Anda di halaman 1dari 47

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Ansietas merupakan respon emosional terhadap penilaian individu yang subjektif,
dipengaruhi alam bawah sadar dan tidak diketahui secara khusus penyebabnya. Ansietas
merupakan istilah yang sangat akrab dengan kehidupan sehari-hari yang menggambarkan
keadaan khawatir, Gelisah, takut, tidak tentram disertai berbagai keluhan fisik. Keadaan
tersebut dapaterjadi atau menyertai kondisi situasikehidupan dan berbagai gangguan
kesehatan. Ansietas berbeda dengan takut. Takut merupakan penilaian intelektual terhadap
stimulus yang mengancam dan objeknya jelas (Dalami, 2009).
Rasa khawatir, gelisah, waswas, tidak tentram merupakan gejala umum akibat
ansietas. Namun sebatas mana situasi jiwa berupa ansietas itu dapat ditoleransi oleh seorang
individu sebagai kesatuan utuh.Karena sering kali ansietas menimbulkan keluahan fisik
berupa berdebar-debar, berkeringat, sakit kepala, bahkan gangguan fungsi seksual dan
beragam lainnya.
Globalisasi telah membuat perubahan diberbagai bidang ilmu pengetahuan dan
teknologi. Persaingan kelompok dan individu semakin ketat, dampak dari perubahan
tersebut merupakan salah satu stressor bagi individu, apabila seseorang tidak bisa bertahan
dengan perubahan yang terjadi. Hal tersebut akan dirasakan sebagai stressor yang
berkepanjangan, koping individu yang tidak efektif menjadikan seseorang mengalami
gangguan secara psikologis. Menurut Organisasi kesehatan dunia (WHO), bahwa 10% dari
populasi mengalami gangguan jiwa, hal ini didukung oleh laporan dari hasil studi bank dunia
dan hasil survei Badan Pusat Statistik yang melaporkan bahwa penyakit yang merupakan
akibat masalah kesehatan jiwa mencapai 8,1% yang merupakan angka tertinggi dibanding
prosentase penyakit lain.
Data 0,48% populasi mengalami gangguan jiwa berat atau psikosis (Depkes, 2012).
Gangguan ansietas lebih sering di alami oleh wanita individu berusia kurang dari 45 tahun,
bercerai atau berpisah, dan individu yang berasal dari status sosial ekonomi rendah
(Videbeck, 2008)

Perkiraan prevalensi gangguan ansietas di masyarakat (per 1000 orang) adalah:


gangguan ansietas menyeluruh 30, gangguan panik 15,agoraphobia 20, fobia sosial 30, fobia
sederhana 45, dan gangguan obsesif-kompulsif(yang tidak berkomorbid dengan gangguan

1
ansietas lain. Di pelayanan kesehatan primer prevalensinya adalah: gangguan ansietas
menyeluruh 7,9%, dan gangguan panik/agoraphobia 2,6% (Maramis, 2009).
Terlihat jelas bahwa ansietas ini mempunyai dampak terhadap kehidupan
seseorang,baik dampak positif maupun dampak negatif. Apalagi bila ansietas ini dialami oleh
klien di rumah sakit. Berbagai situasi dan kondisi akan membuatnya semakin cemas. Oleh
karenanya perawat sebagai tenaga kesehatan profesional tidak boleh mengabaikan aspek
emosi ini dalam memberikas asuhan keperawatan.

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah tersebut maka penulis memutuskan bagaimana
penatalaksanaan Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Masalah Psikososial :
Kecemasan

1.3. Tujuan
1.3.1. Untuk Mengetahui Bagaimana Melaksanakan pengkajian data pada Pasien dengan
Masalah Psikososial : Kecemasan
1.3.2. Untuk Mengetahui Bagaimana Menganalisa data pada Pasien dengan Masalah
Psikososial : Kecemasan
1.3.3. Untuk Mengetahui Bagaimana Merumuskan diagnosa keperawatan pada Pasien
dengan Masalah Psikososial : Kecemasan
1.3.4. Untuk Mengetahui Bagaimana Merencanakan tindakan keperawatan pada Pasien
dengan Masalah Psikososial : Kecemasan
1.3.5. Untuk Mengetahui Bagaimana Mengimplementasikan rencana tindakan keperawatan
pada Pasien dengan Masalah Psikososial : Kecemasan
1.3.6. Untuk Mengetahui Bagaimana Mengevaluasi tindakan keperawatan pada Pasien
dengan Masalah Psikososial : Kecemasan

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Konsep Kecemasan


2.1.1. Definisi
Menurut Lynn S. Bickley (2009) “ kecemasan merupakan reaksi yang sering
terjadi pada keadaan sakit, pengobatan, dan sistem perawatan kesehatan itu sendiri, bagi
sebagian klien kecemasan merupakan saringan terhadap persepsi dan reaksi mereka, bagi
sebagian lainnya kecemasan dapat menjadi bagian dari sakit yang dideritanya”.
Kecemasan adalah ketegangan, rasa tidak aman dan kekawatiran yang timbul
karena dirasakan terjadi sesuatu yang tidak menyenangkan tetapi sumbernya sebagian
besar tidak diketahui dan berasal dari dalam (DepKes RI, 1990).
Kecemasan dapat didefininisikan suatu keadaan perasaan keprihatinan, rasa
gelisah, ketidak tentuan, atau takut dari kenyataan atau persepsi ancaman sumber aktual
yang tidak diketahui atau dikenal (Stuart and Sundeens, 1998).
Kecemasan mungkin hadir pada beberapa tingkat dalam kehidupan setiap individu,
tetapi derajat dan frekuensi dengan yang memanifestasikan berbeda secara luas. Respon
masing-masing individu memiliki kecemasan berbeda. Tepi emosional yang
memprovokasi kecemasan untuk merangsang kreativitas atau kemampuan pemecahan
masalah, yang lainnya dapat menjadi bergerak ke tingkat patologis. Perasaan umumnya
dikategorikan menjadi empat tingkat untuk tujuan pengobatan : ringan, sedang, berat, dan
panik. Perawat dapat menemukan klien cemas di mana saja di rumah sakit atau lingkup
masyarakat.
Kecemasan dan gangguannya dapat muncul dalam berbagai tanda dan gejala fisik
dan psikologik seperti gemetar,  rasa goyah, nyeri punggung dan kepala, ketegangan otot,
napas pendek, mudah lelah, sering kaget, hiperaktivitas autonomik seperti wajah merah
dan pucat,  berkeringat, tangan rasa dingin, diare, mulut kering, sering kencing, rasa takut,
sulit konsentrasi, insomnia, libido turun, rasa mengganjal di tenggorok, rasa mual di perut
dan sebagainya. Gejala utama dari depresi adalah efek depresif, kehilangan minat dan
kegembiraan, dan berkurangnya energi yang menuju meningkatnya keadaan mudah lelah
(rasa lelah yang nyata sesudah kerja sedikit saja) serta menurunnya aktivitas.
Beberapa gejala lainnya dari depresi adalah konsentrasi dan perhatian berkurang,
harga diri dan kepercayaan diri berkurang,gagasan tentang rasa bersalah dan tidak

