PENDAHULUAN
1
ansietas lain. Di pelayanan kesehatan primer prevalensinya adalah: gangguan ansietas
menyeluruh 7,9%, dan gangguan panik/agoraphobia 2,6% (Maramis, 2009).
Terlihat jelas bahwa ansietas ini mempunyai dampak terhadap kehidupan
seseorang,baik dampak positif maupun dampak negatif. Apalagi bila ansietas ini dialami oleh
klien di rumah sakit. Berbagai situasi dan kondisi akan membuatnya semakin cemas. Oleh
karenanya perawat sebagai tenaga kesehatan profesional tidak boleh mengabaikan aspek
emosi ini dalam memberikas asuhan keperawatan.
1.3. Tujuan
1.3.1. Untuk Mengetahui Bagaimana Melaksanakan pengkajian data pada Pasien dengan
Masalah Psikososial : Kecemasan
1.3.2. Untuk Mengetahui Bagaimana Menganalisa data pada Pasien dengan Masalah
Psikososial : Kecemasan
1.3.3. Untuk Mengetahui Bagaimana Merumuskan diagnosa keperawatan pada Pasien
dengan Masalah Psikososial : Kecemasan
1.3.4. Untuk Mengetahui Bagaimana Merencanakan tindakan keperawatan pada Pasien
dengan Masalah Psikososial : Kecemasan
1.3.5. Untuk Mengetahui Bagaimana Mengimplementasikan rencana tindakan keperawatan
pada Pasien dengan Masalah Psikososial : Kecemasan
1.3.6. Untuk Mengetahui Bagaimana Mengevaluasi tindakan keperawatan pada Pasien
dengan Masalah Psikososial : Kecemasan
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
berguna, pandangan masa depan yang suram dan pesimistis, gagasan atau perbuatan
membahayakan diri atau bunuh diri, tidur terganggu, nafsu makan berkurang.
Keadaan cemas biasanya disertai dan diikuti dengan gejala depresi. Untuk diagnosis
dibutuhkan penentuan kriteria yang tepat antara berat ringannya gejala, penyebab serta
kelangsungan dari gejala apakah sementara atau menetap. Pada gangguan cemas lainnya
biasanya depresi adalah bentuk akhir bila penderita tidak dapat menyelesaikan masalah
yang dihadapi. Pada cemas menyeluruh depresi biasanya bersifat sementara dan lebih
ringan gejalanya dibanding kecemasan, gangguan penyesuaian memiliki gejala yang jelas
berkaitan erat dengan stres kehidupan.
2.1.2. Etiologi
Menurut Sylvia D. Elvira ( 2008 : 11 ) Ada beberapa faktor yang menyebabkan
kecemasan. Antara lain faktor Organ Biologi dan Faktor Psikoedukatif. Faktor organ
biologi adalah ketidakseimbangan zat kimia pada otak yang disebut neurotransmitter yang
disebabkan karena kurangnya oksigen. Faktor psikoedukatif adalah faktor-faktor psikologi
yang berpengaruh terhadap perkembangan kepribadian seseorang, baik hal yang
menentramkan, menyenangkan dan menyedihkan.
1. Faktor Predisposisi
Stressor predisposisi adalah semua ketegangan dalam kehidupan yang dapat
menyebabkan timbulnya kecemasan (Suliswati, 2005). Ketegangan dalam kehidupan
tersebut dapat berupa :
a. Peristiwa Traumatik, yang dapat memicu terjadinya kecemasan berkaitan dengan
krisis yang dialami individu baik krisis perkembangan atau situasional.
b. Konflik Emosional, yang dialami individu dan tidak terselesaikan dengan baik.
Konflik antara id dan superego atau antara keinginan dan kenyataan dapat
menimbulkan kecemasan pada individu.
c. Konsep diri terganggu akan menimbulkan ketidakmampuan individu berpikir
secara realitas sehingga akan menimbulkan kecemasan.
d. Frustasi akan menimbulkan rasa ketidakberdayaan untuk mengambil keputusan
yang berdampak terhadap ego.
e. Gangguan fisik akan menimbulkan kecemasan karena merupakan ancaman
terhadap integritas fisik yang dapat mempengaruhi konsep diri individu.
f. Pola mekanisme koping keluarga atau pola keluarga menangani stress akan
mempengaruhi individu dalam berespon terhadap konflik yang dialami karena pola
mekanisme koping individu banyak dipelajari dalam keluarga.
4
g. Riwayat gangguan kecemasan dalam keluarga akan mempengaruhi respons
individu dalam berespons terhadap konflik dan mengatasi kecemasannya.
h. Medikasi yang dapat memicu terjadinya kecemasan adalah pengobatan yang
mengandung benzodiazepin, karena benzodiazepine dapat menekan neurotransmiter
gamma amino butyric acid (GABA) yang mengontrol aktivitas neuron di otak yang
bertanggung jawab menghasilkan kecemasan.
2. Faktor presipitasi
Stresor presipitasi adalah semua ketegangan dalam kehidupan yang dapat
mencetuskan timbulnya kecemasan (Suliswati, 2005). Stressor presipitasi kecemasan
dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu :
a. Ancaman terhadap integritas fisik. Ketegangan yang mengancam integritas fisik
yang meliputi :
Sumber Internal, meliputi kegagalan mekanisme fisiologis sistem imun, regulasi
suhu tubuh, perubahan biologis normal (misalnya : hamil).
