Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

STRUKTUR MODAL DAN KEBIJAKAN DIVIDEN

Disusun oleh :
Putri Hapsari
NIM. S022002040
(IKM 2019/2)

Ditulis untuk memenuhi tugas mata kuliah Manajamen Keuangan


Dosen Pengampu : Prof. Didik Gunawan Tamtomo,dr., PAK., MM., M.Kes, SpDLP

UNIVERSITAS SEBELAS MARET


PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
2020
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kebijakan deviden merupakan bagian yang tidak dapat dipisahan dengan keputusan
pendanaan perusahaan. Secara definisi, kebijakan deviden adalah keputusan apakah laba
yang diperoleh perusahaan pada akhir tahun akan dibagi kepada pemegang saham dalam
bentuk deviden atau akan ditahan untuk menambah modal guna pembiayaan investasi
dimasa yang akan datang.
Nilai perusahaan ditentukan oleh nilai modal sendiri dan nilai utang. Sementara itu
jika diperhatikan model harga saham untuk satu perusahaan yang mengalami
pertumbuhan konstan menunjukkan bahwa pembayaran dividen yang lebih besar
cenderung akan meningkatkan nilai saham.  Kemudian meningkatnya harga saham berarti
meningkatnya nilai perusahaan.  Namun pembayaran dividen yang semakin besar juga
akan mengurangi kemampuan perusahaan untuk investasi sehingga justru akan
menurunkan tingkat pertumbuhan perusahaan dan selanjutnya akan menurunkan nilai
saham.  Dengan demikian penundaan pembayaran dividen kepada pemegang saham
untuk keperluan investasi yang menguntungkan (apabila return lebih besar dari biaya
modal) akan menaikkan harga saham (pada pasar modal yang sempurna).  Pada pasar
modal yang tidak sempurna, pembayaran dividen untuk menaikkan nilai saham akan
sangat merugikan karena harus membayar biaya fluktuasi.
Kebijakan dividen adalah keputusan apakah laba yang diperoleh perusahaan akan
dibagikan kepada pemegang saham sebagai dividen atau akan ditahan dalam bentuk laba
ditahan guna pembiayaan investasi di masa datang. Apabila perusahaan memilih untuk
membagikan laba sebagai dividen, maka akan mengurangi laba yang ditahan dan
selanjutnya mengurangi total sumber dana intern atau keuangan internal.  Sebaliknya jika
perusahaan memilih untuk menahan laba yang diperoleh, maka kemampuan pembentukan
dana intern akan semakin besar.  Dengan demikian kebijakan dividen ini harus dianalisa
dalam kaitannya dengan keputusan pembelanjaan atau penentuan struktur modal secara
keseluruhan.
Permasalahan kadang menjadi nampak rumit karena adanya alternatif pendanaan dari
luar.  Sehingga dimungkinkan membagi laba sebagai dividen, dan pada saat yang sama
menerbitkan saham baru.  Ataukah lebih baik tidak membagi dividen dan juga tidak
menerbitkan saham baru?  Apakah cara semacam ini memang membawa dampak yang
berbeda bagi pemegang saham? Masalah lain adalah bahwa perusahaan bisa membagikan
dividen bukan dalam bentuk uang tunai tetapi dalam bentuk saham (dikenal sebagai stock
dividend).  Demikian juga perusahaan bisa membagikan dana ke pemegang saham
dengan cara membeli kembali (sebagian) saham (dikenal sebagai repurchase of stocks).

B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian struktur modal?
2. Apa saja teori struktur modal?
3. Apa saja faktor-faktor melakukan struktur modal?
4. Apa saja variasi dalam struktur modal?
5. Apa saja konsep dari kebijakan dividen?
6. Apa saja teori-teori dalam kebijakan dividen?
7. Bagaimana bentuk-bentuk kebijakan dividen?
8. Bagaimana pola pembayaran dividen tunai?