3
berguna, pandangan masa depan yang suram dan pesimistis, gagasan atau perbuatan
membahayakan diri atau bunuh diri, tidur terganggu, nafsu makan berkurang.
Keadaan cemas biasanya disertai dan diikuti dengan gejala depresi. Untuk diagnosis
dibutuhkan penentuan kriteria yang tepat antara berat ringannya gejala, penyebab serta
kelangsungan dari gejala apakah sementara atau menetap. Pada gangguan cemas lainnya
biasanya depresi adalah bentuk akhir bila penderita tidak dapat menyelesaikan masalah
yang dihadapi. Pada cemas menyeluruh depresi biasanya bersifat sementara dan lebih
ringan gejalanya dibanding kecemasan, gangguan penyesuaian memiliki gejala yang jelas
berkaitan erat dengan stres kehidupan.
2.1.2. Etiologi
Menurut Sylvia D. Elvira ( 2008 : 11 ) Ada beberapa faktor yang menyebabkan
kecemasan. Antara lain faktor Organ Biologi dan Faktor Psikoedukatif. Faktor organ
biologi adalah ketidakseimbangan zat kimia pada otak yang disebut neurotransmitter yang
disebabkan karena kurangnya oksigen. Faktor psikoedukatif adalah faktor-faktor psikologi
yang berpengaruh terhadap perkembangan kepribadian seseorang, baik hal yang
menentramkan, menyenangkan dan menyedihkan.
1. Faktor Predisposisi
Stressor predisposisi adalah semua ketegangan dalam kehidupan yang dapat
menyebabkan timbulnya kecemasan (Suliswati, 2005). Ketegangan dalam kehidupan
tersebut dapat berupa :
a. Peristiwa Traumatik, yang dapat memicu terjadinya kecemasan berkaitan dengan
krisis yang dialami individu baik krisis perkembangan atau situasional.
b. Konflik Emosional, yang dialami individu dan tidak terselesaikan dengan baik.
Konflik antara id dan superego atau antara keinginan dan kenyataan dapat
menimbulkan kecemasan pada individu.
c. Konsep diri terganggu akan menimbulkan ketidakmampuan individu berpikir
secara realitas sehingga akan menimbulkan kecemasan.
d. Frustasi akan menimbulkan rasa ketidakberdayaan untuk mengambil keputusan
yang berdampak terhadap ego.
e. Gangguan fisik akan menimbulkan kecemasan karena merupakan ancaman
terhadap integritas fisik yang dapat mempengaruhi konsep diri individu.
f. Pola mekanisme koping keluarga atau pola keluarga menangani stress akan
mempengaruhi individu dalam berespon terhadap konflik yang dialami karena pola
mekanisme koping individu banyak dipelajari dalam keluarga.
4
g. Riwayat gangguan kecemasan dalam keluarga akan mempengaruhi respons
individu dalam berespons terhadap konflik dan mengatasi kecemasannya.
h. Medikasi yang dapat memicu terjadinya kecemasan adalah pengobatan yang
mengandung benzodiazepin, karena benzodiazepine dapat menekan neurotransmiter
gamma amino butyric acid (GABA) yang mengontrol aktivitas neuron di otak yang
bertanggung jawab menghasilkan kecemasan.
2. Faktor presipitasi
Stresor presipitasi adalah semua ketegangan dalam kehidupan yang dapat
mencetuskan timbulnya kecemasan (Suliswati, 2005). Stressor presipitasi kecemasan
dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu :
a. Ancaman terhadap integritas fisik. Ketegangan yang mengancam integritas fisik
yang meliputi :
 Sumber Internal, meliputi kegagalan mekanisme fisiologis sistem imun, regulasi
suhu tubuh, perubahan biologis normal (misalnya : hamil).
 Sumber Eksternal, meliputi paparan terhadap infeksi virus dan bakteri, polutan
lingkungan, kecelakaan, kekurangan nutrisi, tidak adekuatnya tempat tinggal.
b. Ancaman terhadap harga diri meliputi sumber internal dan eksternal :
 Sumber Internal : kesulitan dalam berhubungan interpersonal di rumah dan
tempat kerja, penyesuaian terhadap peran baru. Berbagai ancaman terhadap
integritas fisik juga dapat mengancam harga diri.
 Sumber Eksternal : kehilangan orang yang dicintai, perceraian, perubahan status
pekerjaan, tekanan kelompok, sosial budaya.
3. Rentang Respon Kecemasan

Rentang Respon Kecemasan (Stuart & Sundeen, 1990).

1. Tingkat kecemasan sebagai berikut:


a. Kecemasan Ringan

5
Berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-hari dan menyebabkan
seseorang menjadi waspada dan menghasilkan lahan persepsinya. Kecemasan
dapat memotivasi bekpar dan menghasilkan pertumbuhan dan kreatifitas.
b. Kecemasan Sedang
Memungkinkan seseorang untuk memusatkan pada hal yang penting dan
mengesampingkan yang lain. Sehingga seseorang mengalami perhatian yang
selektif namun dapat melakukan sesuatu yang lebih terarah. Dengan kata lain,
lapang persepsi terhadap lingkungan menurun. Individu lebih memfokuskan pada
hal yang penting saat itu dan mengesampingkan hal lain.
c. Kecemasan Berat
Sangat mengurangi lahan persepsi seseorang. Seseorang cenderung untuk
memusatkan pada sesuatu yang terinci dan spesifik dan tidak dapat berfikir pada
hal lain. Semua perilaku ditujukan untuk mengurangi ketegangan. Orang tersebut
memerlukan banyak pengarahan untuk dapat memusatkan pada satu area lain.
d. Tingkat Panik Dari Kecemasan
Berhubungan dengan terperangah, ketakutan dari orang yang mengalami panik
tidak mampu melakukan sesuatu walaupun dengan pengarahan. Panik melibatkan
disorganisasi kepribadian. Dengan panik, terjadi peningkatan aktifitas motorik,
menurunnya kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain, persepsi yang
menyimpang dan kehilangan pemikiran yang rasional. Tingkat kecemasan ini
tidak sejalan dengan kehidupan, dan juga berlangsung terus dalam waktu yang
lama, dapat terjadi kelelahan yang sangat, bahkan kematian. Pada tingkat ini
individu sudah tidak dapat mengontrol diri lagi dan tidak dapat melakukan apa-
apa lagi walaupun sudah diberi pengarahan.
4. Tanda Dan Gejala Kecemasan
1. Respons fisik :
a. Kardiovaskular :
Palpitasi, Jantung Bedebar, Tekanan Darah Meninggi, Denyut Nadi Cepat
b. Pernafasan :
Napas Cepat, Napas Pendek, Tekanan Pada Dada , Napas Dangkal,
Pembengkakan Pada Tenggorokan, Terengah-Engah
c. Neuromuskular :
Refleks Meningkat, Insomnia, Tremor, Gelisah, Wajah Tegang, Kelemahan
Umum, Kaki Goyah, Gerakan Yang Janggal
6
d. Gastrointestinal :
Anoreksia, Diare/Konstipasi, Mual, Rasa Tidak Nyaman Pd Abdomen
e. Traktur Urinarius :
Sering Berkemih Dan Tidak Dapat Menahan Kencing
f. Kulit :
Wajah Kemerahan, Berkeringat, Gatal, Rasa Panas Pada Kulit
2. Respons Kognitif :
Lapang persepsi menyempit, tidak mampu menerima rangsang luar, berfokus
pada apa yang menjadi perhatiannya
3. Respons Perilaku :
Gerakan tersentak-sentak, bicara berlebihan dan cepat, perasaan tidak aman
4. Respons Emosi :
Menyesal, iritabel, kesedihan mendalam, takut, gugup, sukacita berlebihan,
ketidakberdayaan meningkat secara menetap, ketidakpastian, kekhawatiran
meningkat, fokus pada diri sendiri, perasaan tidak adekuat, ketakutan, distressed,
khawatir, prihatin
5. Penatalaksanaan Kecemasan
Menurut Hawari (2008) penatalaksanaan ansietas pada tahap pencegahaan dan terapi
memerlukan suatu metode pendekatan yang bersifat holistik, yaitu mencangkup fisik
(somatik), psikologik atau psikiatrik, psikososial dan psikoreligius. Selengkpanya
seperti pada uraian berikut :
1. Upaya meningkatkan kekebalan terhadap stress, dengan cara  :
a. Makan makanan yang berigizi dan seimbang
b. Tidur yang cukup
c. Olahraga yang teratur
d. Tidak merokok dan tidak minum minuman keras
2. Terapi Psikofarmaka
Terapi psikofarmaka yang sering dipakai adalah obat anti cemas (anxiolytic), yaitu
seperti diazepam, clobazam, bromazepam, lorazepam, buspirone HCl, meprobamate
dan alprazolam.
3. Terapi Somatik
Gejala atau keluhan fisik (somatik) sering dijumpai sebagai gejala ikutan atau
akibat dari kecemasan yang bekerpanjangan. Untuk menghilangkan keluhan-

7
keluhan somatik (fisik) itu dapat diberikan obat-obatan yang ditujukan pada organ
tubuh yang bersangkutan.
4. Psikoterapi
Psikoterapi diberikan tergantung dari kebutuhan individu, antara lain
a. Psikoterapi Suportif
b. Psikoterapi Re-Edukatif
c. Psikoterapi Re-Konstruktif
d. Psikoterapi Kognitif
e. Psikoterapi Psikodinamik
f. Psikoterapi Keluarga
5. Terapi Psikoreligius
Untuk meningkatkan keimanan seseorang yang erat hubungannya dengan
kekebalan dan daya tahan dalam menghadapi berbagai problem kehidupan yang
merupakan stressor psikososial.

