Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

TEORI PERENCANAAN

“Model Perencanaan : Mix Scanning, Incremental, dan Advocacy”

Dosen :

Dr. Fauzi Asman, S.T., M.T

Disusun Oleh :

Diki Juliyansyah Putra 1810015311029

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS BUNG HATTA
PADANG
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-
Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Model
Perencanaan : Mix Scanning, Incremental, dan Advocacy” ini tepat pada
waktunya. Dan tak lupa pula sholawat dan salam kita sanjungkan kepada Nabi
Muhammad SAW.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas  pada mata kuliah Teori Perencanaan. Selain itu, makalah ini juga bertujuan
untuk menambah wawasan tentang Perencanaan dan Perencanaan Wilayah dan Kota.

Selanjutnya saya mengucapkan terima kasih kepada bapak Dr. Fuzi Asman,


S.T., M.T, selaku  dosen mata kuliah Teori Perencanaan yang telah memberikan
tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang
studi yang saya tekuni.

Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat saya butuhkan demi
kesempurnaan makalah ini.

Tebo, 22 Oktober 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar..................................................................................................................i
Daftar Isi.............................................................................................................................ii
BAB I Pendahuluan ..........................................................................................................1
1.1 Latar Belakang ..........................................................................................................1
1.2 Tujuan ..........................................................................................................................1
1.3 Manfaat ........................................................................................................................1
1.4 Sistematika Penulisan .................................................................................................2
BAB II Pembahasan .........................................................................................................3
2.1. Pengertian Model Perencanaan Komoprehensif.....................................................3
2.2. Kelebihan Dan Kekurangan Model Perencanaan Komoprehensif.......................5
2.3. Metode A:ternatif Perencanaan ...............................................................................6
a. Model Perencanaan Mixed Scanning...................................................................7
b. Model Perencanaan Incremental..........................................................................8
c. Model Perencanaan Advocacy...............................................................................10
BAB III Penutup................................................................................................................12
3.1 Kesimpulan...................................................................................................................12
Daftar Pustaka...................................................................................................................13

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Planologi atau Perencanaan Wilayah dan Kota adalah suatu program studi
yang mempelajari tentang cara merencana suatu wilayah dan kota. Dalam
penyusunan rencana wilayah dan kota tersebut juga dilandasi dengan teori-teori
serta teknik dalam perencanaan nya.
Pelaksanaan perencanaan wilayah dan kota salah satu tujuan nya ialah untuk
tata ruang. Penyelenggaraan penataan ruang bertujuan untuk mewujudkan ruang
wilayah nasional yang aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan. Selain itu,
penataan ruang diharapkan dapat mengefisiensikan pembangunan dan
meminimaliisr resiko terjadinya konflik maupun bencana.
Perencanaan adalah kegiatan untuk menetapkan tujuan yang akan dicapai
beserta cara-cara untuk mencapai tujuan tersebut dengan proses kontinyu dalam
pengambilan keputusan atau pilihan mengenai bagaimana memanfaatkan sumber
daya yang ada semaksimal mungkin guna mencapai tujuan-tujuan tertentu di
masa depan.
Ada beberapa model perencanaan yang bisa digunakan. Salah satunya model
perencanaan komprehensif. Akan tetapi model perencanaan ini memiliki beberapa
kekurangan sehingga dibentuklah model perencanaan lain yang digunakan
sebagai alternatif.
1.2. Tujuan
A. Untuk mengetahui pengertian Model Perencanaan Komprehensif
B. Untuk Mengetahui Kelebihan Dan Kekurangan Model Perencanaan
Komprehensif
C. Untuk Mengetahui Model Perencanaan Aternatif
1.3. Manfaat
A. Diketahuinya Model Perencanaan Komprehensif
B. Diketahuinya Kelebihan Dan Kekurangan Model Perencanaan
Komprehensif

1
C. Diketahuinya Model Perencanaan Alternatif
1.4. Sistematika Penulisan
Pada makalah ini terdapat tiga bab yang berguna untuk mempermudah
pembaca dalam memahami isi dari makalah tentang Model Perencanaan : Mix
Scanning, Incremental, dan Advocacy

BAB I merupakan bab pendahuluan dan merupakan awal dari makalah ini, yang
berisikan latar belakang, tujuan, dan juga sistematika dari penulisan.

