Anda di halaman 1dari 16

BAB III PROSES PRODU KSI A SAM SU LFAT

PROSES PRODUKSI ASAM SULFAT

3.1 Flow Chart Proses Produksi


Untuk mempermudah pembahasan dan urutan dalam menguraikan proses
produksi, penulis merangkum dalam bentuk flow chart proses produksi seperti
tampak pada gambar 3.1 berikut ini.
Proses produksi dimulai dari proses pengeringan udara, dilanjutkan
dengan pencairan, pembakaran belerang. Pada proses pencairan dan pembakaran
belerang parameter utama yang harus dikendalikan adalah suhu pencairan dan
suhu pada saat pembakaran, jika suhunya masih rendah maka belerang tidak akan
terbakar.
Pada proses pembentukan steam, tujuan yang diinginkan dari proses ini
adalah menurunkan suhu hasil pembakaran belerang yang bersifat eksotermis
sehingga suhunya bisa menjadi turun dan dapat masuk pada proses berikutnya
yaitu reaksi di konverter. Karena sifatnya hanya membuang panas, maka boiler
yang digunakan dalam pembentukan steam adalah tipe waste heat boiler.
Inti dari proses selanjutnya adalah proses pengambilan panas dan proses
penyerapan gas. Produk dikontakkan gas sehingga kuantitas produk akan
meningkat.
Terakhir dari proses ini adalah pengendalian mutu produk yang dilakukan
secara internal oleh operator produksi dan secara eksternal yang dilakukan oleh
bagian QA. Jika dalam proses pengendalian mutu tidak memenuhi spesifikasi
maka produk akan balik kembali ke proses absoprsi sehingga mutunya menjadi
sesuai dengan persyaratan.

KP Irwan. P Universitas Mercu Buana


Hal 16
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Mulai

Pengeringan Udara

Pencairan Belerang

Pembakaran Belerang

Pembentukan Steam

Reaksi di Konverter

Absorbsi Gas SO3

Pendinginan Produk

Pengelolaan Gas Buang

Pertukaran Panas pada HE

Pengendalian Mutu Produk

Sesuai Spec TIDAK

OK

Selesai

Gambar 3. 1 Flow chart proses produksi Asam Sulfat


Sumber : SOP proses produksi PT Timuraya Tunggal

KP Irwan. P Universitas Mercu Buana


Hal 17
http://digilib.mercubuana.ac.id/
3.2 Pengeringan Udara
Pengeringan udara terjadi di menara pengering (DT) dengan menggunakan
asam sulfat berkonsentrasi 98% sebagai penyerap uap air dari udara yang ditiup
oleh blower. Kandungan air perlu dikurangi agar tidak terjadi korosi pada sistem
perpipaan dan dapat merusak katalis V2O5.
Udara bebas yang terdapat di sekitar PT Timuraya Tunggal Tangerang
diperoleh dengan menggunakan blower 200 HP, atau blower cadangan 100 HP
jika blower utama bermasalah. Kemudian, udara masuk dari bagian bawah menara
dan disemprotkan asam sulfat dengan konsentrasi 98% yang berasal dari tangki
asam 1 (AT1). Uap air yang terkandung dalam udara akan terserap oleh larutan
asam tersebut. Udara yang telah dikeringkan kemudian masuk ke burner untuk
digunakan dalam reaksi pembakaran belerang cair. Batas maksimum kadar air
yang yang masih diperbolehkan masuk burner adalah 1 gr/m3.
Proses absorbsi dalam DT berlangsung pada tekanan 1 atm dan temperatur
44°C. Variabel utama dari proses absorbsi pada menara pengering (DT) adalah
luas permukaan kontak antara asam sulfat dan udara. Proses absorbsi akan
berlangsung dengan baik jika luas permukaan kontak semakin meningkat. Oleh
karena itu, di dalam DT dipasang suatu isian atau disebut juga dengan packing
untuk meningkatkan luas permukaan kontak. Jenis packing yang digunakan
adalah tipe Berl Saddle dan Raschig Ring berbahan keramik. Bahan keramik
digunakan karena sifatnya yang tahan terhadap panas dan asam.