2.2. Konsep Asuhan Keperawatan Ansietas


2.2.1. Pengkajian
2.2.1.1. Faktor Predisposisi
Berbagai teori telah dikembangkan untuk menjelaskan asal ansietas :
a. Teori Psikoanalitik
Ansietas adalah konflik emosional yang terjadi antara dua elemen
kepribadian, ID dan superego. ID mewakili dorongan insting dan impuls
primitif seseorang, sedangkan superego mencerminkan hati nurani seseorang
dan dikendalikan oleh norma- norma budaya seseorang. Ego atau Aku,
berfungsi menengahi hambatan dari dua elemen yang bertentangan dan
fungsi ansietas adalah mengingatkan ego bahwa ada bahaya.
b. Teori Interpersonal
Ansietas timbul dari perasaan takut terhadap tidak adanya penerimaan dari
hubungan interpersonal. Ansietas juga berhubungan dengan perkembangan,
trauma seperti perpisahan dan kehilangan sehingga menimbulkan kelemahan
spesifik. Orang dengan harga diri rendah mudah mengalami perkembangan
ansietas yang berat.

8
c. Teori Perilaku.
Ansietas merupakan produk frustasi yaitu segala sesuatu yang mengganggu
kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Daftar
tentang pembelajaran meyakini bahwa individu yang terbiasa dalam
kehidupan dininya dihadapkan pada ketakutan yng berlebihan lebih sering
menunjukkan ansietas pada kehidupan selanjutnya.
d. Kajian Keluarga.
Menunjukkan bahwa gangguan ansietas merupakan hal yang biasa ditemui
dalam suatu keluarga. Ada tumpang tindih dalam gangguan ansietas dan
antara gangguan ansietas dengan depresi.
e. Kajian Biologis.
Menunjukkan bahwa otak mengandung reseptor khusus benzodiazepine.
Reseptor ini mungkin membantu mengatur ansietas penghambat dalam
aminobutirik. Gamma neuroregulator (GABA) juga mungkin memainkan
peran utama dalam mekanisme biologis berhubungan dengan ansietas
sebagaimana halnya endorfin. Selain itu telah dibuktikan kesehatan umum
seseorang mempunyai akibat nyata sebagai predisposisi terhadap ansietas.
Ansietas mungkin disertai dengan gangguan fisik dan selanjutnya
menurunkan kapasitas seseorang untuk mengatasi stressor.
2.2.1.2. Faktor Presipitasi.
Stressor pencetus mungkin berasal dari sumber internal atau eksternal. Stressor
pencetus dapat dikelompokkan menjadi 2 kategori :
a. Ancaman terhadap integritas seseorang meliputi ketidakmampuan fisiologis
yang  akan datang atau menurunnya kapasitas untuk melakukan aktifitas
hidup sehari- hari.
b. Ancaman terhadap sistem diri seseorang dapat membahayakan identitas,
harga diri dan fungsi sosial yang terintegrasi seseorang.
2.2.1.3. Perilaku.
Kecemasan dapat diekspresikan secara langsung melalui perubahan fisiologi
dan perilaku dan secara tidak langsung melalui timbulnya gejala atau
mekanisme koping dalam upaya melawan kecemasan. Intensitas perilaku akan
meningkat sejalan dengan peningkatan tingkat kecemasan.

9
a. Respon Fisiologis Terhadap Ansietas.

Sistem Tubuh Respons

Kardiovaskuler  Palpitasi.
 Jantung berdebar.
 Tekanan darah meningkat dan denyut nadi menurun.
 Rasa mau pingsan dan pada akhirnya pingsan.

Pernafasan  Napas cepat.


 Pernapasan dangkal.
 Rasa tertekan pada dada.
 Pembengkakan pada tenggorokan.
 Rasa tercekik.
 Terengah-engah.

Neuromuskular  Peningkatan reflek.


 Reaksi kejutan.
 Insomnia.
 Ketakutan.
 Gelisah.
 Wajah tegang.
 Kelemahan secara umum.
 Gerakan lambat.
 Gerakan yang janggal.

Gastrointestina  Kehilangan nafsu makan.


l  Menolak makan.
 Perasaan dangkal.
 Rasa tidak nyaman pada abdominal.
 Rasa terbakar pada jantung.
 Nausea.
 Diare.

Perkemihan  Tidak dapat menahan kencing.


 Sering kencing.

10
Kulit  Rasa terbakar pada mukosa.
 Berkeringat banyak pada telapak tangan.
 Gatal-gatal.
 Perasaan panas atau dingin pada kulit.
 Muka pucat dan bekeringat diseluruh tubuh.

b. Respon Perilaku Kognitif.

Sistem Respons

Perilaku  Gelisah.
 Ketegangan fisik.
 Tremor.
 Gugup.
 Bicara cepat.
 Tidak ada koordinasi.
 Kecenderungan untuk celaka.
 Menarik diri.
 Menghindar.
 Terhambat melakukan aktifitas.

Kogniti  Gangguan perhatian.


f  Konsentrasi hilang.
 Pelupa.
 Salah tafsir.
 Adanya bloking pada pikiran.
 Menurunnya lahan persepsi.
 Kreatif dan produktif menurun.
 Bingung.

11
 Khawatir yang berlebihan.
 Hilang menilai objektifitas.
 Takut akan kehilangan kendali.
 Takut yang berlebihan.

Afektif  Mudah terganggu.


 Tidak sabar.
 Gelisah.
 Tegang.
 Nerveus.
 Ketakutan.
 Alarm.
 Tremor.
 Gugup.
 Gelisah.

2.2.1.4. Sumber Koping


Individu dapat mengalami stress dan ansietas dengan menggerakkan sumber
koping tersebut di lingkungan. Sumber koping tersebut sebagai modal
ekonomok, kemampuan penyelesaian masalah, dukungan sosial dan keyakinan
budaya dapat membantu seseorang mengintegrasikan pengalaman yang
menimbulkan stress dan mengadopsi strategi koping yang berhasil.
2.2.1.5. Mekanisme Koping.
Ketika mengalami ansietas individu menggunakan berbagai mekanisme koping
untuk mencoba mengatasinya dan ketidakmampuan mengatasi ansietas secara
konstruktif merupakan penyebab utama terjadinya perilaku patologis. Ansietas
tingkat ringan sering ditanggulangi tanpa yang serius.
Tingkat ansietas sedang dan berat menimbulkan 2 jenis mekanisme koping :
a. Reaksi yang berorientasi pada tugas, yaitu upaya yang disadari dan
berorientasi pada tindakan untuk memenuhi secara realitis tuntutan situasi
stress.

12
b. Mekanisme pertahanan ego, membantu mengatasi ansietas ringan dan
sedang, tetapi jika berlangsung pada tingkat sadar dan melibatkan penipuan
diri dan distorsi realitas, maka mekanisme ini dapat merupakan respon
maladaptif terhadap stress.
2.2.2. Diagnosa
Adapun diagnosa yang biasanya muncul pada kecemasan adalah :
1. Penyelesaian Kerusakan
2. Kecemasan
3. Pola Napas Tidak Efektif
4. Koping Individu Tidak Efektif
5. Diam
6. Gangguan Pembagian Bidang Energi
7. Ketakutan
8. Inkontinensial
9. Stres
10. Perubahan Nutrisi
11. Respon Pasca Trauma
12. Ketidakberdayaan
13. Gangguan Harga Diri
14. Gangguan Pola Tidur
15. Isolasi Sosial
16. Perubahan Proses Berfikir
17. Gangguan Eliminasi Urine
2.2.3. Intervensi
1. Tujuan Umum : Klien akan mengurangi ansietasnya dari tingkat ringan hingga
panik.
2. Tujuan khusus : Klien mampu untuk :
a. Membina hubungan saling percaya.
b. Melakukan aktifitas sehari-hari.
c. Mengekspresikan dan mengidentifikasi tentang
kecemasannya.
d. Mengidentifikasi situasi yang menyebabkan ansietas.
e. Meningkatkan kesehatan fisik dan kesejahteraannya.
f. Klien terlindung dari bahaya.
13
1. Ansietas Ringan.