Sumber Eksternal, meliputi paparan terhadap infeksi virus dan bakteri, polutan
lingkungan, kecelakaan, kekurangan nutrisi, tidak adekuatnya tempat tinggal.
b. Ancaman terhadap harga diri meliputi sumber internal dan eksternal :
Sumber Internal : kesulitan dalam berhubungan interpersonal di rumah dan
tempat kerja, penyesuaian terhadap peran baru. Berbagai ancaman terhadap
integritas fisik juga dapat mengancam harga diri.
Sumber Eksternal : kehilangan orang yang dicintai, perceraian, perubahan status
pekerjaan, tekanan kelompok, sosial budaya.
3. Rentang Respon Kecemasan
5
Berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-hari dan menyebabkan
seseorang menjadi waspada dan menghasilkan lahan persepsinya. Kecemasan
dapat memotivasi bekpar dan menghasilkan pertumbuhan dan kreatifitas.
b. Kecemasan Sedang
Memungkinkan seseorang untuk memusatkan pada hal yang penting dan
mengesampingkan yang lain. Sehingga seseorang mengalami perhatian yang
selektif namun dapat melakukan sesuatu yang lebih terarah. Dengan kata lain,
lapang persepsi terhadap lingkungan menurun. Individu lebih memfokuskan pada
hal yang penting saat itu dan mengesampingkan hal lain.
c. Kecemasan Berat
Sangat mengurangi lahan persepsi seseorang. Seseorang cenderung untuk
memusatkan pada sesuatu yang terinci dan spesifik dan tidak dapat berfikir pada
hal lain. Semua perilaku ditujukan untuk mengurangi ketegangan. Orang tersebut
memerlukan banyak pengarahan untuk dapat memusatkan pada satu area lain.
d. Tingkat Panik Dari Kecemasan
Berhubungan dengan terperangah, ketakutan dari orang yang mengalami panik
tidak mampu melakukan sesuatu walaupun dengan pengarahan. Panik melibatkan
disorganisasi kepribadian. Dengan panik, terjadi peningkatan aktifitas motorik,
menurunnya kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain, persepsi yang
menyimpang dan kehilangan pemikiran yang rasional. Tingkat kecemasan ini
tidak sejalan dengan kehidupan, dan juga berlangsung terus dalam waktu yang
lama, dapat terjadi kelelahan yang sangat, bahkan kematian. Pada tingkat ini
individu sudah tidak dapat mengontrol diri lagi dan tidak dapat melakukan apa-
apa lagi walaupun sudah diberi pengarahan.
4. Tanda Dan Gejala Kecemasan
1. Respons fisik :
a. Kardiovaskular :
Palpitasi, Jantung Bedebar, Tekanan Darah Meninggi, Denyut Nadi Cepat
b. Pernafasan :
Napas Cepat, Napas Pendek, Tekanan Pada Dada , Napas Dangkal,
Pembengkakan Pada Tenggorokan, Terengah-Engah
c. Neuromuskular :
Refleks Meningkat, Insomnia, Tremor, Gelisah, Wajah Tegang, Kelemahan
Umum, Kaki Goyah, Gerakan Yang Janggal
6
d. Gastrointestinal :
Anoreksia, Diare/Konstipasi, Mual, Rasa Tidak Nyaman Pd Abdomen
e. Traktur Urinarius :
Sering Berkemih Dan Tidak Dapat Menahan Kencing
f. Kulit :
Wajah Kemerahan, Berkeringat, Gatal, Rasa Panas Pada Kulit
2. Respons Kognitif :
Lapang persepsi menyempit, tidak mampu menerima rangsang luar, berfokus
pada apa yang menjadi perhatiannya
3. Respons Perilaku :
Gerakan tersentak-sentak, bicara berlebihan dan cepat, perasaan tidak aman
4. Respons Emosi :
Menyesal, iritabel, kesedihan mendalam, takut, gugup, sukacita berlebihan,
ketidakberdayaan meningkat secara menetap, ketidakpastian, kekhawatiran
meningkat, fokus pada diri sendiri, perasaan tidak adekuat, ketakutan, distressed,
khawatir, prihatin
5. Penatalaksanaan Kecemasan
Menurut Hawari (2008) penatalaksanaan ansietas pada tahap pencegahaan dan terapi
memerlukan suatu metode pendekatan yang bersifat holistik, yaitu mencangkup fisik
(somatik), psikologik atau psikiatrik, psikososial dan psikoreligius. Selengkpanya
seperti pada uraian berikut :
1. Upaya meningkatkan kekebalan terhadap stress, dengan cara :
a. Makan makanan yang berigizi dan seimbang
b. Tidur yang cukup
c. Olahraga yang teratur
d. Tidak merokok dan tidak minum minuman keras
2. Terapi Psikofarmaka
Terapi psikofarmaka yang sering dipakai adalah obat anti cemas (anxiolytic), yaitu
seperti diazepam, clobazam, bromazepam, lorazepam, buspirone HCl, meprobamate
dan alprazolam.
3. Terapi Somatik
Gejala atau keluhan fisik (somatik) sering dijumpai sebagai gejala ikutan atau
akibat dari kecemasan yang bekerpanjangan. Untuk menghilangkan keluhan-
7
keluhan somatik (fisik) itu dapat diberikan obat-obatan yang ditujukan pada organ
tubuh yang bersangkutan.