3.3 Pencairan Belerang


Belerang padat biasanya hanya digunakan saat terjadi kendala dalam
transportasi belerang cair. Proses pencairan belerang padat berlangsung di dua
buah bak besi (BBS) yang masing-masing dilengkapi dengan koil yang di
dalamnya dilalui steam. Kedua bak besi tersebut diisi dengan belerang padat.
Proses ini diawali dengan pengisian belerang padat ke dalam bak besi hingga
penuh dengan menggunakan loader.

KP Irwan. P Universitas Mercu Buana


Hal 18
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Gambar 3. 2 Flow Sheet Proses Produksi Asam Sulfat
Sumber : Arsip pabrik Asam Sulfat PT Timuraya Tunggal

KP Irwan. P Universitas Mercu Buana


Hal 19
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Selanjutnya steam yang berasal dari waste heat boiler dialirkan ke dalam
koil sehingga terjadi pemanasan belerang padat hingga mencair. Kemudian
belerang yang telah mencair dialirkan ke bak beton (BBT) yang berjumlah enam
buah.

Gambar 3. 3 Bak beton (BBT) tempat belerang cair


Sumber : Dokumentasi pabrik Asam Sulfat PT Timuraya Tunggal

Setiap BBT dilengkapi dengan koil yang berfungsi untuk menjaga suhu
belerang cair pada kisaran 130 °C sehingga sulfur selalu berada dalam keadaan
cairan. Oleh karena itu, penginjeksian steam tetap dilakukan ke dalam koil.
Jumlah sulfur juga harus dijaga tetap. Jika jumlah steam yang dimasukan ke
dalam koil kurang, maka sebagian sulfur akan membeku. Hal tersebut
menyebabkan kerusakan pompa yang digunakan untuk memompa sulfur cair ke
dalam burner. Jika jumlah steam yang dimasukan ke dalam koil berlebih, maka
terjadi reaksi pembakaran sulfur cair dengan udara yang kontak langsung dengan
sulfur. Indikator adanya sulfur yang terbakar adalah adanya api biru pada
permukaan sulfur cair. Jika hal ini terjadi, maka dilakukan pemadaman dengan
menyiramkan air. Air yang tercampur dengan sulfur cair akan menguap dengan
sendirinya.

KP Irwan. P Universitas Mercu Buana


Hal 20
http://digilib.mercubuana.ac.id/
3.4 Pembakaran Belerang
Pembakaran belerang dilangsungkan untuk menghasilkan gas SO2 yang
selanjutnya akan dikonversi menjadi gas SO3 di konverter. Berikut merupakan
reaksi pembakaran sulfur yang terjadi di dalam burner :
S + O2 → SO2 = -293 kJ/mol
Sumber oksigen yang digunakan dalam reaksi pembakaran berasal dari
udara yang telah dikeringkan di DT. Jumlah udara yang masuk ke dalam burner
diatur berlebih agar reaksi pembakaran berlangsung secara sempurna dan
perbandingan SO2 : O2 gas hasil pembakaran sesuai dengan spesifikasi konverter
yang digunakan. Belerang cair dari BBT disemburkan dengan menggunakan
nozzle gun sehingga terbentuk kabut dan belerang mudah terbakar. Di dalam
nozzle gun, terdapat sumbu yang berfungsi untuk mengatur laju alir udara dan
belerang cair yang masuk.

3.5 Pembentukan Steam


Steam dihasilkan di waste heat boiler (WHB) dengan menggunakan panas
hasil reaksi pembakaran belerang menjadi gas SO2. Pada WHB gas hasil
pembakaran didinginkan dari temperatur 830 °C menjadi 400 °C. Panas tersebut
diserap oleh air boiler sehingga menjadi uap atau steam. Selanjutnya steam yang
dihasilkan disalurkan ke sebuah header, kemudian sebagian didistribusikan ke unit
produksi asam sulfamat dan sebagian lainnya didistribusikan ke BBT untuk
mencairkan belerang dan menjaga suhu belerang yang sudah cair agar tetap
berada pada suhu 130 oC, karena pada suhu tersebut kekentalannya sudah cukup
baik untuk sistem pemompaan.