Deskripsi Batasan Karakter Intervensi

Ansietas  Tidak nyaman.  Gerakan tidak tenang


ringan adalah  Gelisah.  Perhatikan tanda peningkatan
ansietas  Insomnia ringan ansietas
normal dimana  Perubahan nafsu  Bantu klien menyalurkan energi
motivasi makan ringan secara konstruktif
individu pada  Peka  Gunakan obat bila perlu
keseharian  Dorong pemecahan masalah
 Pengulangan
dalam batas
pertanyaan  Berikan informasi akurat dan
kemampuan
 Perilaku mencari fuktual
untuk
perhatian  Sadari penggunaan mekanisme
melakukan dan
 Peningkatan pertahanan
memecahkan
kewaspadaan  Bantu dalam mengidentifikasi
masalah yang
 Peningkatan keterampilan koping yang berhasil
meningkat.
persepsi  Pertahankan cara yang tenang dan
pemecahan tidak terburu
masalah  Ajarkan latihan dan tehnik
 Mudah marah. relaksasi

2. Ansietas Sedang.

Deskripsi Batasan Karakter Intervensi

Ansietas sedang  Perkembangan dari  Pertahankan sikap tidak


adalah cemas ansietas ringan tergesa-gesa, tenang bila
yang  Perhatian terpilih berurusan dengan klien
mempengaruhi dari lingkungan  Bicara dengan sikap
pengetahuan  Konsentrasi hanya tenang, tegas
baru dengan pada tugas-tugas meyakinkan
penyempitan individu  Gunakan kalimat yang
lapangan  Suara bergetar pendek dan sederhana
persepsi  Ketidaknyamanan  Hindari menjadi cemas,
sehngga jumlah waktu yang
14
individu digunakan marah, dan melawan
kehilangan  Takipnea  Dengarkan klien
pegangan tetapi  Takikardia  Berikan kontak fisik
dapat mengikuti  Perubahan dalam dengan menyentuh
pengarahan nada suara lengan dan tangan klien
orang lain.  Gemetaran  Anjurkan klien
 Peningkatan menggunakan tehnik
ketegangan otot relaksasi

 Menggigit kuku,  Ajak klien untuk


memukul-mukulkan mengungkapkan
jari, perasaannya
menggoyangkan  Bantu klien mengenali
kaki dan dan menamai ansietasnya
mengetukkan jari
kaki

3. Ansietas Berat

Deskripsi Batasan Karakter Intervensi

Pada ansietas  Perasaan terancam  Isolasi klien


berat  Ketegangan otot yang berlebihan dalam lingkungan
lapangan  Diaforesis yang aman dan
persepsi  Perubahan pernapasan tenang
menjadi  Biarkan
 Napas panjang
sangat perawatan dan
 Hiperventilasi
menurun. kontak sering
 Dispnea
Individu sampai konstan
 Pusing
cenderung  Berikan obat-
 Perubahan gastrointestinalis
memikirkan obatan klien
 Mual muntah
hal yang melakukan hal
 Rasa terbakar pada ulu hati
sangat kecil untuk dirinya
saja dan  Sendawa
sendiri
mengabaikan  Anoreksia
 Observasi adanya
hal yang lain.

15
Individu  Diare atau konstipasi tanda-tanda
tidak mampu  Perubahan kardivaskuler peningkatan
berfikir  Takikardia agitasi.
realistis dan  Palpitasi  Jangan
membutuhka mennyentuh klien
 Rasa tidak nyaman pada
n banyak tanpa permisi
prekokardia
pengarahan,
 Berkurangnya jarak persepsi secara  Yakinkan klien
untuk dapat bahwa dia aman
berat
memusatkan  Kaji keamanan
 Ketidakmampuan untuk
pada daerah dalam lingkungan
berkonsentrasi
lain. sekitarnya
 Rasa terbakar
 Kesulitan dan ketidaktepatan
pengungkapan
 Aktivitas yang tidak berguna
 Bermusuhan

4. Panik

Deskripsi Batasan Karakter Intervensi

Adalah  Hiperaktif / imobilitasi  Tetap bersama klien ;


tingkat berat minta bantuan
dimana  Rasa terisolasi yang  Jika mungkin hilangkan
individu ekstrim beberapa stressor fisik
berada pada  Kehilangan desintegrasi dan psikologisdari
bahaya kepribadian lingkungan
terhadap diri  Sangat goncang dan otot-  Bicara dengan tenang,
sendiri dan otot tegang sikap meyakinkan,
orang lain  Ketidakmampuan untuk menggunakan nada suara
serta dapat berkomunikasi dengan yang rendah
menjadi kalimat yang lengkap  Katakan pada klien
diam atau  Distori persepsi dan bahwa anda (staf) tidak
menyerang penilaian yang tidak akan membahayakan
dengan cara realistis terhadap dirinya sendiri atau orang

16
kacau. lingkungan dan ancaman lain
 Perilaku kacau dalam  Isolasikan klien pada
usaha melarikan diri daerah yang aman dan
 Menyerang nyaman
 Lanjut dengan perawatan
ansietas berat

Tujuan umum : cemas berkurang atau


hilang Tujuan khusus :
a. TUK 1
Pasien dapat menjalin hubungan saling percaya
Intervensi :
1) Jadilah pendengar yang hangat dan responsi

2) Beri waktu yang cukup pada pasien untuk berespon

3) Beri dukungan pada pasien untuk berekspresikan perasaanya

4) Identifikasi pola perilaku pasien atau pendekatan yang dapat


menimbulkan perasaan negatif
5) Bersama pasien mengenali perilaku dan respon sehingga cepat belajar
dan berkembang.
b. TUK 2
Pasien dapat mengenali ansietasnya
Intervensi :
1) Bantu pasien untuk mengidentifikasi dan menguraikan perasaanya

2) Hubungkan perilaku dan perasaanya

3) Validasi kesimpulan dan asumsi terhadap pasien

4) Gunakan pertanyaan terbuka untuk mengalihkan dari topik yang


mengancam ke hal yang berkaitan dengan konflik
5) Gunakan konsultasi untuk membantu pasien mengungkapkan
perasaanya.

c. TUK 3
Pasien dapat memperluas kesadaranya terhadap perkembangan ansietas

17
Intervensi :

1) Bantu pasien menjelaskan situasi dan interaksi yang dapat segera


menimbulkan ansietas
2) Bersama pasien meninjau kembali penilaian pasien terhadap stressor
yang dirasakan mengancam dan menimbulkan konflik
3) Kaitkan pengalaman yang baru terjadi dengan pengalaman masa lalu
yang relevan

d. TUK 4
Pasien dapat menggunakan mekanisme koping yang adaptif
Intervensi :
1) Gali cara pasien mengurangi ansietas dimasa lalu

2) Tunjukan akibat maladaptif dan destruktif dari respon koping yang


digunakan
3) Dorong pasien untuk menggunakan respon koping adaptif yang
dimilikinya
4) Bantu pasien untuk menyusun kembali tujuan hidup, memodifikasi
tujuan, menggunakan sumber dan menggunakan ansietas sedang
5) Latih pasien dengan menggunakan ansietas sedang

6) Beri aktifitas fisik untuk menyalurkan energinya

7) Libatkan pihak yang berkepentingan sebagai sumber dan dukungan


sosial dalam membantu pasien menggunakan koping adaptif yang baru

e. TUK 5
Pasien dapat menggunakan teknik relaksasi
Intervensi :
1) Ajarkan pasien teknik relaksasi untuk meningkatkan kontrol dan rasa
percaya diri
2) Dorong pasien untuk menggunakan relaksasi dalam menurunkan tingkat
ansietas.

18
BAB III
TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN PSIKOSIAL PADA KLIEN “Ny. L”


DENGAN MASALAH PSIKOSOSIAL : KECEMASAN

3.1. Pengkajian
A. Identitas Klien                                                                  
Nama : Ny.L
Umur : 56 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Kristen
Pendidikan : S1
Pekerjaan : Guru
Suku bangsa : Minahasa
Status marital : Menikah
Alamat lengkap : Karombasan Selatan,Kec.Wanea,Kota Manado

B. Keluhan Utama
Klien mengatakan dirinya takut, cemas, dan khawatir akan kesembuhan penyakit dan
luka operasi.

C. Riwayat Kesehatan
Ny.L datang ke RSUP Prof.dr.RD.Kandou Malalayang Manado dengan keluhan nyeri
perut bagian kanan bawah yang sudah terjadi sejak ± 3 bulan yang lalu. Nyeri hilang
timbul dan menjalar sampai keseluruh bagian perut dan ulu hati. Sebelum masuk rumah
sakit klien mengalami demam, mual, dan muntah. Klien tidak mengalami masalah dalam
gangguan eliminasi baik BAB maupun BAK. Diagnosis medis klien adalah appendiksitis
dan dilakukan operasi setelah itu klien dipulangkan akan tetapi tetap melakukan kontrol di
Poli Bedah. Selain appendiksitis klien juga memiliki riwayat hipertensi yang tidak
terkontrol. Tekanan darah klien ini diketahui tinggi sejak 6 tahun yang lalu, setelah itu
klien tidak mengkonsumsi obat anti hipertensi. Pola makan klien adalah menyukai
makanan asin, mengkonsumsi ikan asin, dan gorengan.Setelah dioperasi klien
merasakannyeri pada luka jahitan (abdomen) terutama jika melakukan aktifitas.