BAB II merupakan pembahasan dari makalah ini dan berisi penjelasan Model
Perencanaan : Mix Scanning, Incremental, dan Advocacy

BAB III merupakan bab akhir dari makalah ini, dan berisi tentang kesimpulan
dari seluruh pembahasan yang ada.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Model Perencanaan Komprehensif


Metode perencanaan komprehensif yang sering disebut perencanaan makro
(macro planning) merupakan perencanaan yang bersifat makro dan komprehensif
dalam menentukan tujuan target dan sasaran. Pada dasarnya beberapa target yang
ingin dicapai adalah pertumbuhan ekonomi, kesempatan kerja, inflasi,
ketimpangan pendapatan, pengangguran, kemiskinan. Perencanaan komprehensif
bersifat sentralistis dengan kewenangan yang lebih besar kepada pemerintah
pusat.
Model perencanaan Rational Comprehensive dianggap oleh para pakar sebagi
”akar” dari berbagai model perencanaan publik yang berkembang. Rasionalitas
atau kondisi yang bersifat rasional dalam lingkup perencanaan adalah yaitu
menggunakan pendekatan secara keilmuan (scientific approach) di dalam proses
penganalisaan dan cara pemecahan masalah (problem). Dengan kata lain
rasionalitas menuntut dasar pertimbangan yang sistematik dan evaluasi yang tepat
terhadap berbagai alternatif cara (means) untuk mencapi tujuan (ends/goals).
Oleh karena itu rasionalitas menuntut penerapan kaidah/norma yang harus
dilandasi dengan ketidakberpihakan (values free) dan emosi yang netral dari
seorang perencana dalam memaksimakmalkan atau mengoptimasikan manfaat
sebagi konsekuesi dari pembuatan keputusan.

Teori rasional komprehensif mempunyai beberapa unsur:


a) Pembuatan keputusan dihadapkan pada suatu masalah tertentu yang dapat
dibedakandari masalah-masalah lain atau setidaknya dinilai sebagai masalah-
masalah yangdapat diperbandingkan satu sama lain (dapat diurutkan menurut
prioritas masalah)
b) Tujuan-tujuan, nilai-nilai atau sasaran yang menjadi pedoman pembuat
keputusansangat jelas dan dapat diurutkan prioritasnya/kepentingannya.

3
c) Bermacam-macam alternatif untuk memecahkan masalah diteliti secara
saksama.
d) Asas biaya manfaat atau sebab-akibat digunakan untuk menentukan prioritas.
e) Setiap alternatif dan implikasi yang menyertainya dipakai untuk
membandingkandengan alternatif lain.
f) Pembuat keputusan akan memilih alternatif terbaik untuk mencapai tujuan,
nilai, dansasaran yang ditetapkan.
Ada beberapa ahli antara lain Charles Lindblom, 1965 (Ahli Ekonomi dan
Matematika) yangmenyatakan bahwa pengambilan keputusan itu sebenarnya
tidak berhadapan dengan masalahmasalahyang konkrit akan tetapi mereka
seringkali mengambil keputusan yang kurang tepatterhadap akar permasalahan.
Teori rasional komprehensif ini menuntut hal-hal yang tidak rasional dalam
diri pengambilkeputusan. Asumsinya adalah seorang pengambil keputusan
memiliki cukup informasimengenahi berbagai alternatif sehingga mampu
meramalkan secara tepat akibat-akibat daripilihan alternatif yang ada, serta
memperhitungkan asas biaya manfaatnya danmempertimbangkan banyak masalah
yang saling berkaitan.
Pengambil keputusan sering kali memiliki konflik kepentingan antara nilai-
nilai sendiridengan nilai-nilai yang diyakini oleh masyarakat. Karena teori ini
mengasumsikan bahwafakta-2 dan nilai-nilai yang ada dapat dibedakan dengan
mudah, akan tetapi kenyataannyasulit membedakan antara fakta dilapangan
dengan nilai-nilai yang ada.Ada beberapa masalah diperbagai negara berkembang
seperti Indonesia untuk menerapkanteori rasional komprehensif ini karena
beberapa alasan yaitu:
a. Informasi dan data statistik yang ada tidak lengkap sehingga tidak bisa dipakai
untukdasar pengambilan keputusan. Kalau dipaksakan maka akan terjadi sebuah
keputusanyang kurang tepat
b Teori ini diambil/diteliti dengan latar belakang berbeda dengan nagara
berkembangekologi budanyanya berbeda.b

