Anda di halaman 1dari 12

A.

BENDUNGAN ASI

A. Pengertian

Bendungan ASI (Engorgement) adalah penyempitan pada duktus laktiferus,

sehingga sisa ASI terkumpul pada system duktus yang mengakibatkan terjadinya

pembekakan (Sarwono, 2008).

Bendungan ASI adalah pembendungan ASI karena penyempitan duktus

laktiferus atau oleh kelenjar-kelenjar yang tidak d kosongkan dengan sempurna

atau karena kelainan pada puting susu, payudara yang membengkak ini yang

sering terjadi biasanya terjadi sesudah melahirkan pada hari ketiga atau ke empat

(Bahiyatun, 2008).

B. Gejala

Gejala bendungan air susu adalah terjadinya pembengkakan payudara dan

secara palpasi teraba keras, kadang terasa nyeri serta seringkali disertai

peningkatan suhu badan ibu, tetapi tidak terdapat tandatanda kemerahan dan

demam. (Sarwono, 2008).

c. Penyebab

1) Posisi mulut bayi dan puting ibu salah saat menyusui.

2) Produksi ASI berlebihan.

3) Terlambat menyusui.

4) Pengeluaran ASI yang jaran

5) Waktu menyusui yang terbatas (Dwi Sunar, 2005).

Menurut (Sarwono, 2008) bendungan ASI disebabkan oleh

1
Pengeluaran air susu yang tidak lancar, karena bayi tidak cukup sering

menyusu, produksi meningkat, terlambat menyusukan, hubungan dengan bayi

(bonding) kurang baik, dan dapat pula karena adanya pembatasan waktu

menyusui.

D. Cara mencegah

Untuk mencegah diperlukan menyusui dini, perlekatan yang baik, menyusui

secara on demand. Bayi harus sering disusui. Apabila terlalu tegang, atau bayi

tidak dapat menyusu sebaiknya ASI dikeluarkan dahulu, agar ketegangan

menurun. Untuk merangsang reflek oksitosin maka dilakukan :

1. kompres untuk mengurangi rasa sakit

2. Ibu harus rileks

3. Pijat dan punggung belakang (sejajar daerah payudara)

4. Pijat ringan pada payudara yang bengkak (pijat pelan – pelan kearah

5. tengah)

6. Stimulasi payudara dan puting

7. Kompres dingin pasca menyusui, untuk mengurangi oedema.

8. Pakailah BH yang sesuai.

9. Bila terlalu sakit dapat dberikan obat analgetik (Dwi Sunar, 2005)

2
E. Cara mengatasi

1) Susui bayinya semau dia sesering mungkin tanpa jadwal dan tanpa

2) batas waktu.

3) Bila bayi sukar menghisap, keluarkan ASI dengan bantuan tangan atau

pompa ASI yang efektif.

4) Sebelum menyusui untuk merangsang reflek oksitosin dapat dilakukan

kompres hangat untuk mengurangi rasa sakit, masase payudara,

5) masase leher dan punggung.

6) Setelah menyusui, kompres air dingin untuk mengurangi oedema (Dwi

Sunar, 2005).

Menurut (Sarwono, 2008) penanganan bendungan air susu dilakukan

dengan pemakaian kutang untuk penyangga payudara dan pemberian analgetika,

dianjurkan menyusui segera dan lebih sering, kompres hangat, air susu

dikeluarkan dengan pompa dan dilakukan pemijatan (masase) serta perawatan

payudara. Kalau perlu diberi supresi laktasi untuk sementara (2 – 3 hari ) agar

bendungan terkurangi dan memungkinkan air susu dikeluarkan dengan pijatan.

Keadaan ini pada umumnya akan menurun dalam berapa hari dan bayi dapat

menyusu dengan normal.

3
B. PERAWATAN PAYUDARA

Merupakan suatu tindakan perawatan payudara yang dilaksanakan, baik

oleh pasien maupun dibantu orang lain yang dilaksanakn mulai hari pertama atau

kedua setelah melahirkan. Perawatan payudara bertujuan untuk melancarkan

sirkulasi darah dan mencegah tersumbatnya aliran susu sehingga memperlancar

pengeluaran ASI, serta menghindari terjadinya pembekakan dan kesulitan

menyusui, selain itu juga menjaga kebersihan payudara agar tidak mudah terkena

infeksi. Adapun langkah-langkah dalam perawatan payudara (Anggraini Y.,

2010):

1. Pengurutan Payudara

a. Tangan dilicinkan dengan minyak kelapa / baby oil.

b. Pengurutan payudara mulai dari pangkal menuju arah putting susu

c. selama 2 menit (10 kali) untuk masing-masing payudara.

d. Handuk bersih 1-2 buah.

e. Air hangat dan air dingin dalam baskom.

f. Waslap atau sapu tangan dari handuk.

