Anda di halaman 1dari 6

NAMA : ZULHAMDI NURHAFIZH

KELAS : AGT-B

NPM : 71190713065

RESUME

THAHARAH

A. Pengertian Thaharah
Thaharah adalah bahasa Arab artinya bersuci. Sedangkan pengertian thaharah
menurut syara' yaitu bersuci dari hadats dan najis untuk mencari keridhaan Allah
SWT. Bersuci merupakan salah satu syarat sah dalam beberapa ibadah khususnya
shalat.
Menurut bahasa adalah suci dan bersih dari kotoran. Sedangkan menurut
istilah fiqih, thaharah adalah bersuci dengan alat-alat dan cara-cara yang telah
ditetapkan oleh syara' untuk menghilangkan najis dan hadats.
Kewajiban thaharah terdapat dalam QS. surah Al-Ma'idah : 6, yang artinya:
"Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat
maka basuhlah mukamu an tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu
dan (basuhlah) kakimu sampai dengan kedua mata kaki, dan jika kamu junub
maka mandilah, dan jika kamu sakit atau dalam perjalan atau kembali dari tempat
buang air (kakus), atau menyentuh perempuan, lalu kamu tidak memperoleh air,
maka bertayamumlah dengan tanah yang baik (bersih), sapulah mukamu dan
tanganmu dengan tanah itu. Allah tidak hendak menyulitkan kamu, tetapi Dia
hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan nikmat-Nya bagimu, supaya
kamu bersyukur."
Thaharah mencakup dua hal, yaitu :
- Bersuci dari najis, baik pada badan, pakaian maupun tempat.
- Bersuci dari hadats, baik hadats besar maupun kecil. Hadats besar, cara
bersucinya dengan mandi, sedangkan hadats kecil cara bersucinya dengan
wudhu. Apabila tidak ada air, bersuci dari kedua hadats tersebut bisa
dilakukan dengan cara tayamum.

B. Sarana Thaharah
Sarana atau alat yang dapat dihunakan untuk thaharah, adalah sebagai
berikut :
1. Air.
Air adalah sarana paling utama yang digunakan untuk bersuci dari hadats
maupun najis. Namun, tidak semua air atau benda cair dapat digunakan untuk
bersuci. Untuk mengetahuinya kita harus memahami terlebih dahulu pembagian
air berikut ini :
Air muthlaq. Air muthlaq atau air suci sukaligus menyucikan adalah air yang
jatuh dari langit atau bersumber dari bumi dan masih tetap (belum berubah)
keadaannya. Seperti : air hujan, air salju, air embun, air laut, air danau, air sumur,
dan air sungai. Air-air ini suci zatnya, sekaligus dapat digunakan untuk
menyucikan sesuatu.
Air suci, tetapi tidak menyucikan. Hukum asal air ini adalah suci, tetapi ia
tidak dapat digunakan untuk menyucikan sesuatu sehingga dikatakan sebagai air
suci tetapi tidak menyucikan. Air yang termasuk dalam kategori ini antara lain
adalah : Pertama, Air yang sudah berubah salah satu sifatnya (warna, rasa, dan
bau) karena bercampur dengan benda suci lainnya. Misalnya : air teh, air sirop,
dan lain-lain. Kedua, Air mustamal adalah air yang berjumlah sedikit dan sudah
digunakan untuk bersuci untuk menghilangkan hadats atau najis, sedangkan air itu
tidak berubah sifatnya (warnanya, rasanya, dan baunya) dan tidak pula bertambah
volumenya. Ketiga, Air yang berasal dari pepohonan dan air dari buah-buahan.
Misaknya, air kelapa, air nira, air perasan buah, dan lain-lain.
Air suci dan menyucikan, tetapi makruh dipakai. Air ini suci dan sah
digunakan untuk bersuci, tetapi hukumnya makruh. Makruh dipakai untuk badan,
tapi tidak makruh digunakan untuk pakaian. Yaitu air yang berada dalam bejana
yang terjemur oleh terik matahari. Hukum ini hanya berlaku untuk air yang berada
dalam bejana, karena dikuatirkan bejana itu berkarat sehingga tidak baik untuk
kesehatan.
Air yang terkena najis. Air yang semula suci kemudian kejatuhan atau
tercampur dengan barang najis. Ada dua hukum dalam masalah ini. Pertama,
apabila air yang terkena najis itu jumlahnya kurang dari dua qullah, hukumnya
menjadi najis, meskipun sifat-sifat air (warna, rasa, dan bau) tidak berubah. Air
semacam ini tidak dapat digunakan untuk bersuci. Kedua, jika air terkena najis itu
mencapai dua qullah atau lebih, maka hukumnya najis dengan syarat air tersebut
berubah salah satu sifatnya. Air seperti ini hukumnya seperti najis sehingga tidak
dapat digunakan untuk bersuci. Namun jika air tersebut tidak berubah salah satu
sifatnya, hukumnya tetap suci dan menyucikan.
2. Debu yang suci.
Bersuci dengan menggunakan debu disebut tayamum. Tayamum dilakukan
jika seseorang tidak menemukan air untuk bersuci atau karena sakit yang akan
membahayakan jiwanya kalau terkena air.Debu sebagai sarana thaharah yang
menggantikan posisi air. Jadi, dengan pertimbangan kondisi di atas, seseorang
yang berhadats kecil atau besar dapat melakukan thaharah dengan debu.
3. Benda keras.
Benda keras dapat digunakan untuk bersuci ketika beristinja (membersihkan
kotoran) setelah buang air kecil atau besar. Benda keras tang dapat digunakan
untuk bersuci adalah setiap benda yang keras, suci, dan kesat. Seperti : batu, kayu,
kertas, atau daun. Adapun benda keras tapi licin (tidak kesat), tidak sah digunakan
untuk beristinja karena tidak dapat mengilangkan atau mengangkat materi najis.

