Anda di halaman 1dari 14

REFLEKSI KASUS MEI, 2018

“PSORIASIS VULGARIS”

DISUSUN OLEH:

WIDYA NURUL FATIMAH


N 111 17 030

PEMBIMBING KLINIK
dr. Diany Nurdin, Sp. KK., M.Kes

KEPANITERAAN KLINIK DEPARTEMEN ILMU


PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2018

STATUS PASIEN
BAGIAN ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN
RSUD UNDATA PALU

I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. I
Umur : 52 tahun
Alamat : BTN Palupi Permai
Pekerjaan : Guru
Pendidikan terakhir : S1
Agama : Islam
Status pernikahan : Menikah
Tanggal pemeriksaan: 07-05-2018
Ruangan : IGD RSUD Undata

II. ANAMNESIS
Keluhan utama :
Kulit kemerahan dan terkelupas di seluruh tubuh
Riwayat Penyakit Sekarang :
Seorang laki-laki usia 52 tahun datang ke IGD RSUD Undata dengan
keluhan kulit kemerahan dan terkelupas di seluruh tubuh yang telah dialami
sejak 3 tahun yang lalu dan memberat 2 bulan terakhir. Pasien mengaku bahwa
2 bulan terakhir bagian yang kemerahan dan terkelupas sering terasa gatal dan
terasa perih. Gatal yang dirasakan berpindah-pindah. Awalnya keluhan mulai
dialami pada bagian kepala yang ditandai dengan kulit kepala terkelupas seperti
ketombe dan terasa gatal. Beberapa minggu kemudian area kemerahan dan
terkelupas berpindah ke kaki kemudian menyebar naik hingga ke badan dan
tangan. Pasien mengaku sempat berobat ke dokter 3 tahun yang lalu, mengalami
perubahan namun pasien tidak melanjutkan pengobatan.

Riwayat Penyakit Dahulu :

2
- Diabetes Mellitus (+)
- Hipertensi (-)
- Riwayat alergi makanan dan obat-obatan (-)

Riwayat Penyakit Keluarga :


Tidak ada keluarga dengan keluhan yang sama.

III. PEMERIKSAAN FISIK


a. Status Generalisata
Keadaan umum : Sakit ringan
Kesadaran : Composmentis
Status gizi : Gizi cukup
b. Vital Sign
Tekanan darah : 120/70 mmHg
Nadi : 88 kali/menit
Respirasi : 20 kali/menit
Suhu : tidak dilakukan pengukuran
c. Status Dermatologis
Lokalisasi:
1. Kepala : Tidak terdapat ujud kelainan kulit (UKK)
2. Leher : Tampak makula eritematosa berukuran numular,
bentuk tidak teratur, dan sirkumkrip disertai skuama
psoriasiformis dan xerosis.
3. Dada : Tampak makula eritematosa berukuran plakat,
bentuk tidak teratur, dan difus, disertai xerosis..
4. Punggung : Tampak makula eritematosa berukuran numular
hingga plakat, bentuk tidak teratur, dan dan tersebar
secara konfluens dengan pinggiran lebih eritematosa
disertai skuama pitiriasiformis dan xerosis.

3
5. Perut : tampak makula eritematosa berukuran numular
hingga plakat, bentuk tidak teratur, dan sirkumskrip
disertai skuama psoriasiformis dan xerosis.
6. Genitalia : Tidak terdapat ujud kelainan kulit (UKK)
7. Bokong : Tidak terdapat ujud kelainan kulit (UKK)
8. Ekstremitas atas : Tampak makula eritematosa berukuran plakat,
bentuk tidak teratur, dan konfluens disertai skuama
psoriasiformis dan xerosis. Pada bagian ekstensor
tampak lesi berbentuk plak eritematosa berukuran
numular, bentuk tidak teratur, sirkumskrip disertai
dengan skuama psoriasiformis dan xerosis.
9. Ekstremitas bawah : Tampak makula eritematosa berukuran plakat,
bentuk tidak teratur, dan konfluens disertai skuama
psoriasiformis dan xerosis pada ektremitas bawah
IV. GAMBAR

Gambar 1. Tampak makula eritematosa berukuran numular, bentuk tidak teratur,


dan sirkumkrip disertai skuama psoriasiformis dan xerosis pada bagian leher.