4. Psikoterapi
Psikoterapi diberikan tergantung dari kebutuhan individu, antara lain
a. Psikoterapi Suportif
b. Psikoterapi Re-Edukatif
c. Psikoterapi Re-Konstruktif
d. Psikoterapi Kognitif
e. Psikoterapi Psikodinamik
f. Psikoterapi Keluarga
5. Terapi Psikoreligius
Untuk meningkatkan keimanan seseorang yang erat hubungannya dengan
kekebalan dan daya tahan dalam menghadapi berbagai problem kehidupan yang
merupakan stressor psikososial.
8
c. Teori Perilaku.
Ansietas merupakan produk frustasi yaitu segala sesuatu yang mengganggu
kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Daftar
tentang pembelajaran meyakini bahwa individu yang terbiasa dalam
kehidupan dininya dihadapkan pada ketakutan yng berlebihan lebih sering
menunjukkan ansietas pada kehidupan selanjutnya.
d. Kajian Keluarga.
Menunjukkan bahwa gangguan ansietas merupakan hal yang biasa ditemui
dalam suatu keluarga. Ada tumpang tindih dalam gangguan ansietas dan
antara gangguan ansietas dengan depresi.
e. Kajian Biologis.
Menunjukkan bahwa otak mengandung reseptor khusus benzodiazepine.
Reseptor ini mungkin membantu mengatur ansietas penghambat dalam
aminobutirik. Gamma neuroregulator (GABA) juga mungkin memainkan
peran utama dalam mekanisme biologis berhubungan dengan ansietas
sebagaimana halnya endorfin. Selain itu telah dibuktikan kesehatan umum
seseorang mempunyai akibat nyata sebagai predisposisi terhadap ansietas.
Ansietas mungkin disertai dengan gangguan fisik dan selanjutnya
menurunkan kapasitas seseorang untuk mengatasi stressor.
2.2.1.2. Faktor Presipitasi.
Stressor pencetus mungkin berasal dari sumber internal atau eksternal. Stressor
pencetus dapat dikelompokkan menjadi 2 kategori :
a. Ancaman terhadap integritas seseorang meliputi ketidakmampuan fisiologis
yang akan datang atau menurunnya kapasitas untuk melakukan aktifitas
hidup sehari- hari.
b. Ancaman terhadap sistem diri seseorang dapat membahayakan identitas,
harga diri dan fungsi sosial yang terintegrasi seseorang.
2.2.1.3. Perilaku.
Kecemasan dapat diekspresikan secara langsung melalui perubahan fisiologi
dan perilaku dan secara tidak langsung melalui timbulnya gejala atau
mekanisme koping dalam upaya melawan kecemasan. Intensitas perilaku akan
meningkat sejalan dengan peningkatan tingkat kecemasan.
9
a. Respon Fisiologis Terhadap Ansietas.
Kardiovaskuler Palpitasi.
Jantung berdebar.
Tekanan darah meningkat dan denyut nadi menurun.
Rasa mau pingsan dan pada akhirnya pingsan.
10
Kulit Rasa terbakar pada mukosa.
Berkeringat banyak pada telapak tangan.
Gatal-gatal.
Perasaan panas atau dingin pada kulit.
Muka pucat dan bekeringat diseluruh tubuh.
Sistem Respons
Perilaku Gelisah.
Ketegangan fisik.
Tremor.
Gugup.
Bicara cepat.
Tidak ada koordinasi.
Kecenderungan untuk celaka.
Menarik diri.
Menghindar.
Terhambat melakukan aktifitas.
11
Khawatir yang berlebihan.
Hilang menilai objektifitas.
Takut akan kehilangan kendali.
Takut yang berlebihan.
12
b. Mekanisme pertahanan ego, membantu mengatasi ansietas ringan dan
sedang, tetapi jika berlangsung pada tingkat sadar dan melibatkan penipuan
diri dan distorsi realitas, maka mekanisme ini dapat merupakan respon
maladaptif terhadap stress.
2.2.2. Diagnosa
Adapun diagnosa yang biasanya muncul pada kecemasan adalah :
1. Penyelesaian Kerusakan
2. Kecemasan
3. Pola Napas Tidak Efektif
4. Koping Individu Tidak Efektif
5. Diam
6. Gangguan Pembagian Bidang Energi
7. Ketakutan
8. Inkontinensial
9. Stres
10. Perubahan Nutrisi
11. Respon Pasca Trauma
12. Ketidakberdayaan
13. Gangguan Harga Diri
14. Gangguan Pola Tidur
15. Isolasi Sosial
16. Perubahan Proses Berfikir
17. Gangguan Eliminasi Urine
2.2.3. Intervensi
1. Tujuan Umum : Klien akan mengurangi ansietasnya dari tingkat ringan hingga
panik.
2. Tujuan khusus : Klien mampu untuk :
a. Membina hubungan saling percaya.
b. Melakukan aktifitas sehari-hari.
c. Mengekspresikan dan mengidentifikasi tentang
kecemasannya.
d. Mengidentifikasi situasi yang menyebabkan ansietas.
e. Meningkatkan kesehatan fisik dan kesejahteraannya.
f. Klien terlindung dari bahaya.