C. Tujuan Perumusan Masalah


1. Mengetahui pengertian struktur modal
2. Mengetahui macam-macam teori struktur modal
3. Mengetahui faktor untuk melakukan struktur modal
4. Mengetahui variasi dalam struktur modal
5. Mengetahui apa saja konsep dari kebijakan dividen.
6. Mengetahui macam macam teori dari kebijakan dividen.
7. Mengetahui bentuk-bentuk kebijakan dividen.
8. Mengetahui pola pembayaran dividen tunai
BAB II
PEMBAHASAN

STRUKTUR MODAL
A. Pengertian Struktur Modal
Menurut J. Fred Weston dan Thomas E Copeland (1996), mengatakan bahwa struktur
modal adalah pembiayaan permanen yang terdiri dari utang jangka panjang, saham
preferen dan modal pemegang saham.
Berdasarkan beberapa referensi penulis dapat menyimpulkan bahwa struktur modal
adalah proporsi dalam menentukan pemenuhan kebutuhan belanja perusahaan dengan
sumber pendanaan jangka panjang yang berasal dari dana internal dan dana eksternal,
dengan demikian struktur modal adalah struktur keuangan dikurangi utang jangka
pendek.

B. Teori Struktur Modal


Terdapat dua teori struktur modal, yaitu :
1. Teori Pertukaran (Trade-Off-Theory)
Merupakan teori struktur modal yang menyatakan perusahaan menukar manfaat pajak
dari pendanaan utang dengan masalah yang ditimbulkan oleh potensi  kebangkrutan.
2.   Teori Sinyal (Signal Theory)
Suatu tindakan yang diambil oleh manajemen suatu perusahaan yang memberikan
petunjuk kepada investor, tentang bagaimana manajemen menilai prospek perusahaan,
perusahaan dengan prospek yang menguntungkan akan mencoba menghindari
penjualan saham dan mengusahakan setiap modal baru yang diperlukan dengan cara-
cara lain, termasuk penggunaan utang yang melebihi target struktur modal yang
normal.

C. Faktor-Faktor Ketika Melakukan Keputusan Struktur Modal


1. Stabilitas penjualan
Penjualan di waktu yang akan datang merupakan ukuran sejauh mana laba per saham
bisa diperoleh dari pembiayaan permanen yang terdiri dari hutang jangka panjang,
saham preferen dan modal pemegang saham. Semakin stabil penjualan perusahaan
berarti semakin besar kemampuan memenuhi kewajiban tetapnya. Perusahaan yang
penjualannya relative stabil dapat secara aman mengambil utang dalam jumlah yang
lebih besar dan mengeluarkan beban tetap yang lebih tinggi dibandingkan dengan
perusahaan yang penjualannya tidak stabil.

2. Struktur aset atau aktiva


Aktiva adalah sumber ekonomi yang dikuasai oleh perusahaan dan memberikan
manfaat dimasa yang akan datang. Struktur aktiva yang dimiliki perusahaan akan
menentukan struktur modal perusahaan. Perusahaan yang sebagian besar aktivanya
berupa angka tetap, penggunaan hutang akan lebih didominasi oleh hutang jangka
panjang. Atau dengan kata lain, semakin besar aktiva tetap yang dimiliki amaka
semakin besar kemungkinan menggunakan hutang yang besar shingga semakin baik
struktur aktiva pada perusahaan sehingga struktur modalnya akan meningkat.
3. Leverage operasi
Adalah kemampuan perusahaan memanfaatkan biaya tetap untuk menghasilkan laba
yang lebih baik bagi perusahaan. Jika perusahaan memunyai LO tinggi, titik impasnya
terletak pada tingkat penjualan relatif tinggi dan dampak perubahan tingkat penjualan
terhadap laba sangat besar. Sehingga LO ini memiliki pengaruh postif terhadap
struktur modal perusahaan yang artinya jika leverage operasi semakin meningkat
maka struktur modal juga semakin baik.
4. Tingkat pertumbuhan.
Tingkat pertumbuhan laba ini menunjukkan besarnya pertumbuhan laba bersih yang
diperoleh perusahaan dari tahun ke tahun. Semakin besar pertumbuhan laba yang
diperoleh akan mampu meningkatkan struktur modal perusahaan, sehingga apabila
pertumbuhan laba semakin meningkat maka akan mampu memperbaiki struktur
modal pada perusahaan.
5. Profitabilitas
Rasio profitabilitas adlaah rasio yang mengukur efektifitas manajemen secara
keseluruhan yangditunjukan oleh keuntungan yang diperoleh dari penjualan dan
investasi. Dengan tingkat profitabilitas yang tinggi perusahaan mempunyai
kesempatan yang besar untuk mendapatkan dana dari luar perusahaan berupa hutang.
Jika perusahaan semakin meningkatkan profitabilitas, perusahaan cenderung
menggunakan banyak hutang karena mempunyai dana yang cukup melalui laba
ditahan. Dengan demikian tingkat profitabilitas memiliki pengaruh postif terhadap
struktur modal perusahaan.
6. Pajak
Bunga merupakan suatu beban pengurangan pajak, dan pengurangan ini lebih bernilai
bagi perusahaan dengan tarif pajak yang tinggi. Jadi, makin tinggi tarif pajak suatu
perusahaan, maka makin besar keunggulan dari utang. 
7. Kendali
Pengaruh utang dibandingkan saham pada posisi kendali suatu perusahaan dapat
mempengaruhi struktur modal. Jika manajemen saat ini memiliki kendali hak suara
(lebih dari 50% saham) tetapi tidak berada dalam posisi untuk membeli saham
tambahan lagi, maka manajemen mungkin akan memilih utang sebagai pendanaan
baru.
8. Sikap manajemen
Semakin baik manajemen yang dilakukan, manjaer perusahaan akan semakin
terdorong untuk menggunakan hutang dalam meraih laba
9.   Kondisi pasar
Kondisi pasar saham dan obligasi mengalami perubahan dalam jangka panjang
maupun jangka pendek yang dapat memberikan arah penting pada struktur modal
optimal suatu
10. Fleksibilitas keuangan atau kemampuan perusahaan untuk memperoleh modal dengan
syarat-syarat yang tidak memberatkan dalam kondisi-kondisi yang buruk sekalipun.\