4
Gambar 2. Pada area thoraks, tampak makula eritematosa berukuran plakat,
bentuk tidak teratur, dan sirkumkrip, disertai xerosis. Pada area abdomen, tampak
makula eritematosa berukuran numular hingga plakat, bentuk tidak teratur, dan
sirkumskrip disertai skuama psoriasiformis dan xerosis

Gambar 3. Tampak makula eritematosa berukuran numular hingga plakat, bentuk


tidak teratur, dan tersebar secara konfluens dengan pinggiran lebih eritematosa
disertai skuama psoriasiformis dan xerosis.

5
Gambar 4. Tampak makula eritematosa berukuran plakat, bentuk tidak
teratur, dan konfluens disertai skuama psoriasiformis dan xerosis. Pada
bagian ekstensor tampak lesi berbentuk plak eritematosa berukuran
numular, bentuk tidak teratur, sirkumskrip disertai dengan skuama
psoriasiformis dan xerosis.

6
Gambar 5. Tampak makula eritematosa berukuran plakat, bentuk tidak teratur,
dan konfluens disertai skuama psoriasiformis dan xerosis pada ektremitas bawah.

V. PEMERIKSAAN PENUNJANG
- Pemeriksan Fenomena Tetesan Lilin

Gambar 6. Pemeriksaan fenomena tetesan lilin tampak skuama yang berubah


warnanya menjadi putih seperti lilin apabila digores.

7
- Pemeriksan Auspitz

Gambar 7. Pemeriksaan Auspitz tampak bintik-bintik perdarahan setelah


skuama yang berlapis-lapis dikerok.

VI. RESUME
Seorang laki-laki usia 52 tahun datang ke IGD RSUD Undata dengan
keluhan kulit kemerahan dan terkelupas di seluruh tubuh yang telah dialami sejak
3 tahun yang lalu dan memberat 2 bulan terakhir. 2 bulan terakhir bagian yang
kemerahan dan terkelupas sering terasa gatal dan terasa perih. Gatal yang
dirasakan berpindah-pindah. Awalnya keluhan mulai dialami pada bagian kepala
yang ditandai dengan kulit kepala terkelupas seperti ketombe dan terasa gatal.
Beberapa minggu kemudian area kemerahan dan terkelupas berpindah ke kaki
kemudian menyebar naik hingga ke badan dan tangan. Pasien mengaku sempat
berobat ke dokter 3 tahun yang lalu, mengalami perubahan namun pasien tidak
melanjutkan pengobatan.
Status generalisata dan TTV dalam batas normal. Pada efloresensi kulit
tampak lesi berbentuk makula eritematosa berukuran numular hingga plakat,
bentuk tidak teratur disertai skuama psoriasiformis dan xerosis kulit yang tersebar
generalisata serta pada bagian ekstensor tampak lesi berbentuk plak eritematosa

8
berukuran numular, bentuk tidak teratur, sirkumskrip disertai dengan skuama
psoriasiformis dan xerosis. Pada pemeriksaan fenomena tetesan lilin tampak
skuama yang berubah warnanya menjadi putih seperti lilin apabila digores. Pada
pemeriksaan Auspitz tampak bintik-bintik perdarahan setelah skuama yang
berlapis-lapis dikerok.

VII. DIAGNOSA KERJA


Psoriasis Vulgaris

VIII. DIAGNOSA BANDING


 Tinea Corporis
 Morbus Hansen
 Dermatitis Seboroik

IX. ANJURAN PEMERIKSAAN


Pemeriksaan Histopatologi

X. PENATALAKSANAAN
a. Non Medikamentosa
- Menjaga kebersihan dan kelembaban kulit
- Membersihkan serta memotong kuku.
- Meminimalisir garukan terutama pada area yang luka
- Menghindari faktor pencetus, misalnya stress
- Minum obat dan kontrol ke dokter secara teratur
b. Medikamentosa
a. Pengobatan sistemik :
- Cetirizine tab 10 mg 1x1
b. Pengobatan topikal :
- Desoximetasone cream 0,05%

9
XI. PROGNOSIS
a. Qua ad vitam : ad bonam
b. Qua ad functionam : ad bonam
c. Qua ad sanationam : ad bonam
d. Qua ad Cosmeticam : ad bonam

