyakit
2. Pencegahan timbulnya komplikasi yang mengancam penglihatan bila penyakit
telah berjangkit
3. Meminimalisasi ketunanetraan yang diakibatkan oleh penyakit atau cedera yang
telah dialami.

Strategi lainnya dikenal dengan ”perang modern” melawan faktor penyebab


ketunanetraan, yaitu : prophylaxis, imunisasi, perawatan kehamilan yang tepat,
perawatan neonatal, perbaikan gizi, pendidikan masyarakat, penyuluhan genetika,
ketentuan-ketentuan yang mengatur produksi dan pengedaran barang-barang mainan
yang berbahaya, deteksi dan intervensi dini, serta meningkatkan higiene dan
perawatan kesehatan.

Anda mungkin juga menyukai