4
c. Birokrasi dinegara berkembang tidak bisa mendukung unsur-unsur rasional
dalampengambilan keputusan, karena dalam birokrasi negara berkembang
kebanyakankorup sehingga menciptakan hal-hal yang tidak rasional.

Pengertian Komprehensif dalam term perencanaan yaitu merupakan


perencanaan yang bersifat menyeluruh (holistik) bukan sebagian atau beberapa
bagian yang terpisah (parsial) dari suatu sistem perencanaa, .namun bukan berarti
memasukkan seluruh elemen dan aspek yang dapat didentifikasi dari suatu
entitas/komunitas tetapi harus mempertimbangkan cakupan yang lengkap dari
elemen-elemen pokok yang dapat ditangani di dalam proses analisis. Oleh karena
itu komprehensifitas harus mencakup sebanyak mungkin faktor internal yang
dapat dikontrol dan faktor eksternal pokok yang terkait.

2.2. Kelebihan Dan Kekurangan Model Perencanaan Komprehensif


Berbagai pakar mengatakan, meski tidak terlepas dari kelemahan yanga ada,
model perencanaan ini mempunyai keunggulan yang signifikan, yaitu :
a. Keunggulan utama perencanaan rasional komprehensif yaitu mencakup liputan
yang luas tentang berbagai elemen dan aspek perencanaan serta menampilkan
berbaagi alternatif rencana yang mungkin dilaksankan untuk mencapai tujuan
(goals) dan sasaran (objectives) perencanaan dengan melihat pada potensi dan
kendala yang ada.
b. Memiliki citra holistik atau menyeluruh atas kemungkinan-kemungkinan yang
paling optimal
c. Meski mencakup liputan yang luas, terkandung unsur penyederhaanaa
(simplicty - reductionis) dari sistem entitas/komunitas/kesatuan yang bersifat
kompleks dan menyeluruh.
d. Program-program yang disusun untuk dievaluasi dengan pendekatan
”scientific methods” dapat dilakukan oleh pihak-pihak yang tidak terlibat di
dalam proses perencanaan.
e. Proses perencanaan tidak berjalan linier tetapi bersifat pengulangan (multiple
iteratif) dan siklikal yaitu adanya umpan balik an elaborasi lebih jauh untuk tiap

5
sub proses, sehingga perencanaan rasional komprehensif bersifat fleksibel/luwes
terhadap kemungkinan perubahan yang terjadi di lingkungan perencanaan.
f. Dalam perencanaan rasional komprehensif ada keterlibatan publik (public
participation) sehingga dapat mengurangi kekurangan-kekurangan dari model
perencanaan ini.

Dalam perkembangan selanjutnya, konsep paradigma perencanaan berubah


menjadi konsep master plan yang dituangkan dalam perencanaan menyeluruh
yang rasional (Rational Comprehensive Planning). Model Perencanaan Rasional
Komprehensif merupakan suatu kerangka pendekatan atau metode pembuatan
keputusan yang disusun secara teratur dan logis (Banfield dalam Faludi dalam
Saraswati).

Akan tetapi, dalam prakteknya ternyata perencanaan menyeluruh tidak dapat


menjawab seluruh aspek perencanaan, sehingga kritik terhadap kelemahan model
tersebut mulai muncul sejak dekade 1960-an, yaitu kritik terhadap keefektifan
London Masterplan buatan Sir Patrick Abercrombie. Hal ini menunjukan bahwa
Model Perencanaan Rasional Komprehensif memiliki kelemahan-kelemahan
dalam proses dan implentasi rencana seperti :
a. membutuhkan keandalan, ketersediaan dan validitas data yang sangat tinggi
sehingga membutuhkan waktu yang lama
b. Produk perencanaan berupa master plan dirasakan kurang memberikan
informasi dan arahan mengenai penanganan masalah,
c. Belum siapnya kelembagaan yang mapan yang menimbulkan adanya
kehilangan koordinasi (Sujarto, 1990).