19
Masalah Keperawatan : Gangguan Alam Perasaan : Kecemasan, Kurang Pengetahuan
Keluarga Dalam Merawat Klien Dirumah.
D. Pengkajian PQRST
P = Post operasi Apendiktomi,melakukan aktifitas
Q = Seperti Tertimpa benda berat
R = Daerah Abdomen
S = Skala Nyeri 4
T = Hilang Timbul
E. Riwayat Alergi
Makanan (-) Minuman (-) Obat-Obatan (-)
F. Riwayat Konsumsi Alkohol dan Merokok
Minuman Beralkohol (-) Merokok (-)
G. Faktor Predisposisi
Klien tidak memiliki riwayat gangguan jiwa dan tidak mengalami aniaya fisik, seksual,
Penolakan, kekerasan dalam keluarga, dan tindakan kriminal.
1. Faktor perkembangan
Tekanan darah klien ini diketahui tinggi sejak 6 tahun yang lalu, setelah itu klien tidak
mengkonsumsi obat anti hipertensi.Klien tidak mempunyai pengalaman masa lalu yang
tidak menyenangkan
2. Faktor Komunikasi Dalam Keluarga
Klien mengatakan komunikasi dengan suaminya kurang karena suaminya terkesan cuek
dengan dirinya dan anak-anak.Klien sering menceritakannya kepada Anak-anaknya.
Klien mengatakan saudara-saudaranya tinggal jauh dan jarang berkomunikasi.
3. Faktor psikologis
Klien termasuk tipe orang yang terbuka, dan tidak merasa dirinya tidak berharga Klien
tidak memiliki riwayat sakit jiwa dan tidak mengalami aniaya fisik, seksual, Penolakan,
kekerasan dalam keluarga, dan tindakan kriminal.Tidak Ada Keluarga klien yang
mempunyai riwayat gangguan jiwa dan tidak mengalami aniaya fisik, seksual,
Penolakan, kekerasan dalam keluarga, dan tindakan Kriminal.
4. Faktor genetik
Dalam keluarga tidak ada yang menderita penyakit yang sama dengan klien. Adik
pertama klien memiliki riwayat hipertensi.Ayah klien meninggal sudah meninggal tapi
bukan karena hipertensi.

20
D. Faktor Presipitasi
1. Faktor Sosial Budaya
Klien tidak mempunyai hambatan dengan sosial budayanya.
2. Faktor Biokimia
Adanya rasa khawatir karena penyakitnya sekarang dan khawatir adanya komplikasi
yang lain.
3. Faktor Psikologis
Adanya masalah yang tidak hilang-hilang (Penyakitnya). Dimana Klien mengatakan
banyak sekali hal yang dicemaskan mulai dari operasi yang akan dilakukan karena ini
merupakan operasi pertamanya, masalah anak-anaknya yang saat ini berada di rumah.
E. Pemeriksaan Fisik
1. Tanda-Tanda Vital   
TD : 160 / 100 mmHg     N : 88 x/mt     S : 36.7 0C         P: 22 x/mt
2. Ukur                         
TB : 155 cm    BB : 64 kg     ( ) turun    (* ) naik
3. Keluhan  Fisik        ( ) ya         (*) tidak 
Klien mengatakan menderita hipertensi sejak 6 tahun yang lalu.
F. Psikososial
1. Genogram

21
Klien adalah anak pertama dari tiga bersaudara. Klien berumur 56 tahun. Klien sudah
menikah dan memiliki 3 orang anak. Klien tinggal serumah dengan suami dan 3 orang
anaknya. Klien mengatakan komunikasi. Orang yang terdekat dengan klien adalah
Anak-anaknya. Pengambilan keputusan lebih didominasi oleh suami klien. Ayah klien
meninggal sudah meninggal tapi bukan karena hipertensi.
2. Konsep Diri
a. Gambaran tubuh
Klien tampak terlihat gemuk, namun klien merasa biasa saja dengan tubuhnya.
Bagi klien bertubuh gemuk itu lumrah bagi ibu-ibu yang sudah memiliki anak.
klien tidak merasa terganggu dengan bentuk tubuhnya sekarang.
b. Identitas diri
Klien bekerja sebagai Guru di Sekolah Dasar yang terletak dekat dengan rumah
klien. Biasanya klien menghabiskan waktu luangnya dengan menonton TV dan
berbincang-bincang dengan anak dan suaminya. Semenjak sakit klien masih dapat
beraktivitas tapi sudah tidak bisa seperti dahulu. Klien mengatakan puas dilahirkan
sebagai seorang wanita dan bisa menjadi ibu serta seorang istri.
c. Peran diri
Klien berperan sebagai ibu rumah tangga dan guru. Menurut klien, klien mampu
melaksanakan tugas tersebut dengan baik.Semenjak sakit klien tidak bisa
memenuhi perannya.
d. Ideal Diri
Harapan klien saat ini adalah ingin sembuh dan ingin keluarganya yaitu anak-anak
dan suaminya untuk lebih mengerti akan kondisi dirinya saat ini. Klien ingin segera
sembuh untuk melaksanakan tugas kesehariannya sebagai seorang ibu,istri dan
guru.Klien mengatakan bercita-cita untuk bisa menyekolahkan anaknya setinggi-
tingginya.
e. Harga Diri
Klien merasa tidak ada masalah dalam berhubungan dengan keluarga dan orang
lain.
3. Hubungan Sosial
Klien memiliki orang yang berarti dalam kehidupannya yaitu suami dan anaknya.
Klien mengatakan lebih banyak memendam masalahnya sendiri daripada
membicarakannya dengan keluarga. Klien senang mengikuti arisan yang diadakan
dengan tetangga-tetangganya.
22
4. Spiritual
Klien beragama Kristen dan yakin dengan adanya Tuhan Yang Maha Esa. Klien
mengatakan Selalu Mengikuti Ibadah dan Rajin Berdoa dan berharap diberi
kesembuhan atas penyakitnya.
G. Status Mental
1. Penampilan
Klien berpenampilan rapi, pakaian yang digunakan sesuai dengan tempatnya. 
Rambut klien tersisir rapi. Rambut Pendek Sebahu.
2. Pembicaraan
Klien berbicara dengan jelas. Klien menjawab pertanyaan yang diberikan dengan
tepat, selama proses wawancara klien berbicara mengenai satu topik dengan jelas
(Isi pembicaraan). Klien tampak gelisah selama wawancara dan observasi
3. Aktivitas motorik
Saat wawancara klien tampak tenang dalam berbicara, tidak ada gerakan yang
diulang-ulang ataupun gemetar. Namun saat membicarakan penyakitnya klien
tampak sedikit cemas. Klien tampak lesu, gelisah dan tak bergairah.
4. Alam perasaan
Klien mengatakan terkadang khawatir dengan kondisinya, takut ada komplikasi lain
serta klien mengatakan sedih dan khawatir jika mengingat anak-anaknya. Klien
tidak menunjukkan ekspresi yang berlebihan saat sedih maupun gembira. Klien
terlihat senang saat menceritakan pengalamannya yang menyenangkan.
5. Afek
Dari hasil observasi afek yang ditunjukkan klien sesuai dengan stimulus yang
diberikan.
6. Interaksi selama wawancara
Selama proses wawancara, Klien mau menjawab pertanyaan perawat. Kontak
mata klien ada dan klien menatap wajah perawat saat wawancara dan mau menjawab
pertanyaan perawat dengan panjang lebar.
7. Persepsi
Keluarga mengatakan klien tidak pernah berbicara sendiri. Klien mengatakan tidak
pernah mengalami halusinasi.
8. Proses pikir
Selama wawancara, pembicaraan klien singkat dan tidak berbelit-belit dan ada
hubungannya antara satu kalimat dengan kalimat lainnya dalam satu topik.
23
9. Isi pikir
Selama wawancara tidak ditemukan gangguan isi pikir. Pemikiran klien realistis.
10. Tingkat kesadaran
Klien menyadari bahwa dia sedang berada di rumahnya, klien juga sadar dan
mengenal dengan siapa dia berbicara dan lingkungannya.  Tingkat kesadaran klien
terhadap waktu, orang dan tempat jelas.
11. Memori
Klien dapat mengingat peristiwa yang terjadi pada dirinya baik di masa lalu 
maupun saat  ini. Klien juga ingat ketika ditanyakan apakah tadi klien sudah
makan atau belum, jam berapa. Klien tidak mengalami gangguan daya ingat baik
jangka panjang maupun jangka pendek.
12. Tingkat konsentrasi dan berhitung
Selama wawancara, konsentrasi klien baik dan fokus terhadap apa yang  ditanyakan.
Klien bersekolah sampai tingkat SMA.Klien dapat berhitung sederhana.
13. Kemampuan penilaian
Saat diberikan pilihan seperti apakah klien mendahulukan kegiatan bersekolah atau
menyiapkan sarapan untuk keluarga. Klien memilih menyiapkan sarapan terlebih
dahulu karena kalau sudah membuat sarapan klien bisa melakukan proses PBM di
sekolah.
14. Daya tilik diri
Klien mengetahui penyakit yang dideritanya.
H. Pola Makan dan Eliminasi
1. Makan dan minum
Klien makan 3 kali sehari dengan porsi lebih sedikit dari biasanya (sebelum sakit
seperti sekarang) tapi habis, klien dapat makan tanpa bantuan. Keluarga hanya
mengambilkan makanan.
2. BAB/BAK
Klien dapat BAK dan BAB sendiri, namun suami yang membantu membawa ke WC.
3. Mandi
Klien mandi dibantu oleh keluarga, mandi 2x sehari. Klien mandi menggunakan
sabun, shampo, dan juga sikat gigi.
4. Berpakaian/Berhias
Klien mengganti pakaian dengan bantuan keluarga.
5. Istirahat dan Tidur
24
Klien tidurnya tercukupi namun setelah operasi kecukupan tidur klien berkurang
6. Penggunaan Obat
Klien mampu minum obat secara mandiri.
7. Kegiatan di Dalam Rumah
Klien mengatakan hanya menonton TV, berbincang-bincang dengan keluarga
dirumah.
8. Kegiatan di luar rumah
Klien mengatakan klien melakukan tugas sebagai Guru yaitu melakukan Proses
Belajar Mengajar dan Membuat Laporan Harian.
3. Mekanisme Koping
Klien mengatakan setiap mempunyai masalah selalu menceritakannya kepada
keluarganya.
4. Kurang Pengetahuan Tentang
Klien mengatakan sudah lama tidak kontrol kondisinya ke pelayanan kesehatan,
Keluarga mengatakan bingung melihat kondisi Ny.L seperti ini, tidak tahu cara
perawatannya dirumah.
5. Aspek Medis
Keluarga mengatakan dokter rumah sakit menyatakan Ny.L terkena appendiksitis
kronik dan hipertensi.
Terapi medik :
 Nifedipime 10 mg (ekstra)
 Amlodipine 1x10 mg
 Valsartan 1x80 mg
 HCT 1x1
 Ceftriaxone 2 gram

