Anda di halaman 1dari 77

LAPORAN MANAJEMEN KEPERAWATAN

RUANG AMARILIS LANTAI 6

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA DEPOK

KELOMPOK 1 DAN KELOMPOK 3

PROGRAM STUDI ILMU PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN INDONESIA MAJU
JAKARTA
2018
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Rumah sakit merupakan organisasi yang sangat komplek dan merupakan
komponen yang sangat penting dalam upaya peningkatan status kesehatan bagi
masyarakat. Salah satu fungsi rumah sakit adalah menyelenggarakan pelayanan dan
asuhan keperawatan yang merupakan bagian dari sistem pelayanan kesehatan dengan
tujuan memelihara kesehatan masyarakat seoptimal mungkin. Pelayanan keperawatan
merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan. Dalam pelayanan kesehatan,
keberadaan perawat merupakan posisi kunci, yang dibuktikan oleh kenyataan bahwa 40-
60 % pelayanan rumah sakit merupakan pelayanan keperawatan dan hampir semua
pelayanan promosi kesehatan dan pencegahan penyakit baik di rumah sakit maupun
tatanan pelayanan kesehatan lain dilakukan oleh perawat.
Profesi perawat sebagai ujung tombak pemberi pelayanan kesehatan saat ini
diharapkan dapat meningkatkan profesionalisme dalam berbagai aspek keilmuan dalam
menghadapi tuntutan masyarakat yang semakin tinggi untuk mendapatkan pelayanan
asuhan keperawatan yang berkualitas. Perawat dituntut untuk memberikan asuhan
keperawatan yang komprehensif dan berperan penting di dalam mencapai tujuan asuhan
keperawatan yaitu kesehatan atau kesembuhan pasien. Keperawatan merupakan suatu
bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan
yang didasarkan pada ilmu keperawatan. Pelayan tersebut meliputi pelayanan secara
komprehensif meliputi aspek bio-psiko-sosio-kultural-spiritual ditujukan kepada
perorangan, keluarga masyarakat baik sakit maupun sehat dan mencakup seluruh proses
kehidupan manusia.
Pengetahuan tentang manajemen merupakan pengetahuan yang universal dan
sangat krusial bagi penerapan asuhan keperawatan secara umum di bidang pelayanan.
Arwani dan Supriyatno (2006) mendefinisikan menajemen sebagai proses
menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain untuk mencapai tujuan organisasi dalam
suatu lingkungan yang berubah. Manajemen juga merupakan proses pengumpulan dan
mengorganisasi sumber-sumber dalam mencapai tujuan (melalui kerja orang lain) yang
mencerminkan dinamika suatu organisasi. Tujuan ditetapkan berdasarkan misi, filosofi
dan tujuan organisasi. Manajemen keperawatan menurut Gillies (1986) dikutip oleh
Nursalam (2015), yaitu suatu proses bekerja melalui anggota staf keperawatan untuk
memberikan asuhan keperawatan secara profesional. Manajer keperawatan dituntut
untuk merencanakan, mengorganisir, memimpin dan mengevaluasi sarana dan prasarana
yang tersedia untuk dapat memberikan asuhan keperawatan yang seefektif dan seefisien
mungkin bagi individu, keluarga dan masyarakat.
Komponen utama dalam proses manajemen keperawatan berfokus pada sumber
daya manusia, uang, alat, dan metode yang akan diproses sehingga menciptakan
pelayanan dan pengelolaan asuhan keperawatan yang optimal. Tujuan manajemen
keperawatan itu sendiri yaitu untuk meningkatkan dan mempertahankan kulaitas
pelayanan keperawatan bagi kepuasan klien.
Dalam suatu manajemen terdapat suatu proses yang mengubah input menjadi
output dimana input meliputi manusia, uang, materi dan metode. Selanjutnya input ini
akan diproses dengan melewati beberapa tahap seperti perencanaan, pengambilan
keputusan, pengorganisasian, ketenagaan dan pengarahan sehingga dapat dicapai output
yang diinginkan. Adapaun output yang diinginkan yaitu efisiensi, staf yang kompeten
dan pelayanan yang berkulailtas. Pada manajemen keperawatan kegiatan ini terintegrasi
pada praktik nyata di dalam pengelolaan klien sehingga dihasilkanlah suatu pelayanan
keperawatan yang efektif dan efisien yang dapat diterapkan kepada klien, keluarga klien
dan masyarakat.
Pembelajaran manajemen keperawatan bertujuan untuk mempersiapkan
mahasiswa sebagai agen pembaharu dalam rangka meningkatkan kemampuan perawat
dalam melaksanakan menajemen asuhan keperawatan yang profesional. Dalam rangka
mencapai tujuan tersebut maka Sekelompok Mahasiswa Manajemen Keperawatan
Program Profesi Studi Ilmu Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Indonesia
Maju 2015 yang terdiri dari 30 orang melakukan praktik di lantai 6 ruang perawatan
Amarilis Rumah Sakit Umum Daerah Kota Depok selama satu bulan. Waktu
pelaksanaan terhitung mulai tanggal 19 November 2018 sampai dengan 14 Desember
2018. Praktik profesi keperawatan dilaksanakan di ruang rawat inap Amarilis yang
merawat pasien dengan masalah penyakit infeksi, non infeksi dan bedah.
RSUD Kota Depok yang dibangun pada tahun 2004 di atas lahan seluas 29.378
m2 dan mulai beroperasi sebagai rumah sakit kelas C pada tanggal 17 April 2008.
Rumah Sakit Umum Daerah Kota Depok merupakan satu-satunya rumah sakit milik
pemerintah yang ada di Kota Depok. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan
Nomor429/Menkes/Sk/V/2008 tanggal 2 Mei 2008 tentang penetapan kelas RSUD Kota
Depok dan Keputusan Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat
Nomor503/SK.11968-Yankes/2007 tentang izin sementara menyelenggarakan Rumah
Sakit Kepada Pemerintah Kota Depok, maka RSUD Kota Depok mulai beroperasi
sebagai rumah sakit kelas C pada tanggal 17 April 2008.
Pada awal operasional RSUD Kota Depok merupakan Unit Pelaksana Teknis
(UPT) Dinas Kesehatan Pemerintah Daerah Kota Depok dan pada 31 Desember 2009
berdasarkan Peraturan Daerah Nomor : 8 tahun 2008 RSUD Kota Depok telah berdiri
sendiri menjadi Organisasi Perangkat Daerah (OPD) di Kota Depok. Pada tahun 2011,
berdasarkan Keputusan Walikota Depok Nomor 903/454/Kpts/Bapp/Huk/2011,
Peraturan Walikota Depok Nomor 46 Tahun 2011, Peraturan Walikota Depok Nomor 47
Tahun 2011 dan Peraturan Walikota Depok Nomor 48 Tahun 2011, RSUD Kota Depok
ditetapkan sebagai Badan Layanan Umum Daerah. Hal ini berarti RSUD Kota Depok
berhak atas pengelolaan keuangan dan pegawainya.
Saat ini kapasitas tempat tidur (TT) RSUD Kota Depok berjumlah 71 tempat tidur
yang terdiri dari 54 tempat tidur perawatan kelas III, 4 tempat tidur perawatan kelas II, 9
tempat tidur perawatan perina, dan 4 tempat tidur perawatan isolasi. Seiring dengan
meningkatnya jumlah pasien dengan spesialistiknya,maka tahun 2014 kapasitas tempat
tidur yang dimiliki oleh RSUD Kota Depok tersebut kini telah dimanfaatkan secara
maksimal.
Sedangkan untuk rawat jalan, RSUD memiliki 12 klinik spesialis yang terdiri dari
penyakit dalam, anak, kebidanan dan kandungan, psikiatri, saraf, anestesi, mata, THT,
paru, gigi dan bedah mulut, serta radiologi.
Visi Rumah Sakit Umum Daerah Kota Depok: Mewujudkan RSUD Kota
Depok yang Unggul, Nyaman dan Religius. Misi Rumah Sakit Umum Daerah Kota
Depok:
1. Meningkatkan kualitas pelayanan Publik yang profesional dan Transparan
2. Meningkatkan Sumber Daya Manusia yang kreatif dan Berdaya Saing
Motto Rumah Sakit Umum Daerah Kota DepokMemberikan pelayanan yang
CERIA P (Ceria, Efektif, Ramah, Inovatif, Aman dan Profesional) dan akan melayani
pasien dengan 5S (Senyum, Sapa, Salam, Sopan, Sabar).
Praktik profesi manajemen keperawatan di lantai 6 ruang perawatan Amarilis
Rumah Sakit Umum Daerah Kota Depok dimulai dengan pengkajian melalui kuesioner,
observasi dan wawancara untuk mengidentifikasi masalah tan di ruangan. Selanjutnya
mahasiswa melakukan perencanaan dan uji coba untuk menyelesaikan masalah tersebut
bersama-sama dengan staf perawat di ruangan. Hasil pengumpulan data teridentifikasi
beberapa masalah dari M1 (ketenagaan), M2( Sarana dan Prasarana), M3 (asuhan
Keperawatan), M4 (Money), M5 (Keselamatan pasien dan kepuasan pasien). Dari
beberapa masalah yang ditemukan, prioritas masalah utama yang didukung oleh hasil
kuisioner, wawancara dan observasi yaitu Metoda asuhan keperawatan yang belum
optimal, ronde keperawatan yang kurang efektif, dokumentasi yang belum lengkap
terisi, supervisi yang belum sepenuhnya terlaksana, belum diterapkannya hand hygiene
pada keluaraga pasien, belum diterapkan pengisian discharge planning, belum
sepenuhnya dilaksanakan pemberian label pada pasien yang terpasang infus, belum
tersusunnya visi, misi dan motto ruangan, dan terdapat kesenjangan dalam pengadaan
SDM diruang Amarilis.Hal ini dapat disebabkanoleh pemahaman yang kurang tentang
konsep asuhan keperawatan, dan fasilitas yang kurang memadai, motivasi perawat yang
kurang,6 langkah cara mencuci tangan yang belum diterapkan dengan baik dilingkungan
rumah sakit baik itu dokter, perawat, staf penunjang, pasien dan juga keluarga
pasien.Selain masalah utama diatas juga ditemukan beberapa masalah yaitu ketepatan
identifikasi pasien yang belum optimal, komunikasi yang dilakukan belum sepenuhnya
efektif, keamanan obat sudah baik hanya pada saat memberikan asuhan terkait
pemberian obat masih belum optimal, pengurangan resiko infeksi sudah dilakukan
hanya karena keterbatasan sarana dan prasarana menjadi kurang optimal. Sehingga Tim
Mahasiswa Manajemen Keperawatan STIKIM bersama dengan Kepala ruangan dan tim
di ruang rawat Amarilis Rumah Sakit Umum Daerah Kota Depokmelakukan
pembaharuan dalam pendokumentasian Asuhan Keperawatan demi kelancaran
Implementasi dan evaluasi asuhan Keperawatan serta beberapa saran yang diberikan
dalam upaya penjaminan mutu perawatan pasien diruang rawat inap perawatan
Amarilis Lantai 6 Rumah Sakit Umum Daerah Kota Depok.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Melaporkan kegiatan praktik profesi manajemen yang bertujuan untuk
meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam menganalisa dan menerapkan ilmu,
konsep dan teknik-teknik manajemen dalam menjalankan tugas pengelolaan ruang
rawat dan pemberian asuhan keperawatan sehingga akan berdampak pada
peningkatkan pelayanan asuhan keperawatan di lantai 6 ruang Amarilis Rumah
Sakit Umum Daerah Kota Depok.
2. Tujuan Khusus
Setelah melakukan praktik profesi manajemen diharapkan mahasiswa mampu :
a. Menjalankan fungsi manajemen yang meliputi proses pengkajian, analisa data,
perencanaan, implementasi dan evaluasi praktik manajemen di lantai 6 ruang
Amarilis Rumah Sakit Umum Daerah Kota Depok.
b. Mengidentifikasi masalah manajemen yang ada di lantai 6 ruang Amarilis
Rumah Sakit Umum Daerah Kota Depok. Membuat perencanaan, implementasi
masalah yang menjadi prioritas, dan melakukan evaluasi terhadap masalah
yang ada.
c. Menjalankan peran sebagai agen pembaharu dan model peran penerapan
kepemimpinan serta pengelolaan pelayanan keperawatan yang profesional di
ruangan

