3 Bab 2 2015 PDF
3 Bab 2 2015 PDF
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
masyarakat dalam spectrum yang luas, yaitu sebagai perekat sosial (social glue)
tidak bias diperoleh seperti dalam kasus bentuk-bentuk human capital. Akuisisi
bangsa) guna mengatasi problem bersama dan merupakan sumber motivasi untuk
sosial dalam masyarakat dalam spektrum yang luas, yaitu sebagai perekat sosial
14
15
Unsur utama dan terpenting dari modal sosial adalah kepercayaan (trust). Atau
dapat dikatakan bahwa trust dapat dipandang sebagai syarat keharusan (necessary
condition) dari terbentuk dan terbangunnya modal sosial yang kuat (atau lemah)
dari suatu masyarakat. Pada masyarakat memiliki kapabilitas trust yang tinggi
(high trust), atau memiliki spectrum of trust yang lebar (panjang), maka akan
memiliki potensi modal sosial yang kuat. Sebaliknya pada masyarakat yang
memiliki kapabilitas trust yang rendah (low trust), atau memiliki spectrum of
trust yang sempit (pendek), akan memiliki potensi modal sosial yang lemah.
menyatakan bahwa modal sosial merupakan sesuatu yang nyata dalam kehidupan
kehidupan bermasyarakat yang membentuk suatu unit sosial. Makna modal sosial
sosial tercermin dari perilaku baik, rasa bersahabat, saling simpati, serta membina
hubungan dan kerja sama yang erat diantara individu dalam keluarga yang
2006). Konsep ini didaur ulang pada tahun 1950-an dan 1960-an. Konsep modal
sosial (social capital) diperkenalkan kembali oleh Putnam (1993) sewaktu meneliti
Italia pada tahun 1985. Fukuyama berpendapat bahwa tidak ada kesepakatan
mengatasi masalah publik dalam iklim demokratis. Schaft dan Brown (2002)
menyatakan bahwa modal sosial adalah norma dan jaringan yang melancarkan
interaksi dan transaksi sosial sehingga segala urusan bersama masyarakat dapat
serangkaian nilai atau norma sosial yang dihayati oleh anggota kelompok, yang
memungkinkan terjadinya kerja sama diantara para anggota. Salah satu modal
sosial yang terpenting adalah trust atau kepercayaan. Pendapat tersebut didukung
oleh Paldam (2000) bahwa kepercayaan adalah keyakinan para anggota masyarakat
dan dapat diandalkan karena saling berlaku jujur. Kepercayaan bagaikan minyak
pelumas yang akan membuat kelompok masyarakat atau organisasi dapat bertahan.
dalam radius dari kepercayaan, yaitu seberapa jauh jangkauan norma-norma moral
berlaku. Apakah kepercayaan satu terhadap lainnya berlaku untuk keluarga atau
kelompoknya saja, atau berlaku juga bagi kelompok yang lebih luas. Kepercayaan
merupakan unsur penting dalam pembentukan modal sosial (social capital), yang
ini mengakibatkan banyak energi dan waktu terbuang untuk mengatasi berbagai
konflik yang terjadi. Pembentukan modal sosial dan kepercayan tidak terlepas dari
permasalahan budaya. Semakin tinggi nilai modal sosial suatu masyarakat semakin
tinggi pula tingkat kebudayaannya. Pada akhirnya budaya menjadi fokus dalam
Modal sosial menjadi fokus diskusi dan penelitian serta pengembangannya dalam
Robert D Putnam seperti; (1) making democracy work: civic transition in modern
Italy, 1993, dan bowling alone: america’s declining social capital,1995. Begitu
juga dengan Fukuyama dengan karyanya; (1) the end of history and the last man,
1992; (2) trust, the social virtues and the creation of prosperity, 1995; (3) the great
disruption, human nature and the reconciliation of human order, 1999; (4) social
capital and civil society, 1999; (5) social capital and development: the coming,
2002, dan karyanya yang lain. Bordieu (1983, 1986) dengan teori sosialnya.
Coleman (1998) yang mengkhususkan bahasannya pada dimensi modal sosial dan
pendidikan serta masih banyak lagi para pemikir modal sosial yang lainnya.
tersebut terlaksana karena adanya kepercayaan yang kuat untuk membangun kerja
sama melalui jaringan interaksi dan komunikasi yang harmonis dan kondusif.
Intensitas komunikasi yang tinggi dan dalam waktu yang lama memungkinkan
Modal sosial adalah sumber daya yang dapat dipandang sebagai investasi
untuk mendapatkan sumber daya baru. Seperti diketahui bahwa sesuatu yang
disebut sumber daya (resources) adalah sesuatu yang dapat dipergunakan untuk
18
Modal sosial berbeda dengan istilah populer lainnya yaitu modal manusia
(human capital). Pada modal manusia segala sesuatunya lebih merujuk ke dimensi
individual yaitu daya dan keahlian yang dimiliki oleh seorang individu. Modal
sosial juga sangat dekat dengan terminologi sosial lainnya seperti yang dikenal
sebagai kebajikan sosial (social virtue). Perbedaan keduanya terletak pada dimensi
jaringan. Kebajikan sosial akan sangat kuat dan berpengaruh jika di dalamnya
melekat perasaan keterikatan untuk saling berhubungan yang bersifat timbal balik
memiliki kebajikan sosial yang tinggi, tetapi hidup secara sosial terisolasi akan
dipandang sebagai masyarakat yang memiliki tingkat modal sosial rendah. Collin
(1981) melakukan kajian tentang apa yang dia sebut sebagai phenomena mikro dan
interaksi sosial yaitu norma dan jaringan (the norms and networks) yang sangat
Aturan yang terbentuk tersebut kemudian akan menjadi dasar yang kuat
dalam setiap proses transaksi sosial, dan akan sangat membantu menjadikan
berbagai urusan sosial lebih efisien. Ketika norma ini kemudian menjadi norma
norma yang membentuk kualitas dan kuantitas hubungan sosial dalam masyarakat.
Cohen dan Prusak (2001) memberikan pengertian bahwa modal sosial sebagai stok
dan hubungan yang aktif antarmasyarakat. Setiap pola hubungan yang terjadi diikat
bahwa modal sosial adalah modal yang dalam prakteknya telah lahir sejak manusia
tersebut melahirkan rasa saling percaya, saling terbuka, saling memperhatikan atau
saling memberi dan menerima tanpa pamrih. Kepercayaan yang melekat pada
setiap individu dalam komunitas tersebut memberi ruang untuk selalu melakukan
interaksi dan membangun relasi yang intim, serta jaringan yang lebih luas dalam
memenuhi kebutuhan baik individu maupun kelompok yang dibingkai oleh norma
modal lain. Modal sosial lebih menekankan pada hubungan antar manusia yang
terlihat jelas dari adanya relasi dan interaksi diantara pihak yang terlibat dan modal
manusia ditekankan pada kemampuan manusia dalam kualitas diri yang ditunjukan
20
oleh kinerja yang nyata dapat diukur melalui kemampuan pengetahuan, sikap,
modal sosial terletak pula pada kemampuan sekelompok orang dalam suatu
yang lain melalui berbagai variasi hubungan yang saling berdampingan dan
kebaikan antar individu dalam suatu kelompok atau antar kelompok itu sendiri.
