Anda di halaman 1dari 8

RESUME MODUL 3 & 4

MATA KULIAH
EVALUASI PEMBELAJARAN DI SD
MODUL 3
PENGEMBANGAN ASESMEN ALTERNATIF

KB 1 Konsep Dasar Asesmen Alternatif


Asesmen alternatif adalah suatu bentuk asesmen yang merupakan alternatif dari
asesmen tradisional. Asesmen tradisional yang dimaksudkan disini adalah asesmen yang
hanya mengendalikan tes tertulis (paper and pencil test)
Jenis-jenis asesmen alternatif yang sekarang mulai digunakan yaitu
a. Asesmen kinerja
b. Asesmen otentik
c. Portofolio
Alat ukur yang digunakan dalam asesmen alternatif tidak hanya berupa tes tertulis tetapi
juga menggunakan alat ukur nontes yang berupa penyelesaian tugas-tugas, lembar
pengamatan, dan lembar penilaian (rubric).
Asesmen alternatif dilaksanakan berdasarkan beberapa teori psikologi khususnya dari
aliran psikologi kognitif, seperti :
a. Teori belajar bruner
b. Teori fleksibilitas kognitif dari R.Spiro (1990)
c. Generative learning model dari Osborne dan Wittrock (1983)
d. Experiential learning Theory dari C.Rogers (1969)
e. Multiple Intelligent theory dari Howard Gardner (1983)
Jika dibandungkan dengan asesmen tradisional, asesmen alternatif mempunyai banyak
keunggulan tetapi juga mempunyai beberapa kelemahan. Yang harus diperhatikan adalah
bagaimana dapat menekan kelemahan tersebut seminimal mungkin.
KB 2 Bentuk Asesmen Kinerja
Struktur asesmen kinerja terdiri dari tugas (task) dan kriteria penilain (rubric).
Informasi kinerja siswa dapat diperoleh dari berbagai jenis tugas atau tagihan antara lain
computer adaptive testing, tes uraian, tugas individu, tugas kelompok dan sebagainya.
Langkah-langkah yang harus diperhatikan guru dalam menyusun tugas adalah:
1. Mengidentifikasi pengetahuan dan keterampilan yang akan dimiliki siswa setelah
mereka mengerjakan tugas tersebut
2. Merancang tugas yang memungkinkan siswa dapat menunjukkan kemampuan siswa
dalam berpikir dan keterampilan
3. Menetapkan kriteria keberhasilan
Setelah tugas disusun dengan baik maka tugas guru selanjutnya adalah menetapkan
kriteria keberhasilan yang akan digunakan sebagai patokan untuk menilai kinerja siswa.
Kriteria keberhasilan yang dibuat sebaiknya cukup rinci sehingga dapat menilai setiap kinerja
yang diharapkan. Kriteria tersebut diperlukan agar guru dapat memberikan penilaian yang
obyektif. Sebelum tugas dan rubric digunakan, perlu menilai kualitas tugas dan rubric yang
telah dibuat.
Berdasarkan jenisnya rubric dibedakan menjadi dua, yaitu : holistic rubric dan analytic
rubruc. Holistic rubric merupakan rubric yang dimensi atau aspek yang akan dinilai serta
deskripsinya dibuat secara umum. Karena sifatnya yang seperti itu, holistic rubric dapat
digunakan untuk menilai berbagai jenis kinerja. Sedangkan analitic rubric merupakan rubric
yang dimensi atau aspek kinerjanya serta deskripsi setiap aspeknya dibuat lebih rinci. Karena
sifatnya yang seperti itu, analityc rubric hanya dapat digunakan untuk menilai kinerja
tertentu.
