Disusun Oleh :
Muhammad Haykal Shamil (2001101900198)
UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS PETERNAKAN
2020
A. Pengertian Directing
Memberi pengarahan adalah fungsi atau tugas yang dilakukan oleh pimpinan. Bila
rencana pekerjaan sudah tersusun, struktur organisasi sudah ditetapkan dan posisi-posisi
atau jabatan-jabatan dalam struktur organisasi atau dalam perusahaan sudah diisi,
berkewajibanlah pimpinan untuk menggerakkan bawahan, memutar roda mesin
perusahaan dan mengkoordinir, agar apa yang menjadi tujuan perusahaan dapat direalisir.
Menggerakkan bawahan inilah yang dimaksud dengan fungsi keempat dari pimpinan yakni
mengarahkan bawahan.
B. Tujuan Directing
1
memberi perintah itu dan harus ada keyakinan padanya, bahwa dengan pemberian
perintah itu benar-benar tujuan perintah dapat menjadi kenyataan.
Tujuan utama dalam pengarahan oleh atasan kepada bawahan, ialah untuk
mengkoordinir kegiatan bawahan, agar kegiatan masing-masing bawahan yang beraneka
macam itu terkoordinir kepada suatu arah yaitu kepada tujuan perusahaan. Jadi dengan
pemberian perintah itu, maka kegiatan-kegiatan bawahan vang, menvimpang dari rel
diarahkan kepada relnya, atau bawahan yang terlalu lamban dalam kegiatan-kegiatannya,
dibimbing untuk menambah kegiatannya, atau bawahan yang berhenti diperintahkan untuk
jalan terus dan sebagainya.
C. Definisi Perintah
Suatu perintah adalah suatu instruksi resmi dari seorang atasan kepada bawahan
untuk mengerjakan atau untuk tidak melakukan sesuatu, guna merealisasi tujuan kepada
realisasi tujuan perusahaan.
Dari batasan perintah yang diberikan di atas, ternyata ada empat unsur suatu perintah
yaitu:
1. Instruksi resmi,
2. Dari atasan kepada bawahan
3. Mengerjakan atau tidak mengerjakan sesuatu hal
4. Realisasi tujuan perusahaan
Tanpa salah satu unsur yang empat itu, maka itu bukanlah suatu perintah. Jadi
misalnya perintah yang tidak tertuju kepada realisasi tujuan perusahaan, tetapi tertuju
kepada tujuan privat atasan itu perintah, misalnya, itu bukanlah suatu perintah. Keernpat
unsur perintah di atas, akan kita perbincangkan lebih lanjut.
Sesuatu perintah adalah sesuatu instruksi resmi, baik berbentuk lisan atau pun
tulisan. Perintah tersebut bersifat resmi, bila yang mengeluarkan perintah itu adalah orang
yang mempunyai wewenang untuk melakukan itu. Jadi suatu perintah yang dikeluarkan
oleh Kepala Bagian A kepada seseorang pegawai di bagian A, merupakan suatu perintah
resmi bagi pegawai-pegawai di bagian A, itu, akan tetapi bukan merupakan suatu instruksi
resmi bagi pegawai di bagian B. Yang dimaksud dengan mempunyai wewenang ialah bahwa
bilamana bawahan tidak melaksanakannya, maka orang yang mengeluarkan perintah itu
dapat melakukan tindakan sanksi.
Sesuatu perintah harus datang dari pihak atasan kepada bawahan tidak boleh
sebaliknya. Bawahan yang diperintah ini haruslah bawahan atasan yang bersangkutan, tidak
boleh bawahan dari atasan yang lain, kecuali dalam sistem organisasi fungsional. Jadi atasan
yang memberi perintah kepada bawahan itu haruslah atasan yang mempunyai wewenang
untuk itu. Sebagai wewenang atau hak khusus, maka dia mempunyai kckuatan sanksi,
2
wewenang tanpa sanksi tidak ada gunanya. Oleh karenanya, penolakan bawahan untuk
tidak mengerjakan apa yang diinstruksikan atasannya tersebut dapat dikenakan sanksi,
sanksi itu dapat berupa pemindahan pegawai, pemberhentian sementara pegawai, bahkan
dapat pula berupa pemberhentian atau pemecatan pegawai itu sendiri. Ini bukan berarti
bahwa perintah atasan kepada bawahan dapat sewenangwenang. Perintah atasan kepada
bawahan haruslah ada kemungkinan pelaksanaannya. Kemungkinan pelaksanaan itu
ditentukan oleh faktorfaktor pendidikan, pengalaman, waktu, alat-alat serta keadaan
bawahan dan tempatnya. Ini berarti bahwa pemberian perintah oleh atasan kepada
bawahan haruslah ada kemungkinan pelaksanaannya.