13
1. Ansietas Ringan.
2. Ansietas Sedang.
3. Ansietas Berat
15
Individu Diare atau konstipasi tanda-tanda
tidak mampu Perubahan kardivaskuler peningkatan
berfikir Takikardia agitasi.
realistis dan Palpitasi Jangan
membutuhka mennyentuh klien
Rasa tidak nyaman pada
n banyak tanpa permisi
prekokardia
pengarahan,
Berkurangnya jarak persepsi secara Yakinkan klien
untuk dapat bahwa dia aman
berat
memusatkan Kaji keamanan
Ketidakmampuan untuk
pada daerah dalam lingkungan
berkonsentrasi
lain. sekitarnya
Rasa terbakar
Kesulitan dan ketidaktepatan
pengungkapan
Aktivitas yang tidak berguna
Bermusuhan
4. Panik
16
kacau. lingkungan dan ancaman lain
Perilaku kacau dalam Isolasikan klien pada
usaha melarikan diri daerah yang aman dan
Menyerang nyaman
Lanjut dengan perawatan
ansietas berat
c. TUK 3
Pasien dapat memperluas kesadaranya terhadap perkembangan ansietas
17
Intervensi :
d. TUK 4
Pasien dapat menggunakan mekanisme koping yang adaptif
Intervensi :
1) Gali cara pasien mengurangi ansietas dimasa lalu
e. TUK 5
Pasien dapat menggunakan teknik relaksasi
Intervensi :
1) Ajarkan pasien teknik relaksasi untuk meningkatkan kontrol dan rasa
percaya diri
2) Dorong pasien untuk menggunakan relaksasi dalam menurunkan tingkat
ansietas.
18
BAB III
TINJAUAN KASUS
3.1. Pengkajian
A. Identitas Klien
Nama : Ny.L
Umur : 56 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Kristen
Pendidikan : S1
Pekerjaan : Guru
Suku bangsa : Minahasa
Status marital : Menikah
Alamat lengkap : Karombasan Selatan,Kec.Wanea,Kota Manado
B. Keluhan Utama
Klien mengatakan dirinya takut, cemas, dan khawatir akan kesembuhan penyakit dan
luka operasi.
C. Riwayat Kesehatan
Ny.L datang ke RSUP Prof.dr.RD.Kandou Malalayang Manado dengan keluhan nyeri
perut bagian kanan bawah yang sudah terjadi sejak ± 3 bulan yang lalu. Nyeri hilang
timbul dan menjalar sampai keseluruh bagian perut dan ulu hati. Sebelum masuk rumah
sakit klien mengalami demam, mual, dan muntah. Klien tidak mengalami masalah dalam
gangguan eliminasi baik BAB maupun BAK. Diagnosis medis klien adalah appendiksitis
dan dilakukan operasi setelah itu klien dipulangkan akan tetapi tetap melakukan kontrol di
Poli Bedah. Selain appendiksitis klien juga memiliki riwayat hipertensi yang tidak
terkontrol. Tekanan darah klien ini diketahui tinggi sejak 6 tahun yang lalu, setelah itu
klien tidak mengkonsumsi obat anti hipertensi. Pola makan klien adalah menyukai
makanan asin, mengkonsumsi ikan asin, dan gorengan.Setelah dioperasi klien
merasakannyeri pada luka jahitan (abdomen) terutama jika melakukan aktifitas.
19
Masalah Keperawatan : Gangguan Alam Perasaan : Kecemasan, Kurang Pengetahuan
Keluarga Dalam Merawat Klien Dirumah.
D. Pengkajian PQRST
P = Post operasi Apendiktomi,melakukan aktifitas
Q = Seperti Tertimpa benda berat
R = Daerah Abdomen
S = Skala Nyeri 4
T = Hilang Timbul
E. Riwayat Alergi
Makanan (-) Minuman (-) Obat-Obatan (-)
F. Riwayat Konsumsi Alkohol dan Merokok
Minuman Beralkohol (-) Merokok (-)
G. Faktor Predisposisi
Klien tidak memiliki riwayat gangguan jiwa dan tidak mengalami aniaya fisik, seksual,
Penolakan, kekerasan dalam keluarga, dan tindakan kriminal.
1. Faktor perkembangan
Tekanan darah klien ini diketahui tinggi sejak 6 tahun yang lalu, setelah itu klien tidak
mengkonsumsi obat anti hipertensi.Klien tidak mempunyai pengalaman masa lalu yang
tidak menyenangkan
2. Faktor Komunikasi Dalam Keluarga
Klien mengatakan komunikasi dengan suaminya kurang karena suaminya terkesan cuek
dengan dirinya dan anak-anak.Klien sering menceritakannya kepada Anak-anaknya.
Klien mengatakan saudara-saudaranya tinggal jauh dan jarang berkomunikasi.
3. Faktor psikologis
Klien termasuk tipe orang yang terbuka, dan tidak merasa dirinya tidak berharga Klien
tidak memiliki riwayat sakit jiwa dan tidak mengalami aniaya fisik, seksual, Penolakan,
kekerasan dalam keluarga, dan tindakan kriminal.Tidak Ada Keluarga klien yang
mempunyai riwayat gangguan jiwa dan tidak mengalami aniaya fisik, seksual,
Penolakan, kekerasan dalam keluarga, dan tindakan Kriminal.
4. Faktor genetik
Dalam keluarga tidak ada yang menderita penyakit yang sama dengan klien. Adik
pertama klien memiliki riwayat hipertensi.Ayah klien meninggal sudah meninggal tapi
bukan karena hipertensi.
20
D. Faktor Presipitasi
1. Faktor Sosial Budaya
Klien tidak mempunyai hambatan dengan sosial budayanya.