C. Manfaat
1. Bagi mahasiswa
Penulisan ini dapat menjadi sumber dokumentasi dan rekomendasi.
2. Bagi pelayanan keperawatan
Penulisan ini dapat digunakan sebagai rujukan dan gambaran kondisi ruangan serta
rencana pelaksanaan konsep manajemen di lantai 6 ruang Amarilis Rumah Sakit
Umum Daerah Kota Depok sehingga pihak pelayanan dapat memberikan asuhan
keperawatan yang komprehensif.
3. Bagi pendidikan
Mengetahui tingkat kemampuan mahasiswa dalam mengaplikasikan ilmu yang
diperoleh pada masa pendidikan akademik serta bermanfaat untuk meningkatkan
kualitas pengajaran tentang manajemen keperawatan bagi mahasiswa yang akan
menjalani praktik profesi di masa mendatang.
BAB II
HASIL KAJIAN SITUASI DAN TINJAUAN TEORITIS

A. Input
1. Profil ruangan
Fasilitas Ruang Perawatan Lantai 6 Amarilis Rumah Sakit Umum Daerah,
terdiri dari 61 Tempat Tidur, yang terdiri dari berbagai kelas, mulai dari kelas 3
sampai kelas VIP. Ruang rawat Inap Perawatan lantai 6 di khusus kan untuk pasien
Dewasa dengan kategori kasus penyakit bedah dan maternitasdan kasus pasien anak
serta isolasi
Ruangan yang ada terdiri dari 24 tempat tidur untuk pasien anak,35 tempat
tidur untuk pasien bedah dan maternitas, 2 tempat tidur untuk pasien VIP dan 2
tempat tidur untuk pasien Isolasi.

2. Denah ruangan
3. Struktur organisasi ruangan

Visi, Misi, Motto Ruang Amarilis


Lantai 6

VISI
(Belum ada)

MISI
(Belum Ada)

MOTTO
(Belum ada)
4. Ketenagaan ruangan
a. Pola Tenaga Dan Kualifikasi

N JABATAN PENDIDIKAN PELATIHAN KETERANGAN


O
1 Kepala Ruang Ners dg masa -BLS/BTCLS
Perawatan kerja >8th -Manajemen
- Seminar
Kesehatan

2 Ketua Tim D3 Keperawatan -BLS/BTCLS Katim Tetap


dg masa kerja berjumlah 4 Orang
>5th

3 Pelaksana D3 Keperawatan -BLS/BTCLS Pelaksana berjumlah


D3 Kebidanan 17 Orang
Bidan berjumlah 5
orang
Perawat berjumlah 12
orang

5. Fasilitas ruangan
Adapun fasilitas ruangan Amarilis yaitu :
a. Ruang Isolasi 601
Ruangan terdiri dari 1 tempat tidur yang di pisahkan dengan tirai dan fasilitas
yang tersedia : AC central, bel pasien di tempat tidur, 1 kamar mandi, lemari
nakas di samping tempat tidur.
b. Ruang Isolasi 602
Ruangan terdiri dari 2 tempat tidur yang di pisahkan dengan tirai dan fasilitas
yang tersedia : AC central, bel pasien di setiap tempat tidur, 1 kamar mandi,
lemari nakas di samping tempat tidur.
c. Ruang VIP 607 dan 608
Ruangan terdiri dari 1 tempat tidur masing-masing kamar yang di pisahkan
dengan tirai dan fasilitas yang tersedia : AC central, bel pasien di setiap tempat
tidur, 1 kamar mandi, lemari nakas di samping tempat tidur.
d. Ruang Kelas 1 603, 604, 605
Ruangan terdiri dari 2 tempat tidur masing-masing kamar yang di pisahkan
dengan tirai dan fasilitas yang tersedia : AC central, bel pasien di setiap tempat
tidur, 1 kamar mandi, lemari nakas di samping tempat tidur.
e. Ruang Kelas 3 Kebidanan 609, 610
Ruangan terdiri dari 7 tempat tidur masing-masing kamar yang di pisahkan
dengan tirai dan fasilitas yang tersedia : AC central, bel pasien di setiap tempat
tidur, 1 kamar mandi, lemari nakas di samping tempat tidur.
f. Ruang Kelas 3 Bedah 611
Ruangan terdiri dari 7 tempat tidur masing-masing kamar yang di pisahkan
dengan tirai dan fasilitas yang tersedia : AC central, bel pasien di setiap tempat
tidur, 1 kamar mandi, lemari nakas di samping tempat tidur.
g. Ruang Kelas 3 Anak 612, 613
Ruangan terdiri dari 7 tempat tidur masing-masing kamar yang di pisahkan
dengan tirai dan fasilitas yang tersedia : AC central, bel pasien di setiap tempat
tidur, 1 kamar mandi, lemari nakas di samping tempat tidur.
h. Ruang Kelas 2 Anak 614
Ruangan terdiri dari 5 tempat tidur masing-masing kamar yang di pisahkan
dengan tirai dan fasilitas yang tersedia : AC central, bel pasien di setiap tempat
tidur, 1 kamar mandi, lemari nakas di samping tempat tidur.
i. Ruang Kleas 2 Bedah 615
Ruangan terdiri dari 5 tempat tidur masing-masing kamar yang di pisahkan
dengan tirai dan fasilitas yang tersedia : AC central, bel pasien di setiap tempat
tidur, 1 kamar mandi, lemari nakas di samping tempat tidur.
j. Ruang Kelas 2 Kebidanan 616
Ruangan terdiri dari 5 tempat tidur masing-masing kamar yang di pisahkan
dengan tirai dan fasilitas yang tersedia : AC central, bel pasien di setiap tempat
tidur, 1 kamar mandi, lemari nakas di samping tempat tidur.