Telah dibatasi bahwa pemimipin itu adalah orang yang mendapatkan hasil melalui
bawahannya. Pengrealisasian hasil tersebut adalah dengan memberikan perintah kepada
bawahan untuk mengerjakan atau untuk tidak mengerjakan sesuatu. Adanya perintah
atasan kepada bawahan berarti menggerakkan bawahan untuk berbuat. Instruksi atasan
yang tidak menggerakkan bawahan untuk berbuat atau tidak berbuat, bukanlah suatu
perintah. Si bawahan berbuat karena ada kemungkinan pelaksanaannya, di samping
perintah itu jelas baginya. Perintah haruslah jelas bagi si penerima perintah, supaya yang
dilaksanakannya sesuai dengan yang diperintahkan kepadanya.
Salah satu unsur penting dari suatu perintah ialah bahwa perintah itu mempunyai
tujuan akhir merealisasi tujuan perusahaan. Seorang sarjana besar berkata bahwa tujuan
besar fungsi memberi komando adalah mengkoordinasikan usaha berbagai-bagai unsur
organisasi dengan cara yang seefektif-efektifnya untuk mencapai tujuan. Tegasnya suatu
perintah harus dalam rangka menuntun bawahan agar pekerjaan bawahan tertuju kepada
tujuan perusahaan. Perintah itu merupakan salah satu cara mengkoordinasikan segala
tindakan-tindakan dalam perusahaan agar segala macam kegiatan itu mempunyai suatu
arah yang sama yakni tujuan perusahaan.
Suatu perintah harus datang dari pihak atasan kepada bawahan tidak boleh
sebaliknya. Bawahan yang diperintah ini haruslah bawahan atasan yang bersangkutan ,tidak
boleh bawahan dari atasan yang lain, kecuali dalam sistem organisasi fungsional. Sebagai
wewenang atau hak khusus , maka dia mempunyai kekuatan sanksi ,wewenang tanpa
sanksi tidak ada gunannya. Sanksi dapat berupa perpindahan pegawai, pemberhentian
sementara pegawai bahkan dapat pula berupa pemberhentian atau pmecatan pegawai itu
sendiri. Perintah atasan kepada bawahan haruslah ada kemungkinan pelaksanaannya.
Kemungkinan pelaksanaan itu ditentukan oleh faktor- faktor pendidikan,pengalaman,
waktu,alat alat serta keadaan bawahan dan tempatnya.
Suatu perusahaan hanya akan merealisasi tujuannya jika setiap petugas bekerja
secara efisien dan ada kerja sama antara petugas yang satu dengan petugas lainnya. Salah
3
satu faktor yang memungkinkan terjadinya hal yang disebut terakhir ialah adanya hubungan
yang baik antara petugas di dalam perusahaan, terlebih-lebih antara pimpinan dengan
bawahan. Berbagai macam cara untuk mengadakan hubungan (komunikasi) antara seorang
dengan lainnya. Demikian juga dalam badan usaha berbagai cara untuk mengadakan
hubungan antara seorang dengan orang lain. Cara itu dalam badan usaha adalah dengan
pertemuan-pertemuan, berbicara melalui telepon, mengirim surat, berbicara langsung,
pemberian laporan, pemberian petunjuk dan pemberian perintah. Kedua cara terakhir
adalah dua cara dari pimpinan untuk mengadakan hubungan dengan bawahan dalam
rangka melaksanakan tugas-tugasnya dalam merealisasi tujuan. perusahaan. Agar terdapat
suatu hubungan (komunikasi) yang baik antara atasan dengan bawahan, maka dalam kedua
cara berkomunikasi itu, pimpinan haruslah tetap memelihara sikap dan kata-katanya.