2. Faktor Biokimia
Adanya rasa khawatir karena penyakitnya sekarang dan khawatir adanya komplikasi
yang lain.
3. Faktor Psikologis
Adanya masalah yang tidak hilang-hilang (Penyakitnya). Dimana Klien mengatakan
banyak sekali hal yang dicemaskan mulai dari operasi yang akan dilakukan karena ini
merupakan operasi pertamanya, masalah anak-anaknya yang saat ini berada di rumah.
E. Pemeriksaan Fisik
1. Tanda-Tanda Vital
TD : 160 / 100 mmHg N : 88 x/mt S : 36.7 0C P: 22 x/mt
2. Ukur
TB : 155 cm BB : 64 kg ( ) turun (* ) naik
3. Keluhan Fisik ( ) ya (*) tidak
Klien mengatakan menderita hipertensi sejak 6 tahun yang lalu.
F. Psikososial
1. Genogram
21
Klien adalah anak pertama dari tiga bersaudara. Klien berumur 56 tahun. Klien sudah
menikah dan memiliki 3 orang anak. Klien tinggal serumah dengan suami dan 3 orang
anaknya. Klien mengatakan komunikasi. Orang yang terdekat dengan klien adalah
Anak-anaknya. Pengambilan keputusan lebih didominasi oleh suami klien. Ayah klien
meninggal sudah meninggal tapi bukan karena hipertensi.
2. Konsep Diri
a. Gambaran tubuh
Klien tampak terlihat gemuk, namun klien merasa biasa saja dengan tubuhnya.
Bagi klien bertubuh gemuk itu lumrah bagi ibu-ibu yang sudah memiliki anak.
klien tidak merasa terganggu dengan bentuk tubuhnya sekarang.
b. Identitas diri
Klien bekerja sebagai Guru di Sekolah Dasar yang terletak dekat dengan rumah
klien. Biasanya klien menghabiskan waktu luangnya dengan menonton TV dan
berbincang-bincang dengan anak dan suaminya. Semenjak sakit klien masih dapat
beraktivitas tapi sudah tidak bisa seperti dahulu. Klien mengatakan puas dilahirkan
sebagai seorang wanita dan bisa menjadi ibu serta seorang istri.
c. Peran diri
Klien berperan sebagai ibu rumah tangga dan guru. Menurut klien, klien mampu
melaksanakan tugas tersebut dengan baik.Semenjak sakit klien tidak bisa
memenuhi perannya.
d. Ideal Diri
Harapan klien saat ini adalah ingin sembuh dan ingin keluarganya yaitu anak-anak
dan suaminya untuk lebih mengerti akan kondisi dirinya saat ini. Klien ingin segera
sembuh untuk melaksanakan tugas kesehariannya sebagai seorang ibu,istri dan
guru.Klien mengatakan bercita-cita untuk bisa menyekolahkan anaknya setinggi-
tingginya.
e. Harga Diri
Klien merasa tidak ada masalah dalam berhubungan dengan keluarga dan orang
lain.
3. Hubungan Sosial
Klien memiliki orang yang berarti dalam kehidupannya yaitu suami dan anaknya.
Klien mengatakan lebih banyak memendam masalahnya sendiri daripada
membicarakannya dengan keluarga. Klien senang mengikuti arisan yang diadakan
dengan tetangga-tetangganya.
22
4. Spiritual
Klien beragama Kristen dan yakin dengan adanya Tuhan Yang Maha Esa. Klien
mengatakan Selalu Mengikuti Ibadah dan Rajin Berdoa dan berharap diberi
kesembuhan atas penyakitnya.
G. Status Mental
1. Penampilan
Klien berpenampilan rapi, pakaian yang digunakan sesuai dengan tempatnya.
Rambut klien tersisir rapi. Rambut Pendek Sebahu.
2. Pembicaraan
Klien berbicara dengan jelas. Klien menjawab pertanyaan yang diberikan dengan
tepat, selama proses wawancara klien berbicara mengenai satu topik dengan jelas
(Isi pembicaraan). Klien tampak gelisah selama wawancara dan observasi
3. Aktivitas motorik
Saat wawancara klien tampak tenang dalam berbicara, tidak ada gerakan yang
diulang-ulang ataupun gemetar. Namun saat membicarakan penyakitnya klien
tampak sedikit cemas. Klien tampak lesu, gelisah dan tak bergairah.
4. Alam perasaan
Klien mengatakan terkadang khawatir dengan kondisinya, takut ada komplikasi lain
serta klien mengatakan sedih dan khawatir jika mengingat anak-anaknya. Klien
tidak menunjukkan ekspresi yang berlebihan saat sedih maupun gembira. Klien
terlihat senang saat menceritakan pengalamannya yang menyenangkan.
5. Afek
Dari hasil observasi afek yang ditunjukkan klien sesuai dengan stimulus yang
diberikan.
6. Interaksi selama wawancara
Selama proses wawancara, Klien mau menjawab pertanyaan perawat. Kontak
mata klien ada dan klien menatap wajah perawat saat wawancara dan mau menjawab
pertanyaan perawat dengan panjang lebar.
7. Persepsi
Keluarga mengatakan klien tidak pernah berbicara sendiri. Klien mengatakan tidak
pernah mengalami halusinasi.
8. Proses pikir
Selama wawancara, pembicaraan klien singkat dan tidak berbelit-belit dan ada
hubungannya antara satu kalimat dengan kalimat lainnya dalam satu topik.