KEBIJAKAN DIVIDEN
A.   Pengertian Kebijakan Dividen
Kebijakan dividen (dividend policy) adalah keputusan apakah laba yang diperoleh
perusahaan akan dibagikan kepada pemegang saham sebagai dividen atau akan ditahan
dalam bentuk laba ditahan guna pembiayaan investasi dimasa datang. Apabila perusahaan
memilih untuk membagikan laba sebagi dividen maka akan mengurangi laba yang
ditahan dan selanjutnya akan mengurangi total sumber dana intern atau internal financing
(Sartono, 2001 dalam Setiawati, 2012).
Laba ditahan merupakan salah satu sumber dana yang paling penting untuk
membiayai pertumbuhan perusahaan, sedangkan dividen merupakan aliran kas keluar
yang dibayar kepada pemegang saham. Dividen merupakan nilai pendapatan bersih
perusahaan setelah pajak dikurangi dengan laba ditahan yang dibagikan kepada pemegang
saham sebagai keuntungan dari laba perusahaan (Setiawati, 2012).
Dividen merupakan proporsi laba atau keuntungan yang dibagikan kepada pemegang
saham. Jumlah yang diperoleh sebanding dengan jumlah lembar saham yang dimiliki
pemegang saham dan disesuaikan dengan keuntungan yang diperoleh perusahaan. Nilai
dan waktu pembayaran dividen ditentukan oleh rapat umum pemegang saham (RUPS),
dan nilai yang dibagikan berkisar antara nol hingga berkisar sebesar laba bersih tahun
berjalan atau tahun lalu (Aribowo, 2007).

B. Teori – Teori dalam Kebijakan Deviden


1. Dividend Irrelevance Theory (Ketidakrelevanan dividen)
Teori yang menyatakan bahwa kebijakan dividen perusahaan tidak mempunyai
pengaruh terhadap nilai perusahaan maupun biaya modalnya. Peningkatan
pembayaran dividen hanya dimungkinkan apabila laba yang diperoleh perusahaan
juga meningkat. Keuntungan yang diperoleh atas kenaikan harga saham akibat
pembayaran dividen akan diimbangi dengan penurunan harga saham karena adanya
penjualan saham baru. Oleh karenanya pemegang saham dapat menerima kas dari
perusahaan saat ini dalam dalam bentuk pembayaran dividen atau menerimanya
dalam bentuk capital gain. Kemakmuran pemegang saham sekali lagi tidak
dipengaruhi oleh kebijakan dividen saat ini maupun dimasa datang.
2. The Bird in Hand Theory
Teori ini sependapat dengan Gordon dan Lintner (1992) yang berpendapat bahwa
investor lebih merasa aman untuk memperoleh pendapat berupa pembayaran deviden
daripada menunggu Capital Gain.
3. Tax pteferance Theory
Teori ini menyatakan bahwa Investor menghendaki perusahaan untuk menahan laba
setelah pajak dan dipergunakan untuk pembayaran investasi dari pada dividen dalam
bentuk kas.