KB 3 Asesmen Portofolio
Portofolio adalah kumpulan hasil karya siswa yang disusun secara sistematis yang
menunjukkan upaya, proses, hasil, dan kemajuan belajar yang dilakukan siswa dari waktu ke
waktu. Karakteristik portofolio adalah :
1. Asesmen portofolio adalah asesmen yang menuntut adanya kerja sama antara murid
dengan guru.
2. Asesmen portofolio tidak hanya sekedar kumpulan hasil karya siswa tetapi yang
terpenting adalah adanya proses seleksi yang dilakukan berdasar kriteria tertentu
untuk dimasukan ke dalam kumpulan hasil karya siswa.
3. Hasil karya siswa dikumpulkan dari waktu ke waktu.
4. Kriteria penilaian yang digunakan harus jelas baik bagi guru atau bagi siswa dan
diterapkan secara konsisten.
Beberapa komponen penting yang harus anda perhatikan dalam menggunakan portofolio
sebagai asesmen:
1. Portofolio hendaknya memiliki kriteria penilaian yang jelas.
2. Untuk menilai kemampuan dan keterampilan siswa dapat digunakan berbagai sumber
informasi yang mengenal dengan baik kemampuan siswa.
3. Untuk mendesain portofolio perlu diperhatikan berbagai cara yang digunakan untuk
mengumpulkan bukti-bukti yang berkontribusi terhadap portofolio.
4. Portofolio dapat terdiri dari berbagai bentuk informasi.
5. Kualitas portofolio harus ditingkatkan dari waktu ke waktu.
6. Setiap mata pelajaran mungkin mempunyai bentuk portofolio yang berbeda dengan
mata pelajaran yang lain.
7. Portofolio harus dapat diakses secara langsung oleh orang-orang yang berkepentingan
terhadap portofolio tersebut.
KB 4 Penilaian Ranah Afektif
Kemapuan afektif merupakan bagian dari hasil belajar siswa yang sangat penting.
Keberhasilan pembelajaran pada ranah kognitif dan psikomotor sangat ditentukan oleh
kondisi afektif siswa. Siswa yang memiliki minat belajar dan sikap positif terhadap pelajaran
akan merasa senang mempelajari mata pelajaran tersebut sehingga mereka akan dapat
mencapai hasil pembelajaran yang optimal. Walaupun para guru sadar akan hal ini akan
tetapi belum banyak tindakan yang dilakukan guru untuk meningkatkan minat dan
mengembangkan sikap positif terhadap mata pelajaran. Fakta yang ada sampai saat ini
pembelajaran masih didominasi pada pengembangan ranah kognitif.
Menurut Krathwohl, ranah afektif terdiri atas lima level yaitu :
1. Receiving
2. Responding
3. Valuing
4. Organization
5. Characterization
Menurut Ericson, penilaian afektif dapat dilakukan dengan cara :
1. Pengamatan langsung
2. Wawancara
3. Angket atau kuesioner
4. Teknik proyektil
5. Pengukuran terselubung
Langkah-langkah penyusunan instrumen afektif dimulai
1. Menentukan tujuan.
2. Mencari definisi konseptual.
3. Menentukan definisi operasional
4. Mencari indicator yang dapat digunakan untuk mengukur definisi operasional
5. Menggunakan indicator sebagai dasar penulisan butir-butir pernyataan dalam
instrument
6. Menelaah instrument
7. Melakukan uji coba
8. Memperbaiki instrument berdasar hasil uji coba
9. Mengadministrasikan instrument.