Pola pertukaran ini bukanlah sesuatu yang dilakukan secara resiprokal seketika
seperti dalam proses jual beli, melainkan suatu kombinasi jangka pendek dan
keuntungan orang lain. Imbalannya tidak diharapkan seketika dan tanpa batas
3. Trust. Trust atau rasa percaya (mempercayai) adalah suatu bentuk keinginan
oleh perasaan yakin bahwa orang lain akan melakukan sesuatu seperti yang
diharapkan dan akan senantiasa bertindak dalam suatu pola tindakan yang
saling mendukung, paling kurang yang lain tidak akan bertindak merugikan
diri dan kelompoknya (Putnam, 1993, 1995, dan 2002). Dalam pandangan
sendiri adalah sekumpulan aturan yang diharapkan dipatuhi dan diikuti oleh
tertulis tapi dipahami oleh setiap anggota masyarakatnya dan menentukan pola
5. Nilai-Nilai. Nilai adalah sesuatu ide yang telah turun temurun dianggap benar
6. Tindakan proaktif. Salah satu unsur penting modal sosial adalah keinginan
yang kuat dari anggota kelompok untuk tidak saja berpartisipasi tetapi
masyarakat. Ide dasar dan premis ini, bahwa seseorang atau kelompok
senantiasa kreatif dan aktif. Mereka melibatkan diri dan mencari kesempatan
kesempatan yang dapat memperkaya, tidak saja dan sisi material tapi juga
bantuan yang sifatnya dilayani, melainkan lebih memberi pilihan untuk lebih
sosial ini atau biasa juga disebut bentuk modern dan suatu pengelompokan,
suatu kelompok memiliki hak hak dan kewajiban yang sama. Setiap keputusan
maka pengertian modal sosial yang lebih luas adalah berupa jaringan sosial,
atau sekelompok orang yang dihubungkan oleh perasaan simpati dan kewajiban
serta oleh norma pertukaran dan civic engagement. Jaringan terbentuk karena
berasal dari daerah yang sama, kesamaan kepercayaan politik atau agama,
dengan perlakuan khusus. Mekanisme modal sosial yang dapat dilakukan adalah
laku dalam mengatasi konflik. Konflik tersebut timbul karena tingkah laku
seseorang atau kelompok yang dianggap menjadi penghambat bagi orang atau
modal sosial sebagai sebuah modal yang bersifat sosial, dapat membentuk relasi
sosial yang berkembang selama ini mengarah pada terbentuknya tiga level modal
24
sosial, yakni pada level nilai, kultur, persepsi, dan institusi, serta mekanisme,
Institusi:
Mekanisme :
Ikatan antar dan
Tingkah laku, kerja
dalam institusi,
sama, sinergi
jaringan
Gambar 2.1
Level Modal Sosial
Sumber : Diadaptasi dari Praktikno, dkk. (2001)
modal sosial bisa berbentuk jaringan sosial atau sekelompok orang yang
untuk mendapatkan modal sosial dari jaringan tersebut. Dalam level mekanis-
menya, modal sosial dapat mengambil bentuk kerjasama sebagai upaya penye-
suaian dan koordinasi tingkah laku yang diperlukan untuk mengatasi konflik.
yaitu modal sosial dengan karakteristik adanya ikatan yang kuat (adanya perekat
mungkin masih berada dalam satu etnis. Disini masih berlaku sistem kekerabatan
25
kesepakatan bersama dalam masyarakat, bentuk aturan ini bisa formal dengan
sanksi yang jelas seperti aturan Undang-Undang. Namun ada juga sanksi non
pengucilan, rasa tidak hormat bahkan dianggap tidak ada dalam suatu lingkungan
tidak melaksanakan bagian dari tanggung jawabnya ( Kahne dan Bailey, 1999).
Selanjutnya, adalah tipe perikatan, merupakan suatu ikatan sosial yang timbul
sebagai reaksi atas berbagai macam karakteristik kelompoknya. Hal ini muncul
komunitas. Wilayah kerjanya lebih luas dari pada tipe yang pertama.
Kalimantan, sampai dengan Papua. Keanggotaannya lebih luas dan tidak hanya
tiga macam tipe modal sosial yaitu: ( 1) Modal Sosial: karakteristik karena adanya
ikatan yang kuat (atau "perekat sosial") seperti antara anggota atau antara anggota
keluarga dari kelompok etnis; (2) hubungan yang menjembatani; dan (3) hubungan
dengan tingkat kekuasaan yang berbeda atau seperti hubungan status sosial antara
elit politik dan masyarakat atau antara individu dari kelas sosial yang berbeda.
dasar pengelompokan modal sosial, seperti yang sudah dibahas sebelumnya. Modal
sosial yang mengikat (bounding social capital) merupakan jenis modal sosial lebih
menimbulkan kohesi sosial yang lebih bersifat mikro dan komunal karena itu
banyak menjalin jaringan dengan potensi eksternal yang melekat padanya. Modal
bergerak pada tataran lebih luas, karena mereka tidak membedakan kelas dan
status sosialnya.
Kopenhagen Maret 1995, konsep modal sosial menjadi topik yang hangat dan
kata kunci dalam merespon tiga agenda pokok konferensi yakni: mengurangi
27
integrasi sosial (Raharjo, 2001). Gambar 2.2 menunjukkan bahwa modal sosial
pada praktiknya tidak hanya membawa dampak positif tapi juga dampak negatif
negatif ini, disebabkan oleh keterbatasan dalam modal sosial, antara lain akibat
dari pendekatan, unit analisis, rentang cakupan, dan orientasi analisis yang masih
Gambar 2.2
Interrelasi Modal Sosial dengan Berbagai Faktor
Sumber: diadaptasi dari Hasbullah ( 2006)
28
Modal sosial mempunyai peran dan fungsi sebagai berikut: (1) alat untuk
(5) sebagai pilar demokrasi; dan (6) menjadi alat tawar menawar pemerintah
Disintegrasi sosial terjadi karena potensi konflik sosial yang tidak dikelola
secara efektif dan optimal, sehingga termanifest dengan kekerasan. Sebagai alat
untuk mengatasi konflik yang ada di dalam masyarakat dapat dilihat dari adanya
hubungan antara individu atau kelompok yang ada di dalam masyarakat yang bisa
eksklusif dalam suatu kelompok menjadi modal sosial yang inklusif yang
1. Social bounding ( perekat sosial) nilai, kultur, persepsi, dan tradisi atau adat-
karakteristik adanya ikatan yang kuat (adanya perekat sosial) dalam suatu
dalam masyarakat, bentuk aturan ini bisa formal dengan sanksi yang jelas
seperti aturan Undang-Undang. Namun ada juga sangsi non-formal yang akan
tidak hormat bahkan dianggap tidak ada dalam suatu lingkungan komuni-
tasnya. Ini menimbulkan ketakutan dari setiap anggota masyarakat yang tidak
melaksanakan bagian dari tanggung jawabnya. Hal ini berakibat akan adanya
Social bridging merupakan suatu ikatan sosial yang timbul sebagai reaksi atas
mampu menggali dan memaksimalkan kekuatan yang mereka miliki baik SDM
(sumber daya manusia) dan SDA (sumber daya alam) dapat dicapai.
sosial tersebut (nilai, institusi, dan mekanisme) yang dapat memfasilitasi dan
30
latar belakang berbeda, baik dari sudut etnis, agama, maupun tingkatan sosial
kekuatan sosial maupun status sosial yang ada dalam masyarakat. Misalnya:
Hubungan antara elite politik dengan masyarakat umum. (Dalam hal ini elite
Pada dasarnya ketiga tipe modal sosial ini dapat bekerja tergantung
masyarakat memaknainya.