23
9. Isi pikir
Selama wawancara tidak ditemukan gangguan isi pikir. Pemikiran klien realistis.
10. Tingkat kesadaran
Klien menyadari bahwa dia sedang berada di rumahnya, klien juga sadar dan
mengenal dengan siapa dia berbicara dan lingkungannya. Tingkat kesadaran klien
terhadap waktu, orang dan tempat jelas.
11. Memori
Klien dapat mengingat peristiwa yang terjadi pada dirinya baik di masa lalu
maupun saat ini. Klien juga ingat ketika ditanyakan apakah tadi klien sudah
makan atau belum, jam berapa. Klien tidak mengalami gangguan daya ingat baik
jangka panjang maupun jangka pendek.
12. Tingkat konsentrasi dan berhitung
Selama wawancara, konsentrasi klien baik dan fokus terhadap apa yang ditanyakan.
Klien bersekolah sampai tingkat SMA.Klien dapat berhitung sederhana.
13. Kemampuan penilaian
Saat diberikan pilihan seperti apakah klien mendahulukan kegiatan bersekolah atau
menyiapkan sarapan untuk keluarga. Klien memilih menyiapkan sarapan terlebih
dahulu karena kalau sudah membuat sarapan klien bisa melakukan proses PBM di
sekolah.
14. Daya tilik diri
Klien mengetahui penyakit yang dideritanya.
H. Pola Makan dan Eliminasi
1. Makan dan minum
Klien makan 3 kali sehari dengan porsi lebih sedikit dari biasanya (sebelum sakit
seperti sekarang) tapi habis, klien dapat makan tanpa bantuan. Keluarga hanya
mengambilkan makanan.
2. BAB/BAK
Klien dapat BAK dan BAB sendiri, namun suami yang membantu membawa ke WC.
3. Mandi
Klien mandi dibantu oleh keluarga, mandi 2x sehari. Klien mandi menggunakan
sabun, shampo, dan juga sikat gigi.
4. Berpakaian/Berhias
Klien mengganti pakaian dengan bantuan keluarga.
5. Istirahat dan Tidur
24
Klien tidurnya tercukupi namun setelah operasi kecukupan tidur klien berkurang
6. Penggunaan Obat
Klien mampu minum obat secara mandiri.
7. Kegiatan di Dalam Rumah
Klien mengatakan hanya menonton TV, berbincang-bincang dengan keluarga
dirumah.
8. Kegiatan di luar rumah
Klien mengatakan klien melakukan tugas sebagai Guru yaitu melakukan Proses
Belajar Mengajar dan Membuat Laporan Harian.
3. Mekanisme Koping
Klien mengatakan setiap mempunyai masalah selalu menceritakannya kepada
keluarganya.
4. Kurang Pengetahuan Tentang
Klien mengatakan sudah lama tidak kontrol kondisinya ke pelayanan kesehatan,
Keluarga mengatakan bingung melihat kondisi Ny.L seperti ini, tidak tahu cara
perawatannya dirumah.
5. Aspek Medis
Keluarga mengatakan dokter rumah sakit menyatakan Ny.L terkena appendiksitis
kronik dan hipertensi.
Terapi medik :
Nifedipime 10 mg (ekstra)
Amlodipine 1x10 mg
Valsartan 1x80 mg
HCT 1x1
Ceftriaxone 2 gram
25
3.2. Analisa Data
Data objektif:
26
berkomunikasi.
Data objektif:
DO :
27
3.4. Pohon Masalah
Kecemasan
Defisit Pengetahuan
28
3.6. Rencana Asuhan Keperawatan
No Diagnosis Rencana Tindakan keperawatan Ket
Tujuan Kriteria Hasil Intervensi
Keperawatan
1 Ansietas Setelah Verbalisasi Reduksi Ansietas
berhubungan dilakukan khawatir akibat (1.09314)
dengan krisis tindakan kondisi yang observasi
situasional, keperawatan dihadapi 1. Identifikasi saat
29
Wajah tampak masalah yang
tegang, dihadapi klien
Mukosa bibir 3.6. Buat kontrak
kering, Wajah interaksi yang
tampak jelas
memerah, 3.7. Dengarkan dengan
Tekanan darah penuh perhatian
160/100 ekspresi perasaan
mmHg, Nadi klien
88 x/menit, RR 4. Temani pasien untuk
20 x/menit, mengurangi
Suhu 36,5˚C. kecemasan , jika
memungkinkan
5. Pahami situasi yang
membuat ansietas
6. Dengarkan dengan
penuh perhatian
7. Gunakan pedekatan
yang tenang dan
meyakinkan
8. Motivasi
mengidentifikasi
situasi yang memicu
kecemasan
Edukasi
9. Informasikan secara
faktual mengenai
diagnosis, pengobatan,
dan prognosis :
9.1. Mampu
mendemonstrasika
n cara mengatasi
ansietas
30
9.2. Jadilah pendengar
yang hangat dan
responsif
9.3. Beri waktu yang
cukup pada klien
untuk berespons
9.4. Diskusikan
tentang perasaan
klien saat sedang
menghadapi
masalah atau
tekanan.
9.5. Beri dukungan
pada klien untuk
mengekspresikan
perasaannya
9.6. Identifikasi situasi
yang membuat
klien ansietas
9.7. Bersama klien
identifikasi
penyebab ansietas
9.8. Bersama klien
identifikasi
perilaku akibat
ansietas
9.9. Beri reinforcement
positif
9.10. Bantu klien
untuk
mengidentifikasi
dan menguraikan
perasaannya.