2.3. Model Alternatif Perencanaan


Model komprehensif memiliki kekurangan karena membutuhkan waktu yang
lama, aspek yang dikaji cukup luas, serta hal lainnya. Oleh karena itu dibutuhkan
model alternatif perencanaan yang lain. Beberapa diantaranya yaitu :

6
a) Model Perencanaan Mixed Scanning
Aitai Etzioni salah seorang ahli sosiologi organisasi mengemukakan
bahwa metode Mixed Scanning sebagai suatu pendekatan untuk
mengambil keputusan baik yang bersifat fundamental maupun
inkremental. Keputusan-keputusan inkremental memberikan arahan dasar
dan melapangkan jalan bagi keputusan-keputusan fundamental sesudah
keputusan-keputusan itu tercapai.

Model pengamatan terpadu menurut Etzioni akan memungkinkan para


pembuat keputusan menggunakan teori rasional komprehensif dan teori
inkremental pada situasi yang berbeda-beda. Model pengamatan terpadu
ini pada hakikatnya merupakan pendekatan kompromi yang
menggabungkan pemanfaatan model rasional komprehensif dan model
inkremental dalam proses pengambilan keputusan.

Adapun ciri utama dari metode Mixed Scanning ialah sebagai berikut:
 Perencanaan mengacu pada kebijakan umum yang ditetapkan
pada tingkat yang lebih tinggi/luas
 Dilatarbelakangi oleh wawasan menyeluruh dan menekankan
pada pendalaman penelaahan pada unsur atau subsistem yang
diutamakan
 Kajian mendalam pada subsistem didasari oleh kajian sekilas
tentang lingkup menyeluruh serta wawasan sistem

Serta dengan asumsi pendekatan berupa:


 Membolehkan terjadinya konsensus dalam setiap isu yang
dihadapi
 Untuk mengarahkan kebijaksanaan umum sebaiknya ditangani
secara terpusat
 Untuk rancangan program yang efisien lebih efektif untuk
dilaksanakan oleh mekanisme prencanaan yang desentralistik

7
b) Model Incremental / Disjointed Incremental
Pada akhir tahun 1960, model perencanaan dengan pendekatan
sepenuhnya pada rasional mulai dipertanyakan. Hal ini berawal dari
"Otoritas Chicago Housing" melalui Meyersen dan Banfield yang
berpendapat bahwa perencanaan praktis berbeda dengan teori
perencanaan. Selanjutnya Gunton mengemukakan bahwa model
perencanaan yang dilakukan pemerintah pada kenyataannya tidak
menggunakan pendekatan ilmiah (rasional) dalam aktifitasnya, namun
didominasi oleh proses lobi-lobi politik yang sempit. Sehingga hal ini
melahirkan metode dan teknik perencanaan baru, yaitu incremental.
Perencanaan Incremental memusatkan perencanaan kepada
kemampuan lembaga dan performa personalianya. Teori ini sangat
konsentrasi pada ruang lingkup obyek yang ditanganinya. Obyek yang
ditangani selalu diukur dan dibandingkan dengan kemampuan lembaga
dan personalia, kalau dapat dikerjakan dengan perkiraan hasil yang
memadai, barulah direncanakan.
Perencanaan incremental tidak berjangka waktu panjang, sebab
disamping sukar meramal dalam waktu yang lama juga sukar menentukan
kemampuan lembaga dan performa personalianya. Perencanaan ini
menekankan pada perencanaan jangka pendek saja. Perencanaan untuk
beberapa tahun dilakukan dengan menambahkan perencanaan-
perencanaan pendek yang sudah ada. Perencanaan ini juga menekankan
sifat desentralisasi yang selalu mengadakan kontak hubungan dengan
lingkungan atau masyarakat. Artinya perencana dalam merencanakan
obyek tertentu selalu mempertimbangkan faktor-faktor lingkungan.
Perencanaan incremental hampir sama dengan perencanaan dengan
pendekatan system, namun bedanya hanya dilakukan pada waktu yang
terbatas.
Perencanaan incremental lebih menekankan pada perencanaan jangka
pendek, karena lebih riil dan mudah diwujudkan dibandingkan dengan

