Anda di halaman 1dari 3

Implikasi “a ⇒b” bernilai S hanya apabila pendahulu a bernilai B dan pengikut b bernilai S, untuk nilai-

nilai kebenaran a dan b lainnya, maka implikasi "a ⇒ b" bernilai B.

2. Apabila pendahulu suatu implikasi bernilai salah, maka implikasi itu

bernilai benar, tanpa memperhatikan nilai kebenaran pengikutnya.

Apabila pengikut suatu implikasi bernilai benar, maka implikasi itu bernilai benar, tanpa memperhatikan
nilai kebenaran dari pendahulunya.

4. Negasi suatu implikasi adalah suatu konjungsi dari pendahulu dan negasi dari pengikutnya, yaitu: ~ (a
⇒b) =a  ∧ ~b

Apabila diketahui a ⇒b maka

(a) b ⇒a disebut konvers dari a ⇒b

(b) ~a ⇒ ~b disebut invers dari a ⇒b

(V) ~b ⇒~a disebut kontraposisi (kontrapositif) dari a ⇒ b.

6. Nilai kebenaran suatu implikasi tidak selalu sama dengan nilai

kebenaran dari konversnya.

7. Nilai kebenaran suatu implikasi tidak selalu sama dengan nilai

kebenaran dari inversnya.

8. Nilai kebenaran suatu implikasi selalu sama dengan nilai kebenaran

dari kontraposisinya, yaitu a ⇒ b=~b ⇒ ~a


Bimplikasi a dan b (disimbolkan dengan a ⇒ b dan dibaca a jika dan hanya jika b) bernilai benar apabila
kedua pernyataan tunggalnya mempunyai nilai kebenaran yang sama, dan mempunyai bernilai salah
apabila kedua pernyataan tunggalnya mempunyal nilai kebenaran yang berbeda.

a ⇔b = (a⇒b) ∧ (b⇒a)

~ (a⇔b) = (a∧~b) V (b ∧~a)

1. Tautologi adalah suatu pernyataan majemuk yang selalu benar untukk

setiap nilai kebenaran pernyataan tunggalnya.

2. Tautologi [(a ⇒ b) ∧ a] ⇒b disebut modus ponens

3. Tautologi [(a ⇒ b) ∧ ~b] ⇒ ~a disebut modus tollens.

Tautologi [(a V b) ∧ ~a] ⇒b disebut modus tollendo ponens.

5. Tautologi [(a ⇒ b) ∧ (b⇒C)] ⇒ (a⇒C ) disebut silogisme.

6. Pendahulu dari tiap-tiap tautologi implikatif itu berupa suatu konjungsi. Pernyataan majemuk atau
pernyataan tunggal yang membentuk konjungsi ini, masing-masing disebut premis, dan pengikut dari
tautologi implikatif itu dinamakan kesimpulan. Selanjutnya, kumpulan premis-premis dan kesimpulan ini
disebut argumen.

1. Premis-premis terdiri atas pernyataan majemuk atau pernyataan tunggal yang selalu
diasumsikan bernilai benar. Dalam matematika, premis-premis itu biasa dikenal dengan *
ketentuan" atau yang diketahui.
Penalaran deduktif merupakan salah satu penalaran pokok/utama dalam matematika. Penalaran ini
banyak digunakan dalam membuktikan atau menurunkan rumus/dalil/teorema dari definisi,
aksioma/postulat dan rumus/teorema yang telah dibuktikan sebelumnya. Teorema yang telah
dibuktikan secara deduktif tidak dapat disangkal lagi kebenarannya dan berlaku secara umum di daerah
asal (domain)nya. Namun demikian, mengingat beberapa prasyarat yang harus dipenuhi dan untuk
kepentingan pembelajaran di tingkat Pendidikan Dasar, penalaran deduktif hanya dibicarakan secara
selintas, bahkan hampir tak ada pembuktian rumus dengan penalaran deduktif.

Penalaran induktif dalam matematika digunakan untuk memperoleh dugaan-dugaan tentang rumus
atau teorema. Rumus atau teorema dugaan yang diperoleh dengan penalaran induktif tersebut belum
dikatakan absah sebagai teorema atau rumus. Teorema/rumus dugaan itu harus dibuktikan secara
deduktif untuk menjadi teorema/rumus yang absah.

Penalaran induktif mempunyai peranan yang sangat penting dalam pengembangan matematika. Untuk
itu, penalaran induktif perlu dikembangkan dalam pembelajaran matematika di Sekolah Dasar maupun
di SLTP. Oleh karena penalaran induktif ini mudah diikuti oleh kebanyakan siswa dalam mempertajam
dan mengembangkan pemikirannya. Oleh karena itu, pada kegiatan belajar ini banyak diisi contoh-
contoh penalaran induktit yang dapat digunakan sebagai dasar untuk mengembangkan materI ajar
Matematika di SD dan di SMP.

Anda mungkin juga menyukai