10
PEMBAHASAN

Seorang laki-laki usia 52 tahun datang ke IGD RSUD Undata dengan keluhan
kulit kemerahan dan terkelupas di seluruh tubuh yang telah dialami sejak 3 tahun
yang lalu dan memberat 2 bulan terakhir. 2 bulan terakhir bagian yang kemerahan
dan terkelupas sering terasa gatal dan terasa perih. Gatal yang dirasakan
berpindah-pindah. Awalnya keluhan mulai dialami pada bagian kepala yang
ditandai dengan kulit kepala terkelupas seperti ketombe dan terasa gatal. Beberapa
minggu kemudian area kemerahan dan terkelupas berpindah ke kaki kemudian
menyebar naik hingga ke badan dan tangan. Pasien mengaku sempat berobat ke
dokter 3 tahun yang lalu, mengalami perubahan namun pasien tidak melanjutkan
pengobatan. Status generalisata dan TTV dalam batas normal. Pada efloresensi
kulit tampak lesi berbentuk makula eritematosa berukuran numular hingga plakat,
bentuk tidak teratur disertai skuama psoriasiformis dan xerosis kulit yang tersebar
generalisata serta pada bagian ekstensor tampak lesi berbentuk plak eritematosa
berukuran numular, bentuk tidak teratur, sirkumskrip disertai dengan skuama
psoriasiformis dan xerosis. Pada pemeriksaan fenomena tetesan lilin tampak
skuama yang berubah warnanya menjadi putih seperti lilin apabila digores. Pada
pemeriksaan Auspitz tampak bintik-bintik perdarahan setelah skuama yang
berlapis-lapis dikerok.
Psoriasis adalah penyakit yang penyebabnya autoimun, bersifat kronik dan
residif. Ditandai dengan adanya bercak-bercak eritema berbatas tegas dengan
skuama yang kasar, berlapis-lapis dan transparan, disertai fenomena tetesan lilin,
Auspitz dan kobner.[1]
Kasus psoriasis makin sering dijumpai. Meskipun penyakit ini tidak
menyebabkan kematian, tetapi menyebabkan gangguan kosmetik, terlebih-lebih
mengingat perjalanannya menahun dan residif. Secara etiopatogenesis, faktor
imunologik berperan dalam terjadinya psoriasis. Defek genetik pada kasus
psoriasis dapat diekspresikan pada salah satu dari tiga jenis sel, yakni limfosit T,
sel APC atau keratinosit. Selain itu diduga psoriasis juga dapat diturunkan
(herediter).[1,2]

11
Berbagai faktor pencetus pada kasus psoriasis berdasarkan teori antara lain
stress psikis, infeksi fokal, trauma (fenomena Kobner), endokrin, gangguan
metabolik, obat dan juga alkohol dan merokok. Stress psikis merupakan faktor
pencetus yang utama. Faktor endokrin mempengaruhi perjalanan penyakit.
Puncak insiden terjadinya psoriasis adalah semasa pubertas dan menopause. Pada
waktu kehamilan umumnya membaik. Gangguan metabolisme contohnya
hipokalsemia dan dialisis telah dilaporkan sebagai faktor pencetus. Obat yang
umumnya menimbulkan residif ialah beta-adrenergic blocking agent, lithium,
antimalarial, dan penghentian mendadak kortikosteroid sistemik.[1,3]
Gejala klinis yang dapat ditemukan pada kasus psoriasis umumnya tidak
mempengaruhi keadaan umum pasien, sebagian penderita mengeluhkan gatal
ringan. Tempat predileksi pada scalp, perbatasan daerah tersebut dengan muka,
ekstremitas bagian ekstensor terutama siku serta lutut dan daerah lumbosacral.
Kelainan kulit yang ditemukan berupa bercak-bercak eritema yang meninggi
(plak) dengan skuama diatasnya. Eritema sirkumskrip dan merata, tetapi pada
stadium penyembuhan sering eritema yang ditengahnya menghilang dan hanya
terdapat di pinggir. Skuama berlapis-lapis, kasar dan berwarna putih seperti mika,
serta transparan. Besar kelainan bervariasi: lentikular, numular atau plakat, dapat
berkonfluensi. Jika separuhnya atau seluruhnya bersifat lentikular disebut
psoriasis gutata, biasanya pada anak-anak dan dewasa muda dan terjadi pasca
infeksi akut streptococcus.[2,4]
Pada psoriasis terdapat fenomena tetesan lilin, Auspitz dan Kobner
(isomorfik). Fenomena Tetesan Lilin dimana bila lesi yang berbentuk skuama
dikerok maka skuama akan berubah warna menjadi putih yang disebabkan oleh
karena perubahan indeks bias. Auspitz Sign ialah bila skuama yang berlapis-lapis
dikerok akan timbul bintik-bintik pendarahan yang disebabkan papilomatosis
yaitu papilla dermis yang memanjang tetapi bila kerokan tersebut diteruskan maka
akan tampak pendarahan yang merata. Fenomena Kobner ialah bila kulit penderita
psoriasis terkena trauma misalnya garukan maka akan muncul kelainan yang sama
dengan kelainan psoriasis umumnya akan muncul setelah 3 minggu.[5]