8
jangka panjang. Cunningham menyebut teori ini sebagai “art of the
possible” yang dia pertentangkan dengan “art of ideal” terhadap
perencanaan sistem yang berjangka panjang. Teori ini juga disebut
“disjointed incrementalist”, yaitu model yang merupakan konsep
pembentukan yang kontinyu pada situasi yang sedang berlangsung,
setapak demi setapak dan dengan tingkat perubahan yang kecil. Yang
dimaksud dengan situasi yang sedang berlangsung di atas adalah situasi
sekarang yang dapat diartikan masa perencanan yang pendek yaitu 1
tahun. Teori ini diilhami oleh filsafat pragmatisme, yang menyatakan
yang baik adalah yang berguna pada masa sekarang. Yang berguna pada
masa sekarang hanya dapat ditentukan dan dicari pada masa sekarang.
Kita tidak tahu apa-apa dengan masa depan dan memang tidak perlu tahu
karena belum memberi manfaat kepada kita. Tujuan dan alat dalam
filsafat ini adalah sama. Tidak ada tujuan yang tepat, ia selalu berubah
bersamaan dengan perubahan alat untuk mencapai tujuan itu.
Dasar argumentasi teori disjointed-incrementalist ini adalah;
 Nilai tujuan dan empiris tidak terpisah satu dengan yang lan
melainkan sebagai suatu turunan
 Bila alat dan tujuan terpisah, maka mereka sering tidak cocok
 Tes untuk perencanaan yang baik adalah kesepakatan antara
kecocokan alat dengan pencapaian tujuan
 Analisa subyektif tentang kemungkinan hasil, alternatif-alternatif
dan nilai-nilai efektif cenderung dilalaikan
 Bukti akhir perencanaan yang efektif adalah apakah ia diterima
dalam arti bisa implementasikan dengan sukses atau tidak
Teori ini pada intinya didasarkan pada kemampuan institusi dan
kinerja personalnya. Bersifat desentralisasi dan tidak cocok untuk jangka
panjang. Jadi perencanaan ini menekankan perencanaan dalam jangka
pendek saja. Yang dimaksud dengan desentralisasi pada teori ini adalah si

9
perencana dalam merencanakan objek tertentu dalam lembaga
pendidikan, selalu mempertimbangkan faktor-faktor lingkungan.
Menurut Charles E. Lindblom, metode Disjointed Incremental ialah
Suatu kerangka pendekatan yang hanya mengutamakan subsistem tertentu
yang diprioritaskan tanpa melihat dalam wawasan yang lebih luas. Hanya
memilih di antara rentang substansi yang terbatas dan hanya
berbeda/berubah sedikit dari kebijaksanaan yang ada.

Ciri utama Disjointed Incremental ialah:


 Rencana terpilah-pilah (tidak komprehensif dan integratif) tidak
perlu ditunjang oleh telaah dan evaluasi alternatif rencana yang
menyeluruh
 Hanya mempertimbangkan bagian dari kebijaksanaan umum
(kalau ada) yang berkaitan langsung dengan unsur atau subsistem
yang diprioritaskan
 Dengan terbatasnya lingkup perencanaan maka dianggap lebih
mudah, murah dan realistis

Asumsi Pendekatan Disjointed Incremental berupa :


 Kemungkinan terjadinya konsensus dalam isu perencanaan yang
luas (berorientasi pada rentang alternatif yang terbatas) tidak ada
 Konsensus secara menyuluruh sangat sulit dicapai dan
kemungkinan yang terjadi hanya pada usulan-usulan yang
menghendaki perubahan yang inkrimental (perubahan yang
gradual) dan parsial
 Membutuhkan suatu perencanaan yang terdesentralisasi

c) Model Perencanaan Advokasi


Perencanaan advokasi adalah perencanaan yang muncul pada konsep
perencanaan plural. Perencanaan ini yang berfungsi sebagai sarana untuk
mendukung pernyataan/ pemikiran yang saling berkompetisi, dalam hal