10. Anjurkan keluarga
31
untuk tetap bersama
pasien, jika perlu
11. Latih teknik relaksasi
:
11.1. Diskusikan
masalah yang
dihadapi
keluarga
11.2. Jelaskan proses
tejadi, tanda
gejala,penyeba
b ansietas pada
anggota
keluarga
11.3. Ajarkan cara
merawat
anggota
keluarga
dengan latihan
relaksasi
11.4. Diskusikan
tanda-tanda
anggota
keluarga harus
dirujuk
11.5. Beri
reinforcement
positif
Kolaborasi
12. Kolaborasi
pemberian obat anti
ansietas, jika perlu
32
3.7. Implementasi dan Evaluasi Keperawatan
DX Hari / Tanggal Jam Implementasi Evaluasi Proses Ket
Selasa / 20 Oktober
2020 08:00 Observasi 1.1. P = Post operasi Apendiktomi,
1 WITA 1.1. Telah Mengidentifikasi lokasi, melakukan aktifitas
karakteristik, durasi, frekuensi,
Q = Seperti Tertimpa benda
kualitas nyeri
berat
08:15 1.2. Telah Mengidentifikasi skala
R = Daerah Abdomen
WITA nyeri
T = Hilang Timbul
1.2. S = Skala Nyeri 4
08:20
1.3. Telah Mengidentifikasi faktor 1.3. Faktor yang memperberat nyeri
WITA
yang memperberat dan adalah melakukan aktivitas dan
memperingan nyeri memperingan nyeri adalah
minum obat dan teknik relaksasi
08:30 Terapeutik
1.4. Pasien Merasa berkurang
WITA 1.4. Telah Memberikan Teknik
nyerinya dengan teknik relaksasi
nonfarmakologi untuk
napas dalam
08:45 mengurangi rasa nyeri
1.5. Suhu,Pencahayaan sudah sesuai
WITA 1.5. Telah Mengontrol lingkungan
dan kebisingan di
yang memperberat rasa nyeri
minimalisirkan
(mis. Suhu ruangan,
1.6. Pasien Istirahat dan tidur sesuai
33
09:00 pencahayaan, kebisingan) jadwal dan keinginan
WITA 1.6. Telah Memfasilitasi istirahat 1.7. Pasien memahami Penyebab,
dan tidur Periode dan Pemicu Nyeri
11:00 Pasien yaitu Penyakit yang
WITA dialami Pasien dan Saat
Edukasi
Beraktivitas
1.7. Telah Menjelaskan penyebab,
11:10 1.8. Pasien Memahami Teknik Non-
periode, dan pemicu nyeri
WITA Farmakologis yang diajarkan
1.8. Telah Mengajarkan Teknik
yaitu Teknik Relaksasi Napas
nonfarmakologis untuk
Dalam
mengurangi rasa nyeri
2.1. Tingkat Ansietas Meningkat
11:20 ketika Pasien mengingat akan
2 WITA kesembuhan penyakit dan luka
Observasi
operasi
11:35 2.1. Telah Mengidentifikasi saat 2.2. Tampak Pasien Gelisah
WITA tingkat ansietas berubah 2.3. Pasien merasa nyaman
2.2. Telah memonitor tanda- berbincang dengan perawat
11:45 tanda ansietas (verbal dan 2.4. Pasien Merasa ingin ditemani
WITA nonverbal) 2.5. Pasien mengatakan perawat
mendengarkan keluh kesah
Terapeutik
11:55 pasien dengan penuh perhatian
WITA 2.3. Telah Menciptakan suasana 2.6. Perawat Menggunakan
34
terapeutik untuk Pendekatan Terapeutik dan
menumbuhkan kepercayaan sosial sebagai sesama manusia
12:15
2.7. Pasien Memahami dan
WITA 2.4. Telah Menemani pasien untuk
Mengerti mengenai diagnosis,
mengurangi kecemasan, jika
12:30 pengobatan dan prognosis, yaitu
memungkinkan
menjelaskan kepada pasien
WITA
2.5. Telah Mendengarkan dengan tentang perawatan luka.
penuh perhatian 2.8. Keluarga Memahami untuk
35
2.9. Telah Menganjurkan
mengungkapkan perasaan dan
persepsi
36
TD 140/90 mmHg, N : 88 x/menit, ST : 36,5˚C, RR : 20 x/menit
A:
Nyeri belum teratasi
Ansietas belum teratasi
Defisit Pengetahuan belum teratasi
Koping individu tidak efektif belum teratasi
P:
Lanjutkan Intervensi
Berlatih teknik relaksasi tarik napas dalam secara mandiri
TND dan distraksi mampu dilakukan dengan baik.
Mengisi jadwal latihan tarik napas dalam secara teratur.
Mempraktekkan distraksi: mengobrol dengan orang lain.