B. Proses
1. Perencanaan
Perencanaan adalah proses pemikiran dan penentuan secara matang hal-hal
yang akan dikerjakan dimasa mendatang dalam rangka mencapai tujuan organisasi
(Kurniadi, 2013). Perencanaan yang disusun oleh kepala ruangan dan ketua tim
disesuaikan dengan peran dan fungsi masing-masing. Perencanaan yang diterapkan
adalah rencana harian, mingguan dan bulanan.
a. Rencana Harian
Rencana harian adalah rencana aktifitas pada tiap shift oleh perawat
asosiet/perawat pelaksana, perawat primer/ketua tim dan kepala ruangan.
1) Rencana Harian Perawat Pelaksana
Perawat pelaksana akan membuat rencana yang ditujukan pada tindakan
keperawatan untuk sejumlah pasien yang dirawat pada shift dinasnya.
Rencana kegiatan harian Perawat Pelaksana/Assosiet (PP/PA) pada shift
sore dan malam agak berbeda jika hanya 1 atau 2 orang dalam satu tim.
Perawat tersebut akan berperan sebagai ketua tim dan PA/PP, pada setiap
shift serta melakukan kegiatan pre dan post conference.
2) Rencana harian ketua tim
Isi rencana harian ketua tim adalah penyelenggaraan asuhan keperawatan
pada pasien di timnya, melakukan supervisi perawat pelaksana untuk
menilai kompetensi secara langsung dan tidak serta on the job training
yang dirancang, kolaborasi dengan dokter atau tim kesehatan lainnya yang
merawat pasien dalam timnya. Ketua tim sebaiknya hanya dinas pada pagi
hari karena banyak kegiatan atau tindakan yang dilakukan dan
merencanakan kegiatan sore serta malam.
3) Rencana harian kepala ruangan
Isi kegiatan kepala ruangan meliputi semua kegian yang di lakukan oleh
seluruh SDM yang ada di ruangan dalam rangka menghasilkan pelayanan
asuhan keperawatan yang berkualitas. Kepala ruangan harus mengetahui
kebutuhan ruangan dan mempunyai hubungan keluar dengan unit yang
terkait untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Demikian pula dengan asuhan
keperawatan, kepala ruangan sebagai nara sumber utama atau konsultan
untuk menjamin terlaksananya asuhan keparawatan pada semua tim di
ruangan.
Dari hasil wawancara dan observasi diperoleh data yaitu kepala ruangan
mempunyai tujuan jangka panjang dan jangka pendek, mengawasi dan
mengikuti timbang terima setiap shif pagi dan sore.
b. Rencana bulanan
1) Rencana bulanan kepala ruangan
Setiap akhir bulan kepala ruangan melakukan evaluasi hasil keempat pilar
atau nilai MPKP dan berdasarkan hasil evaluasi tersbut, kepala ruangan
akan membuat rencana tindak lanjut dalam rangka peningkatan kualitas
hasil. Dalam fungsi perencanaan kepala ruangan membuat laporan tentang
evaluasi rencana harian yang di buat ketua tim dan perawat pelaksana.
2) Rencana bulanan ketua tim
Setiap akhir bulan melakukan evaluasi tentang keberhasilan kegiatan yang
dilakukan di tim yaitu asuahan keperawatan dan kinerja perawat
pelaksanaan. Berdasarkan hasil tersebut, membuat rencana tindak lanjut
untuk perbaikan pada bulan berikut. Ketua tim membuat laporan evaluasi
rencana kegiatan harian asuhan keparawatan yang dilakukan oleh perawat
pelaksana dan melaporkan hasil audit asuhan keperawatan serta melakukan
perbaikan asuhan keperawatan dengan merencanakan diskusi kasus.
Hasil Analisis Fungsi Perencanaan :
1) Wawancara : menurut kepala ruangan Amarilis lantai 6 Rumah Sakit
Umum Daerah Kota Depokbelum ada visi, misi dan motto ruangan.
2) Observasi : hasil observasi di ruang Amarilis lantai 6 Rumah Sakit Umum
daerah Kota Depok belum ada struktur organisasi yang ditempel di
dinding.
2. Pengorganisasian
Pengorganisasian adalah pengelompokan/pengaturan kegiatan yang dilakukan
untuk mencapai tujuan organisasi, yang meliputi supervisi, koordinasi dengan unit
kerja lain secara vertical/atasan dan horizontal/bawahan (Depkes, RI 2001, dalam
Kurniadi 2013). Adapun menurut Hersey & Blanchard (1977, dalam La Monica
1998) menyatakan pengorganisasian adalah kegiatan mengintegrasikan semua
sumber daya, semua bertujuan agar kelompok mau bekerjama.
a. Pengorganisasian tenaga
Pengorganisasian di ruangan Amarilis menggunakan pendekatan sistem
/metode penugasan modifikasi keperawatan tim primer dan SDM perawat di
organisasikan dengan menggunakan metide penugasa perawat primer dan tim
keperawatan yang di modifikasi. Perawat di bagi dalam tim sesuai dengan
jumlah pasien di ruangan. Jumlah pasien untuk tiap 8-10 orang dan jumlah
perawat 6-10 orang, untuk itu akan di buat struktur organisasi, daftar dinas dan
daftar pasien
1) Struktur organisasi
2) Daftar dinas ruangan
3) Daftar Pasien
Daftar pasien adalah daftar semua pasien yang menjadi tanggung jawab
tiap kelompok selama 24 jam. Secara individu, setiap pasien mempunyai
perawat yang bertanggung jawab secara total selama dirawat dan juga setiap
shift dinas. Hal ini menggambarkan tanggung jawab dan tanggung gugat
perawat atas asuhan keperawatan pasien sehingga terwujudlah perawatan
pasien yang holistik. Daftar pasien juga memberi informasi bagi kolega
kesehatan lain dan keluarga untuk berkolaborasi tentang perkembangan dan
perawatan pasien. Daftar pasien ruangan diisi oleh katim sebelum operan
dengan dinas berikutnya.
Hasil analisis :
1) Struktur organisasi
(a). Wawancara:
Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala ruangan pada tanggal 25
November 2018, struktur organisasi ruang Amarilis sudah sesuai
dengan MAKP tim
(b). Observasi :
Belum ada struktur organisasi yang dipasang di dinding ruangan nurse
station.Belum ada visi, misi dan motto Ruang Amarilis. Berdasarkan
hasil observasi di ruang Amarilis didapatkan data bahwa struktur
organisasi, SPO, uraian tugas dari masing-masing jabatan di struktur
organisasi ruangan tersebut sudah terdapat di ruangan dan sudah
didokumentasikan. Tugas Kepala ruangan dilaksanakan berdasarkan
panduan dari bidang keperawatan, uraian tugas ketua tim dan
pelaksana sudah tertulis dan terdokumentasikan. Penugasan di ruangan
dilaksanakan dengan metode tim.
3. Pengarahan
Pengarahan (directing) adalah proses pemberian tugas, perintah-perintah,
instruksi yang membuat staf bisa memahami keinginan pimpinan organisasi dan
pengarahan tersebut membuat staf untuk berkontribusi secara efektif dan efisien
untuk mencapai tujuan (Kurniadi, 2013).
Pengarahan dilakukan dalam beberapa kegiatan yaitu program motivasi,
manajemen konflik, dan supervisi. Program motivasi dimulai dengan
membudayakan cara berfikir positif bagi setiap SDM dengan mengungkapkannya
melalui pujian (reinforcement) pada setiap orang yang bekerja bersama-sama.
Kebersamaan dalam mencapai visi, dan misi merupakan pendorong kuat untuk
focus pada potensi masing-masing anggota.
Metode AsuhanKeperawatan Profesional (MAKP) merupakan pendekatan
baru, maka kemungkinan menimbulkan konflik yang disebabkan oleh persepsi,
pandangan dan pendapat yang berbeda. Untuk itu dilakukan pelatihan tentang
sistem pelayanan dan asuhan keperawatan bagi semua SDM yang ada. Selain itu
dalam implementasi MAKP, Kepala subdepartemen keperawatan, kepala ruangan
(karu) dan katim agar melakukan komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) untuk
mencegah dan menyelesaikan konflik. Komunikasi yang terbuka diarahkan kepada
penyelesaian konflik dengan win-win solution.
Supervisi / pengawasan merupakan hal yang penting dilakukan untuk
memastikan pelayanan dan asuhan keperawatan berjalan sesuai standar mutu yang
ditetapkan. Pelayanan tidak diartikan sebagai pemeriksaan dan mencari kesalahan,
tetapi lebih pada pengawasan partisipatif yaitu perawat yang mengawasi
pelaksanaan kegiatan memberikan penghargaan pada pencapaian atau keberhasilan
dan memberi jalan keluar pada hal-hal yang belum terpenuhi. Dengan demikian
pengawasan mengandung makna pembinaan.
Pengawasan dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Pengawasan
langsung dilakukan saat tindakan atau kegiatan sedang berlangsung, misalnya
perawat pelaksanan sedang melakukan ganti balutan, maka katim mengobservasi
tentang pelaksanaan dengan memperhatikan apakah standar kerja dijalankan.
Pengawasan terkait pula dengan kinerja dan kompetisi perawat, yang akan berguna
dalam program jenjang karir perawat bersangkutan. Pengawasan tidak langsung
dilakukan melalui pelaporan atau dokumen yang menguraikan tindakan dan
kegiatan yang telah dilakukan.
Kegiatan yang perlu diawasi adalah pelaksanaan berbagai kegiatan yang
berjalan:
a. Manajemen
1) Perencanaan : Pelaksanaan dan hasil dari rencana harian, mingguan dan
rencana bulanan.
2) Pengorganisasian : Pelaksanaan struktur organisasi, jadual dinas dan daftar
pasien
3) Pengarahan: Pemberian motivasi kepada katim dan perawat pelaksana.
Penyelesaian konflik yangterjadi dan pengawasan terhadap pekerjaan
katim dan pelaksana.
4) Pengendalian : Proses pengendalian mutu, hasil kerja ruangan dan kinerja
perawat ruangan.
b. Compensatory Reward
1) Program pengembangan perawat di dalam ruangan (on the job training)
2) Pengembangan jenjang karir tekait dengan persiapan uji kompetensi
perawat
c. Profesional Relationship
Pelaksanaan operan, pendelegasian, konferensi kasus, rapat rutin keperawatan
dan tim kesehatan, serta koordinasi dengan bidang terkait diluar ruang rawat.
d. Patient Care Delivery
Kemampuan manajemen pemberian asuhan keperawatan yang bermutu.
Ketersediaan standart asuhan keperawatan kepada pasien dan keluarga, serta
kemampuan menyelesaikan complaint pasien dan keluarga.   
Kegiatan ketua tim yang perlu diawasi adalah pelaksanaan berbagai kegiatan :
1) Pendekatan manajemen
a) Perencanaan : Pelaksanaan dan hasil rencana harian dan bulanan
untuk timnya
b) Pengorganisasian: Pengalokasian perawat setiap shift pada daftar
pasien. Pengisian daftar dinas.
c) Pengarahan : Pemberian motivasi pada perawat pelaksana,
penyelesaian konflik dalam tim,  pengawasan terhadap penyelesaian
pekerjaan perawat pelaksana
d) Pengendalian: Pengendalian mutu asuhan keperawatan kepada pasien
dan kinerja perawat pelaksana.
2) Penghargaan Karir
a) Program pengembangan perawat dalam tim (on the job trainning )
b) Program pencapaian kompetensi terkait dengan persiapan uji
kompetensi
3) Hubungan Profesional
Pelaksanaan pre-post conference, kolaborasi dengan dokter dan
pendelegasian.
4) Sistem pemberian asuhan pasien
Kemampuan memberi asuhan keperawatan untuk masalah keperawatan
bagi pasien dan keluarga.
Untuk evaluasi fungsi pengarahan ini, kepala ruangan menyusun
rencana terhadap ketua tim dan perawat pelaksana sebagai rencana bulanan.
Analisa
Wawancara :
Kepala ruangan tidak menggunakan sistem reward dan punishment namun
lebih kepada bimbingan dan arahan dalam menyelesaikan masalah. Metode yang
digunakan untuk meningkatkan motivasi kerja perawat adalah dengan
menggunakan bimbingan dan arahan serta menjadikan bawahan sebagai partner,
memberikan support penuh untuk meningkatkan pelatihan. Menurut kepala ruangan
program pelatihan untuk perawat sudah ada dan pelaksanaannya berjalan tidak
sesuai dengan program karena kesulitan dalam mengumpulkan perawat. Tidak
adanya reward dan punishment bagi perawat yang ikut pelatihan ataupun tidak.
Menurut perawat, mereka bersedia untuk mengikuti pelatihan tetapi program
penjadwaanl untuk pelatihan tidak menentu.
Observasi : belum bisa diobservasi.
4. Pengendalian
Pengendalian adalah kegiatan kompleks dan menentukan dalam rangka
membandingkan rencana dan pelaksanaan serta mencari kekurangan/hambatan di
setiap tahapan manajemen untuk segera menemukan masalahdan memberikan
tindak lanjut agar sesuai dengan rencana awal yang telah ditetapkan (Kurniadi,
2013).
Analisa :
Hasil wawancara sistem pengendalian, didapatkan data peningkatan mutu dan
pelayanan di ruangan dilakukan dengan memantau berdasarkan tingkat kepuasan
pasien.Sistem penilaian dan standar penilaian kinerja staf dilaksanakan berdasarkan
mekanisme yang ditetapkan oleh kepegawaian Rumah Sakit Umum Daerah Kota
Depok.
C. Output
1. Indikator mutu umum RS (BOR, LOS, TOI, BTO)
Indikator-indikator pelayanan rumah sakit dapat dipakai untuk mengetahui
tingkat pemanfaatan, mutu, dan efisiensi pelayanan rumah sakit. Indikator-indikator
berikut bersumber dari sensus harian rawat inap :
a. BOR (Bed Occupancy Ratio = Angka penggunaan tempat tidur)
BOR menurut Huffman (1994) adalah “the ratio of patient service days to
inpatient bed count days in a period under consideration”.Sedangkan menurut
Depkes RI (2005), BOR adalah prosentase pemakaian tempat tidur pada satuan
waktu tertentu.Indikator ini memberikan gambaran tinggi rendahnya tingkat
pemanfaatan tempat tidur rumah sakit.Nilai parameter BOR yang ideal adalah
antara 60-85% (Depkes RI, 2005).
Rumus:
BOR = (Jumlah hari perawatan rumah sakit / (Jumlah tempat tidur X Jumlah hari
dalam satu periode)) X 100%
Analisa :
BOR yang didapat di ruang Amarilis pada bulan September 2018 yaitu
33.22%. Berdasarkan hasil tersebut rendahnya tingkat pemanfaatan tempat
tidur di RSUD Depok lantai 6 ruang Amarilis dilihat dari parameter BOR
dikarenakan sudah ada beberapa rumah sakit di wilayah kota depok yang
menerima jaminan bpjs. Sehingga masyarakat lebih memilih rumah sakit
yang lebih dekat dari rumah tempat tinggal mereka.

b. ALOS (Average Length of Stay = Rata-rata lamanya pasien dirawat)


