Anda di halaman 1dari 9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Penelitian Terdahulu

M. Nizarul Alam pada tahun 2007 telah melakukan penelitian

pengaruh antara kompetensi dan independensi terhadap kualitas audit

dengan etika auditor sebagai variable moderasi pada Kantor Akuntan

Publik di Jawa Timur, yang menjadi variable bebasnya adalah Kompetensi

dan independensi sedangkan variable terikatnya adalah kualitas audit.

Dalam penelitian ini menghasilkan bahwa kompetensi berpengaruh

signifikan terhadap kualitas audit dan penelitian ini juga menemukan bukti

empiris bahwa independensi berpengaruh signifikan terhadap kualitas

audit.

2.2. Tinjauan Pustaka

2.1.1. Pengertian Pemeriksaan

Menurut Arrens (2000:9) dalam Sri Nova Rina (2005:94)

mengemukakan pengertian pemeriksaan (auditing) adalah :

Auditing is the accumulation and evaluation of evidence about information


to determine and report on the degree of correspondence between the
information and established criteria. Auditing should be done by a
competent independent person.

Menurut A Statement of Basic Auditing Consept by Committee of

Auditing Consept dalam Auditing (Pusdiklat BPKP,2001: 173)

mengartikan bahwa auditing adalah suatu proses sistematik untuk

memperoleh dan mengevaluasi bukti-bukti secara obyektif mengenai suatu

11
pernyataan tentang kegiatan atau kejadian ekonomis untuk menentukan

tingkat kesesuaian antara pernyataan tersebut dengan kriteria yang telah

ditentukan, serta mengkomunikasikan hasilnya kepada pihak-pihak yang

berkepentingan

Dari pandangan para penulis tersebut dapat disarikan bahwa

pengertian auditing adalah proses kegiatan yang bertujuan untuk

meyakinkan tingkat kesesuaian antara suatu kondisi yang menyangkut

kegiatan dari suatu entitas dengan kriterianya, dilakukan oleh auditor yang

kompeten dan independen dengan mendapatkan dan mengevaluasi bukti-

bukti pendukungnya secara sistematis,analitis dan selektif guna

memberikan pendapat atau simpulan dan rekomendasi kepada pihak-pihak

yang berkepentingan. Definisi tersebut menunjukkan bahwa untuk

melaksanakan pemeriksaan, diperlukan informasi yang dapat dievaluasi

dan sejumlah kriteria yang dapat digunakan sebagai pegangan

pengevaluasian informasi tersebut. Informasi memiliki berbagai bentuk,

sedangkan kriteria untuk mengevaluasi informasi kuantitatif cukup

beragam dan pemeriksaan dilakukan oleh orang yang berkompeten dan

independen

Seorang auditor harus mempunyai kemampuan memahami kriteria

yang digunakan serta mampu menentukan jumlah bahan bukti yang

diperlukan untuk mendukung kesimpulan dan rekomendasi yang akan

diambilnya. Auditor harus pula mempunyai sikap yang independen.

Sekalipun auditor adalah ahli, apabila tidak mempunyai sikap independen

dalam mengumpulkan informasi akan tidak ada artinya, sebab informasi

12
yang digunakan untuk mengambil keputusan haruslah tidak bias. Tahap

terakhir setelah selesai dalam melakukan pemeriksaan adalah penyusunan

laporan audit yang merupakan alat penyampaian informasi kepada para

pemakai laporan.

2.1.2. Pengertian dan Fungsi Pemeriksaan Internal

Pengertian pemeriksaan internal menurut The Institute of Internal

Auditors (IIA) Tahun 1978 : “Audit Internal adalah suatu fungsi penilaian

independent yang dilakukan oleh auditor internal untuk menguji dan

mengevaluasi seluruh aktivitas organisasi dalam rangka memberikan

rekomendasi dan konsultasi kepada manajemen”

Defenisi di atas memuat unsur-unsur pokok yaitu:

1. Internal, yang menjelaskan bahwa pemeriksaan dilakukan oleh anggota

organisasi tersebut.

2. Fungsi penilaian yang bersifat independen dan objektivitas,

memperlihatkan bahwa tidak adanya pembatasan pada penilaian yang

dilakukan oleh auditor dan auditor internal harus memiliki sikap mental

yang obyektif, tidak memihak dan menghindari kemungkinan timbulnya

pertentangan kepentingan (conflict of interest).

3. Menguji dan mengevaluasi, menggambarkan bentuk alamiah dari

pemeriksaan internal sebagai pencari fakta dan merupakan suatu proses

subjektif dalam mengevaluasi hasil-hasilnya.

4. Aktivitas, yang menggambarkan bahwa seluruh aktivitas organisasi

berada dalam jangkauan pemeriksaan internal.

13
5. Rekomendasi dan konsultasi kepada Manajemen , menunjukkan bahwa

tujuan pemeriksaan internal adalah membantu atau memberikan

keuntungan pada manajemen organisasi secara keseluruhan.