Modal sosial mirip bentuk-bentuk modal lainnya, dalam arti ia juga bersifat
produktif. Modal sosial dapat dijelaskan sebagai produk relasi manusia satu sama
lain, khususnya relasi yang intim dan konsisten. Modal sosial menunjuk pada
Namun demikian, pada masyarakat dikenal beberapa jenis modal, yaitu modal
Modal keuangan merupakan uang tunai yang dimiliki, tabungan pada bank,
investasi, fasilitas kredit dan lainya yang bisa dihitung dan memiliki nilai nominal.
Modal fisik dikaitkan dengan segala sesuatu yang berkaitan dengan material atau
menghasilkan kinerja yang luar biasa. Ada enam komponen dari modal manusia,
(adversity), modal moral, dan modal kesehatan (Ancok, 2007). Jadi modal sosial
berbeda dengan modal lain tersebut, karena modal sosial bersifat kumulatif dan
sosial lebih sering disebabkan bukan karena dipakai, melainkan karena ia tidak
dipergunakan.
kemampuan orang untuk berasosiasi dengan orang lain (Coleman, 1988). Manusia
melalui dua potensi modal yang melekat padanya yakni modal manusia dan modal
pembangunan komponen modal sosial dan modal manusia. Modal sosial sendiri
dimaksud mencakup modal manusia yang ditekankan pada kualitasnya, dan modal
tersebut menghasilkan kepercayaan dan memiliki nilai ekonomi yang besar dan
keunikan pada modal manusia terlihat pada kecerdasan yang nyata dilihat melalui
ketrampilan, jenjang pendidikan formal, dan pada modal sosial terlihat pada
kemampuan bekerja sama dan meluasnya jaringan kerja sama dan relasi yang
Perbedaan modal manusia dan modal sosial tersebut dapat dilihat dari sisi fokus,
Tabel 2.1
Perbedaan Modal Manusia dan Modal Sosial
2. Pengukuran Jauh lebih mudah, bisa dilihat Cukup sulit dilihat dari gam-
dari lamanya sekolah, kualifi- baran abstrak tentang sikap
kasi, dan kompetensinya. Terma- (nilai), partisipasi dan keperca-
suk dapat diukur kiner-janya yaan. Dan sering dilihat dari
yang merupakan fungsi dari gambaran sejauh mana modal
mutu sumberdaya manusianya. sosial, misalnya kekuatan jeja-
ring sosial ekonomi mampu
mengembangkan program
pengembangan organisasi.
Merujuk pada Ridell (1997), ada tiga parameter modal sosial, yaitu
pemahaman ini. Cox (1995) kemudian mencatat bahwa dalam masyarakat yang
mengharapkan orang lain untuk mewujudkan niat baik, dan percaya kepada
Kepercayaan sosial pada dasarnya merupakan produk dari modal sosial yang
baik. Adanya modal sosial yang baik ditandai oleh adanya lembaga-lembaga
sosial yang kokoh; modal sosial melahirkan kehidupan sosial yang harmonis
masa lalu dan diterapkan untuk mendukung iklim kerjasama (Putnam, 1993;
35
dengan orang lain, mereka kemudian membangun inter-relasi yang kental, baik
dapat dijadikan ukuran modal sosial antara lain: (1) perasaan identitas;
(2) perasaan memiliki atau sebaliknya, perasaan alienasi; (3) sistem kepercayaan
dan ideologi; (4) nilai-nilai dan tujuan-tujuan; (5) ketakutan-ketakutan; (6) sikap-
sikap terhadap anggota lain dalam masyarakat; (7) persepsi mengenai akses
mengenai kinerja pemerintah yang telah dilakukan terdahulu; (9) keyakinan dalam
lainnya; dan (12) harapan yang ingin dicapai di masa depan (Spellerber, 1997;
Suharto, 2005).
36
Modal sosial dapat dikatakan lahir dari bawah (bottom-up), tidak hierarkis
dan berdasar pada interaksi yang saling menguntungkan. Oleh karena itu, modal
sosial bukan merupakan produk dari inisiatif dan kebijakan pemerintah. Namun
demikian, modal sosial dapat ditingkatkan atau dihancurkan oleh negara melalui
wisata berbasis investasi, sarat dengan berbagai kebijakan publik yang cenderung
Gambar 2.4.
37
Akumulasi pada:
Faktor konstektual: Modal alam yang
Modal alam
1) Lingkungan terbarukan Petani, sistem ke-
Fungsi Modal manusia
pertanian hidupan, masy.
positif Modal sosial
2) iklim
3) budaya Modal sosial: Dengan akses
4) ekonomi vertikal dan pada stok modal
5) hukum yag horisontal berikut:
6) politi proses modal alam,
7) sosial partisipasi modal sosial,
modal manusia, Makanan dan produk
modal fisik, dan pasar lain
Keterampilan dan modal finansial
teknologi baru
Dibentuk oleh:
lembaga dan input bukan
Fungsi
kebijakan eksternal yang terbarukan
negatif
Finansial:
pendapatan, Menipisnya:
kredit, jaminan Modal alam
Modal manusia
Modal sosial
Gambar 2.3
Konsep Aset Berbasis Model Sistem Pertanian ( Pretty, 1999)
berkelanjutan yang ditunjukkan pada Gambar 2.4, mencakup modal alam, modal
sosial, modal manusia, modal finansial, dan modal fisik yang dijabarkan berikut.