ALOS menurut Huffman (1994) adalah “The average hospitalization stay
of inpatient discharged during the period under consideration”. ALOS menurut
Depkes RI (2005) adalah rata-rata lama rawat seorang pasien.Indikator ini
disamping memberikan gambaran tingkat efisiensi, juga dapat memberikan
gambaran mutu pelayanan, apabila diterapkan pada diagnosis tertentu dapat
dijadikan hal yang perlu pengamatan yang lebih lanjut.Secara umum nilai ALOS
yang ideal antara 6-9 hari (Depkes, 2005).
Rumus:
ALOS = Jumlah lama dirawat / Jumlah pasien keluar (hidup + mati)
Analisa :
Nilai rata- rata ALOS di ruang perawatan Amarylis pada bulan September
2018 yaitu 2,87 hari. Berdasarkan hasil tersebut nilai rata rata rawat inap
pasien tergolong kurang ideal dikarenakan berhubungan dengan pemberi
jaminan pelayanan (BPJS/KIS) dan pasien yang dirawat diruang Amarilis
tidak ditemukan komplikasi sehingga tidak membutuhkan perawatan rawat
inap yang lebih lama.

c. TOI (Turn Over Interval = Tenggang perputaran)


TOI menurut Depkes RI (2005) adalah rata-rata hari dimana tempat tidur
tidak ditempati dari telah diisi ke saat terisi berikutnya.Indikator ini memberikan
gambaran tingkat efisiensi penggunaan tempat tidur. Idealnya tempat tidur
kosong tidak terisi pada kisaran 1-3 hari
Rumus
TOI = ((Jumlah tempat tidur X Periode) – Hari perawatan) / Jumlah pasien keluar
(hidup +mati)
Analisa :
TOI di ruang perawatan Amarilis pada bulan September 2018 adalah
3,69hari. Berdasakan hasil tersebut kurang idealnya penggunaan tempat
tidur dikarenakan rata rata pasien diruangan tidak memerlukan perawatan
rawat inap yang lama sehingga tempat tidur tidak terisi sesuai kisaran TOI.

d. BTO (Bed Turn Over = Angka perputaran tempat tidur)


BTO menurut Huffman (1994) adalah “...the net effect of changed in
occupancy rate and length of stay”. BTO menurut Depkes RI (2005) adalah
frekuensi pemakaian tempat tidur pada satu periode, berapa kali tempat tidur
dipakai dalam satu satuan waktu tertentu.Idealnya dalam satu tahun, satu tempat
tidur rata-rata dipakai 40-50 kali.
Rumus:
BTO = Jumlah pasien keluar (hidup + mati) / Jumlah tempat tidur
Analisa :
BTO ruang perawatan Amarilis pada bulan September 2018 adalah 5,42
BTO dalam 1 tahun adalah 65,04. Berdasarkan hasil tersebut frekuensi
pemakaian tempat tidur Ruang Amarilis ideal dikarenakan semakin tinggi
angka BTO bearti semakin banyak pasien yang menggunakan tempat idur
yang tersedia, hal ini tentu merupakan kondisi yang menguntungkan bagi
pihak rumah sakit karena tempat tidur yang tersedian tidak menganggur
dan menghasilkan pemasukan untuk pihak rumah sakit.

2. Audit dokumentasi (instrumen A depkes)


Audit dokumentasi asuhan keperawatan adalah kegiatan mengevaluasi
dokumen asuhan keperawatan yang telah dilaksanakan oleh perawat pelaksana. Dari
hasil observasi audit dokumentasi asuhan keperawatan berdasarkan Instrumen A
Depkes diambil sampel sebanyak 20 berkas rekam medis dokumen asuhan
keperawatan dari pengkajian hingga catatan keperawatan.

Table 2.1 Hasil Presentase


Pendokumentasian
No. Aspek yang dinilai Jumlah RM Tidak
Lengkap
Lengkap
1. Pengkajian 20 32,5% 67,5%
2. Diagnosa 20 70% 30%
3. Perencanaan 20 49,2% 50,8%
4. Tindakan 20 30% 70%
5. Evaluasi 20 10% 90%
6. Catatan Asuhan 20 100% 0%
Keperawatan

3. Indikator penyakit (ILO, dekubitus, pasien jatuh)


a. ILO
Infeksi Luka Operasi Infeksi Luka Operasi (ILO) atau Infeksi Tempat
Pembedahan (ITP)/ Surgical Site Infection (SSI) adalah infeksi pada luka
operasi atau organ/ruang yang terjadi dalam 30 hari paska operasi atau dalam
kurun 1 tahun apabila terdapat implant. Sumber bakteri pada ILO dapat berasal
dari pasien, dokter dan tim, lingkungan, dan termasuk juga instrumentasi
(Hidayat NN, 2009).

b. Dekubitus
Dekubitus atau luka tekan merupakan masalah serius yang sering terjadi pada
pasien yang mengalami gangguan mobilitas, seperti pasien stroke, cedera
tulang belakang atau penyakit degneratif. Adanya dekubitus yang tidak
ditangani dengan baik dapat mengakibatkan masa perawatan pasien menjadi
panjang dan peningkatan biaya RS.
c. Pasien Jatuh
Pasien dikategorikan beresiko jatuh apabila memiliki satu atau lebih faktor
beresiko jatuh pada saat pengkajian.
Analisa :
Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala ruangan untuk penilaian indikator
mutu pelayanan keperawatan sudah ada formulir, hasil dan telah adanya Standar
Pelayanan Minimal (SPM).
d. Indikator pelayanan (kepuasan pasien/perawat)
Kepuasan pasien berhubungan dengan mutu pelayanan RS.Dengan
mengetahui tingkat kepuasan pasin, manajemen RS dapat melakukan peningkatan
mutu pelayanan. Presentase pasien yang menyatakan puas terhadap pelayanan
berdasarkan hasil survei dengan instrumen yang baku (Indikator Kinerja Rumah
Sakit, Depkes RI tahun 2005).
Analisa :
Berdasarkan kuesioner yang disebarkan kepada 20 pasien / keluarga pasien
didapatkan hasil :Puas sebanyak 80,3% dan 19,7% mengatakan kurang puas atas
pelayanan petugas di Ruang Amarilis Rumah Sakit Umum Daerah Kota Depok.

D. Hasil Kajian Berdasarkan Kuesioner

1. Kepuasan Pasien

Kepuasan adalah perasaan senang seseorang yang berasal dari perbandingan antara
kesenangan terhadap aktifitas dan suatu produk dengan harapannya (Nursalam,
2015).
Analisa :
Berdasarkan hasil kuesioner yang telah kita sebarkan kepuasan pasien diruang
amarilis yaitu 100 % pasien merasa puas.Dikarenakan keramahan petugas rumah
sakit dalam memberikan pelayan yang cepat dan tanggap.Serta komunikasi dari pihak
rumah sakit yang menjelaskan kondisi pasien dan mendengarkan keluhan pasien.
2. Discharge Planning
Discharge planning adalah suatu proses yang dinamis dan sistematis dari penilaian,
persiapan serta koordinasi yang dilakukan untuk memberikan kemudahan,
pengawasan pelayanan kesehatan dan pelayanan sosial sebelum dan sesudah pulang.
Discharge planning menurut Bull (2000) merupakan suatu proses interdisiplin yang
menilai perlunya sebuah perawatan tindak lanjut dan seseorang untuk mengatur
perawatan tindak lanjut tersebut kepada pasien, baik perawatan diri yang diberikan
oleh anggota keluarga, perawatan dari tim profesional kesehatan atau kombinasi dari
keduanya untuk meningkatkan dan mempercepat kesembuhan pasien. Informasi
diberikan kepada pasien agar mampu mengenali tanda bahaya untuk dilaporkan
kepada tenaga medis.Analisa :
Berdasarkan dari pengumpulan data didapatkan hasil 100% perawat melakukan
discharge planning terhadap klien secara lisan dan tidak menggunakan media, akan
tetapi berdasarkan observasi yang kita lihat tidak adanya formulir discharge planning
yang berada di ruang Marilis.Hal ini dikarenakan peran perawat masih terbatas pada
pelaksanaan kegiatan rutinitas saja yaitu hanya berupa informasi jadwal kontrol ulang
dan obat-obatan yang diminum.
3. Keselamatan Pasien
Keselamatan pasien merupakan suatu variabel untuk mengukur dan mengevaluasi
kualitas pelayanan keperawatan yang berdampak terhadap pelayanan kesehatan.
Hand hygiene merupakan membersihkan tangan dengan sabun dan air (handwash)
atau handrub berbasis alkohol yang bertujuan mengurangi atau mencegah
berkembangnya mikroorganisme ditangan (WHO, 2009). Tujuan dilakukan hand
hygiene adalah untuk menghilangkan mikroorganisme (Kozier, 2003 cit.Zulpahiyana,
2013). Hand hygiene dilakukan untuk menghilangkan kotoran bahan organik dan
membunuh mikroorganisme yang terkontaminasi di tangan yang diperoleh karena
kontak dengan pasien terinfeksi/kolonisasi dan kontak dengan permukaan
lingkungan.
Analisa :
Berdasarkan dari pengumpulan data didapatkan hasil 100% dari 12 responden sudah
terlaksana.Karena tidak ditemukan kesalahan pemberian obat, pasien jatuh, infeksi
nosocomial, dan flebitis.
4. Sentralisasi obat
Sentralisasi obat merupakan suatu program terapi yang sangat menunjang proses
kesembuhan pasien. Salah satu upaya untuk memastikan pemberian obat yang tepat
dan efektif adalah sistem sentralisasi obat yang sekarang ini sudah dikembangkan di
berbagai ruangan di RSUD Depok.
Analisa :
Berdasarkan dari pengumpulan data didapatkan hasil 100% dari 12 responden telah
mengetahui sentralisasi obat dan mempergunakan sentralisasi obat sesuai dengan
fungsinya.
5. Supervisi Keperawatan
Supervisi merupakan salah satu bentuk kegiatan dari menegemen keperawatan dan
merupakan cara untuk menjaga mutu pelaksanaan asuhan keperawayan.
Analisa :
Berdasarkan dari pengumpulan data didapatkan hasil 75% supervisi dilakukan. Hal
ini dikarenakan control yang kurang dillakukan oleh kepala ruangan atau ketua tim,
karena adanya beban tugas yang lebih banyak sehingga tidak ada waktu yang cukup
untuk melakukan supervise.
6. Timbang Terima/ Operan
Timbang terima adalah profesionalisme dalam pelayanan keperawatan dapat dicapai
dengan mengoptimalkan peran dan fungsi perawat terutama peran dan fungsi
mandiri perawat.
Analisa :
Berdasarkan dari pengumpulan data didapatkan hasil 100% timbang terima sudah
dilakukan.
7. Ronde Keperawatan

Ronde keperawatan adalah sebagai salah satu bentuk dari pelaksanaan model asuhan
keperawatan dengan metode keperawatan primer, dan suatu sarana bagi perawat
untuk membahas masalah keperawatan dengan melibatkan pasien dan seluruh tim
keperawatan.
Analisa :
Berdasarkan dari pengumpulan data didapatkan hasil 59% ronde keperawatan kurang
baik.Hal ini dikarenakan belum adanya jadwal untuk dilakukan ronde keperawatan,
sehingga penerapannya belum optimal.