Berdasarkan konsep di atas maka tujuan pemeriksaan internal secara

rinci adalah:

1. Memeriksa dan menilai baik tidaknya pelaksanaan pengendalian akuntansi

dan keuangan serta pengendalian operasional lainnya serta berusaha untuk

meningkatkan keefektifan dengan biaya yang wajar.

2. Memastikan dipatuhinya kebijakan, rencana dan prosedur yang telah

ditetapkan.

3. Memeriksa sejauh mana ketelitian dan kecermatan data akuntansi dan data

lainnya yang telah dikembangkan dalam perusahaan sehingga bisa

diandalkan.

4. Memeriksa sampai sejauh mana harta perusahaan dapat

dipertanggungjawabkan dan dilindungi dari berbagai penyimpangan

berupa kerugian dan pemborosan serta dampak-dampak lainnya.

5. Memeriksa dan menilai kualitas hasil kerja para personil dalam

menjalankan wewenang dan pertanggungjawaban yang dibebankan

kepadanya.

6. Memberikan saran-saran perbaikan (rekomendasi) atas aktivitas operasi

organisasi.

Dalam pemerintahan, auditor pemerintah bekerja berdasarkan Standar

Audit Aparat Pengawasan Intern Pemerintah yaitu Peraturan Menteri Aparatur

Negara No. PER/05/M.PAN/03/2008. Standar ini merupakan pedoman bagi

14
aparat auditor internal pemerintah guna tercapai standar mutu pelaksanaan dan

pelaporan yang memadai atas pengurusan dan pengelolaan keuangan

negara.Adapun standar keahlian individu yang melakukan audit internal

diantaranya adalah Independensi dan Kompetensi.

2.1.3 Independensi

Berdasarkan Kode Etik Akuntan tahun 1994 yang dikutip dari

artikel Mayang Sari dalam Sri Nova Rina (2005 : 22) disebutkan bahwa

independensi adalah sikap yang diharapkan dari seorang auditor untuk

tidak mempunyai kepentingan pribadi dalam pelaksanaan tugasnya, yang

bertentangan dengan prinsip integritas dan objektivitas. Setiap auditor

harus independen dari semua kepentingan yang bertentangan atau

pengaruh yang tidak layak. Berdasarkan pengertian di atas dapat

disimpulkan bahwa independensi merupakan sikap seseorang untuk

bertindak jujur, tidak memihak, dan melaporkan temuan-temuan hanya

berdasarkan bukti yang ada. Ada tiga aspek independensi seorang auditor

(Pusdiklat BPKP,2001: 153), yaitu sebagai berikut. (1) Independence in

fact (independensi senyatanya) yakni auditor harus mempunyai kejujuran

yang tinggi. (2) Independence in appearance (independensi dalam

penampilan) yang merupakan pandangan pihak lain terhadap diri auditor

sehubungan dengan pelaksanaan audit. Auditor harus menjaga

kedudukannya sedemikian rupa sehingga pihak lain akan mempercayai

sikap independensi dan objektivitasnya. (3) Independence in competence

(independensi dari sudut keahlian) yang berhubungan erat dengan

15
kompetensi atau kemampuan auditor dalam melaksanakan dan

menyelesaikan tugasnya.

Independensi tidak hanya merupakan sebuah slogan tetapi lebih

merupakan suatu keadaan yang dibutuhkan agar fungsi pemeriksaan

internal dapat eksis dan berfungsi dengan benar. Oleh karena itu

dibutuhkan integritas, objektivitas yang tinggi serta suatu kepribadian

yang tidak mudah dipengaruhi. Hal tersebut tidak akan bisa tercapai tanpa

adanya faktor independensi.

2.1.4 Kompetensi

Menurut Kamus Kompetensi LOMA (1998) dalam Alim (2007)

Kompetensi didefinisikan sebagai aspek–aspek pribadi dari seorang

pekerja yang memungkinkan dia untuk mencapai kinerja superior. Aspek-

aspek pribadi ini mencakup sifat, motif-motif, sistem nilai, pengetahuan

dan ketrampilan dimana kompetensi akan mengarahkan tingkah

laku,sedangkan tingkah laku akan menghasilkan kinerja. Susanto (2000)

dalam Alim (2007) definisi tentang kompetensi yang sering dipakai

adalah karakteristik yang mendasari individu untuk mencapai kinerja

superior. Kompetensi juga merupakan pengetahuan, ketrampilan dan

kemampuan yang berhubungan dengan pekerjaan serta kemampuan yang

dibutuhkan untuk melaksanakan pekerjaan non rutin.