4
2.Langkah-langkah pengurutan payudara:

a. Pengurutan yang pertama

Licinkan kedua tangan dengan minyak tempatkan kedua telapak tangan

diantara kedua payudara lakukan pengurutan, dimulai dari arah atas lalu arah sisi

samping kiri kemudian kearah kanan, lakukan terus pengurutan kebawah atau

melintang. Lalu kedua tangan dilepas dari payudara, ulangi gerakan 20-30 kali

untuk setiap satu payudara.

b. Pengurutan yang kedua

Menyokong payudara kiri dengan tangan kiri, kemudian dua atau tiga jari

tangan kanan mulai dari pangkal payudara dan berakhir pada puting susu.

Lakukan tahap mengurut payudara dengan sisi kelingking dari arah tepi kearah

putting susu. Lakukan gerakan 20-30 kali.

c. Pengurutan yang ketiga

Menyokong payudara dengan satu tangan, sedangkan tangan lain mengurut

dan menggenggam dari pangkal menuju ke putting susu. Langkah gerakan 20-30

kali.

5
d. Pengompresan

Alat-alat yang disiapkan:

1. Buah baskom sedang yang masing-masing diisi dengan air hangat

2. dan air dingin buah waslap.

Caranya:

Kompres kedua payudara dengan waslap hangat selama 2 menit, kemudian

ganti dengan kompres dingin selama 1 menit. Kompres bergantian selama 3 kali

berturut-turut dengan kompres air hangat. Menganjurkan ibu untuk memakai BH

khusus untuk menyusui.

3. Perawatan puting susu

Puting susu memegang peranan penting pada saat menyusui. Air susu ibu

akan keluar dari lubang-lubang pada putting susu oleh karena itu putting susu

perlu dirawat agar dapat bekerja dengan baik, tidak semua wanita mempunyai

putting susu yang menonjol (normal). Ada wanita yang mempunyai putting susu

dengan bentuk yang mendatar atau masuk kedalam, bentuk putting susu tersebut

tetap dapat mengeluarkan ASI jika dirawat dengan benar. Langkah-langkah yang

perlu dilakukan untuk merawat putting susu:

1. Setiap pagi dan sore sebelum mandi putting susu (daerah areola mamae),

satu payudara diolesi dengan minyak kelapa sekurang kurangnya 3-5

menit.

2. Jika putting susu normal, lakukan perawatan dengan oleskan minyak pada

ibu jari dan telunjuk lalu letakkan keduanya pada putting susu dengan

6
gerakan memutar dan ditarik-tarik selama 30 kali putaran untuk kedua

putting susu.

3. Jika puting susu datar atau masuk kedalam lakukan tahapan berikut:

a. Letakkan kedua ibu jari disebelah kiri dan kanan putting susu,

kemudian tekan dan hentakkan kearah luar menjahui putting susu

secara perlahan.

b. Letakkan kedua ibu jari diatas dan dibawah putting susu lalu tekan

serta hentakkan kearah putting susu secara perlahan.

c. Kemudian untuk masing-masing putting digosok dengan handuk kasar

agar kotoran-kotoran yang melekat pada putting susu dapat terlepas.

4. Payudara dipijat untuk mencoba mengeluarkan ASI.

Lakukan langkah-langkah perawatan diatas 4-5 kali pada pagi dan sore

hari, sebaiknya tidak menggunakan alkohol atau sabun untuk

membersihkan putting susu karena akan menyebabkan kulit kering dan

lecet. Pengguna pompa ASI atau bekas jarum suntik yang dipotong

ujungnya juga dapat digunakan untuk mengatasi masalah pada putting

susu yang terbenam.

4. Faktor-faktor yang mempengaruhi praktik perawatan payudara

Menurut Lawrance Green yang dikutip dari Notoatmodjo (2005), kesehatan

seseorang dipengaruhi oleh dua faktor pokok yaitu factor perilaku (behavior

causes), dan faktor non perilaku (non behavior caus).