Belajar melakukan alternatif koping yang konstruktif
37
1 WITA karakteristik, durasi, frekuensi, melakukan aktifitas
kualitas nyeri
Q = Seperti ditusuk Jarum
08:15 1.2. Telah Mengidentifikasi
R = Daerah Abdomen
WITA skala nyeri
T = Hilang Timbul
1.2. S = Skala Nyeri 3
08:20
1.3. Telah Mengidentifikasi 1.3. Faktor yang memperberat nyeri
WITA
faktor yang memperberat dan adalah melakukan aktivitas dan
memperingan nyeri memperingan nyeri adalah
minum obat dan teknik relaksasi
08:30
1.4. Pasien Merasa berkurang
WITA Terapeutik
nyerinya dengan teknik
1.4. Telah Memberikan Teknik
relaksasi napas dalam
nonfarmakologi untuk
1.5. Suhu,Pencahayaan sudah sesuai
08:45 mengurangi rasa nyeri
dan kebisingan di
WITA 1.5. Telah Mengontrol lingkungan
minimalisirkan
yang memperberat rasa nyeri
1.6. Pasien Istirahat dan tidur sesuai
(mis. Suhu ruangan,
jadwal dan keinginan
09:00 pencahayaan, kebisingan)
1.7. Pasien memahami Penyebab,
WITA 1.6. Telah Memfasilitasi istirahat
Periode dan Pemicu Nyeri
dan tidur
Pasien yaitu Penyakit yang
11:00
dialami Pasien dan Saat
WITA
38
Edukasi Beraktivitas
11:10 1.7. Telah Menjelaskan penyebab, 1.8. Pasien Memahami Teknik Non-
WITA periode, dan pemicu nyeri Farmakologis yang diajarkan
1.8. Telah Mengajarkan Teknik yaitu Teknik Relaksasi Napas
nonfarmakologis untuk Dalam
mengurangi rasa nyeri
39
WITA Mengerti mengenai diagnosis,
untuk mengurangi
pengobatan dan prognosis, yaitu
kecemasan, jika
12:30
menjelaskan kepada pasien
memungkinkan
WITA tentang perawatan luka.
2.5. Telah Mendengarkan 2.8. Keluarga Memahami untuk
dengan penuh perhatian menemani pasien sebagai bentuk
40
dan persepsi
O:
Keadaan umum sedang, kesadaran compos mentis.
TD 130/80 mmHg, N 88 x/menit, S 36˚C, RR 20 x/menit
Kontak mata (+), klien kooperatif
Post op app, tampak luka post operasi.
P = Post operasi Apendiktomi, melakukan aktifitas
41
A:
Nyeri teratasi sebagian
Ansietas teratasi sebagian
Defisit Pengetahuan teratasi sebagian
Koping individu tidak efektif teratasi sebagian
P:
Lanjutkan Intevensi
Berlatih teknik relaksasi tarik napas dalam secara mandiri
Mengisi jadwal latihan napas dalam secara teratur.
Mempraktekkan distraksi: mengobrol dengan orang lain.
Belajar melakukan alternatif koping yang konstruktif.
42
yang memperberat dan memperingan 1.2. S = Skala Nyeri 1
nyeri 1.3. Faktor yang memperberat
08:30 nyeri adalah melakukan
WITA aktivitas dan memperingan
Terapeutik
nyeri adalah teknik relaksasi
1.4. Telah Memberikan Teknik
08:45 1.4. Pasien Merasa berkurang
nonfarmakologi untuk mengurangi
WITA nyerinya dengan melakukan
rasa nyeri
teknik relaksasi napas dalam
1.5. Telah Mengontrol lingkungan yang
09:00 1.5. Suhu,Pencahayaan sudah
memperberat rasa nyeri (mis. Suhu
WITA sesuai dan kebisingan di
ruangan, pencahayaan, kebisingan)
minimalisirkan
1.6. Telah Memfasilitasi istirahat dan
1.6. Pasien Istirahat dan tidur
tidur
11:00 sesuai jadwal dan keinginan
WITA 1.7. Pasien memahami Penyebab,
11:10 Edukasi Periode dan Pemicu Nyeri
WITA 1.7. Telah Menjelaskan penyebab, Pasien yaitu Penyakit yang
periode, dan pemicu nyeri dialami Pasien dan Saat
1.8. Telah Mengajarkan Teknik Beraktivitas
nonfarmakologis untuk mengurangi 1.8. Pasien Memahami Teknik
2 11:20 rasa nyeri Non-Farmakologis yang
WITA diajarkan yaitu Teknik
11:35
43
WITA Relaksasi Napas Dalam
Observasi
2.1. Tingkat Ansietas Pasien sudah
11:45 2.1. Telah Mengidentifikasi saat tingkat tidak Meningkat
WITA ansietas berubah 2.2. Pasien Tampak Tenang
2.2. Telah memonitor tanda-tanda 2.3. Pasien merasa nyaman
ansietas (verbal dan nonverbal) berbincang dengan perawat
44
emosional
2.7. Telah Menginformasikan secara
13:30
2.9. Pasien Mengungkapkan
faktual mengenai diagnosis,
WITA Perasaannya bahwa pasien
pengobatan dan prognosis
cemas kesembuhan penyakit
2.8. Telah Menganjurkan keluarga untuk dan luka operasi.
tetap bersama pasien, jika perlu
O:
Keadaan umum sedang, kesadaran compos mentis.
45
TD 130/80 mmHg, N 88 x/menit, S 36˚C, RR 20 x/menit
Kontak mata (+), klien kooperatif
Post op app, tampak luka post operasi.
A:
Masalah Nyeri teratasi
Masalah Ansietas teratasi
Defisit Pengetahuan Teratasi
Koping individu tidak efektif teratasi
P:
Intervensi Dihentikan
Memberitahukan Discharge Planning
46
47