(1) Modal alam : tanah dan penghasilan, sumber air dan air, pohon dan hasil hutan,
penampungan aman dan bangunan; pasokan air dan sanitasi; energi; komunikasi;
alat dan teknologi; alat dan peralatan untuk produksi; benih, pupuk, pestisida;
maka parameter modal sosial yang digunakan untuk kajian dalam penelitian ini
adalah kepercayaan, norma, dan jaringan sosial. Pretty (1999), Dharmawan (2007),
IFAD (2014)
Modal
manusia
Modal Modal
sosial alam
Kemiskinan
Modal Modal
fisik finansial
Gambar 2.4
Aset Penghidupan Berkelanjutan
Sumber: Dharmawan (2007), IFAD (2014)
39
2.2.1 Agroekowisata
mengambil bagian aktivitas, dan makan suatu makanan atau melewatkan malam
pendapatan dan kelangsungan hidup, menggali potensi ekonomi petani kecil dan
melestarikan sumber daya lahan, serta memelihara budaya maupun teknologi lokal
Pada saat ini pandangan tentang pertanian tampaknya dilihat dari dua kutub
yang berbeda. Saragih (2001) melihat sektor pertanian sebagai suatu kegiatan
bisnis (agribisnis), dan Mubyarto (1975 dan 2002) memandang kegiatan sektor
pertanian sebagai pandangan hidup (way of life) dari masyarakat. Makna aktivitas
sebagai bisnis dan sebagai pandangan hidup. Dengan demikian aktivitas pertanian
merupakan integrasi antara bisnis dan pandangan hidup. Hal ini berarti merupakan
bagian dari budaya yang melekat pada petani. Karenanya, bahasan tentang sektor
agrowisata adalah: (1) ada kesadaran dari masyarakat setempat tentang potensi
yang dimiliki dalam rangka pengembangan agrowisata, (2) ada sesuatu yang
khas, yang diperkirakan dapat menarik bagi kalangan wisatawan, (3) ada
(4) ada kesepakatan dari masyarakat setempat untuk menerima uluran tangan
dari pihak luar (lembaga indipenden) dalam rangka pengembangan potensi itu,
41
(5) ada inisiatif dari pihak luar (lembaga indipenden) untuk mendorong
potensi agrowisata itu, khususnya yang berkait dengan hak dan kewajibannya
(9) ada kesepakatan dengan semua stakeholder tentang visi dari pengembangan
agrowisata, dan (10) secara tradisional, kawasan itu memang sudah menarik
2. Aspek sosial. Elemen dari aspek sosial dalam pengembangan agrowisata adalah
(2) ada kesepakatan tentang proporsi pembagian pendapatan yang diterima dari
komoditas yang dihasilkan di kawasan itu, (6) ada kesepakatan dari masyarakat
agroekowisata itu, dan menyepakati biaya yang harus dibayar oleh wisatawan,
lokasi bagi wisatawan untuk menikmati pemandangan alam, toilet, dan lain-
cendramata yang khas dari kawasan itu, dan (6) mempersiapkan lokasi untuk
dan pasir pantai (sun, sea and sand) mengarah ke pariwisata bentuk alami, terjadi
43
pula perubahan pola kegiatan industri pariwisata dari kegiatan wisata massal
(mass tourism) ke wisata minat (nice tourism). Salah satu kegiatan wisata minat
khusus yang banyak dibicarakan akhir-akhir ini, bahkan telah menjadi isu global
budaya dan daya tarik wisata lainnya. Kegiatannya lebih berorientasi pada
daerah yang relatif alami dan belum terkontaminasi, dengan tujuan khusus yaitu
yang ada sekarang maupun peninggalan jaman dahulu yang dapat ditemukan di
daerah tersebut. Sebagai kegiatan wisata alam yang mempunyai tujuan khusus
lintas alam (hiking), panjat tebing (climbing), arung jeram (rafting), berkemah
alam dan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan pengetahuan, fisik dan atau
usaha pertanian (agro) sebagai objek wisata. Tujuannya adalah untuk memperluas
melestarikan sumber daya lahan, serta memelihara budaya maupun teknologi lokal
yang memanfaatkan usaha agro sebagai obyek wisata untuk berekreasi atau
atau pencemaran lingkungan dan budaya lokal akibat kegiatan wisata. Di samping
penduduk; (3) menjadi pemandu wisata; (4) menyediakan jasa kuliner/ konsumsi
yang merupakan khas daerah setempat dengan penyajian tradisional namun bersih
dan sehat; (5) terlibat dalam kegiatan penyajian atraksi wisata; (6) menyediakan
pemasaran, penyediaan jasa dan opersional kegiatan, di sini karena peran swasta
melengkapi sektor publik. Oleh karena itu, kedua stakeholder tersebut harus
keterlibatan dunia usaha dan masyarakat setempat sangat penting dan mutlak
mulai dari informasi sampai dengan bentuk kerjasama yang legal dan formal.
Sedangkan, areal kerjasama juga sangat luas meliputi semua proses pengembangan
agar dapat dicapai sasaran secara berkelanjutan dengan memberikan manfaat yang
47
jasa wisatawan melalui jasa penginapan, restoran, transportasi, kerajianan, dan jasa
yang telah dikemukakan, maka fokus kajian dalam penelitian ini adalah aspek
Eropa mulai abad pertengahan, terus berkembang hingga diakhir 70-an, 80-an, dan
suatu organisasi, serta mendorong mereka untuk kreatif agar dapat menyelesaikan
tugasnya sebaik mungkin. Di sisi lain Paul (1987, dalam Prijono dan Pranarka,
48
lebih berdaya. Proses ini dapat dilengkapi pula dengan upaya membangun asset
(Gunawan,2002) .
participatory, empowering, and sustainable”, dan lebih luas dari hanya semata-
untuk mencegah proses pemiskinan lebih lanjut (safety net ), yang pemikirannya
dapat dilihat dari tiga sisi, yaitu. Pertama, menciptakan suasana atau iklim yang
yang dapat dikembangkan. Artinya, tidak ada masyarakat yang sama sekali tanpa
daya, karena jika demikian akan sudah punah. Pemberdayaan adalah upaya untuk
Dalam rangka ini diperlukan langkah-langkah lebih positif, selain dari hanya
menciptakan iklim dan suasana. Perkuatan ini meliputi langkah-langkah nyata, dan
pemberdayaan, harus dicegah yang lemah menjadi bertambah lemah, oleh karena
dan pemihakan kepada yang lemah amat mendasar sifatnya dalam konsep
dari interaksi, karena hal itu justru akan mengerdilkan yang kecil dan melunglaikan
yang lemah. Melindungi harus dilihat sebagai upaya untuk mencegah terjadinya
persaingan yang tidak seimbang, serta eksploitasi yang kuat atas yang lemah.
pada berbagai program pemberian (charity). Karena, pada dasarnya setiap apa
yang dinikmati harus dihasilkan atas usaha sendiri (yang hasilnya dapat
arah kehidupan yang lebih baik secara berkesinambungan yang terdiri atas:
lemah atau tidak beruntung (Ife, 1995). Pemberdayaan menunjuk pada usaha
Levin, 1987). Pemberdayaan adalah suatu cara dengan mana rakyat, organisasi,
dan komunitas diarahkan agar mampu menguasai (atau berkuasa atas) kehidup-
51
cukup kuat untuk berpartisipasi dalam berbagi pengontrolan atas, dan mem-
dan kekuasaan yang cukup untuk mempengaruhi kehidupannya dan orang lain
kemampuan orang, khususnya kelompok rentan dan lemah, untuk (1) memiliki
mereka perlukan, dan (2) berpartisipasi dalam proses pembangunan dan keputusan-
bahwa masyarakat tidak dijadikan objek dari berbagai proyek pembangunan, tetapi
berikut: (1) Upaya itu harus terarah. Ini yang secara populer disebut pemihakan.
Upaya ini ditujukan langsung kepada yang memerlukan, dengan program yang
dirancang untuk mengatasi masalahnya dan sesuai kebutuhannya; (2) Program ini
beberapa tujuan, yakni agar bantuan tersebut efektif karena sesuai dengan
dilakukan secara individu. Pendekatan kelompok ini paling efektif dan dilihat dari
kemampuan individu untuk pergi ke luar rumah atau wilayah tempat tinggalnya,
Tingkat mobilitas ini dianggap tinggi jika individu mampu pergi sendirian;
goreng, bumbu); kebutuhan dirinya (minyak rambut, sabun mandi, rokok, bedak,
sampo). Individu dianggap mampu melakukan kegiatan ini terutama jika ia dapat
membuat keputusan sendiri tanpa meminta ijin pasangannya; terlebih jika ia dapat
sekunder atau tersier, seperti lemari pakaian, TV, radio, koran, majalah, pakaian
53
keluarga. Seperti halnya indikator di atas, poin tinggi diberikan terhadap individu
yang dapat membuat keputusan sendiri tanpa meminta ijin pasangannya; terlebih
kambing untuk diternak, memperoleh kredit usaha; (5) Kebebasan relatif dari
dominasi keluarga: responden ditanya mengenai apakah dalam satu tahun terakhir
ada seseorang (suami, istri, anak-anak, mertua) yang mengambil uang, tanah,
perhiasan dari dia tanpa ijinnya; yang melarang mempunyai anak; atau melarang
bekerja di luar rumah; (6) Kesadaran hukum dan politik: mengetahui nama salah
‘berdaya’ jika ia pernah terlibat dalam kampanye atau bersama orang lain
melakukan protes, misalnya, terhadap suami yang memukul istri; istri yang
dan (8) Jaminan ekonomi dan kontribusi terhadap keluarga: memiliki rumah,
tanah, asset produktif, tabungan. Seseorang dianggap memiliki poin tinggi jika ia
(Suharto, 2004).