3.6 Reaksi di Konverter


Konversi SO2 menjadi SO3 berlangsung di dalam converter. Berikut
merupakan persamaan reaksinya :
SO2 + ½O2  SO3 = −21.900 kal/mol

Reaksi tersebut merupakan reaksi kesetimbangan dan bersifat


menghasilkan panas atau eksotermik. Pada reaksi yang bersifat eksoterm,

KP Irwan. P Universitas Mercu Buana


Hal 21
http://digilib.mercubuana.ac.id/
kenaikan temperatur akan menyebabkan pergeseran kesetimbangan ke arah
reaktan. Oleh karena itu, reaksi konversi tersebut dilangsungkan secara bertahap
dan aliran gas dari tiap tahap didinginkan terlebih dahulu agar diperoleh produk
dengan jumlah yang diinginkan. Pendinginan aliran gas tersebut berlangsung di
heat exchanger.
Pada unit produksi asam sulfat di PT Timuraya Tunggal, terdapat empat
tahap konversi SO2 menjadi SO3. Masing-masing tahap berlangsung di konverter
yang berbeda. Dalam setiap konverter terdapat katalis V2O5 yang berasal dari
MECS, USA.
Katalis yang terdapat pada konverter-1 (CV-1) berperan untuk
mengkonversi gas SO2 dari HE-1A menjadi SO3 sekitar 80%. Gas yang telah
dipanaskan di HE-1A masuk ke CV-1 dengan temperatur sekitar 425-440 °C dan
keluar dari CV-1 dengan kenaikan suhu menjadi 590°C.

Gambar 3. 4 Konverter
Sumber : Dokumentasi pabrik Asam Sulfat PT Timuraya Tunggal

KP Irwan. P Universitas Mercu Buana


Hal 22
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Katalis yang terdapat pada konverter-2 (CV-2) berperan untuk menaikkan
konversi gas SO2 dari CV-1 menjadi 90%. Sebelum masuk CV-2, aliran gas yang
berasal dari CV-1 didinginkan terlebih dahulu pada HE-1A dan 1B hingga
mencapai temperatur sekitar 425-440 °C. Pada saat keluar dari CV-2 suhunya juga
akan naik menjadi 535 °C.
Pada konverter 3 (CV-3), konversi gas akan dinaikkan lagi menjadi 95%.
Sebelum masuk CV-3, temperatur gas yang masuk harus mencapai 425-440 °C
sehingga gas dari CV-2 perlu didinginkan terlebih dulu pada IMC. Gas yang
keluar dari CV-3 dengan temperatur 475°C dialirkan menuju Absorption Tower 1
(ABT-1) dan Oleum Tower harus didinginkan dahulu melalui melalui HE-2A dan
HE-2B hingga mencapai suhu 150 °C. Pada ABT-1 dan OT, berlangsung absorpsi
intermediat yang merupakan karakteristik dari proses produksi asam sulfat kontak
ganda. Tahap absorbsi intermediat ini bertujuan untuk menurunkan konsentrasi
gas SO3 pada aliran gas, sehingga reaksi kesetimbangan pada converter-4 (CV-4)
dapat bergeser lebih jauh lagi sehingga semua gas akan terkonversi menjadi SO3
sebanyak mungkin.
Pada CV-4, konversi dilanjutkan hingga mencapai konversi total sebesar
99%. Temperatur gas yang masuk ke CV-4 harus sekitar 415-430°C sehingga
perlu dilakukan pemanasan di HE-1B. Temperatur gas keluaran CV-4 adalah
458°C. Selanjutnya, gas yang telah dikonversi dialirkan menuju Absorption
Tower-2 (ABT-2) melalui HE-3 hingga suhunya turun menjadi 150 °C.
Pada ABT-2, terjadi proses absorbsi gas SO3 dengan menggunakan asam
sulfat 99% untuk menghasilkan asam sulfat dengan konsentrasi yang lebih tinggi.
Gas keluaran dari ABT2 kemudian dialirkan ke cerobong gas. Berikut merupakan
ringkasan data operasional unit produksi asam sulfat.