7
1. Faktor-faktor predisposisi (predisposing factor)

Yang terwujud dalam pengetahuan, pendidikan, sikap, dan kepercayaan.

a. Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadisetelah orang

melakukan penginderaan terhadap suatu objektertentu. Penginderaan terjadi

melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman,

rasa dan raba.Sebagian besar manusia diperoleh melalui mata dan

telinga.Pengetahuan seseorang dapat diperolah melalui pendidikan, paparan media

masa (akses informasi), ekonomi (pendapatan),hubungan sosial lingkungan sosial

budaya), pengalaman. Sebelumdilakukan perawatan payudara, responden harus

tahu terlebih dahulu apa arti atau manfaat perilaku dan apa risikonya

apabilaterjadi pembekakan pada payudara dengan perawatan payudarapada ibu

menyusui. Melalui pendidikan ibu menyusui akan mendapatkan pengetahuan

pentingnya merawat payudara, sehinggadiharapkan ibu tahu, bisa menilai,

bersikap yang didukung adanyafasilitas perawatan sehingga tercipta perilaku

merawat payudara.

b. Pendidikan

Pendidikan diperlukan untuk mendapat informasi misalnyahal-hal yang

menunjang kesehatan sehingga dapat meningkatkankualitas hidup. Pada

umumnya makin tinggi pendidikan seseorang

8
makin mudah menerima informasi. Pendidikan dapatmempengaruhi

pengetahuan seseorang, tingkat pendidikan dapatberkaitan dengan kemampuan

menyerap dan menerima informasi

kesehatan, demikian juga orang tua atau ibu. Semakin tinggipendidikan

seseorang biasanya mempunyai pengetahuan danwawasan yang lebih luas

sehingga akan lebih mudah menerima

informasi kesehatan. Bagi orang tua yang berpendidikan tinggitidak begitu

sulit untuk menerima informasi dan pengetahuan yangdi berikan. Sebaliknya

orang tua yang berpendidikan rendah akanlebih sulit untuk menerima informasi

dan pengetahuan kesehatan,oleh karena itu diperlukan pemahaman yang lebih

untuk dapatmemahami informasi dan pengetahun tentang kesehatan.

c. Sikap

Sikap adalah penilaian (bisa berupa pendapat) seseorangterhadap stimulus

dan objek (dalam hal ini adalah masalahkesehatan, termasuk penyakit). Setelah

ibu mengetahui tentangbahayanya pembekakan pada payudara (melalui

pengalaman,pengaruh orang lain, media massa, lembaga pendidikan,

emosi),proses selanjutnya akan menilai atau bersikap terhadap kegiatan

merawat payudara tersebut.

9
d. Kepercayaan

kepercayaan sering diperoleh dari suami, dan keluarga.Kepercayaan juga

bisa diperolah melalui tenaga kesehatan, missal ;

selain mengajari cara pentingnya merawat payudara, tenagakesehatan atau

keluarga bisa membiasakan ibu merawat payudara,sehingga ibu dapat

mempraktikan sendiri dirumah. Karena ibupercaya dan menganggap benar

pengarahan dan masukan yangtelah diberikan oleh tenaga kesehatan dan keluarga.

2. Faktor-faktor pemungkin (enabling factor)

Faktor-faktor ini mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas

kesehatan bagi masyarakat, misalnya:

Air bersih, tempat pembuangan sampah, tempat pembuangan tinja,

ketersediaan makanan yang bergizi, dan sebagainya. Termasuk juga fasilitas

pelayanan kesehatan seperti Puskesmas, Rumah Sakit, Poliklinik, Posyandu,

Polindes, Pos Obat Desa, Dokter atau Bidan Praktek Swasta, dan sebagainya.

Untuk berperilaku sehat, masyarakat memerlukan sarana dan prasarana

pendukung. Misalnya: perilaku pemeriksaan kehamilan, ibu hamil yang mau

periksa hamil tidak hanya karena ibu tahu dan sadar manfaat periksa hamil saja,

melainkan ibu tersebut dengan mudah harus dapat memperoleh fasilitas atau

tempat periksa hamil misalnya: Puskesmas, Rumah Sakit, Poliklinik, Posyandu,

Polindes,

Pos Obat Desa, Dokter atau Bidan Praktek Swasta, dan sebagainya. fasilitas

ini pada hakikatnya mendukung atau memungkinkan terwujudnya perilaku

kesehatan, maka faktor-faktornya disebut factor pendukung atau faktor

pemungkin.

10
11
MAKALA

BENDUNGAN ASI

OLEH :

AMELIA PINTO

DEPARTEMENTU PARTEIRA

INSTITUTO SUPERIOR CRISLTAL

(ISC)

2019

12

Anda mungkin juga menyukai