25
3.2. Analisa Data

No Data Fokus Etiologi Masalah

1. Data subjektif: Krisis Situasional Ansietas

a) Klien mengatakan dirinya takut,


cemas, dan khawatir akan
kesembuhan penyakit dan luka
operasi

Data objektif:

a) Kontak mata ada, klien kooperatif.


b) Klien sesekali terlihat melamun.
c) Klien dan keluarga tampak cemas
d) Klien tampak gelisah
e) Klien dan keluarga bertanya-tanya
tentang kondisi klien saat ini.
f) Wajah tampak tegang.
g) Mukosa bibir kering.
h) Wajah tampak memerah.
i) Tekanan darah 160/100 mmHg,
Nadi 88 x/menit, RR 20 x/menit,
Suhu 36,5˚C

2. DS : Disfungsi Sistem Koping Tidak


Keluarga Efektif
a) Klien mengatakan lebih banyak
memendam masalahnya sendiri daripada
membicarakannya dengan keluarga.

b) Klien mengatakan komunikasi


dengan suaminya kurang karena
suaminya terkesan cuek dengan dirinya
dan anak-anak.

d) Klien mengatakan saudara-


saudaranya tinggal jauh dan jarang

26
berkomunikasi.

Data objektif:

a) Klien tampak lesu, kadang tampak


kurang bersemangat.

b) Nafsu makan klien berkurang.

c) Klien tampak murung, melamun dan


terdiam.

d) Klien lebih banyak menghabiskan


aktivitasnya di tempat tidur.

3. DS : Kurang Terpapar Defisit


Informasi Pengetahuan
Klien mengatakan sudah lama tidak
kontrol kondisinya ke pelayanan
kesehatan, Keluarga mengatakan
bingung melihat kondisi Ny. M seperti
ini, tidak tahu cara perawatannya
dirumah.

DO :

Klien dan keluarga bertanya-tanya


kepada perawat

3.3. Daftar Masalah


1. Kecemasan
2. Koping Tidak Efektif
3. Defisit pengetahuan

27
3.4. Pohon Masalah

Koping Tidak Efektif

Kecemasan

Defisit Pengetahuan

3.5. Diagnosa Keperawatan


1. Ansietas berhubungan dengan krisis situasional, kurang terpapar informasi
dibuktikan dengan Klien mengatakan dirinya takut, cemas, dan khawatir akan
kesembuhan penyakit dan luka operasi, Kontak mata ada, klien kooperatif, Klien
sesekali terlihat melamun,Klien dan keluarga tampak cemas, Klien tampak gelisah,
Klien dan keluarga bertanya-tanya tentang kondisi klien saat ini, Wajah tampak
tegang, Mukosa bibir kering, Wajah tampak memerah, Tekanan darah 160/100
mmHg, Nadi 88 x/menit, RR 20 x/menit, Suhu 36,5˚C.

28
3.6. Rencana Asuhan Keperawatan
No Diagnosis Rencana Tindakan keperawatan Ket
Tujuan Kriteria Hasil Intervensi
Keperawatan
1 Ansietas Setelah Verbalisasi Reduksi Ansietas
berhubungan dilakukan khawatir akibat (1.09314)
dengan krisis tindakan kondisi yang observasi
situasional, keperawatan dihadapi 1. Identifikasi saat

kurang selama 3x24 Menurun tingkat ansietas

terpapar jam diharapkan a. Perilaku berubah (mis. Kondisi,

informasi Tingkat Gelisah waktu, stressor)

dibuktikan Ansietas klien Menurun 2. Monitor tanda ansietas

dengan Klien Menurun b. Perilaku


Terapeutik
mengatakan TUK : Tegang
3. Ciptakan suasana
dirinya takut, 1) Klien dapat Menurun
terapeutik untuk
cemas, dan menjalin dan c. Pola Tidur
menumbuhkan
khawatir akan mempertahan Membaik
kepercayaan :
kesembuhan kan d. Pucat
3.1. Beri salam setiap
penyakit dan hubungan Menurun
interaksi
luka operasi, saling e. Keberdayaan
3.2. Perkenalkan nama,
Kontak mata percaya Membaik
nama panggilan
ada, klien 2) Klien dapat
perawat dan tujuan
kooperatif, mengenal
perawat
Klien sesekali ansietasnya
berkenalan
terlihat
3.3. Tanyakan dan
melamun,Klie
panggil nama
n dan keluarga
kesukaan klien
tampak cemas,
3.4. Tunjukkan sikap
Klien tampak
jujur dan menepati
gelisah, Klien
janji setiap
dan keluarga
berinteraksi
bertanya-tanya
dengan klien
tentang kondisi
3.5. Tanyakan
klien saat ini,
perasaan klien dan

29
Wajah tampak masalah yang
tegang, dihadapi klien
Mukosa bibir 3.6. Buat kontrak
kering, Wajah interaksi yang
tampak jelas
memerah, 3.7. Dengarkan dengan
Tekanan darah penuh perhatian
160/100 ekspresi perasaan
mmHg, Nadi klien
88 x/menit, RR 4. Temani pasien untuk
20 x/menit, mengurangi
Suhu 36,5˚C. kecemasan , jika
memungkinkan
5. Pahami situasi yang
membuat ansietas
6. Dengarkan dengan
penuh perhatian
7. Gunakan pedekatan
yang tenang dan
meyakinkan
8. Motivasi
mengidentifikasi
situasi yang memicu
kecemasan

Edukasi
9. Informasikan secara
faktual mengenai
diagnosis, pengobatan,
dan prognosis :
9.1. Mampu
mendemonstrasika
n cara mengatasi
ansietas