8. Dokumentasi Keperawatan
Dokumentasi keperawatan adalah catatan otentik yang dapatkan atau dijadikan bukti
dalam persoalan hukum, karena semua catatan informasi tentang pasien merupakan
dokumentasi resmi dan bernilai hukum oleh karna itu data harus diidentifikasi secara
lengkap.
Analisa :
Berdasarkan dari pengumpulan data didapatkan hasil 66% menyatakan baik dan 34%
menyatakan belum optimal. Hal ini dikarenakan hasil pengamatan atau observasi
selama 1 minggu ditemukan bahwa pendokumentasian asuhan keperawatan dari
pengkajian sampai evaluasi belum optimal karena masih ada data yang belum
lengkap.
BAB III
PERMASALAHAN DAN RENCANA KEGIATAN

A. Analisis Data
SWOT adalah singkatan dari Strength (kekuatan), Weakness (kelemahan),
Oppurtinity (peluang), Treath (tantangan). Analisa SWOT adalah alat yang digunakan
untuk mengidentifikasi isu-isu internal dan eksternal yang mempengaruhi kemampuan
kita dalam memasarkan event-event kita. Analis SWOT merupakan bentuk analisa
situasi dan kondisi yang bersifat deskriptif (memberi gambaran).
Analisa ini terbagi atas 4 komponen dasar, yaitu :
1. Strenght (kekuatan), yaitu situasi atau kondisi yang merupakan kekuatan dari
organisasi atau program pada saat ini
2. Weakness (kelemahan), yaitu situasi atau kondisi yang merupakan kelemahan dari
organisasi atau program pada saat ini
3. Oppurtunity (peluang), yaitu situasi atau kondisi yang merupakan peluang diluar
organisasi dan memberikan peluang berkembang bagi organisasi di masa depan
4. Treath (ancaman), yaitu situasi yang merupakan ancaman bagi organisasi yang
datang dari luar organisasi dan dapat mengancam eksistensi organisasi di masa
depan.
N GAMBARAN ANALISA SWOT
O
1 M1 (Man)Sumber Daya Manusia
a. Internal Faktor (IFAS)
Strenght (kekuatan)
1. Sudah diterapkan model MAKP
2. Adanya system pengembangan staff berupa pelatihan dan sebanyak 100 % perawat telah mengikuti pelatihan BTCLS, tetapi hanya katim
yang telah mengikuti pelatihan MAKP
3. Jenis ketenagaan
a) S1 Keperawatan + Ners 2 orang
b) S1 Keperawatan2orang
c) Diploma IIIKeperawatan 10 orang
d) Pekarya Kesehatan 1 orang
e) Admin 1 orang
f) Cleaning service 3 orang
4. Masa kerja > 10 tahun sebanyak 2 orang, 5-10 tahun sebanyak 6 orang, 1-5 tahun sebanyak 1orang, sedangkan <1 tahun sebanyak 5 orang
Weakness (Kelemahan)
1. Sebagian perawat belum mengikuti pelatihan MAKP
2. Beban kerja perawat di ruangan cukup tinggi
3. Kurangnya jumlah tenaga keperawatan. Jumlah tenaga perawat shift pagi sebanyak 4-5 orang, shift sore sebanyak 4 orang, dan shift
malam sebanyak 4 orang
4. Motivasi yang kurang, salah satunya belum optimalnya pemberian reward dan punishment bagi karyawan
b. Internal Faktor (IFAS)
Opportunity
1. Adanya program pelatihan/ seminar khusus tentang manajemen keperawatan dari diklat
2. Adanya kesempatan melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi
3. Adanya kerjasama yang baik antar mahasiswa fakultas keperawatan dengan perawat klinik
4. Adanya kebijakan pemerintah tentang profesionalisasi perawat
5. Adanya program akreditasi RS dari pemerintah dimana MAKP merupakan salah satu penilaian
Threathned
1. Ada tuntutan tinggi dari masyarakat untuk pelayanan yang lebih profesional
2. Makin tingginya kesadaran masyarakat akan hukum
3. Makin tinggi kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan
4. Persaingan antar RS yang semakin kuat
5. Terbatasnya kuota tenaga keperawatan yang melanjutkan pendidikan tiap tahun karena adanya pertimbangan khusus

2 M2(Material )Sarana dan prasarana


a. Internal Faktor (IFAS)
Strenght (kekuatan)
1. Mempunyai sarana dan prasarana yang memadai untuk pasien, tenaga kesehatan dan keluarga
2. Terdapat administrasi penunjang (buku DPO, buku visite, SOP) yang memadai
3. Tersedianya nurse station
4. Pemeliharaan dan perawatan dari sarana dan prasarana penunjang kesehatan sudah ada

Weakness (Kelemahan)
1. Ketersediaan fasilitas ruangan yang belum lengkap
b. Internal Faktor (IFAS)
Opportunity
1. Adanya pengadaan sarana dan prasarana yang rusak atau tidak berfungsi dengan baik dari bagian pengadaan barang
2. Adanya program pelatihan/ seminar khusus tentang pengoprasian alat
Threathned
1. Kesenjangan antara jumlah pasien dan ketersediaan alat
2. Makin tinggi kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan
3. Adanya tuntutan dari masyarakat untuk melengkapi sarana dan prasarana

3 M3 Methode
MAKP
a. Internal Faktor (IFAS)
Strenght (kekuatan)
1. Rumah Sakit memiliki visi, misi dan motto sebagai acuan melaksanakn kegiatan pelayanan
2. Sudah ada model MAKP yang digunakan yaitu MAKP tim
3. Supervise sudah dilakukan kepala ruangan
4. Ada kemauan perawat untuk berubah
5. Mempunyai standar asuhan keperawatan
6. Mempunyai SOP setiap tindakan
7. Terlaksananya komunikasi yang adekuat, perawat dan tim kesehatan lain
Weakness (Kelemahan)
1. Pelaksanaan model MAKP sudah dilaksanakan, tetapi sosialisasi kepada semua tim masih kurang
2. Ada perawat yang tidak puas dengan penerapan MAKP

b. Internal Faktor (IFAS)


Opportunity
1. Adanya mahasiswa S1 Keperawatan praktik manajemen keperawatan
2. Ada kebijakan pemerintah tentang profesionalisasi perawat
3. Adanya kebijakan RS tentang pelaksanaan MAKP
Threathned
1. Persaingan dengan RS swasta yang semakin ketat
2. Adanya tuntutan masyarakat yang semakin tinggi terhadap peningkatan pelayanan keperawatan yang lebih professional
3. Makin tinggi kesadaran masyarakat akan hokum
4. Makin tinggi kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan
5. Bebasnya pers yang dapat langsung menyebarkan informasi dengan cepat
4 Sentralisasi Obat
a. Internal Faktor (IFAS)
Strenght (kekuatan)
1. Tersedianya sarana dan prasarana untuk pengelolaan sentralisasi obat
2. Kepala ruangan mendukung kegiatan sentralisasi obat
3. Sudah dilaksanakan kegiatan sentralisasi obat oleh perawat berkolaborasi dengan depo farmasi
4. Adanya kemauan perawat untuk melakukan sentralisasi obat
5. Ada lembar pendokumentasian obat yang diterima di setiap status pasien
Weakness (Kelemahan)
1. Pelaksanaan sentralisasi obat masih menggunakan One Day Dose (ODD)
b. Internal Faktor (IFAS)
Opportunity
1. Adanya mahasiswa S1 Keperawatan praktik manajemen keperawatan
2. Kerja sama yang baik antara perawat dan mahasiswa S1 Keperawatan
Threathned
1. Adanya tuntutan pasien untuk medapatkan pelayanan yang professional
2. Makin tinggi kesadaran masyarakat akan hokum
5 Supervisi
a. Internal Faktor (IFAS)
Strenght (kekuatan)
1. Supervise telah dilakukan secara rutin
2. Telah ada program pelatihan dan sosialisasi tentang supervise
3. Kepala ruangan mendukung dan melaksanakan supervisi
Weakness (Kelemahan)
1. Belum mempunyai format yang baku tentang supervise
2. Supervise belum terstruktur dan tidak ada formulir penilaian yang tetap
3. Belum adanya dokumentasi supervise yang jelas
b. Internal Faktor (IFAS)
Opportunity
1. Adanya mahasiswa S1 Keperawatan praktik manajemen keperawatan
2. Adanya teguran dari kepala ruangan bagi perawat yang tidak melaksanakan tugas dengan baik
3. Hasil supervise dapat dilakukan sebagai pedoman untuk Penilaian Sasaran Kerja Pegawai (SKP)
Threathned
1. Adanya tuntutan pasien untuk medapatkan pelayanan yang professional
6 Timbang Terima
a. Internal Faktor (IFAS)
Strenght (kekuatan)
1. Kepala ruangan memimpin kegiatan timbang terima setiap pagi
2. Adanya laporan jaga setiap shift
3. Timbang terima sudah merupakan kegiatan rutin yang telah dilaksanakan
4. Adanya kemauan perawat untuk melakukan timbang terima
5. Adanya buku khusus untuk pelaporan timbang terima
Weakness (Kelemahan)
1. Belum ada protap timbang terima di ruangan
2. Timbang terima sudah dilakukan dengan baik (PA melaporkan identitas pasien, keluhan utama, DS, DO, dan intervensi) tetapi MK tidak
didokumentasikan, dan intervensi masih bersifat umum tidak berdasarkan MK
3. Format timbang terima tidak mencakup nama dan paraf perawat pada setiap shift

b. Internal Faktor (IFAS)


Opportunity
1. Adanya kerjasama yang baik antara mahasiswa S1 Keperawatan praktik manajemen dengan perawat ruangan
7 Discharge Planning
a. Internal Faktor (IFAS)
Strenght (kekuatan)
1. Adanya kartu kontrol berobat
2. Perawat memberikan pendidikan kesehatan secara informal kepada pasien / keluarga selama dirawat atau pulang
Weakness (Kelemahan)
1. Belum adanya format khusus discharge planning yang diterapkan di ruangan
2. Keterbatasan waktu dan tenaga perawat
3. Kurangnya informasi pendidikan kesehatan yang diberikan kepada pasien dan keluarga
4. Tidak tersedianya Flif Chart dan leaflet pasien pulang
5. Pendidikan kesehatan belum terdokumentasi

b. External Faktor (EFAS)


Opportunity
1. Adanya kerjasama yang baik antara mahasiswa S1 Keperawatan praktik manajemen dengan perawat ruangan
8 Ronde Keperawatan
a. Internal Faktor (IFAS)
Strenght (kekuatan)
1. Bidang Keperawatan dan ruangan mendukung adanya kegiatan ronde keperawatan
2. Banyaknya kasus yang memerlukan perhatian khusus
3. SDM banyak mempunyai pengalaman dalam bidang keperawatan anak dan bedah medis

Weakness (Kelemahan)
1. Belum adanya kegiatan ronde keperawatan yang dilaksanakan
2. Jumlah tenaga yang tidak seimbang dengan jumlah tingkat ketergantungan pasien
b. External Faktor (EFAS)
Opportunity
1. Adanya pelatihan dan seminar tentang manajemen keperawatan
2. Adanya kesempatan dari kepala ruangan untuk mengadakan ronde keperawatan pada perawat dan mahasiswa praktek.
Threatened
1. Adanya tuntutan yang lebih tinggi dari masyarakat untuk mendapatkan pelayanan yang profesional.