Oleh karenanya perusahaan sebaiknya menentukan dividen payout ratio yang rendah
atau bahkan tidak membagikan dividen. Karena dividen cenderung dikenakan pajak
yang lebih tinggi dari pada Capital gain, maka investor akan meminta tingkat
keuntungan yang lebih tinggi untuk saham dengan dividen yield yang tinggi.
Selain Teory diatas terdapat dua teori lain yang dapat membantu untuk memahami
kebijakan dividen adalah (Brigham, 2004 seperti dikutip Setiawati, 2012)
1. Information Content or Signaling Hypothesis
Di dalam teori ini M-M berpendapat bahwa suatu kenaikan dividen yang diatas
kenaikan normal biasanya merupakan suatu sinyal kepada para investor bahwa
manajemen perusahaan meramalkan suatu penghasilan yang baik dimasa yang akan
datang. Sebaliknya, suatu penurunan atau kenaikan dividen yang dibawah kenaikan
norma diyakini investor sebagai suatu sinyal bahwa perusahaan menghadapi masa
sulit dimasa mendatang. Namun demikian sulit dikatakan apakah kenaikan atau
penurunan harga setelah adanya kenaikan atau penurunan dividen semata-mata
disebabkan oleh efek sinyal atau mungkin disebabkan oleh efek sinyal dan preferensi
terhadap dividen.
2. Clientele Effect
Yang menyatakan bahwa pemegang saham yang berbeda akan memiliki preferensi
yang berbeda terhadap kebijakan dividen perusahaan. Kelompok investor yang
membutuhkan uang saat ini lebih senang jika perusahaan menahan sebagian besar
laba bersih perusahaan.

C. Bentuk-Bentuk Kebijakan Dividen


Kebijakan dividen yang dilakukan perusahaan bentuknya bisa bermacam-macam.
Menurut Bambang Riyanto (2001:269) menyatakan bahwa ada macam-macam kebijakan
dividen yang dilakukan oleh perusahaan antara lain sebagai berikut :
1. Kebijakan dividen yang stabil
Banyak perusahaan yang menjalankan kebijakan dividen yang stabil, artinya
jumlah dividen per lembar yang dibayarkan setiap tahunnya relatif tetap selama
jangka waktu tertentu meskipun pendapatan per lembar saham setiap tahunnya
berfluktuasi.
2. Kebijakan dividen dengan penetapan jumlah dividen minimal plus jumlah ekstra
tertentu
Kebijakan ini menetapkan jumlah rupiah minimal dividen per lembar saham tiap
tahunnya. Dalam keadaan keuangan yang lebih baik perusahaan akan
membayarkan dividen ekstra diatas jumlah minimal tersebut.
3. Kebijakan dividen dengan penetapan dividend payout ratio yang konstan
Perusahaan yang menjalankan kebijakan ini menetapkan dividen payout
ratio yang konstan misalnya 50%. Ini berarti bahwa jumlah dividen per lembar
saham yang dibayarkan setiap tahunnya akan berfluktuasi sesuai dengan
perkembangan keuntungan netto yang diperoleh setiap tahunnya.
4. Kebijakan dividen yang fleksibel
Kebijakan dividen yang terakhir adalah penetapan dividen payout ratio yang
fleksibel, yang besarnya setiap tahun disesuaikan dengan posisi financial dan
kebijakan financial dari perusahaan yang bersangkutan.

Faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen suatu perusahaan diantaranya adalah


sebagai berikut :
1. Kebutuhan Dana Untuk Membayar Utang
Apabila suatu perusahaan akan memperoleh utang baru atau menjual obligasi
untuk membiayai perusahaan, sebelumnya harus sudah direncanakan bagaimana
caranya untuk membayar kembali utang tersebut. Utang dapat dilunasi pada hari
jatuhnya dengan mengganti utang tersebut dengan utang baru. Atau alternatif lain
ialah perusahaan harus menyediakan dana sendiri yang berasal dari keuntungan
untuk melunasi utang tersebut. Apabila perusahaan menetapkan bahwa pelunasan
utangnya akan diambilkan dari laba ditahan, berarti perusahaan harus menahan
sebagian besar dari pendapatannya untuk keperluan tersebut, ini berarti bahwa
hanya sebagian kecil saja dari pendapatan atauearning yang dibayarkan sebagai
dividen. Dengan kata lain perusahaan harus menetapkan dividend payout
ratio yang rendah.
2. Likuiditas
Likuiditas perusahaan merupakan pertimbangan utama dalam banyak
kebijakan dividen. Karena dividen bagi perusahaan merupakan kas keluar, maka
semakin besar posisi kas dan likuiditas perusahaan secara keseluruhan akan
semakin besar kemampuan perusahaan untuk membayar dividen. Perusahaan
yang sedang mengalami pertumbuhan dan profitable akan memerlukan dana
yang cukup besar untuk membiayai investasinya, oleh karena itu mungkin akan
kurang likuid karena dana yang diperoleh lebih banyak diinvestasikan pada
aktiva tetap dan aktiva lancar yang permanen. Likuiditas perusahaan sangat besar
pengaruhnya terhadap investasi perusahaan dan kebijakan pemenuhan kebutuhan
dana. Keputusan investasi akan menentukan tingkat ekspansi dan kebutuhan dana
perusahaan, sementara itu keputusan pembelanjaan akan menentukan pemilihan
sumber dana untuk membiayai investasi tersebut.
3. Tingkat pertumbuhan perusahaan
Makin cepat tingkat pertumbuhan suatu perusahaan, makin besar kebutuhan
akan dana untuk membiayai pertumbuhan perusahaan tersebut. Makin besar
kebutuhan dana untuk waktu mendatang untuk membiayai pertumbuhannya,
perusahaan tersebut biasanya lebih senang untuk menahan earning (laba nya)
daripada dibayarkan sebagai dividen kepada para pemegang saham dengan
mengingat batasan-batasan biayanya. Dengan demikian dapatlah dikatakan
bahwa makin cepat tingkat pertumbuhan perusahaan makin besar dana yang
dibutuhkan, makin besar kesempatan untuk memperoleh keuntungan, makin
besar bagian dari pendapatan yang ditahan dalam perusahaan, yang ini berarti
makin rendah dividend payout rationya. Apabila perusahaan telah mencapai
tingkat pertumbuhan sedemikian rupa sehingga perusahaan telah well
established, dimana kebutuhan dananya dapat dipenuhi dengan dana yang berasal
dari pasar modal atau sumber dana eksteren lainnya, maka keadaannya adalah
berbeda. Dalam hal yang demikian perusahaan dapat menetapkan dividend
payout ratio yang tinggi.
4. Keadaan Pemegang Saham
Jika perusahaan itu kepemilikan sahamnya relatif tertutup, manajemen
biasanya mengetahui dividen yang diharapkan oleh pemegang saham dan dapat
bertindak dengan tepat. Jika hampir semua pemegang saham berada dalam
golonganhigh tax dan lebih suka memperoleh capital gains, maka perusahaan
dapat mempertahankan dividend payout ratioyang rendah. Dengan dividend
payout ratio yang rendah tentunya dapat diperkirakan apakah perusahaan akan
menahan laba untuk kesempaan investasi yang profitable. Untuk perusahaan
yang jumlah pemegang sahamnya besar hanya dapat menilai dividen yang
diharapkan pemegang saham dalam konteks pasar.
5. Pembatasan Hukum
Pembatasan hukum tertentu bisa membatasi jumlah dividen yang bisa
dibayarkan perusahaan. Menurut Arthur J Keown, at al menyatakan bahwa
batasan hukum yaitu  Pembatasan menurut Undang-Undang, dapat mengahalangi
perusahaan dalam membayar dividen.
6. Pengawasan Terhadap Perusahaan
Ada perusahaan yang mempunyai kebijakan hanya membiayai ekspansinya
dengan dana yang berasal dari sumber interen saja. Kebijakan tersebut dijalankan
atas dasar pertimbangan bahwa kalau ekspansi dibiayai dengan dana yang berasal
dari hasil penjualan saham baru akan melemahkan control dari kelompok
dominan di dalam perusahaan. Demikian pula kalau membiayai ekspansi dengan
uang akan memperbesar risiko financialnya. Mempercayakan pada pembelanjaan
interen dalam usaha mempertahankan control terhadap perusahaan, berarti
mengurangi dividen payout ratio nya.