MODUL 4
PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN INFORMASI HASIL BELAJAR
KEGIATAN BELAJAR 1
Menumpulkan dan Mengolah Informasi Hasil Belajar

Tujuan utama dari kegiatan penilaian adalah untuk mengethaui apakah kompetensi dasar
yang telah ditetapkan sudah dapat dicapai oleh siswa atau belum. Untuk keperluan tersebut
guru perlu menyusun prosedur penilaian dalam bentuk kisi-kisi pengukuran. Kisi-kisi
pengukuran tersebut antara lain berisi :
a) aspek yang akan diukur : kognitif, afektif, atau psikomotor,
b) jenis alat ukur yang digunakan : tes atau non-tes,
c) teknik atau cara pengukurannya : tertulis, lisan, atau perbuatan
d) cara penskoran serta pengolahannya.
Pengumpulan dan Pengolah Informasi Hasil Belajar dari Tes Tertulis
Informasi hasil belajar yang diperoleh dari tes tertulis dikumpulkan dari hasil tes tertulis yang
telah dikerjakan siswa, baik yang berasal dari ulangan harian, tes tengah semester, ataupun
tes akhir semester. Jenis tes yang sering digunakan di lapangan adalah tes objektif  dan tes
uraian.

A. Memeriksa dan Mengolah Hasil Tes


1. Memeriksa Hasil tes Objektif
Cara yang paling umum dilakukan oleh para praktisi pendidikan di lapangan adalah
dengan pemeriksaan secaar manual. Cara ini tepat dilakukan jika jumlah peserta
tesnya tidak terlalu banyak.  Jika jumlah peserta tes sangat besar, maka pemeriksaan
secara manual dirasa tidak efektif lagi. Jika peserta tes dalam jumlah besar maka
dapat menggunakan fasilitas komputer untuk menskor dan mengolahnya.
Pembacaan jawaban siswa dapat dilakukan dengan menggunakan bantuan mesin
pembaca (scanner machine) dan untuk mengolah data selanjutnya dapat digunakan
komputer.
2. Memeriksa Hasil Tes Uraian
Pemberian skor atau scoring merupakan masalah serius dalam pemeriksaan hasil tes
uraian. Menurut Hopkins dan kawan-kawan (1990) terdapt lima faktor yang
menjadi permasalahan pada saat memeriksa hasil tes uraian yaitu ketidaktetapan
pemeriksa dalam memberikan skor, adanya hallo effect, carri over effect, order
effect, dan adanya efek penggunakan bahasa serta tulisan siswa.
3. Mengolah Data Hasil Tes
a) Untuk tes objektif (tanpa formula tebakan)
Persentase penguasaan =    ....   x  100 %
b) Untuk tes uraian :
Persentase penguasaan =    ....   x  100 %

B. Pengumpulan dan Pengolahan Informasi haisl Belajar dari Unjuk Kerja Siswa
Informasi hasil belajar yang diperoleh dari unjuk siswa kerja siswa, baik yang berupa
unjuk kerja yang langsung diamati guru, pembuatan laporan, pengumpulan hasil karya,
pengumpulan portofoio dan lain sebagianya. Satu hal yang tidak kalah penting adalah
informasi yang berkenaan dengan proses selama menghasilkan karya tersebut.
Untuk memperoleh informasi tersebut sudah barang tentu guru harus mempersiapkan
pedoman pengamatan yang dilengkapi dengan kriteria penskoran. Inilah yang dikenal dengan
rubrik
KEGIATAN BELAJAR 2
Pendekatan dalam Pemberian Nilai
Informasi hasil belajar siswa yang diperoleh dari tes, pada awalnya masih berupa skor
mentah (raw score) yang berupa data terserak (belum tertata). Karena data belum tertata
dengan baik maka guru akan menemui kesulitan untuk memperoleh gambaran yang jelas
tentang hasil belajar siswa tersebut.
Data tersebut perlu diatur sedemikian rupa agar mudah dipahami, misalnya diurutkan dari
data terbesar sampai dengan yang terkecil. Dengan mengurutkan hasil tes tersebut maka anda
akan dapat melihat dengan mudah rangking siswa.
Apabila jumlah siswa sedikit (misalnya 10 anak) maka penyusunan datanya dapat anda
lakukan dengan mudah dan dapat dengan cepat diketahui rangking kelas pada mata pelajaran
tertentu. Tetapi jika jumlah siswa anda banyak maka kumpulan data hasil belajar yang anda
peroleh akan mudah dipahami jika data tersebut diolah dalam bentuk tabel frekuensi. Cara
membuat daftar distribusi frekuensi :
1. Tentutan rentang, ialah data terbesar dikurangi dengan data terkecil.
2. Tentukan banyak kelas interval yang diperlukan.
3. Tentukan panjang kelas interval (p)
4. Tentukan ujung bawah kelas interval untuk data terkecil.
5. Masukkan semua data ke dalam kelas interval.