9 Dokumentasi Keperawatan
a. Internal Faktor (IFAS)
Strenght (kekuatan)
1. Tersedianya sarana dan prasarana dokumentasi untuk tenaga kesehatan (saraa administrasi penunjang).
2. Sudah ada sistem pendokumentasian
3. Format asuhan keperawatan sudah ada
4. Adanya kesadaran perawat tentang tanggung jawab dan tanggung gugat.

Weakness (Kelemahan)
1. Dalam observasi status pasien, pengisisan dokumentasi tidak lengkap : waktu, nama dan jam belum dicantumkan, respon pasienpasca
tindakan kurang terpantau.
2. SAK dan SOP belum maksimal digunakan.
3. Pengawasan terhadap sistem pendokumentasian belum dilakukan secara optimal.
b. External Faktor (EFAS)
Opportunity
1. Adanya pelatihan
2. Peluang perawat untuk meningkatkan pendidikan (pengembangan SDM).
3. Mahasiswa S1 Keperawatan praktek manajemen keperawatan untuk mengembangkan sistem dokumentasi.
4. Kerja sama yang baik antara mahasiswa dan perawat.
Threatened
1. Tingkat kesadaran masyarakat (pasien dan keluarga) akan tanggung jawab dan tanggung gugat
2. Persaingan RS dalam memberikan pelayanan keperawatan

10 M4Money
a. Internal Faktor (IFAS)
Strenght (kekuatan)
1. Ada pendapatan jasa medik untuk pasien pembayaran tunai dan dengan biaya BPJS yang dapat diklaim setelah perawatan
2. Tiap perawat memperoleh pendapatan dari setiap kali jaga shif(uang shif)
3. Jasa insentif untuk pelayanan dan jasa medik yang diberikan sesuai dengan indeks
4. Sistem administrasi sudah terpusat
Weakness (Kelemahan)
-
b. External Faktor (EFAS)
Opportunity
1. Pengeluaran sebagian besar dibiayai oleh institusi
2. Ada kesempatan untuk menggunakan instrumen medis dengan re-use sehingga menghemat pengeluaran
Threatened
Adanya tuntutan yang lebih tinggi dari masyarakat untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang lebih profesional sehingga membutuhkan
pendanaan yang lebih besar untuk mendanai sarana dan prasarana.

11 M5Mutu
a. Internal Faktor (IFAS)
Strenght (kekuatan)
1. Kepuasan pasien terhadap pelayanan kesehatan di Rumah Sakit
2. Adanya variasi karakteristik dari pasien (BPJS, umum)
3. Sebagai tempat praktek mahasiswa keperawatan D-3 , S-1 maupun profesi Ners
Weakness (Kelemahan)
1. LOS yang memendek karena perawatan yang singkat
2. Rata-rata BOR dibawah nilai parameter yang ditetapkan Depkes
3. Pemberian tanggal pada pasien yang terpasang infus terlihat belum terlaksana sepenuhnya.
b. External Faktor (EFAS)

Opportunity
1. Mahasiswa profesi keperawatan praktek manajemen
2. Kerjasama yang baik antara perawat dan mahasiswa
Threatened
1. Adanya peningkatan standar masyarakat yang harus dipenuhi
2. Persaingan RS dalam memberikan pelayanan keperawatan
B. Perumusan masalah
Hasil identifikasi masalah yang didapat melalui pengumpulan data dengan cara membagikan kuesioner , wawancara dan observasi
dipresentasikan dalam FGD (Focus Group Discussion) yang akan dilakukan pada hari Senin, 03Desember 2018. Presentasi dihadiri oleh
Kepala Ruangan, Ketua Tim, dan perwakilan perawat dari ruang Amarilis Lantai 6 serta pembimbing profesi Manajemen Keperawatan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Indonesia Maju.
DATA OBJEKTIF
No ITEM DATA SUBJEKTIF PROBLEM
1 M1 Sumber Daya Berdasarkan hasil wawancara Kuesioner Ada masalah M1 (Man)
Manusia (Man) tanggal 25/11/2018 1. Ketenagaan:
1. Kepala ruangan mengatakan - S1 Keperawatan + Ners 2 orang Adanya kesenjangan SDM (perawat)
jumlah perawat yang bertugas - S1 Keperawatan2orang diruang Amarilis perhitungan teoritis
per hari sebanyak 12 orang. - Diploma IIIKeperawatan 10 orang
2. Kepala ruangan dan Katim - Pekarya Kesehatan 1 orang
mengatakan tingginya Turn Over - Admin 1 orang
pasien. Jumlah perawat yang - Cleaning service 3 orang
bekerja < 1 tahun sebanyak 50
%. Banyak perawat baru yang Observasi jadwal dinas
belum memahami dan 1. Kurangnya jumlah tenaga keperawatan.
melaksanakan Askep dengan Jumlah tenaga perawat shift pagi sebanyak
baik. 4-5 orang, shift sore sebanyak 4 orang, dan
3. Perawat ruangan mengatakan shift malam sebanyak 4 orang.
tenaga perawat dirasakan masih Total 12-13 orang
kurang karena beban kerja yang
berat yaitu 10 pasien untuk 1 Idealnya menurut rumus douglass
perawat. Shift pagi 5,66 6 orang
Shift siang 5,04 5 orang
Shift malam 3,37 3 orang
Total 14 orang
Jumlah perawat berdasarkan beban kerja
(Douglass) = 14,07 14 orang per hari
2 M2 Sarana dan Observasi ketersediaan alat kesehatan dan Ada masalah M2 (Material)
prasarana(Material bahan habis pakai
) 1. Kurangnya ketersediaan cairan infus yang 1. Pengadaan stok cairan yang
sesuai dengan instruksi kurang
2. Kurang terkoordinirnya penempatan 2. Pemilahan ruangan tidak sesuai
pasien sesuai fungsi ruangan (misal, klasifikasi pasien
pasien obgyn digabung dengan pasien
bedah)
3. Penempatan handrub tidak pada masing-
masing tempat tidur pasien

3 M3 Methode Berdasarkan hasil wawancara Berdasarkan kuesioner Ada masalah M3 (Methode)


tanggal 25/11/2018 1. 10 % dari perawat belum pernah 1. Belum adanya visi dan missi
1. Kepala ruangan mengatakan di tersosialisasi tentang MAKP serta motto ruangan
ruang Amarylis telah 2. Tidak adanya format discharge
menerapkan MAKP tim Berdasarkan observasi planning dan edukasiFliffchart
2. Kepala ruangan mengatakan di 1. Tidak adanya format discharge planning dan leaflet sangat dibutuhkan
ruang Amarylis belum yang digunakan sebagai media discharge
mempunyai visi dan missi serta 2. Tidak adanya fliffchart dan leaflet yang planning
motto ruangan digunakan sebagai informasi bagi pasien 3. Pelaksanaan Askep kurang
3. Ketua Tim mengatakan belum pulang efektif dan perawat merasa beban
keseluruhan dari perawat 3. Tidak ada nya format baku mengenai kerjanya berat.
tersosialisasi tentang MAKP, supervise 4. Ada masalah dalam penyusunan
hanya Katim saja yang pernah 4. Hasil supervise tidak disampaikan kepada status pasien.
mengikuti pelatihan. perawat 5. Belum terlaksananya ronde
5. Tidak selalu ada tindak lanjut dari hasil keperawatan yang rutin setiap
supervise bulannya.
6. Ronde keperawatan tidak dilakukan secara 6. Belum terlaksananya supervise
rutin secara optimal.
7. Tidak ada tim ronde keperawatan
4 M5 Mutu Berdasarkan wawancara kepada Berdasarkan observasi Ada masalah M5 (Mutu)
pasien dan keluarga secara acak 1. Tidak adanya poster mengenai 6 1. Setiap pasien maupun perawat
didapatkan : langkah mencuci tangan idealnya harus mengetahui 6
1. Baik klien maupun keluarga 2. Kurangnya sosialisasi mengenai langkah mencuci tangan
tidak mengetahui cara mencuci manfaat dan pentingnya cuci tangan 6 2. Poster mengenai 6 langkah cuci
tangan yang benar langkah tangan di pasang berdampingan
2. Kurangnya pengetahuan klien 3. Pada pasien yang terpasang infus di setiap wastafel ataupun
dan keluarga tentang manfaat belum seluruhnya terdapat label handscrub yang terpasang di
cuci tangan /pemberian tanggal pemasangan seluruh rumah sakit
infus. 3. Tidak adanya format discharge
planning dan Fliffchart serta
leaflet yang dibutuhkan sebagai
media sosialisasi cuci tangan 6
langkah.
4. Evaluasi pemberian tanggal
pada pasien yang terpasang
infus.
TABEL PRIORITAS MASALAH

Skor Prioritas
Mg Sv Mn Ne Af
No Masalah Axbxcxdx masalah
A B C d e
exf

1. Refreshing pelaksanaan 4 3 4 5 5 1200 2


edukasi 6 langkah (five
moment) cuci tangan (hand
higiene) yang benar kepada
perawat, pasien dan keluarga
pasien.

2 Evaluasi pemberian tanggal 5 5 5 5 5 3125 1


pada pasien yang terpasang
infus

3 Refreshing pengisian format 4 4 4 4 4 1024 3


Discharge Planning dan
pelaksanaan Discharge
Planning menggunakan media
fliff chart dan leaflet

4 Pembuatan bersama visi,missi 4 3 4 4 4 768 4


serta motto ruangan

Keterangan :
Mg : Magnitude (Kecenderungan besar dan seringnya masalah tersebut)
Sv : Severity (Besar nya kerugian yang ditimbulkan dari masalah)
Mn : Managability (Bisa dipecahkan)
Ne : Nursing Concern (Melibatkan pertimbangan dan perhatian perawat)
Af : Afordability (Ketersediaan sumber daya)
Nilai rentang ; 1 – 5
1 ; Sangat Kurang Penting
2 ; Kurang Penting
3 ; Cukup
4 ; Penting
5 ; Sangat Penting
Berdasarkan besaran nilai diatas masalah yang menjadi prioritas :
1. Evaluasi pemberian tanggal pada pasien yang terpasang infus
2. Refreshing pelaksanaan edukasi 6 langkah (five moment) cuci tangan (hand higiene)
yang benar kepada perawat, pasien dan keluarga pasien.
3. Refreshing pengisian format Discharge Planning dan pelaksanaan Discharge Planning
menggunakan media fliff chart dan leaflet
4. Pembuatan bersama visi,missi serta motto ruangan

C. Perumusan alternatif penyelesaian masalah


Setelah masalah teridentifikasi,langkah berikutnya adalah membuat rumusan
alternatif pemecahan masalah yang didiskusikan bersama-sama oleh kepala ruangan
berdasarkan masalah utama yang telah teridentifikasi.