54
budaya. Proses ini, pada akhirnya akan dapat menciptakan pembangunan yang
(2000) berarti mengambil bagian dalam suatu tahap atau lebih dari suatu proses,
dalam hal ini proses pembangunan. Sedangkan, menurut Fithriadi, dkk. (1997)
secara langsung, dan hanya mungkin dicapai jika masyarakat sendiri ikut ambil
bagian, sejak dari awal, proses dan perumusan hasil. Keterlibatan masyarakat akan
menjadi penjamin bagi suatu proses yang baik dan benar. Dengan demikian,
Abe (2005) mengasumsikan bahwa hal ini menyebabkan masyarakat telah terlatih
secara baik. Tanpa adanya pra kondisi, dalam arti mengembangkan pendidikan
banyak arti.
langsung akan membawa dampak penting, yaitu: (1) terhindar dari peluang
terlibat akan semakin baik; dan (3) meningkatkan kesadaran dan keterampilan
politik masyarakat.
secara harfiah, partisipasi berarti "turut berperan serta dalam suatu kegiatan”,
“keikutsertaan atau peran serta dalam suatu kegiatan”, “peran serta aktif atau
proaktif dalam suatu kegiatan”. Partisipasi dapat didefinisikan secara luas sebagai
"bentuk keterlibatan dan keikutsertaan masyarakat secara aktif dan sukarela, baik
karena alasan-alasan dari dalam dirinya (intrinsik) maupun dari luar dirinya
dalam proses perencanaan dan pembuatan keputusan tentang apa yang dilakukan,
perdesaan di masa lalu dinilai tidak berhasil karena penyusunan, pelaksanaan dan
2001; Team Work Lapera, 2001; P3P Unram, 2001; Hadi, Hayati dan
Akibat dari mekanisme pembangunan yang kurang aspiratif dan tidak partisipatif,
membuat proses dan hasil menjadi parsial dan tidak berkelanjutan. Sebagian besar
dekat kepada bentuk yang ideal, sebagai berikut. (1) Partisipasi pasif atau
adalah masyarakat menerima pemberitahuan apa yang sedang dan telah terjadi.
serta menganalisis masalah dan pemecahannya. Dalam pola ini belum ada
memperoleh imbalan insentif berupa upah, walau tidak dilibatkan dalam proses
dan (7) Mandiri (self mobilization). Masyarakat mengambil inisiatif sendiri secara
bebas (tidak dipengaruhi pihak luar) untuk merubah sistem atau nilai-nilai yang
peran masyarakat, dan penguatan semangat tata pemerintahan yang baik (good
dimulai sejak 30 tahun lalu, dimana konsep pembangunan dari rakyat, oleh rakyat
dan untuk rakyat telah dimasukkan dalam GBHN pada dekade 1970-an. Sementara
kebijakan yang lebih konkret dimulai pada dekade 1980-an. Sejak dekade 1990-an,
nasional (Siregar, 2001; Chandra et al, 2003). Akan tetapi, menurut Team Work
Lapera (2001) pada saat itu partisipasi masyarakat lebih sebagai jargon
program pemerintah dan upaya-upaya yang pada awal dan konsep pelaksanaanya
berasal dari pemerintah. Berbagai keputusan umumnya sudah diambil dari atas,
dan sampai ke masyarakat dalam bentuk sosialisasi yang tidak bisa ditolak.
rakat akan peran tersebut, dan (3) peran pemerintah sebagai fasilitator.
Selanjutnya partisipasi memiliki bentuk, tipe, dan peran masyarakat lokal. Enam
bentuk, tipe partisipasi, dan peran masyarakat lokal, terlihat pada Tabel 2.2.
60
Tabel 2.2
Bentuk, Tipe Partisipasi dan Peran Masyarakat Lokal
(1) mampu secara kritis menilai lingkungan sosial ekonomi mereka sendiri
masa depan yang ingin masyarakat wujudkan; (3) dapat berperan dalam
realistis untuk suatu kehidupan yang baik; (6) karenanya anggota masyarakat
menjadi tokoh individual yang dapat bekerja atas dasar persamaan; (7) desa dan
tidak tergantung pada bantuan dari luar, yang juga akan menjadi dasar menuju
kemandirian; dan (8) dalam proses ini akan dibangun hubungan yang erat dan
tentang kegiatan / aksi yang dilakukan oleh stakholders lain. Pengetahuan ini dan
participation).
2.2.4.1 Kelembagaan
Pengertian lembaga sampai saat ini masih menjadi bahan perdebatan yang
terdapat istilah yang mendapat pengakuan umum dalam kalangan para sarjana
62
diantara keduanya. Pembedaan antara lembaga dan organisasi masih sangat kabur.
dalam waktu yang panjang dapat dikatakan bahwa organisasi tersebut telah
“melembaga”. Namun demikian, menurut para ahli setidaknya ada empat cara
masyarakat itu sendiri, organisasi datang dari atas; 3) Kelembagaan dan organisasi
jelas, (2) Kepentingan. Orang-orang tersebut sedang diikat oleh satu kepentingan/
tujuan, sehingga mereka terpaksa harus saling berinteraksi, (3) Aturan. Setiap
bersama, sehingga seseorang dapat menduga apa perilaku orang lain dalam
lembaga tersebut, dan (4) Struktur. Setiap orang memiliki posisi dan peran, yang
63
hanya sesaat atau berlangsung lama? Apakah merupakan hal yang biasa atau hal
baru? Apakah berpola atau acak? Apakah karena perintah atau bukan?. Dari
interaksi yang terjadi dalam kelembagaan, maka ada sepuluh prinsip dalam
(3) berpikir dalam kesisteman, (4) partisipatif, (5) efektifitas, (6) efisiensi,
(7) fleksibilitas, (8) nilai tambah dan keuntungan, (9) desentralisasi, dan
2.2.4.2 Kelompok
kenyataan menunjukkan bahwa di setiap desa terdapat banyak jenis dan jumlah
Desa Tertinggal (pokmas IDT), dan perkumpulan petani pemakai air (P3A). Selain
itu ada lagi yang disebut sebagai kelompok petani kecil melalui Proyek
yang mengadakan interaksi yang intensif dan mempunyai tujuan bersama. Menurut
DeVito (1997) kelompok merupakan sekumpulan individu yang cukup kecil bagi
semua anggota untuk berkomunikasi secara relatif mudah. Para anggota saling
berhubungan satu sama lain dengan beberapa tujuan yang sama dan memiliki
orang atau lebih, (2) berinteraksi satu sama lain, (3) saling membagi beberapa
tujuan yang sama, (4) melihat dirinya sebagai suatu kelompok. Berdasarkan
dua orang yang melakukan aktivitas bersama, interaksi, dan menjadikan kelompok
sebagai bagian dari dirinya untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan bersama.
inisiasi, perencanaan, aksi, pengawasan atau evaluasi, hingga pada berbagi hasil
terbentuk minimal dalam waktu enam bulan, sejak tahap inisiasi hingga tahap
masalah internal dan external (oleh pemimpin lokal, warga, petugas atau pihak-
diantara pihak-pihak yang sadar akan adanya masalah); Tahap 3: Testing tentang
adanya perhatian yang lebih luas (diskusi informal dengan tokoh masyarakat atau
instansi terkait); dan Tahap 4: Mencari dukungan lebih lanjut (khususnya dari
pertemuan (meliputi staf dari instansi terkait dan tokoh masyarakat. Hal pokok
terkait); dan Tahap 3: Pengesahan struktur dan rencana umum kelompok dalam
suatu rapat umum (biasanya panitia pengarah terpilih sebagai pengurus kelompok).
umum guna merumuskan tujuan jangka pendek (fokuskan pada satu proyek yang
tahapan berikut. Tahap 1: Mengembangkan fungsi yang sudah ada (tangani lebih
banyak masalah, capai sasaran atau target yang lebih luas, perbanyak inisitif.