10
bagaimana masyarakat harus membangun dan dibangun. Konsep
advokasi ini muncul dari praktek hukum yang berimplikasi pada
sanggahan/ perlawanan yang muncul dari masing-masing pihak, yang
memiliki dua pandangan yang saling bersaing. Perencanaan advokasi
banyak dilakukan bukan oleh perencana (formal), melainkan oleh pekerja
sosial, organisator kemasyarakatan (LSM) dan mahasiswa. Para
perencana advokasi bekerja karena adanya suatu kelompok masyarakat
yang membutuhkan bantuan perencana pada saat proses pembangunan
berlangsung. Kelompok ini umumnya berada dalam kelompok
berpenghasilan rendah dan tidak memiliki bergaining power (posisi
tawar).
Perencanaan advokasi muncul akibat adanya perbedaan kepentingan
dan posisi tawar berbagai kelompok di masyarakat. Di dalam proses
perencanaan pembangunan yang bersifat unitary plan (yang dilakukan
oleh pemerintah), perbedaan kepentingan dan posisi tawar antar
kelompok masyarakat akan menyebabkan sulitnya melakukan pencapaian
tujuan akhir pembangunan. Untuk itu perencanaan advokasi sangatlah
dibutuhkan di dalam pencapaian tujuan akhir pembangunan.
Suatu proses sosial yang tidak terlalu peduli dengan penyusunan
rencana, melainkan lebih memperhatikan perubahan terarah yang sedang
berlangsung dimana tujuan dan cara secara terus menerus disesuaikan.
 Menekankan pendekatan interaktif
 Ada tindakan – tindakan yang dilakukan segera setelah terjadi
kesepakatan antara planner & client.
 Membela / memberdayakan kelompok – kelompok agar lebih
mengetahui bargaining position terhadap pelaku – pelaku yang
lebih kuat.

11
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa model perencanaan


Rational Comprehensive dianggap oleh para pakar sebagi ”akar” dari berbagai
model perencanaan publik yang berkembang. Rasionalitas atau kondisi yang
bersifat rasional dalam lingkup perencanaan adalah yaitu menggunakan
pendekatan secara keilmuan (scientific approach) di dalam proses penganalisaan
dan cara pemecahan masalah (problem).

Akan tetapi model perencanaan komprehensif tersebut memiliki beberapa


kekurangan, sehingga dibentuklah model perencanaan lain sebagai alternatif.
Beberapa model tersebut yaitu model perencanaan mixed scanning yang berguna
untuk mengambil keputusan baik yang bersifat fundamental maupun inkremental.
Lalu model perencanaan incremental yang cocok digunakan untuk perencanaan
jangka pendek. Serta model perencanaan advokasi yang berguna sebagai sarana
untuk mendukung pernyataan/ pemikiran yang saling berkompetisi, dalam hal
bagaimana masyarakat harus membangun dan dibangun

12
DAFTAR PUSTAKA

https://bonafided.blogspot.com/2016/06/jenis-perencanaan-ekonomi_11.html

https://jalimerah.wordpress.com/2008/09/06/%E2%80%9C-advocacy-and-
pluralism-in-planning%E2%80%9D/#:~:text=Perencanaan%20advokasi
%20adalah%20perencanaan%20yang,masyarakat%20harus
%20membangun%20dan%20dibangun.

http://jelitapunya.blogspot.com/2012/12/perencanaan-
incremental.html#:~:text=Perencanaan%20Incremental%20memusatkan
%20perencanaan%20kepada,ruang%20lingkup%20obyek%20yang
%20ditanganinya.&text=Artinya%20perencana%20dalam
%20merencanakan%20obyek%20tertentu%20selalu
%20mempertimbangkan%20faktor%2Dfaktor%20lingkungan.

http://jelitapunya.blogspot.com/2015/01/model-perencanaan-rational-
comprehensive.html

http://masimamgun.blogspot.com/2010/12/perencanaan.html
https://mediaurbanplanner.wordpress.com/2018/03/29/macam-macam-
model-perencanaan/

https://zejimandala.wordpress.com/2013/06/22/kritik-terhadap-teori-
perencanaan-planning-theory-dalam-konteks-pembangunan-kota/

13

Anda mungkin juga menyukai