Table seleksi alternatif Evaluasi pemberian tanggal pada pasien yang terpasang
infusdi ruang Amarilis lantai 6

No Kegiatan Ca Ab Rc Ld Skor
axbxcxdxe

1 Melakukan survey pelaksanaan 4 4 4 4 256


pemberian tanggalpada pasien

2 Mengkaji ulang SOP pemberian 4 4 4 3 192


tanggalyang ada diruanganpada
pasien keluarga

3 Pendampingan pelaksanaan 4 4 5 4 320


pemberian tanggalpada pasien
keluarga

Keterangan ;
Ca : Capability (kemampuan melaksanakan alternatif)
Ab : Accesability (kemudahan dalam melaksanakan alternatif)
Rc : Readiness (kesiapan dalam melaksanakan alternatif)
Ld : Leverage (artinya daya ungkit alternatif tersebut dalam menyelesaikan masalah)
Rentang nilai 1 sampai 5:
5: sangat mampu
4: mampu
3: cukup
2: kurang
1: tidak mampu
Tabel Seleksi Alternatif Penyelesaian Masalah Refreshing pelaksanaan edukasi 6
langkah (five moment) cuci tangan (hand higiene) yang benar kepada perawat,
pasien dan keluarga pasiendi ruang Amarilis lantai 6

No Kegiatan Ca Ab Rc Ld Skor
axbxcxdxe

1 Melakukan survey pelaksanaan 4 5 4 4 320


hand hygine (five moment) pada
perawat, pasien dan keluarga.

2 Mengkaji ualang SOP hand 4 5 3 4 240


hygiene yang ada diruangan

3 Pendampingan pelaksanaan hand 4 4 4 3 192


hygine (five moment)

Keterangan ;
Ca : Capability (kemampuan melaksanakan alternatif)
Ab : Accesability (kemudahan dalam melaksanakan alternatif)
Rc : Readiness (kesiapan dalam melaksanakan alternatif)
Ld : Leverage (artinya daya ungkit alternatif tersebut dalam menyelesaikan masalah)
Rentang nilai 1 sampai 5:
5: sangat mampu
4: mampu
3: cukup
2: kurang
1: tidak mampu

TabelSeleksi Alternatif Penyelesaian Masalah Refreshing Pengisian Format


Discharge Planning dan Pelaksanaan Discharge PlanningMenggunakan Media Fliff
Chart dan Leaflet

No Kegiatan Ca Ab Rc Ld Skor
axbxcxdxe

1 Mengkaji ulang format discharge 4 3 4 3 144


planning

2 Sosialisasi pengisisan format 4 4 4 4 256


discharge planning

3 Pendampingan pengisiian format 4 4 4 3 192


discharge planning

4 Sosialisasi penyampaian leaflet 5 4 4 3 240


dan fliipchart

5 Pendampingan penyampaian 4 5 4 4 320


leaflet dan fliipchart
Keterangan ;

Ca : Capability (kemampuan melaksanakan alternatif)


Ab : Accesability (kemudahan dalam melaksanakan alternatif)
Rc : Readiness (kesiapan dalam melaksanakan alternatif)
Ld : Leverage (artinya daya ungkit alternatif tersebut dalam menyelesaikan masalah)
Rentang nilai 1 sampai 5:
5: sangat mampu
4: mampu
3: cukup
2: kurang
1: tidak mampu
Tabel Seleksi Alternatif Penyelesaian Masalah Pembuatan Visi, Misi dan Motto
ruang Amarilis lantai 6

No Kegiatan Ca Ab Rc Ld Skor
axbxcxdxe

1 Melakukan pengkajian terhadap 4 3 3 4 144


ruangan untuk menentukan Visi,
missi dan motto yang tepat terhadap
ruangan

2 Bekerjasama dengan kepala 4 4 5 4 320


ruangan dalam menyususun Visi,
missi dan motto yang tepat terhadap
ruangan

3 Membuat banner Visi, missi dan 4 3 3 4 144


motto ruangan Amarylis

Keterangan ;
Ca : Capability (kemampuan melaksanakan alternatif)
Ab : Accesability (kemudahan dalam melaksanakan alternatif)
Rc : Readiness (kesiapan dalam melaksanakan alternatif)
Ld : Leverage (artinya daya ungkit alternatif tersebut dalam menyelesaikan masalah)
Rentang nilai 1 sampai 5:
5: sangat mampu
4: mampu
3: cukup
2: kurang
1: tidak mampu
D. Plan of Action (POA)
No Kegiatan Pokok Kegiatan Pelaksana Sasaran Tujuan Waktu Tempat
1 Evaluasi Persiapan
pemberian tanggal  Kolaborasi dengan Mahasiswa Karu, katim Mendiskusikan tentang Selasa, Ruang
pada pasien yang Karu/Katim untuk (Juairiah, pentingnya pelabelan 04Desember Amarylis
terpasang infus mengatur jadwal Iklima) tanggal pada pasien yang 2018
pertemuan Zr. Nelly terpasang infus
 Mengobservasi pelabelan
tanggal pada pasien yang
terpasang infus
 Mempersiapkan materi
dan SOP

Pelaksanaan
 Mahasiswa bersama Mahasiswa Katim, perawat  Perawat memahami Kamis,06 Ruang
dengan kepala ruangan / (Ani Rosdiani, pelaksana dan melakukan Desember Amarylis
CI melakukan supervisi Magdalena) pelabelan tanggal 2018
dan sosialisasi pemberian pada pasien yang
tanggal pemasangan infus terpasang infus
pada pasien yang  Memberikan
terpasang infus kemudahan bagi
perawat untuk
memantau tanggal
pemasangan infus dan
kapan seharusnya
infus tersebut diganti.

Evaluasi
 Melakukan observasi Mahasiswa Tenaga Mengetahui persentasi Senin, 10 Ruang
pemberian tanggal pada (Hesty L. perawat di peningkatan pelaksanaan Desember Amarylis
pasien yang terpasang Awirana, Al ruangan pelabelan tanggal pada 2018
infus Musoly) pasien yang terpasang
infus
2 Refreshing Persiapan
pelaksanaan  Melakukan koordinasi Mahasiswa (M. Karu, katim Mendiskusikan tentang Selasa, Ruang
handhygiene 6 dengan kepala ruangan, Yamin, Fitri pentingnya cuci tangan 6 04Desember Amarilis
langkah pada five katim. Soleha) langkah pada 5 moment 2018
moment dan Zr. Rachmalia sebelum dan sesudah
edukasi pada  Membuat undangan Bd. Desak melakukan tindakan
pasien pertemuan
sertakeluarga  Mempersiapkan materi
tentang cara  Mempersiapkan design
mencuci tangan X-Banner handhygiene 6
yang benar langkah pada five
moment

Pelaksanaan Mahasiswa Katim, perawat Perawat memahami dan Rabu,05 Ruang


 Mahasiswa bersama (Farasi pelaksana melakukan kebersihan Desember Amarilis
kepala ruangan / CI Chailani, Nur tangan 2018
melakukan supervisi Inayah dan Fitri
terhadap perawat Soleha)
pelaksana tentang cara
mencuci tangan 6
langkah pada five
moment
 Melakukan penyegaran Pasien dan Mendiskusikan tentang Rabu,05
materi tentang prosedur keluarga pasien pentingnya cuci tangan 6 Desember
handhygiene (five langkah pada pasien dan 2018
moment) keluarga
 Mahasiswa bersama Kamis,06
dengan kepala ruangan / Desember
CI melakukan supervisi 2018
pemberian edukasi yang
dilakukan oleh perawat
ruangan kepada
pasien/keluarga tentang
pencegahan infeksi
dengan cara melakukan
cuci tangan dengan benar

 Mahasiswa melakukan
inovasi pelaksanaan 6
langkah dengan
menggunakan X- Banner

Evaluasi Perawat Mengetahui persentasi Senin,10


 Melakukan observasi Mahasiswa pelaksana peningkatan pelaksanaan Desember
terlaksananya budaya (Aty Tetrapoik, Pasien dan kebersihan tangan 2018
cara mencuci tangan 6 Ira Eunike) keluarga pasien
langkah pada five
momentdengan benar
 Melakukan observasi
terlaksananya budaya
cara mencuci tangan 6
langkah pada five
momentdengan benar
oleh pasien dan keluarga
pasien yang berkunjung

3 Refreshing Persiapan
pengisian format  Kolaborasi dengan Mahasiswa (Ari Karu, katim Mempersiapkan acara Selasa,04 Ruang
Discharge Karu/Katim untuk Wibowo, Mega sosialisasi tentang Desember Amarylis
Planning dan mengatur jadwal Lybralia) Discharge Planning 2018
pelaksanaan pertemuan Zr. Hermina
Discharge  Membuat rincian materi Bd. Debby Rabu,05
Planning yang akan dibuat leaflet Desember
menggunakan dan fliffchart 2018
media fliff chart  Mempersiapkan materi Kamis,06
dan leaflet dan media Desember
2018
Pelaksanaan
 Mahasiswa bersama Mahasiswa Katim, perawat  Perawat memahami Rabu,05
kepala ruangan / CI (Leli.Y.Lekitoo, pelaksana dan mengisi discharge Desember
melakukan sosialisasi iklima) planning 2018
kembali untuk pengisisan
format discharge
planning
 Pendampingan pengisian  mengimplementasikan Kamis,06
format discharge melalui media fliff Desember
planning chart dan leaflet 2018
 Pendampingan  Memberikan Jumat,07
penyampaian leaflet dan informasi kepada Desember
fliff chart pasien pulang terkait 2018
penyakit, jadwal
kontrol, oba-obatan
yang diminum, dll

Evaluasi
 Melakukan observasi Mahasiswa Tenaga Mengetahui persentasi Selasa,11
proses pengisian dan (Senthia M. perawat di pelaksanaan discharge Desember
pelaksanaan discharge Lanan dan ruangan planning 2018
planning menggunakan Maria)
media leaflet dan fliff
chart

4 Pembuatan Persiapan
bersama visi,missi  Kolaborasi dengan Mahasiswa (M. Karu, katim  Mendiskusikan Selasa,04 Ruang
serta motto Karu/Katim untuk Yamin dan atty tentang perlunya Desember Amarilis
ruangan mengatur jadwal tetrapoik) menetapkan visi, 2018
pertemuan missi dan motto
 Membuat undangan Dr. Dian ruanga
pertemuan Zr. Lely
 Mempersiapkan visi,
missi dan motto yang
akan diajukan

Pelaksanaan
 Mahasiswa bersama Mahasiswa Karu, katim Selasa,04
dengan kepala ruangan / (Nur Inayah, Desember
CI melakukan Fransiscus JB, 2018
penyusunan visi, missi Farasi Chailani)
dan motto ruang
Amarylis
 Pembuatan banner visi,
missi dan moto ruang
Amarylis