30
9.2. Jadilah pendengar
yang hangat dan
responsif
9.3. Beri waktu yang
cukup pada klien
untuk berespons
9.4. Diskusikan
tentang perasaan
klien saat sedang
menghadapi
masalah atau
tekanan.
9.5. Beri dukungan
pada klien untuk
mengekspresikan
perasaannya
9.6. Identifikasi situasi
yang membuat
klien ansietas
9.7. Bersama klien
identifikasi
penyebab ansietas
9.8. Bersama klien
identifikasi
perilaku akibat
ansietas
9.9. Beri reinforcement
positif
9.10. Bantu klien
untuk
mengidentifikasi
dan menguraikan
perasaannya.
10. Anjurkan keluarga
31
untuk tetap bersama
pasien, jika perlu
11. Latih teknik relaksasi
:
11.1. Diskusikan
masalah yang
dihadapi
keluarga
11.2. Jelaskan proses
tejadi, tanda
gejala,penyeba
b ansietas pada
anggota
keluarga
11.3. Ajarkan cara
merawat
anggota
keluarga
dengan latihan
relaksasi
11.4. Diskusikan
tanda-tanda
anggota
keluarga harus
dirujuk
11.5. Beri
reinforcement
positif

Kolaborasi
12. Kolaborasi
pemberian obat anti
ansietas, jika perlu

32
3.7. Implementasi dan Evaluasi Keperawatan
DX Hari / Tanggal Jam Implementasi Evaluasi Proses Ket
Selasa / 20 Oktober
2020 08:00 Observasi 1.1. P = Post operasi Apendiktomi,
1 WITA 1.1. Telah Mengidentifikasi lokasi, melakukan aktifitas
karakteristik, durasi, frekuensi,
Q = Seperti Tertimpa benda
kualitas nyeri
berat
08:15 1.2. Telah Mengidentifikasi skala
R = Daerah Abdomen
WITA nyeri
T = Hilang Timbul
1.2. S = Skala Nyeri 4
08:20
1.3. Telah Mengidentifikasi faktor 1.3. Faktor yang memperberat nyeri
WITA
yang memperberat dan adalah melakukan aktivitas dan
memperingan nyeri memperingan nyeri adalah
minum obat dan teknik relaksasi
08:30 Terapeutik
1.4. Pasien Merasa berkurang
WITA 1.4. Telah Memberikan Teknik
nyerinya dengan teknik relaksasi
nonfarmakologi untuk
napas dalam
08:45 mengurangi rasa nyeri
1.5. Suhu,Pencahayaan sudah sesuai
WITA 1.5. Telah Mengontrol lingkungan
dan kebisingan di
yang memperberat rasa nyeri
minimalisirkan
(mis. Suhu ruangan,
1.6. Pasien Istirahat dan tidur sesuai

33
09:00 pencahayaan, kebisingan) jadwal dan keinginan
WITA 1.6. Telah Memfasilitasi istirahat 1.7. Pasien memahami Penyebab,
dan tidur Periode dan Pemicu Nyeri
11:00 Pasien yaitu Penyakit yang
WITA dialami Pasien dan Saat
Edukasi
Beraktivitas
1.7. Telah Menjelaskan penyebab,
11:10 1.8. Pasien Memahami Teknik Non-
periode, dan pemicu nyeri
WITA Farmakologis yang diajarkan
1.8. Telah Mengajarkan Teknik
yaitu Teknik Relaksasi Napas
nonfarmakologis untuk
Dalam
mengurangi rasa nyeri
2.1. Tingkat Ansietas Meningkat
11:20 ketika Pasien mengingat akan
2 WITA kesembuhan penyakit dan luka
Observasi
operasi
11:35 2.1. Telah Mengidentifikasi saat 2.2. Tampak Pasien Gelisah
WITA tingkat  ansietas berubah 2.3. Pasien merasa nyaman
2.2. Telah memonitor tanda- berbincang dengan perawat
11:45 tanda ansietas (verbal dan 2.4. Pasien Merasa ingin ditemani
WITA nonverbal) 2.5. Pasien mengatakan perawat
mendengarkan keluh kesah
Terapeutik
11:55 pasien dengan penuh perhatian
WITA 2.3. Telah Menciptakan suasana 2.6. Perawat Menggunakan

34
terapeutik untuk Pendekatan Terapeutik dan
menumbuhkan kepercayaan sosial sebagai sesama manusia
12:15
2.7. Pasien Memahami dan
WITA 2.4. Telah Menemani pasien untuk
Mengerti mengenai diagnosis,
mengurangi kecemasan, jika
12:30 pengobatan dan prognosis, yaitu
memungkinkan 
menjelaskan kepada pasien
WITA
2.5. Telah Mendengarkan dengan tentang perawatan luka.
penuh perhatian 2.8. Keluarga Memahami untuk

2.6. Telah Menggunakan menemani pasien sebagai bentuk


12:45
pendekatan yang tenang dan dukungan sosial dan emosional
WITA meyakinkan 2.9. Pasien Mengungkapkan
Perasaannya bahwa pasien
Edukasi cemas kesembuhan penyakit
13:15
2.7. Telah Menginformasikan dan luka operasi.
WITA secara faktual mengenai
diagnosis, pengobatan dan
prognosis
13:30
2.8. Telah Menganjurkan keluarga
WITA
untuk tetap bersama pasien,
jika perlu 

35
2.9. Telah Menganjurkan
mengungkapkan perasaan dan
persepsi

Dx Hari/Tanggal/Tahu Jam Evaluasi Hasil Ket


n

Selasa / 20 Oktober 14.00 S:


2020  Klien mengatakan perasaan cemas dan was-wasnya sudah mulai
berkurang setelah berdiskusi dan berlatih bersama perawat dan setelah
berlatih teknik relaksasi napas dalam bersama.
 Klien mengatakan pikirannya sekarang sudah mulai tenang
 Klien mengatakan nyeri masih ada.
 P = Post operasi Apendiktomi, melakukan aktifitas

Q = Seperti Tertimpa benda berat


R = Daerah Abdomen
S = Skala Nyeri 4
T = Hilang Timbul
O:
 Kontak mata (+), klien kooperatif
 Keadaan umum sedang, kesadaran: compos mentis.
 Post op app, tampak luka post operasi.

36
 TD 140/90 mmHg, N : 88 x/menit, ST : 36,5˚C, RR : 20 x/menit

A:
 Nyeri belum teratasi
 Ansietas belum teratasi
 Defisit Pengetahuan belum teratasi
 Koping individu tidak efektif belum teratasi

P:
Lanjutkan Intervensi
 Berlatih teknik relaksasi tarik napas dalam secara mandiri
 TND dan distraksi mampu dilakukan dengan baik.
 Mengisi jadwal latihan tarik napas dalam secara teratur.
 Mempraktekkan distraksi: mengobrol dengan orang lain.
 Belajar melakukan alternatif koping yang konstruktif

DX Hari / Tanggal Jam Implementasi Evaluasi Proses Ket


Rabu / 21 Oktober Observasi
2020 08:00 1.1.Telah Mengidentifikasi lokasi, 1.1. P = Post operasi Apendiktomi,

37
1 WITA karakteristik, durasi, frekuensi, melakukan aktifitas
kualitas nyeri
Q = Seperti ditusuk Jarum
08:15 1.2. Telah Mengidentifikasi
R = Daerah Abdomen
WITA skala nyeri
T = Hilang Timbul
1.2. S = Skala Nyeri 3
08:20
1.3. Telah Mengidentifikasi 1.3. Faktor yang memperberat nyeri
WITA
faktor yang memperberat dan adalah melakukan aktivitas dan
memperingan nyeri memperingan nyeri adalah
minum obat dan teknik relaksasi
08:30
1.4. Pasien Merasa berkurang
WITA Terapeutik
nyerinya dengan teknik
1.4. Telah Memberikan Teknik
relaksasi napas dalam
nonfarmakologi untuk
1.5. Suhu,Pencahayaan sudah sesuai
08:45 mengurangi rasa nyeri
dan kebisingan di
WITA 1.5. Telah Mengontrol lingkungan
minimalisirkan
yang memperberat rasa nyeri
1.6. Pasien Istirahat dan tidur sesuai
(mis. Suhu ruangan,
jadwal dan keinginan
09:00 pencahayaan, kebisingan)
1.7. Pasien memahami Penyebab,
WITA 1.6. Telah Memfasilitasi istirahat
Periode dan Pemicu Nyeri
dan tidur
Pasien yaitu Penyakit yang
11:00
dialami Pasien dan Saat
WITA

38
Edukasi Beraktivitas
11:10 1.7. Telah Menjelaskan penyebab, 1.8. Pasien Memahami Teknik Non-
WITA periode, dan pemicu nyeri Farmakologis yang diajarkan
1.8. Telah Mengajarkan Teknik yaitu Teknik Relaksasi Napas
nonfarmakologis untuk Dalam
mengurangi rasa nyeri