Komunikasi atau penyampaian warta dari pihak yang satu kepada pihak lainnya bertujuan
menjamin pengertian yang baik antara si pemberi warta dengan orang yang menerima
warta. Komunikasi secara garis besarnya dibedakan atas dua macam yaitu: komunikasi ke
dalam dan komunikasi ke luar.
E. JENIS-JENIS PERINTAH
Hampir tidak ada penulis yang menolak adanya perintah lisan. Meskipun, demikian
mereka tidak sependapat, tentang bila suatu perintah dapat diberikan secara lisan. Dalam
dua hal, para penulis sependapat bahwa perintah dapat diberikan dalam bentuk lisan
apabila:
4
Kekurangan yang utama dari perintah lisan ialah bahwa dia tidak sebegitu
dipersiapkan atau direncanakan. Tambahan pula perintah lisan itu terlalu fleksibel. Jenis
kedua daripada perintah, adalah perintah tertulis. Meskipun telah dinyatakan bahwa
hampir tidak ada penulis yang menolak pemakaian atau penggunaan perintah lisan, namun
pada umumnya mereka lebih condong untuk menganjurkan penggunaan perintah tertulis..
Seorang penulis malahan menganjurkan agar sebanyak-banyaknya mempergunakan
perintah tertulis. Sebagai alasannya, perintah tertulis mengandung kebaikan-kebaikan
sebagai berikut:
1. Pada pekerjaan yang ruwet, memerlukan keterangan detail, angkaangka yang pasti
dan teliti.
2. Bila pegawai yang diperintah berada di tempat lain.
3. Jika pegawai yang diperintah sering lupa.
4. Jika tugas yang diperintah itu berlangsung dari suatu bagian ke bagian lain.
5. Jika dalam pelaksanaan perintah itu, kesalahan yang terjadi dapat menimbulkan
akibat yang besar.
Selain daripada pembagian perintah seperti tersebut di atas, maka perintah itu dapat pula
digolong-golongkan berdasar atas macam-macam situasi maupun penerima perintah
sebagai berikut:
1. Jenis demand, hendaknya dihindarkan, kecuali dalam keadaan darurat atau luar
biasa. Perintah semacam ini dapat memperoleh tindakan yang. Segera daripada
pegawai yang luntur semangatnya. Dalam keadaan yang normal pemberian perintah
semacam ini hanya akan menimbulkan suasana yang tegang.
2. Jenis request, sering diberikan dalam situasi kerja normal. Perintah semacam ini akan
lebih berhasil jika diberikan kepada pegawaipegawai vang berpengalaman atau
kepada pegawai-pegawai yang mudah tersinggung.
5
3. Jenis suggestion, kerapkali diberikan untuk mendorong timbulnya inisiatif, pula dalam
hal kita menghadapi pegawai-pegawai yang kompeten dan pegawai-pegawai yang
segera mau menerima tanggung jawab.
4. Jenis valunter, sering diberikan untuk tugas-tugas di mana pegawaipegawai biasanya
enggan untuk melaksanakannya, misalnya tugastugas pada waktu pegawai sedang
beristirahat.
F. PRINSIP-PRINSIP PERINTAH
F. KOMUNIKASI
Komunikasi dapat diartikan sebagai proses berbagi informasi di antara dua orang
atau lebih ataupun kelompok untuk mencapai kesepahaman bersama. Pengarahan
manajemen harus bisa dipahami oleh seluruh anggota organisasi dalam lingkup bidang
kerja. Adapun hubungan antara manajemen dan komunikasi adalah sebagai berikut.
TUGAS-TUGAS
MANA JE ME N
K OM UN I K ASI
6
DAFTAR PUSTAKA
Wijayanti, Irine Diana Sari. 2008. Manajemen. Editor: Ari Setiawan. Yogyakarta: Mitra
Cendikia
M. Anang Firmansyah dan . Budi W. Mahardhika. Pengantar Manajemen.-- Ed.1, Cet. 1--
Yogyakarta: Deepublish, April 2018