KP Irwan. P Universitas Mercu Buana


Hal 23
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Tabel 3. 1 Konversi total dan kondisi operasi unit converter

Suhu Masuk Suhu Keluar


Konverter Konversi
(°C) (°C)
CV-1 448 582 80%
CV-2 452 534 90%
CV-3 448 475 98%
CV-4 445 458 99%

Sumber: Jurnal Proses Unit Produksi Asam Sulfat, Nopember 2013

3.7 Absorbsi Gas SO3


Absorbsi gas SO3 berlangsung di menara Absorbsi (ABT-1 dan ABT-2)
dan menara Oleum (OTW). Pada OTW, gas keluaran CV-3 akan masuk ke dalam
OTW melalui bagian bawah menara. Dari bagian atas menara, semprotkan oleum
berkonsentrasi 106% dari oleum tank yang telah didinginkan di Cooler OL
terlebih dahulu hingga mencapai temperatur 50 °C.
Selanjutnya gas SO3 yang terkandung akan diserap diabsorb oleh oleum
(H2S2O7) sehingga terjadi penurunan konsentrasi SO3 pada aliran gas dan
peningkatan konsentrasi SO3 yang terkandung di aliran oleum. Di dalam OTW,
digunakan packing dengan jenis raschig ring berbahan keramik dan berdiameter
50 mm agar proses absorbsi berlangsung dengan optimal. Sementara itu, oleum
yang berasal dari OTW akan dialirkan menuju oleum tank. Untuk menjaga
konsentrasi oleum pada oleum tank berada pada rentang minimum sebesar
106,5% , dialirkan asam sulfat 98% yang berasal dari acid tank 2 secara terus-
menerus dengan pengaturan bukaan kran.
Pada ABT-1 dan ABT-2, absorbsi gas SO3 dilakukan dengan
menggunakan asam sulfat 98% yang berasal dari acid tank 3. Sebelum memasuki
ABT-1 dan ABT-2, asam sulfat yang berasal dari acid tank 3 didinginkan terlebih
dahulu di Sheel & Tube Anodic Protection Acid Cooler. Suhu asam yang masuk
ke ABT-1 dan ABT-2 dikendalikan sekitar 50 °C. Sedangkan saat keluar dari
ABT-1 dan ABT-2 sehunya naik menjadi 70 °C.

KP Irwan. P Universitas Mercu Buana


Hal 24
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Aliran gas yang masuk ke ABT-1 dan ABT-2 berasal dari OTW dan CV-4.
Aliran gas masuk dari bagian dasar menara, sedangkan aliran asam sulfat 98%
masuk melalui bagian atas menara. Di dalam ABT-1 dan ABT-2, dipasang juga
isian berupa packing dengan jenis berl saddle dan raschig ring berbahan keramik.
Asam sulfat yang berasal dari ABT-1 dan ABT-2 kemudian masuk ke dalam acid
tank 3 dengan konsentrasinya naik lebih dari 99%. Agar konsentrasi asam sulfat
yang terdapat di acid tank berada pada kisaran 99%, dilakukan pengenceran
dengan menggunakan air sebagai make up yang berasal dari unit utilitas.

Gambar 3. 5 Menara Pengering dan Menara Absorbsi


Sumber : Dokumentasi pabrik Asam Sulfat PT Timuraya Tunggal

3.8 Pendinginan Produk


Setelah produk melewati menara absorbsi dan kontak dengan gas SO3
yang panas, kemudian masuk dalam tangki make up membuat Asam Sulfat yang
tadinya bersuhu 50 oC naik menjadi 70 oC. Untuk mengambil panas dari proses
tersebut maka produk Asam Sulfat dilewatkan ke alat penukar pasa berupa Sheel
& Tube Anodic Protection Acid Cooler. Panas yang dibawa oleh Asam Sulfat di
dalam alat penukar panastersebut diserap oleh air pada sisi tube-nya.

KP Irwan. P Universitas Mercu Buana


Hal 25
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Gambar 3. 6 Sheel & Tube Anodic Protection Acid Cooler
Sumber : Dokumentasi pabrik Asam Sulfat PT Timuraya Tunggal

3.9 Pengolahan Gas Buang


Komponen pencemar utama yang masuk dalam cerobong adalah gas SO2
yang berasal dari konversi yang tidak sempurna dan gas SO3 yang berasal dari
proses absorbsi. Kedua gas ini merupakan senyawa kimia yang dapat
menyebabkan hujan asam. Oleh karena itu, sebelum dibuang ke atmosfer,
konsentrasi SO2 dan SO3 yang terkandung dalam cerobong gas diserap hingga
mencapai nilai ambang batas (NAB) yang telah ditentukan oleh pemerintah.
Penurunan konsentrasi kedua gas tersebut dilakukan dengan menyerap gas
SO2 dan SO3 dengan menggunakan larutan kostik soda (NaOH). Gas SO2 dan SO3
akan larut di dalam larutan dan bereaksi dengan NaOH menghasilkan larutan yang
bersifat netral (garam).