Pendekatan dalam pemberian nilai diantaranya:


1. Pendekatan Penilaian Acuan Norma (PAN)
Adalah suatu pendekatan untuk menginterpretasikan hasil belajar siswa dimana hasil
belajar yang diperoleh seorang siswa dibandingkan dengan hasil belajar yang diperoleh
kelompoknya. Pemberian skor seorang siswa dapat diberikan berdasarkan pada
pencapaian hasil belajar kelompoknya. Dengan demikian guru dapat memberikan nilai
tertinggi pada siswa yang memperoleh skor tertinggi dan sebaliknya siswa yang
memperoleh skor terendah diberi nilai terendah.
Jika jumlah siswa banyak (mencapai ratusan) maka penggunaan statistika sederhana
yaitu haarga rata-rata (mean) dan simpangan baku (SB) akan sangat membantu dalam
memberikan nilai untuk seluruh siswa.
Simpangan baku sangat bermanfaat dalam pengukuran varriasi skor. Pada dasarnya
simpangan baku mengukur seberapa jauh setiap skor menyebar dari mean. Semakin
besar harga simpangan baku menunjukkan bahwa sebaran skor dari mean semakin besar.
Atau dengan kata lain semakin besar harga simpangan baku, data tersebut semakin
heterogen. Sebaliknya semakin kecil harga simpangan baku maka data tersebut semakin
homogen.

2. Pendekatan Penilaian Acuan Kriteria (PAK)


Dalam PAK keberhasilan setiap anak tidak dibandingkan dengan hasil hang diperoleh
kelompoknya tetapi keberhasilan setiap anak akan dibandingkan dengan kriteria yang
telah ditetapkan sebelumnya.  Penentuan kriteria berorientasi pada pencapaian
kompetensi atau tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
          Penerapan PAK dalam kehidupan sehari-hari misalnya dalam penerimaan dosen
baru di suatu perguruan tinggi di tentukan dengan kriiteria; berijasah S1 dalam program
studi yang relevan, Indeks Prestasi Kumulatif minimal 3,00 dan persyaratan yang
lainnya.

     Penilaian
Pengertian penilaian disini mengacu pada penilaian sebagai asesmen yaitu serangkaian
kegiatan yang dilakukan untuk memperoleh informasi tentang pencapaian hasil belajar siswa
dan menggunakan informasi tersebut utuk mencapai tujuan pendidikan.

     Penyajian Hasil Penilaian


Bentuk penilaian yang dapat dipergunakan guru untuk menilai hasil belajar siswa:
a.      Penilaian dengan menggunakan angka.
b.      Penilaian dengan menggunakan kategori.
c.      Penilaian dengan uraian atau narasi
d.      Penilaian kombinasi

Proses Pemberian Nilai


Pelaksanaan penilaian sesuai prinsipnya harus dilakukan pada semua aspek hasil belajar
(kognitif, afektif, dan psikomotor) sesuai dengan tuntutan kompetensi yang terdapat dalam
kurikulum. Perlu dipahami bahwa penguasaan kompoetensi hasil belajar untuk setiap mata
pelajaran tidak sama. Ada mata pelajaran yang kompetensi belajarnya lebih menekankan
pada ranah kognitif (misalnya matematika), ranah afektif (misalnya Pendidikan Agama dan
Pendidikan Kewarganegaraan), atau ranah psikomotor (misalnya Olah Raga).
Beberapa jenis alat ukur dan jenis tagihan yang dapat digunakan dalam proses pemberian
nilai antara lain:
a)    Kuis
b)    Pertanyaan lisan
c)    Ulangan harian
d)    Tugas individu / kelompok
e)    Ulangan semesteran
f)     Laporan tugas atau laporan kerja
g)    Ujian praktek

Anda mungkin juga menyukai