Dalam hal kelompok tani, tingkatkan jumlah penyaluran saprodi, kurangi kredit
ke atas dan atau ke samping", menjalin hubungan dengan pihak-pihak yang lebih
definisi dan uraian tentang modal sosial maka sesungguhnya hubungan antara
langsung atau sebab akibat. Ketika modal sosial tersedia, kuat dan memfasilitasi
Pretty (1999) dan Pretty dan Ward (2001) mengemukakan modal sosial
individu, yang memfasilitasi kerjasama; terikat oleh kesamaan aturan, norma, dan
atau vertikal, dan antar individu atau organisasi; dan akses pada lingkup
kelembagaan yang lebih luas dari suatu masyarakat di luar dari rumah tangganya
atau masyarakatnya”. Untuk itu pola hubungan antara petani atau masyarakat
gabungan kelompok atau bentuk modal sosial lainnya memiliki anggota yang
kelompok diatur melalui norma atau aturan dalam berinteraksi di dalam dan di luar
kelompok. Ketika semua unsur ini positif (saling percaya tinggi diantara anggota
dan anggota dengan pengurus, memegang nilai kebersamaan yang kuat, aturan dan
norma kelompok efektif, terjadi saling memberi dan menerima), maka modal sosial
akan memiliki kekuatan untuk melakukan kegiatan dan perubahan, dan sebaliknya
jika semua unsur modal sosial ini lemah, maka modal sosial lemah dan tidak
68
Kelompok yang Kohesif (ada saling percaya, memiliki nilai tentang pentingnya
saling bertukar/ reciprocity, karena tidak saling percaya dan terbatasnya nilai
barang yang ada di lingkungan usahatani seperti atraksi wisata, home-stay dan
sebagai modal sosial dan stakeholder lainnya yang ada di tingkat desa, kecamatan
dan kabupaten Ende. Partisipasi petani melalui kelompok dapat diakomodir dengan
baik ketika kelompok atau gapoktan sebagai bentuk modal sosial aktif karena
sosial yang ada di tingkat desa memiliki kohesifitas yang tinggi, maka kelompok
seharusnya dilakukan dalam rangka mengetahui semua pihak yang terkait seperti
terlihat pada ilustrasi berikut ini. Dalam konteks ini, maka modal sosial pada
lingkup yang lebih luar akan terbentuk, seperti gabungan kelompok tani, asosiasi
dan lainnya. Pada tataran ini maka relevan membahas tentang unsur-unsur modal
sosial yang lebih luas yang mempengaruhi interaksi petani dan kelompok tani
69
beberapa level dan jenis stakeholder. (1) Aparat kabupaten terdiri atas hotel dan
travel, dinas pariwisata, dinas pertanian, dan BP4K; (2) Aparat kecamatan yakni
UPTD, dan BP3K; dan (3) Level aparat desa yakni PPL, kelompok tani, petani,
dan P3A.
program mereka. Ada yang membentuk kelompok baru dan ada yang
menggunaan kelompok yang sudah ada sebagai bagian dari modal sosial.
dikembangkan dengan tujuan untuk studi tingkah laku sistem melalui analisis rinci
pendekatan yang tersedia untuk mendapatkan pengetahuan yang layak akan sistem
70
sebagai konsep dasar yang menata rangkaian aturan yang digunakan untuk
kita bertindak. Dikatakan model mental karena seseorang yang melakukan suatu
pekerjaan haruslah diawali dengan konsep dalam pikirannya tentang apa yang akan
sederhana dari suatu sistem yang kompleks. Model dalam kaitan dengan penelitian
ini adalah model pemberdayaan masyarakat desa atau petani. Salah satu model
berbasis modal sosial. Model pemberdayaan yang digunakan dalam penelitian ini
adalah perpaduan model naratif dan model normatif. Yaya dan Nandang (2009)
bentuk lisan dan atau tulisan, dan Simamarta (1983), Noorwick dan Lusiana (1999)
di Kabupaten Ende dapat dilihat pada Gambar 2.5. Digambarkan bahwa budaya
atau tata-nilai masyarakat menjadi arah penentu ke arah mana, dengan landasan
71
harus dilihat dari aspek subyek material dan budaya. Dengan demikian,
budaya atau tata nilai berupa modal sosial masyarakat desa atau petani. Secara
pemerintah selama ini lebih fokus pada pemberian bantuan fisik bagi petani
Penguatan
modal sosial
Usaha agroekowisata
Gambar 2.5
Model Hubungan Antara Budaya dan Tata-Nilai, serta Penguatan Modal Sosial dalam Pengembangan
Agroekowisata di Kabupaten Ende. Diadaptasi dari Merton (1962), Odum (1971), Rambo (1982), Rachman
(1996), Altiery, et al (1997), dan Lewis, et al (1997).
72
petani hanya pada tahap pengenalan awal. Atau dapat dikatakan, pendekatan
pemerintah bukan saja akan membuat partisipasi petani menjadi sangat dangkal
terhadap penguatan modal sosial bagi petani dan masyarakat setempat (Malvicini
Model atau konsep dan pendekatan pada Gambar 2.5, serta membaca
berbagai definisi dan uraian tentang modal sosial maka sesungguhnya hubungan
langsung atau sebab akibat. Ketika modal sosial tersedia, kuat dan memfasilitasi
Pretty (1999) dan Pretty dan Ward (2001) mengemukakan modal sosial
individu, yang memfasilitasi kerjasama; terikat oleh kesamaan aturan, norma, dan
73
atau vertikal, dan antar individu atau organisasi; dan akses pada lingkup
kelembagaan yang lebih luas dari suatu masyarakat di luar dari rumah tangganya
atau masyarakatnya”. Untuk itu pola hubungan antara petani atau masyarakat
(1) Kelompok atau gabungan kelompok atau bentuk modal sosial lainnya memiliki
berinteraksi di dalam dan di luar kelompok. Ketika semua unsur ini positif
memegang nilai kebersamaan yang kuat, aturan dan norma kelompok efektif,
terjadi saling memberi dan menerima), maka modal sosial akan memiliki
kekuatan untuk melakukan kegiatan dan perubahan, dan sebaliknya jika semua
unsur modal sosial ini lemah, maka modal sosial lemah dan tidak mendukung
petani melalui penawaran jasa dan barang yang ada di lingkungan usahatani
74
stakeholder lainnya yang ada di tingkat desa, kecamatan dan kabupaten Ende.
kelompok atau gapoktan sebagai bentuk modal sosial aktif karena unsur-
unsurnya mendukung.