3.10 Pertukaran Panas pada Heat Exchanger (HE)


HE-1A berfungsi untuk memanaskan gas keluaran dari filter gas hingga
mencapai temperatur 448°C untuk diumpankan ke dalam CV-1. Fluida panas pada
HE-1A adalah aliran gas keluaran CV-1 yang telah didinginkan terlebih dahulu di
HE-1B. Fluida panas tersebut mengalir pada tube HE-1A. Fluida dingin HE-1A

KP Irwan. P Universitas Mercu Buana


Hal 26
http://digilib.mercubuana.ac.id/
adalah aliran gas keluaran filter gas yang akan diumpankan ke dalam CV-1.
Fluida dingin mengalir pada shell HE-1A.
HE-1B berfungsi untuk mempertukarkan panas antara aliran gas keluaran
CV-1 dan aliran gas keluaran HE-2A. Fluida panas pada HE-1B adalah aliran gas
keluaran CV-1. Fluida panas tersebut mengalir pada shell HE-1B. Fluida dingin
HE-1B adalah aliran gas keluaran dari tube HE-2A . Fluida dingin mengalir pada
tube HE-1B.
HE-2A berfungsi untuk mempertukarkan panas antara aliran gas keluaran
CV-4 dan aliran gas keluaran AT1 yang telah dipanaskan terlebih dahulu di HE-
2B. Fluida panas pada HE-2A adalah aliran gas keluaran CV-4. Fluida panas
tersebut mengalir pada shell HE-2A. Fluida dingin HE-2A adalah aliran gas dari
tube HE-2B. Fluida dingin mengalir pada tube HE-2A.
HE-2B berfungsi untuk mempertukarkan panas antara aliran gas dari shell
HE-2A dan aliran gas keluaran AT1. Fluida panas pada HE-2B adalah aliran gas
keluaran CV-4 yang telah didinginkan terlebih dahulu di HE-2A. Fluida panas
tersebut mengalir pada shell HE-2B. Fluida dingin HE-2B adalah aliran gas
keluaran AT1. Fluida dingin mengalir pada tube HE-2B.
HE-N1 berfungsi untuk mendinginkan aliran gas keluaran CV-2 yang
selanjutnya akan diumpakan ke dalam CV-3. Fluida panas pada HE-2B adalah
aliran gas keluaran CV-2. Fluida panas tersebut mengalir pada shell HE-N1.
Fluida dingin HE-N1 adalah aliran udara bebas yang terdapat di sekitar unit
produksi asam sulfat. Fluida dingin mengalir pada tube HE-N1.

KP Irwan. P Universitas Mercu Buana


Hal 27
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Gambar 3. 7 Alat Penukar Panas (Heat Exchanger)
Sumber : Dokumentasi pabrik Asam Sulfat PT Timuraya Tunggal

HE-3 untuk mendinginkan aliran gas keluaran CV-4 yang selanjutnya akan
diumpakan ke dalam AT2. Fluida panas pada HE-3 adalah aliran gas keluaran
CV-4. Fluida panas tersebut mengalir pada shell HE-N1. Fluida dingin HE-3
adalah aliran udara bebas yang terdapat di sekitar unit produksi asam sulfat.
Fluida dingin mengalir pada tube HE-3.

3.11 Pengendalian Mutu Produk


Pengendalian proses di unit produksi asam sulfat PT Timuraya Tunggal
berlangsung secara manual. Pada beberapa titik-titik penting di unit produksi
tersebut, dilakukan pengukuran tekanan dan temperatur. Pengukuran temperatur
dilakukan dengan menggunakan termokopel dan pengukuran tekanan dilakukan
dengan menggunakan manometer terbuka. Fluida yang digunakan pada
manometer terbuka adalah air.