2 11:20 2.1. Tingkat Ansietas Meningkat


WITA Observasi ketika Pasien mengingat akan
kesembuhan penyakit dan luka
2.1. Telah Mengidentifikasi
11:35 operasi
saat tingkat  ansietas
WITA 2.2. Pasien tampak lebih tenang
berubah
2.3. Pasien merasa nyaman
2.2. Telah memonitor tanda-
11:45 berbincang dengan perawat
tanda ansietas (verbal dan
WITA 2.4. Pasien Merasa ingin ditemani
nonverbal)
2.5. Pasien mengatakan perawat
Terapeutik mendengarkan keluh kesah
11:55 pasien dengan penuh perhatian
2.3. Telah Menciptakan suasana
WITA 2.6. Perawat Menggunakan
terapeutik untuk
Pendekatan Terapeutik dan
menumbuhkan kepercayaan
sosial sebagai sesama manusia
12:15 2.4. Telah Menemani pasien 2.7. Pasien Memahami dan

39
WITA Mengerti mengenai diagnosis,
untuk mengurangi
pengobatan dan prognosis, yaitu
kecemasan, jika
12:30
menjelaskan kepada pasien
memungkinkan 
WITA tentang perawatan luka.
2.5. Telah Mendengarkan 2.8. Keluarga Memahami untuk
dengan penuh perhatian menemani pasien sebagai bentuk

12:45 2.6. Telah Menggunakan dukungan sosial dan emosional

pendekatan yang tenang 2.9. Pasien Mengungkapkan


WITA
dan meyakinkan Perasaannya bahwa pasien
cemas kesembuhan penyakit
Edukasi dan luka operasi.
13:15
2.7. Telah Menginformasikan
WITA
secara faktual mengenai
diagnosis, pengobatan dan
prognosis
13:30
WITA 2.8. Telah Menganjurkan
keluarga untuk tetap
bersama pasien, jika perlu 

2.9. Telah Menganjurkan


mengungkapkan perasaan

40
dan persepsi

Dx Hari/Tanggal/Tahu Jam Evaluasi Hasil Ket


n

Rabu / 21 Oktober 14.00 S:


2020  Klien mengatakan perasaan cemas dan was-wasnya sudah mulai
berkurang setelah berdiskusi dan berlatih bersama perawat.
 Klien mengatakan sudah mempraktekkan teknik relaksasi tarik napas
dalam secara mandiri.
 Klien mengatakan nyeri mulai berkurang
 Klien mengatakan suami klien sudah lebih perhatian kepada klien

O:
 Keadaan umum sedang, kesadaran compos mentis.
 TD 130/80 mmHg, N 88 x/menit, S 36˚C, RR 20 x/menit
 Kontak mata (+), klien kooperatif
 Post op app, tampak luka post operasi.
 P = Post operasi Apendiktomi, melakukan aktifitas

Q = Seperti ditusuk Jarum


R = Daerah Abdomen
S = Skala Nyeri 2
T = Hilang Timbul

41
A:
 Nyeri teratasi sebagian
 Ansietas teratasi sebagian
 Defisit Pengetahuan teratasi sebagian
 Koping individu tidak efektif teratasi sebagian

P:
Lanjutkan Intevensi
 Berlatih teknik relaksasi tarik napas dalam secara mandiri
 Mengisi jadwal latihan napas dalam secara teratur.
 Mempraktekkan distraksi: mengobrol dengan orang lain.
 Belajar melakukan alternatif koping yang konstruktif.

DX Hari / Tanggal Jam Implementasi Evaluasi Proses Ket


Kamis / 22 Oktober Observasi
2020 08:00 1.1. Telah Mengidentifikasi lokasi, 1.1. P = Post operasi Apendiktomi,
1 WITA karakteristik, durasi, frekuensi, melakukan aktifitas
kualitas nyeri
Q = Nyeri Ringan Hampir
08:15 1.2. Telah Mengidentifikasi skala
tidak terasa
WITA nyeri
R = Daerah Abdomen
08:20
T = Hilang Timbul
WITA
1.3. Telah Mengidentifikasi faktor

42
yang memperberat dan memperingan 1.2. S = Skala Nyeri 1
nyeri 1.3. Faktor yang memperberat
08:30 nyeri adalah melakukan
WITA aktivitas dan memperingan
Terapeutik
nyeri adalah teknik relaksasi
1.4. Telah Memberikan Teknik
08:45 1.4. Pasien Merasa berkurang
nonfarmakologi untuk mengurangi
WITA nyerinya dengan melakukan
rasa nyeri
teknik relaksasi napas dalam
1.5. Telah Mengontrol lingkungan yang
09:00 1.5. Suhu,Pencahayaan sudah
memperberat rasa nyeri (mis. Suhu
WITA sesuai dan kebisingan di
ruangan, pencahayaan, kebisingan)
minimalisirkan
1.6. Telah Memfasilitasi istirahat dan
1.6. Pasien Istirahat dan tidur
tidur
11:00 sesuai jadwal dan keinginan
WITA 1.7. Pasien memahami Penyebab,
11:10 Edukasi Periode dan Pemicu Nyeri
WITA 1.7. Telah Menjelaskan penyebab, Pasien yaitu Penyakit yang
periode, dan pemicu nyeri dialami Pasien dan Saat
1.8. Telah Mengajarkan Teknik Beraktivitas
nonfarmakologis untuk mengurangi 1.8. Pasien Memahami Teknik
2 11:20 rasa nyeri Non-Farmakologis yang
WITA diajarkan yaitu Teknik
11:35

43
WITA Relaksasi Napas Dalam
Observasi
2.1. Tingkat Ansietas Pasien sudah
11:45 2.1. Telah Mengidentifikasi saat tingkat  tidak Meningkat
WITA ansietas berubah 2.2. Pasien Tampak Tenang
2.2. Telah memonitor tanda-tanda 2.3. Pasien merasa nyaman
ansietas (verbal dan nonverbal) berbincang dengan perawat

Terapeutik 2.4. Pasien Merasa ingin ditemani


11:55
2.5. Pasien mengatakan perawat
WITA 2.3. Telah Menciptakan suasana mendengarkan keluh kesah
terapeutik untuk menumbuhkan pasien dengan penuh perhatian
12:15 kepercayaan 2.6. Perawat Menggunakan
WITA
2.4. Telah Menemani pasien untuk Pendekatan Terapeutik dan

mengurangi kecemasan, jika sosial sebagai sesama manusia


12:30
memungkinkan  2.7. Pasien Memahami dan
WITA
Mengerti mengenai diagnosis,
2.5. Telah Mendengarkan dengan penuh
pengobatan dan prognosis,
perhatian
12:45 yaitu menjelaskan kepada

2.6. Telah Menggunakan pendekatan pasien tentang perawatan luka.


WITA 2.8. Keluarga Memahami untuk
yang tenang dan meyakinkan
menemani pasien sebagai
13:15 Edukasi
bentuk dukungan sosial dan
WITA

44
emosional
2.7. Telah Menginformasikan secara
13:30
2.9. Pasien Mengungkapkan
faktual mengenai diagnosis,
WITA Perasaannya bahwa pasien
pengobatan dan prognosis
cemas kesembuhan penyakit
2.8. Telah Menganjurkan keluarga untuk dan luka operasi.
tetap bersama pasien, jika perlu 

2.9. Telah Menganjurkan


mengungkapkan perasaan dan
persepsi

Dx Hari/Tanggal/Tahu Jam Evaluasi Hasil Ket


n

Kamis / 22 Oktober 14.00 S:


2020  Klien mengatakan sudah tidak cemas lagi
 Klien mengatakan sudah mempraktekkan teknik relaksasi napas dalam
secara mandiri dan teratur
 Klien mengatakan nyeri di luka bekas operasi tidak terasa dan tidak ada
 Klien mengatakan sudah bisa untuk miring kanan dan miring kiri
 Klien mengatakan suami klien sudah sangat perhatian dalam merawat dan
menemani klien

O:
 Keadaan umum sedang, kesadaran compos mentis.
45
 TD 130/80 mmHg, N 88 x/menit, S 36˚C, RR 20 x/menit
 Kontak mata (+), klien kooperatif
 Post op app, tampak luka post operasi.

A:
 Masalah Nyeri teratasi
 Masalah Ansietas teratasi
 Defisit Pengetahuan Teratasi
 Koping individu tidak efektif teratasi

P:
 Intervensi Dihentikan
 Memberitahukan Discharge Planning

46
47

Anda mungkin juga menyukai