(3) Apabila kelompok sebagai sebuah modal sosial yang ada di tingkat desa
dilakukan dalam rangka mengetahui semua pihak yang terkait seperti terlihat
pada ilustrasi berikut ini. Dalam konteks ini, maka modal sosial pada lingkup
yang lebih luar akan terbentuk, seperti gabungan kelompok tani, asosiasi
Ende, dan lainnya. Pada tataran ini maka relevan membahas tentang unsur-
unsur modal sosial yang lebih luas yang mempengaruhi interaksi petani dan
kelompok tani dengan pihak lainnya (kepercayaan, nilai, norma, aturan yang
kup beberapa level dan jenis stakeholder. (1) Aparat kabupaten terdiri atas hotel
dan travel, dinas pariwisata, dinas pertanian, dan BP4K; (2) Aparat kecamatan
75
yakni UPTD, dan BP3K; (3) Level aparat desa yakni PPL, kelompok tani, petani,
dan P3A.
program mereka. Ada yang membentuk kelompok baru dan ada yang menggunaan
kelompok yang sudah ada sebagai bagian dari modal sosial. Kelompok-kelompok
2.2.6 Pengetahuan
konservasi di tingkat basis yakni petani, masih belum optimal. Fakta menunjukkan
bahwa pihak penyuluh lapang jarang mendapatkan materi pelatihan dalam konteks
manusia. Menurut Bloom kecakapan berfikir pada manusia dapat dibagi dalam
pengetahuan yang telah dipelajari ke dalam situasi yang baru; (4) Analisis
elemen-elemen menjadi suatu pola yang tidak ada sebelumnya; dan (6) Evaluasi
tahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang
isi materi yang ingin diukur dari subyek penelitian atau responden.
memperoleh pengetahuan ada dua yaitu : Cara tradisional atau non ilmiah terdiri
atas (1) Cara coba salah (Trial and error). Cara ini telah dipakai orang sebelum
adanya kebudayaan bahkan mungkin sebelum adanya peradaban. Pada waktu itu
dilakukan dengan coba-coba saja. Bahkan sampai sekarang pun metode ini masih
sering dipergunakan, terutama oleh mereka yang belum atau tidak mengetahui
suatu cara tertentu dalam memecahkan masalah yang dihadapi. (2) Cara kekuasaan
atau otoritas. Para pemegang otoritas, baik pemimpin pemerintahan, tokoh agama
maupun ahli ilmu pengetahuan pada prinsipnya mempunyai mekanisme yang sama
di dalam penemuan pengetahuan. Prinsip ini adalah orang lain menerima pendapat
yang dikemukakan oleh orang mempunyai otoritas, tanpa terlebih dahulu menguji
berdasarkan penalaran sendiri. Hal ini disebabkan karena orang yang menerima
pendapat tersebut menganggap bahwa apa yang ditemukannya adalah sudah benar,
(3) Berdasarkan pengalaman pribadi Hal ini dilakukan dengan cara mengulang
dihadapi pada masa yang lalu; dan (4) Melalui jalan pikiran. Sejalan dengan
pengetahuan manusia telah menggunakan jalan pikirannya. Cara modern atau cara
ilmiah adalah cara memperoleh pengetahuan yang sistematis, logis dan ilmiah.
2.2.7 Sikap
merupakan reaksi yang masih tertutup dari seseorang terhadap stimulus atau
obyek. Wawan dan Dewi (2010) mengemukakan bahwa sikap dapat diposisikan
sebagai hasil evaluasi terhadap obyek sikap yang diekspresikan ke dalam proses-
78
menunjukkan bahwa secara garis besar sikap terdiri dari komponen kognitif (ide
mempengaruhi respon sesuai dan tidak sesuai) dan emosi (menyebabkan respon-
dibawa sejak lahir melainkan dibentuk atau dipelajari sepanjang perkembangan itu
dalam hubungannya dengan obyeknya; (2) Sikap dapat berubah-ubah karena itu
sikap dapat dipelajari dan sikap dapat berubah pada orang-orang bila terdapat
itu; (3) Sikap tidak berdiri sendiri, tetapi senantiasa mempunyai hubungan tertentu
terhadap suatu obyek. Dengan kata lain sikap itu terbentuk, dipelajari, atau berubah
senantiasa berkenaan dengan suatu obyek tertentu yang dapat dirumuskan dengan
jelas; (4) Obyek sikap itu merupakan suatu hal tertentu tetapi dapat juga
merupakan kumpulan dari hal-hal tersebut; dan (5) Sikap mempunyai segi-segi
motivasi dan segi-segi perasaan, sifat alamiah yang membedakan sikap dan
Menurut Wawan dan Dewi (2010), sikap terdiri dari berbagai tingkatan
yaitu: (1) Menerima (receiving) Menerima diartikan bahwa orang (subyek) mau
tugas yang diberikan adalah suatu indikasi sikap karena dengan suatu usaha untuk
pekerjaan itu benar atau salah adalah berarti orang tersebut menerima ide itu;
(3) Menghargai (valuing) Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau men-
diskusikan dengan orang lain terhadap suatu masalah adalah suatu indikasi sikap
tingkat tiga; dan (4) Bertanggung jawab (responsible). Bertanggung jawab atas
segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko adalah mempunyai sikap
yaitu: (1) Fungsi instrumental atau fungsi penyesuaian atau fungsi manfaat. Fungsi
ini berkaitan dengan sarana dan tujuan. Orang memandang sejauh mana obyek
sikap dapat digunakan sebagai sarana atau alat dalam rangka mencapai tujuan. Bila
obyek sikap dapat membantu seseorang dalam mencapai tujuannya, maka orang
akan bersifat positif terhadap obyek tersebut. Demikian sebaliknya bila obyek
sikap menghambat pencapaian tujuan, maka orang akan bersikap negatif terhadap
obyek sikap yang bersangkutan; (2) Fungsi pertahanan ego. Ini merupakan sikap
yang diambil oleh seseorang demi untuk mempertahankan ego atau akunya. Sikap
ini diambil oleh seseorang pada waktu orang yang bersangkutan terancam keadaan
dirinya atau egonya; (3) Fungsi ekspresi nilai. Sikap yang ada pada diri seseorang
merupakan jalan bagi individu untuk mengekspresikan nilai yang ada pada dirinya.
menggambarkan keadaan sistem nilai yang ada pada individu yang bersangkutan;
dan (4) Fungsi pengetahuan Individu mempunyai dorongan untuk ingin mengerti
Menurut Azwar (2011) sikap terdiri dari tiga komponen yang saling
Aspek emosional inilah yang biasanya berakar paling dalam sebagai komponen
dengan perasaan yang dimiliki seseorang terhadap sesuatu; dan (3) Komponen
dimiliki oleh seseorang. Aspek ini berisi tendensi atau kecenderungan untuk
sikap apabila pengalaman tersebut meninggalkan kesan yang kuat. Sikap akan
81
lebih mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi tersebut terjadi dalam situasi
yang melibatkan faktor emosional; (2) Pengaruh orang lain yang dianggap
Kecenderungan ini antara lain dimotivasi oleh keinginan untuk berafiliasi dan
telah menanamkan garis pengaruh sikap kita terhadap berbagai masalah; (4) Media
massa. Dalam pemberitaan surat kabar maupun radio atau media komunikasi
agama. Konsep moral dan ajaran dari lembaga pendidikan dan lembaga agama
gilirannya konsep tersebut mempengaruhi sikap; dan (6) Faktor emosional. Kadang
kala, suatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang didasari emosi yang berfungsi
pertahanan ego.
bahwa manusia dalam memenuhi kebutuhan hidup sebagai diri pribadi tidak dapat
82
melakukannya sendiri melainkan memerlukan bantuan dari orang lain. Ada ikatan
saling ketergantungan diantara satu orang dengan yang lainnya. Artinya bahwa
kebersamaan. Untuk itu manusia dituntut mampu bekerja sama, saling menghor-
mati, tidak menggangu hak orang lain, toleran dalam hidup bermasyarakat.