KP Irwan. P Universitas Mercu Buana


Hal 28
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Tabel 3. 2 Hasil Pengendalian Asam Drying
Asam Sulfate
a. Asam Drying (uji lab Vs conductivity)

Tgl Drying pagi Drying Sore


(%) selisih (%) selisih
Lab Alat lab-alat Lab Alat lab-alat
17 98,17 97,70 0,47 98,46 98,00 0,46
18 98,21 97,90 0,31 98,64 99,00 -0,36
19 98,07 98,30 -0,23 98,82 99,30 -0,48
20 98,64 98,60 0,04 98,95 99,10 -0,15
21 98,78 98,80 -0,02 98,60 98,70 -0,10
22 99,41 99,40 0,01 98,66 98,80 -0,14
23
24 98,89 99,60 -0,71 98,65 98,60 0,05
25 98,60 98,40 0,20 98,27 98,20 0,07
26 98,39 98,00 0,39 98,11 97,70 0,41
27 98,86 98,40 0,46 97,96 97,90 0,06
28 98,54 98,50 0,04 98,31 98,20 0,11
29 98,30 98,30 0,00 98,45 98,60 -0,15
30

x 98,51 98,45 98,38 98,36


s 0,31 0,45 0,35 0,29 0,46 0,24
Maks 99,41 99,60 0,80 98,95 99,30 0,47

Min 98,07 97,70 -0,73 97,67 97,50 -0,48

Sumber : Data Uji Lab QA Timuraya Nopember 2013

Pada setiap rentang waktu tertentu, dilakukan pencatatan hasil pengukuran


temperatur dan tekanan. Hasil pengukuran temperatur dapat dilihat di ruang
kontrol. Di dalam ruangan tersebut, dilakukan juga pengendalian semua motor
listrik yang digunakan untuk menggerakan blower dan pompa. Untuk hasil
pengukuran tekanan, dilakukan pengamatan langsung dilapangan.

KP Irwan. P Universitas Mercu Buana


Hal 29
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Tabel 3. 3 Hasil Pengendalian Asam Absorbsi
Asam Sulfate
b. Asam Absorbtion (uji lab Vs conductivity)

Tgl Absorbtion pagi Absorbtion sore


(%) selisih (%) selisih
Lab Alat lab-alat Lab Alat lab-alat
17 99,44 99,14 0,30 99,60 99,23 0,37
18 99,51 99,24 0,27 99,58 99,36 0,22
19 99,53 99,52 0,01 99,76 99,74 0,02
20 99,70 99,43 0,27 99,79 99,55 0,24
21 99,76 99,39 0,37 99,40 99,26 0,14
22 99,74 99,39 0,35 99,51 99..29 0,14
23
24 99,96 99,78 0,18 99,72 99,34 0,38
25 99,75 99,23 0,52 99,43 99,09 0,34
26 99,57 99,03 0,54 99,03 99,22
27 99,71 99,23 0,48
28 99,74 99,21 0,53 99,67 99,02 0,65
29 99,70 99,25 0,45 99,71 99,24 0,47
30

x 99,67 99,28 0,39 99,58 99,33 0,29


s 0,14 0,20 0,16 0,20 0,23 0,17
Maks 99,96 99,78 0,72 99,79 99,97 0,65

Min 99,33 98,85 0,01 99,03 99,02 0,02

Sumber : Data Uji Lab QA Timuraya Nopember 2013

Apabila temperatur yang tercatat berada di luar batas minimum atau


maksimum, maka operator harus turun ke lapangan untuk melakukan tindakan
pengendalian agar temperatur di titik tersebut kembali ke dalam batas.
Pengendalian temperatur dilakukan dengan merubah laju alir aliran 5, 20, dan 23
(aliran dapat dilihat pada gambar 3.1). Perubahan laju alir dilakukan dengan
pembukaan dan penutupan valve yang terdapat di pipa. Pengaturan kerja motor
listrik dilakukan melalui panel listrik yang terdapat di ruang kontrol.

KP Irwan. P Universitas Mercu Buana


Hal 30
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Gambar 3. 8 Produk Asam Sulfat dalam kemasan jerigen
Sumber : Dokumen pabrik Asam Sulfat PT Timuraya

Gambar 3. 9 Visual Asam Sulfat, sampel utuk uji di laboratorium


Sumber : Dokumen lab QA PT Timuraya Tunggal

KP Irwan. P Universitas Mercu Buana


Hal 31
http://digilib.mercubuana.ac.id/

Anda mungkin juga menyukai