Ashton (1991) dalam Alim (2007) menunjukan bahwa dalam

literatur psikologi pengetahuan spesifik dan lama pengalaman bekerja

sebagai faktor penting untuk meningkatkan kompetensi. Ashton juga

16
menjelaskan bahwa ukuran kompetensi tidak cukup hanya pengalaman

tetapi diperlukan pertimbangan lain dalam pembuatan keputusan yang baik

karena pada dasarnya manusia memiliki sejumlah unsur lain diluar

pengalaman. Alim (2007) menunjukkan kompetensi berpengaruh terhadap

kualitas audit, hal ini berarti bahwa kualitas audit dicapai jika auditor

memiliki kompetensi yang baik dimana kompetensi tersebut terdiri dari

dua dimensi yaitu pengalaman dan pengetahuan. Pengalaman kerja akan

meningkat seiring dengan semakin meningkatnya komplektisitas

pekerjaan. . Menurut pendapat Tubbs (1992) dalam Sri Nova Rina (2005 :

34) jika seorang auditor berpengalaman, maka (1) auditor menjadi sadar

terhadap lebih banyak kekeliruan, (2) auditor memiliki salah pengertian

yang lebih sedikit tentang kekeliruan, (3) auditor menjadi sadar mengenai

kekeliruan yang tidak lazim, dan (4) hal-hal yang terkait dengan penyebab

kekeliruan departemen tempat terjadinya kekeliruan dan pelanggaran serta

tujuan pengendalian internal menjadi relatif lebih menonjol. Jadi

berdasarkan hasil penelitian sebelumnya dapat dikatakan bahwa

kompetensi dibentuk dari latar belakang pendidikan, pengetahuan yang

diperoleh dari pendidikan dan Pelatihan serta pengalaman bekerja.

2.1.5 Hasil Audit Internal

Hasil Audit Internal dituangkan dalam suatu laporan yang disebut

dengan Laporan Hasil Audit. Laporan hasil audit merupakan dokumen

atau media komunikasi auditor, untuk menyampaikan tentang temuan dan

rekomendasi hasil audit kepada pejabat yang berwenang (Pusdiklat

17
BPKP,2001: 173). Dalam penelitian ini, hasil audit yang dimaksud adalah

temuan audit. Temuan audit berpangkal tolak dari perbandingan kondisi

(apa yang sebenarnya terjadi) dengan kriteria (apa yang seharusnya

terjadi), mengungkap akibat yang ditimbulkan dari perbedaan kondisi dan

kriteria tersebut serta mencari penyebabnya , Unsur temuan itu ada 5

(lima) macam yaitu (Pusdiklat BPKP,2001: 156). :

1. Kondisi (apa yang sebenarnya terjadi).

Kondisi ini menunjukkan realita yang ada dari suatu pelaksanaan

kegiatan yang mencakup apa, siapa, kapan dimana dan bagaimana.Untuk

menyatakan kondisi seorang auditor harus cukup mengumpulkan bukti

yang relevan, kompeten, cukup dan material.

Apabila seorang auditor dalam mengangkat temuan tidak

mengumpulkan bukti yang memenuhi syarat tersebut maka akan

mengakibatkan pihak auditan atau pihak lain yang berkepentingan

kurang meyakini arti pentingnya temuan. Kurangnya fakta pembuktian

tidak hanya mencerminkan ketidakpatuhan terhadap standar audit, tetapi

juga akan menyebabkan auditan tidak mau menerima bahkan dapat

menimbulkan konflik atau reaksi negatif.

2. Kriteria (apa yang seharusnya terjadi)

Kriteria yang dimaksud disini berupa peraturan perundang-undangan,

Ketentuan manajmen yang harus ditaati, pengendalian manajemen yang

andal, tolok ukur keberhasilan, standar norma kaidah.permasalahan yang

sering diahadapi oleh seorang auditor adalah tidak tersedianya kriteria

dimaksud ditempat auditan.

18
3. Sebab (mengapa terjadi perbedaan antara kondisi dan kriteria).

Pada dasarnya materi penyebab ini mengungkap tentang mengapa terjadi

ketidaksesuaian antara kondisi dengan kriteria. Ada kunci penting untuk

menentukan penyebab, yaitu menelusuri berbagai rangkaian kejadian

yang saling berhubungan atau terkait sampai kita mencapai suatu

simpulan bahwa kita dapat merumuskan rekomendasi yang akan

memperbaiki masalah yang ditemukan.

4. Akibat

Akibat yang ditimbulkan dari ketidaksesuaian antara kondisi dan kriteria

juga menentukan hasil audit atau bobot temuan.Oleh karena itu

mataerialitas dari akibat harus diuji dan didukung oleh fakta pembuktian

yang cukup.Materi unsur ”akibat” antara lain berupa ketidakekonomisan,

ketidakefisienan dan ketidakefektifan.

5. Rekomendasi

Rekomendasi adalah saran perbaikan terhadap pengelolaan kegiatan

auditan tentang cara pengelolaan yang lebih hemat, efisien, dan efektif

serta untuk menghindari terjadinya kesalahan, kelemahan dan

kecurangan dimasa mendatang.

19

Anda mungkin juga menyukai