Menurut Ibrahim (2010), perilaku sosial seseorang itu tampak dalam pola
respons antar orang yang dinyatakan dengan hubungan timbal balik antar pribadi.
Perilaku sosial juga identik dengan reaksi seseorang terhadap orang. Perilaku itu
hormat terhadap orang lain. Perilaku sosial seseorang merupakan sifat relatif untuk
melakukan kerja sama, ada orang yang melakukannya dengan tekun, sabar dan
Sementara di pihak lain, ada orang yang bermalasan, tidak sabaran dan hanya
Sesungguhnya yang menjadi dasar dari uraian di atas adalah bahwa pada
renakan jika tidak ada timbal balik dari interaksi sosial maka manusia tidak dapat
interaksi sosial. Potensi-potensi itu pada awalnya dapat diketahui dari perilaku
83
baik yang bersifat internal maupun yang bersifat eksternal. Pada aspek eksternal
situasi sosial memegang peranan yang cukup penting. Situasi sosial diartikan
sebagai tiap-tiap situasi di mana terdapat saling hubungan antara manusia yang
satu dengan yang lain (Gerungan,2012). Dengan kata lain setiap situasi yang
Contoh situasi sosial misalnya di lingkungan pasar, pada saat rapat, atau dalam
Baron dan Byrne berpendapat bahwa ada empat kategori utama yang dapat
membentuk perilaku sosial seseorang, yaitu. (1) Perilaku dan karakteristik orang
lain. Jika seseorang lebih sering bergaul dengan orang-orang yang memiliki
oleh perilaku seperti itu. Pada aspek ini guru memegang peranan penting sebagai
sosok yang akan dapat mempengaruhi pembentukan perilaku sosial siswa karena ia
akan memberikan pengaruh yang cukup besar dalam mengarahkan siswa untuk
melakukan sesuatu perbuatan; (2) Proses kognitif. Ingatan dan pikiran yang
memuat ide-ide, keyakinan dan pertimbangan yang menjadi dasar kesadaran sosial
pelatih yang terus berpikir agar kelak dikemudian hari menjadi pelatih yang baik,
84
menjadi idola bagi atletnya dan orang lain akan terus berupaya dan berproses
aktivitas jasmani yang ditunjukkan oleh perilaku sosialnya yang akan mendukung
nya orang yang berasal dari daerah pantai atau pegunungan yang terbiasa berkata
dengan keras, maka perilaku sosialnya seolah keras pula, ketika berada di
lingkungan masyarakat yang terbiasa lembut dan halus dalam bertutur kata;
dan (4) Tata budaya sebagai tempat perilaku dan pemikiran sosial itu terjadi.
Misalnya, seseorang yang berasal dari etnis budaya tertentu mungkin akan terasa
berperilaku sosial aneh ketika berada dalam lingkungan masyarakat yang beretnis
Bentuk dan perilaku sosial seseorang dapat pula ditunjukkan oleh sikap
sosialnya. Sikap menurut Azhari (2004) adalah “suatu cara bereaksi terhadap
kegiatan yang sama dan berulang-ulang terhadap obyek sosial yang menyebabkan
merupakan karakter atau ciri kepribadian yang dapat teramati ketika seseorang
85
terlihat jelas diantara anggota kelompok yang lainnya. Perilaku sosial dapat
secara sosial. Orang yang memiliki sifat pemberani secara sosial, biasanya
depankan kepentingannya; (2) Sifat berkuasa dan sifat patuh. Orang yang
memiliki sifat sok berkuasa dalam perilaku sosial biasanya ditunjukkan oleh
Sedangkan sifat yang patuh atau penyerah menunjukkan perilaku sosial yang
inisiatif secara sosial dan pasif. Orang yang memiliki sifat inisiatif biasanya
pasif secara sosial ditunjukkan oleh perilaku yang bertentangan dengan sifat
86
berinisiatif, tidak suka memberi saran atau masukan; dan (4) Sifat mandiri dan
nasihat atau dukungan dari orang lain, dan secara emosiaonal cukup stabil.
melakukan segala sesuatu harus mendapat saran dan dukungan orang lain, dan
2. Kecenderungan perilaku dalam hubungan sosial: (1) Dapat diterima atau ditolak
oleh orang lain. Orang yang memiliki sifat dapat diterima oleh orang lain
pemaaf dan tulus menghargai kelebihan orang lain. Sementara sifat orang
yang ditolak biasanya suak mencari kesalahan dan tidak mengakui kelebihan
orang lain; (2) Suka bergaul dan tidak suka bergaul. Orang yang suka bergaul
biasanya memiliki hubungan sosial yang baik, senang bersama dengan yang
lain dan senang bepergian. Sedangkan orang yang tidak suak bergaul
menunjukkan sifat dan perilaku yang sebaliknya; (3) Sifat ramah dan tidak
ramah. Orang yang ramah biasanya periang, hangat, terbuka, mudah didekati
bersifat sebaliknya; dan (4) Simpatik atau tidak simpatik. Orang yang memiliki
sifat simpatik biasanya peduli terhadap perasaan dan keinginan orang lain,
87
murah hati dan suka membela orang tertindas.Sedangkan orang yang tidak
kooperatif) dan tidak suka bersaing (suka bekerjasama). Orang yang suka
(2) Sifat agresif dan tidak agresif. Orang yang agresif biasanya suka
menentang atau tidak patuh pada penguasa, suka bertengkar dan suka
sebaliknya; dan (3) Sifat kalem atau tenang secara sosial. Orang yang kalem
biasanya tidak nyaman jika berbeda dengan orang lain, mengalami kegugupan,
malu, ragu-ragu, dan merasa terganggu jika ditonton orang. Orang yang suka
makhluk sosial, seorang individu sejak lahir hingga sepanjang hayatnya senantiasa
berhubungan dengan individu lainnya atau dengan kata lain melakukan relasi
tertentu, baik aktivitas yang dihasilkan berdasarkan naluriah semata atau justru
interpersonal ini biasa disebut perilaku sosial. Lebih lanjut Krech et al. (1962)
88
mengacu kepada tugas, kewajiban dan posisi yang dimiliki seorang individu,
yang bertautan dengan kesukaan, dan kepercayaan terhadap individu lain, dan
dengan arah berlawanannya social timidity yaitu takut dan malu bila bergaul
initiative yaitu kecenderungan untuk memimpin orang lain, dengan arah yang
berlawanannya social passivity yaitu kecenderungan pasif dan tak acuh; dan
bergaul secara sosial; (2) memiliki pengaruh yang kuat terhadap teman sebaya;
(3) mampu memimpin teman-teman dalam kelompok; dan (4) tidak mudah
interpersonal sebagai berikut. (1) kurang mampu bergaul secara sosial; (2) mudah
menyerah dan tunduk pada perlakuan orang lain; (3) pasif dalam mengelola
kelompok; dan (4) tergantung kepada orang lain bila melakukan suatu tindakan.
yaitu pengetahuan, sikap, dan tindakan atau partisipasi yang sering disebut dengan