12
Psoriasis Vulgaris adalah bentuk psoriasis umum yang lazim ditemukan dan
memiliki lesi-lesi yang berbentuk plak. Adapun tempat predileksinya seperti yang
telah dituliskan diatas. Pada pemeriksaan histopatologis psoriasis memberikan
gambaran yang khas, yakni parakeratosis dan akantosis. Pada stratum spinosum
terdapat kelompok leukosit yang disebut abses munro. Selain itu terdapat pula
papilomatosis dan vasodilatasi di subepidermis.[5]
Dalam kepustakaan terdapat banyak cara pengobatan. Secara umum
pengobatan psoriasis dapat menggunakan obat-obat golongan kortikosteroid baik
yang bersifat topikal maupun sistemik dan menyingkirkan faktor etiologi apabila
jelas, seperti mengobati infeksi causa bakterial dengan menggunakan antibiotik.
Jika gambaran klinisnya khas, tidaklah sukar membuat diagnosis.[1]
Tatalaksana psoriasis adalah terapi supresif, tidak menyembuhkan secara
sempurna, bertujuan mengurangi tingkat keparahan dan ekstensi lesi sehingga
tidak terlalu mempengaruhi kualitas hidup pasien. Sebagian besar kasus psoriasis
dapat ditatalaksana dengan pengobatan topikal meskipun memakan waktu lama
dan juga secara kosmetik tidak baik, sehingga kepatuhan sangat rendah. obat
topikal seperti preparat tar, kortikosteroid, kalsipotriol, dan retinoid topikal.
Pengobatan juga dapat dilakukan dengan fototerapi. Fototerapi dapat mendeplesi
sel limfosit T secara selektif, terutama di epidermis, melalui apoptosis dan
perubahan respons imun Th1 menjadi Th2. Terapi psoriasis sistemik dibutuhkan
untuk kasus yang berat dimana lesi tersebar luas diseluruh tubuh atau lesi
berbentuk pustular atau psoriasis pada fase aktif yang kambuh setelah mendapat
obat tropikal termasuk sinar UV atau bila terapi topikal tidak berhasil. Terapi
biologis merupakan modalitas terapi yang bertujuan memblokade molekul
spesifik yang berperan dalam patogenesis psoriasis.Agen-agen biologis memiliki
efektivitas yang setara dengan MTX dengan risiko hepatotoksisitas yang lebih
rendah. [6]

13
DAFTAR PUSTAKA

1. Menaidi SL. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Badan Penerbit Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta; 2015.
2. Harahap M. Ilmu Penyakit Kulit. Jakarta: EGC; 2010.
3. Richard D.J & Pandya A.G. Dermatology Atlas for skin of color. New York:
Spinger; 2014.
4. Bourke, Johnny. Cunliffe, Tim. Dermatologi Dasar Untuk Praktik Klinik.
Jakarta ; EGC; 2012.
5. Poudel RR. Clinical imaging nummular eczema. Journal Of Community
Hospital Internal Medicine Perspectives. Nepal; 2015.
6. Yuliastuti D. Psoriasis. CDK-235 Volume 42 No. 12; 2015.

14

Anda mungkin juga menyukai