D. Pola pembayaran Dividen Tunai


Menurut Sutrisno (2001) ada beberapa pola pembayaran dividen yang digunakan antara
lain:
1. Kebijakan dividen yang stabil
Kebijakan ini merupakan pola pembagian dividen perlrmbar saham yang dibayarkan
dalam rupiah yang relatif tetap selama jangka waktu tertentu, meskipun
pendapatan/keuntungan perlembar sahamnya berfluktuasi. Dividen yang stabil ini
dipertahankan untuk beberapa tahun dan kemudian apabila ternyata pendapatan
perusahaan meningkat dan kenaikan pendapatan tersebut Nampak mantap dan
permanen, barulah besaran dividen perlembar saham dinaikkan. Dividen yang sudah
dinaikkan ini akan dipertahankan untuk jangka waktu yang relatif panjang.
2. Kebijakan dividen dengan penetapan jumlah minimal plus jumlah ekstra tertentu
Kebijakan ini merupakan jumlah rupiah minimal dividen perlembar saham setiap
tahunnya. Jika kondisi keuangan perusahaan lebih baik, maka akan membagikan
dividen ekstra diatas jumlah minimal tersebut. Sebaliknya jika kondisi keuangan
perusahaan memburuk maka yang dibayarkan hanya sebesar dividen minimal saja.
Namun jika dividen ekstra ini dibayarkan terus-menerus kepada investor, maka tujuan
pembagian dengan menggunakan pola ini tidak akan tercapai karena investor
cenderung akan mengharapkan dividen ekstra ini.
3. Kebijakan dividen dengan penetapan dividen payout ratio yang konstan
Kebijakan ini menggunakan dividen payout ratio sebagai standarnya, sehingga
besarnya dividen akan berfluktuasi sesuai dengan laba yang diperoleh perusahaan.
4. Kebijakan dividen yang fleksibel
Pola pembayaran ini merupakan pola yang besarnya disesuaikan dengan posisi dan
kebijakan finansial perusahaan tiap bulan
BAB II
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kebijakan deviden merupakan bagian yang tidak dapat dipisahan dengan
keputusan pendanaan perusahaan. Secara definisi, kebijakan deviden adalah
keputusan apakah laba yang diperoleh perusahaan pada akhir tahun akan dibagi
kepada pemegang saham dalam bentuk deviden atau akan ditahan untuk menambah
modal guna pembiayaan investasi dimasa yang akan datang. Faktor yang
mempengaruhi kebijakan deviden yaitu posisi likuiditas perusahaan, kebutuhan dana
untuk membayar hutang, tingkat pertumbuhan perusahaan, pengawasan terhadap
perusahaan, kemampuan meminjam, tingkat keuntungan, stabilitas return, dan akses
kepasar modal. Pendapat tentang kebijakan deviden yaitu pendapat tentang
ketidakrelevanan deviden (irrelevant theory) dan Pendapat tentang relevansi deviden
(relevant theory). Macam-macam kebijakan deviden yaitu kebijakan deviden yang
stabil, kebijakan deviden dengan penetapan jumlah deviden minimal ditambah jumlah
ekstra tertentu, kebijakan deviden dengan penetapan deviden payout ratio yang
konstan, dan kebijakan deviden yang stabil.
DAFTAR PUSTAKA

Ardiprawiro, 2015, Manajemen Keuangan, Depok, Available in


ardiprawiro.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/48650/C9.pdf, , 18 Oktober
pukul 21.00 WIB.
Effendi T, 2013, Landasan Teori Kebijakan Dividen, Lampung, Available in
http://digilib.unila.ac.id/138/3/BAB%20II.pdf, 18 Oktober pukul 21.00 WIB.
Eugene F.Brighem dan Joel F.houstin, Dasar-Dasar Manajemen Keuangan,  Ed.11 Buku 2,
( Jakarta:Salemba Empat, 2014), hal. 183-186
Merton H. Miller dan Franco Modigliani, “Dividend Policy, Growth, and the Valuation of
Shares,” Journal of Business, Oktober 1961, hlm.411 – 433

Anda mungkin juga menyukai