C. Macam-macam Thaharah
Secara umum, thaharah dibagi menjadi dua yaitu thaharah ma’nawiyah dan
thaharah nissiyah. Thaharah ma’nawiyah adalah thaharah hati atau rohani,
sedangkan thaharah nissiyah adalah thaharah badan atau jasmani.
1. Thaharah ma’nawiyah
Thaharah ma’nawiyah atau thaharah qalbu (hati) yakni mensucikan diri dari
syirik dan maksiat dengan bertauhid dan melakukan kegiatan amal sholeh agar
senantiasa dekat dengan Allah SWT.
Thaharah ini bisa dikatakan sebagai thaharag yang paling utama
dibandingkan thaharah nissiyah, karena thaharah nissiyah tidak bisa dilaksanakan
jika hati kita belum suci. Karena itulah sebagai seorang muslim kita harus
mensucikan diri dan jiwa dari perbuatan syirik dan munafik pun dari kegiatan
maksiat seperti dengki, sombong, dendam, benci, riya’ dan lain-lain.
2. Thaharah nissiyah
Thaharah nissiyah atau thaharah badan dan jasmani merupakan thaharah yang
mensucikan diri serta bagian tubuh dari hadats (baik hadats kecil ataupun hadats
besar) serta najis dan segala jenis kotoran.
Untuk menghilangkan hadats kecil harus berwudhu dan untuk menghilangkan
hadats besar kita harus mandi wajib. Namun, apabila dalam kondisi tak ada air,
maka kita diperbolehkan melakukan tayamum dengan tanah atau debu.
Dalil Tentang Thaharah
Allah SWT berfirman dalam surat Al Baqarah ayat 222,

َ‫اِنَ هللاَ يُ ِحبُ التَ َوابِ ْينَ َوي ُِحبُ ْال ُمتَطَ ِه ِر ْين‬

Artinya: “Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan


menyucikan diri.” (QS. Al-Baqarah: 222)

Lalu Rasulullah SAW juga bersabda,

َ ‫اَل يُ ْقبَ ُل هللاِ ال‬


‫صاَل ةَ بِ َغي ِْر طَهُوْ ُر‬

Artinya: “Allah tidak akan menerima shalat yang tidak dengan bersuci.” (HR.
Muslim)

Allah SWT juga berfirman dalam surat Al Muddatsir,


“Hai orang yang berselimut. Bangunlah, kemudian berilah peringatan !, dan
agungkanlah Tuhanmu. Dan bersihkanlah pakaianmu“. (QS. Al-Muddatstsir : 1-
4).

Sebagaiman telah dijelaskan sebelumnya bahwa, thaharah merupakan kegiatan


bersuci dari najis maupun hadas.

Tata Cara Thaharah

Sementara itu, tata cara melakukan thaharah adalah sebagai berikut:

1. Mandi Wajib
Mandi wajib adalah mensucikan diri dari hadats besar dengan membasuh
secara merata ke seluruh tubuh dengan air. Membasuh dubur dan qubul dari najis
atau kotoran dengan menggunakan air yang suci lagi mensucikan atau batu yang
suci dan benda padat lain yang menempati kedudukan air dan batu, yang dapat
dilakukan setelah kita buang air.
Sementara air adalah seutama-utama alat bersuci, karena air lebih dapat
mensucikan tempat keluarnya kotoran yang keluar dari dubur dan qubul,
dibandingkan dengan selainnya.
Allah SWT berfirman,
“Janganlah kamu sholat dalam masjid itu selama-lamanya. Sesungguhnya
masjid yang didirikan atas dasar taqwa (Masjid Quba), sejak hari pertama adalah
lebih patut kamu sholat di dalamnya. Di dalam masjid itu ada orang-orang yang
ingin membersihkan diri. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang
bersih.” (QS. at Taubah :108)
2. Wudhu
Sementara wudhu dilakukan untuk menghilangkan hadats kecil saat hendak
melaksanakan sholat. Rasulullah SAW bahkan menganjurkan umat-Nya untuk
selalu menjaga dan menyempurnakan wudhu.
Hal ini lantaran keistimewaan dan keutamaan wudhu, sebagaimana banyak
hadits Rasulullah SAW bersabda,
Dari Anas ra, bahwa Rasululloh SAW bersabda:
”Dengan perangai yg baik yg terdapat pada seorang laki-laki, Allah
menyempurnakan segala amalnya dan dengan bersucinya untuk mengerjakan
sholat, Allah menghapus dosa-dosanya, hingga bulatlah sholat itu menjadi pahala
baginya.” (HR Abu Ya’la, Bazzar, dan Thabrani dalam Al Ausath).

D. Hikmah Thaharah
Hikmah pertama yaitu bersuci, karena bersuci salah satu bentuk pengakuan
Islam terhadap fitrah manusia sebagai umat Islam. Hikmah kedua selalu menjaga
kemuliaan serta wibawa dari umat Islam. Hikmah ketiga adalah melindungi diri
dan menjaga kesehatan dari berbagai jenis penyakit.

Anda mungkin juga menyukai