Evaluasi
 Sudah terpasangnya Mahasiswa Rabu,12
visi, misi dan motto di (Mega Allin Desember
ruang Amarilis Imasuly, Irha 2018
 Perawat dan bidang di Eunika)
ruang Amarilis sudah
tersosialisasi terhadap
visi, misi dan motto
ruangan Amarilis
BAB IV
PELAKSANAAN DAN EVALUASI

Pada bab ini akan dijabarkan hasil pelaksanaan kegiatan (implementasi) dan Focus
Group Discusion (FGD) yang telah dilaksanakan pada tanggal 03 Desember 2018 di Ruang
Amarilis lantai 6 RSUD Kota Depok, yaitu sebagai berikut :
A. Kesenjangan teori
Evaluasi hasil implementasi merupakan gambaran pencapaian hasil yang dicapai setelah
dilakukan implementasi. Kelompok menganalisa lima masalah yang berkaitan dengan
manajemen di ruangan Amarilis RSUD Kota Depok yaitu:
1. Evaluasi dokumentasi pemberian tanggal pada pasien yang terpasang infus
a. Tinjauan teori
Pemasangan infus adalah memasukan jarum atau kanula kedalam vena untuk
dilewati cairan infus atau pengobatan,dengan tujuan agar sejumlah cairan atau
obat dapat masuk kedalam tubuh melalui vena dalam jangka waktu tertentu.
Dalam pemasangan infus harus dilaksanakan dengan sebaik-baiknya untuk
menghindari terjadinya komplikasi yang tidak diinginkan. Secara teori SOP
pemasangan infus di RSUD depok yaitu:
b. Kesenjangan pelaksanaan pemberian tanggal pada pasien yang terpasang infus
Berdasarkan hasil observasi, di ruang Amarylis sebagian besar perawat dan bidan
sudah menerapkan secara baik dalam pendokumentasian tanggal dan waktu
pemasangan infus. Hal ini berkaitan dengan kepatuhan dalam melakukan SOP
pemasaangan infus yang benar . Di bawah ini merupakan hasil observasi tentang
pendokumentasian dalam pelebelan tanggal dan waktu dalam pemasangan
infus.Berdasarkan hasil observasi perawat dan bidan di ruangan Amarilis sudah
melakukan pelebelan tanggal dan waktu sesuai dengan SOP pemasangan infus .

2. Refreshing pelaksanaan hand hygiene 6 langkah pada five moment dan edukasi
pada pasien sertakeluarga tentang cara mencuci tangan yang benar
a. Tinjauan teori
Hand hygiene merupakan membersihkan tangan dengan sabun dan air
(handwash) atau handrub berbasis alkohol yang bertujuan mengurangi atau
mencegah berkembangnya mikroorganisme ditangan (WHO, 2009). Tujuan
dilakukan hand hygiene adalah untuk menghilangkan mikroorganisme (Kozier,
2003 cit.Zulpahiyana, 2013). Hand hygiene dilakukan untuk menghilangkan
kotoran bahan organik dan membunuh mikroorganisme yang terkontaminasi di
tangan yang diperoleh karena kontak dengan pasien terinfeksi/kolonisasi dan
kontak dengan permukaan lingkungan.
Prinsip dari 6 langkah cuci tangan antara lain : (1) Dilakukan dengan
menggosokkan tangan menggunakan cairan antiseptik (handrub) atau dengan air
mengalir dan sabun antiseptik (handwash). Rumah sakit akan menyediakan kedua
ini di sekitar ruangan pelayanan pasien secara merata,(2)Handrub dilakukan
selama 20-30 detik sedangkan handwash 40-60 detik,(3) 5 kali melakukan
handrub sebaiknya diselingi 1 kali handwash. 6 langkah cuci tangan yang benar
menurut WHO yaitu : (1) Tuang cairan handrub pada telapak tangan kemudian
usap dan gosok kedua telapak tangan secara lembut dengan arah memutar, (2)
Usap dan gosok juga kedua punggung tangan secara bergantian, (3) Gosok sela-
sela jari tangan hingga bersih, (4) Bersihkan ujung jari secara bergantian dengan
posisi saling mengunci, (5) Gosok dan putar kedua ibu jari secara bergantian, (6)
Letakkan ujung jari ke telapak tangan kemudian gosok perlahan.
Berdasarkan standar operasional prosedur di ruang Amarylis RSUD Kota
Depok, prosedur kebersihan tangan sebagai berikut: Pembersihan tangan dengan
sabur dan air (handwash), dengan langkah-langkah : (1) Buka perhiasan yang
digunakan , basahi tangan dengan air mengalir, (2) Tuangkan sabun ke telapak
tangan 3-5 cc, (3) Ratakan dengan kedua telapak tangan, (4) Gosok punggung dan
sela sela jari-jari tangan kiri dan tangan kanan sebaliknya, (5) Gosok kedua
telapak tangan dan sela-sela jari, (6) Jari-jari sisi dalam kedua tangan saling
mengunci dan saling digosokkan, (7) Gosok ibu jari kiri dengan gerakan berputar
dalam genggaman tangan kanan dan lakukan sebaliknya, (8) Gosok telapak tangan
kiri dengan memutar ujung jari-jari kanan dan sebaliknya, (9) Bilas kedua tangan
dengan air mengalir, (10) Keringkan kedua tangan dengan tissu sekali pakai, (11)
Gunakan bekas tissu tersebut untuk menutup kran air, (12) Sekarang tangan sudah
aman (prosedur dilakukan 40-60 detik).
Sedangkan pembersihan tangan dengan cairan antiseptik (handrub), langkah-
langkahnya sebagai berikut : (1) Tuangkan larutan antiseptik berbasis alkohol
ketalapal tangan sebanyak 3-5 cc, (2) Gosok kedua telapak tangan hingga merata,
(3) Gosok punggung dengan sela-sela jari tangan kiri dengan tangan kanan dan
sebaliknya, (4) Gosok kedua telapak tangan dan sela-sela jari, (5) Jari-jari sisi
dalam dari kedua tangan saling mengunci dan saling di gosokkan, (6) Gosok ibu
jari kiri dengan gerakan berputar dalam genggaman tangan kanan dan lakukan
sebaliknya, (7) Gosok telapak tangan kiri dengan memutar ujung jari-jari kanan
dan sebaliknya, (8) Sekarang tangan sudah aman (prosedur dilakukan 20-30
detik).
b. Kesenjangan pelaksanaan hand hygiene 6 langkah pada five moment dan edukasi
pada pasien serta keluarga tentang cara mencuci tangan yang benar.
Berdasarkan hasil observasi, di ruang Amarylis sebagian besar perawat/bidan
belum menerapkan secara baik dalam hal kebersihan tangan (hand hygiene). Hal
ini berkaitan dengan kepatuhan dalam melakukan SOP kebersihan tangan yang
benar sesuai enam langkah dan lima momen yang tepat. Di bawah ini merupakan
hasil observasi tentang pelaksanaan hand hyegiene6 langkah pada five moment

Tabel 4.2 Hasil Observasi pelaksanaan hand hygiene 6 langkah pada


five moment oleh perawat/ bidan

Frekuensi Persentasi
Dilakukan 1 20%
Tidak dilakukan 4 80%
Total 5 100%

Berdasarkan tabel 4.2, dapat dijelaskan bahwa dari 5 perawat yang


diobservasi, 20% melakukan dan 80% tidak melakukan sesuai SOP
kebersihan tangan dengan benar.Untuk mengatasi masalah ini mahasiswa
sudah melakukan diskusi dan penyegaran tentang kebersihan tangan
(refreshing of hand hygiene), serta sosialisasi hand hygiene menggunakan
standing banner.
Di bawah ini merupakan hasil evaluasi pengurangan resiko infeksi terkait
pelayanan kesehatan di ruang amarilis:

Tabel 4.3 Hasil Evaluasi pelaksanaan hand hygiene 6 langkah pada five
moment oleh perawat/ bidan

Frekuensi Persentasi
Dilakukan 4 80%
Tidak dilakukan 1 20%
Total 5 100%
Berdasarkan tabel 4.3, dapat dijelaskan bahwa dari 5 perawat yang
diobservasi, 80% melakukan kebersihan tangan sesuai SOP dan 20% tidak
melakukan.
3. Refreshing pengisian format Discharge Planning dan pemanfaatan media
edukasi (fliff chart)
a. Tinjauan Teori
Discharge planning menurut Bull (2000) merupakan suatu proses interdisiplin
yang menilai perlunya sebuah perawatan tindak lanjut dan seseorang untuk
mengatur perawatan tindak lanjut tersebut kepada pasien, baik perawatan diri yang
diberikan oleh anggota keluarga, perawatan dari tim profesional kesehatan atau
kombinasi dari keduanya untuk meningkatkan dan mempercepat kesembuhan
pasien. Informasi diberikan kepada pasien agar mampu mengenali tanda bahaya
untuk dilaporkan kepada tenaga medis. Sebelum pemulangan pasien dan
keluarganya harus mengetahui bagaimana cara memanajemen pemberian
perawatan di rumah dan apa yang diharapkan di dalam memperhatikan masalah
fisik yang berkelanjutan karena kegagalan untuk mengerti pembatasan atau
implikasi masalah kesehatan (tidak siap menghadapi pemulangan) dapat
menyebabkan pasien meningkatkan komplikasi (Perry & Potter, 2006). Menurut
Discharge Planning Association (2008) mengatakan bahwa unsur-unsur yang
harus ada pada sebuah form perencanaan pulang antara lain: pengobatan di rumah
(resep baru, pengobatan yang sangat dibutuhkan dan pengobatan yang harus
dihentikan), daftar nama obat (nama, dosis, frekuensi dan efek samping) yang
umum terjadi, kebutuhan akan hasil test laboratorium yang dianjurkan dan
pemeriksaan lain, bagaimana melakukan pilihan gaya hidup dan tentang
perubahan aktivitas, latihan, diet makanan yang dianjurkan dan pembatasannya,
petunjuk perawatan diri, perawatan luka setelah dipulangkan (terlampir di media
leaflet untuk masing-masing perawatan). Nama pemberi layanan, waktu, tanggal
dan lokasi setian janji untuk kontrol, apa yang diharuskan pada keadaan darurat
dan nomor telepon yang bisa dihubungi untuk melakukan peninjauan ulang,
mengatur perawatan lanjutan beserta dengan nama dan nomor telepon
setianpinstitusi yang bertanggungjawab untuk menyediakan pelayanan. Menurut
Perry dan Potter (2006) dalam melakukan perencanaan pulang jika menggunakan
materi tertulis pastikan layak tersedia dan dilengkapi gambar, dan tipe materi
pendidikan yang berbeda-beda dapat mengefektifkan cara pembelajaran yang
berbeda pada pasien.

b. Kesenjangan pemanfaatan media edukasi


Berdasarkan hasil kuesioner dan observasi, ditemukan belum dilakukannya
pendidikan kesehatan menggunakan media edukasi. Hasil kuesioner menunjukkan
100% belum dilakukan. Sedangkan dari hasil observasi, pendidikan kesehatan
hanya dilakukan sacara lisan tanpa media edukasi. Kendala yang ditemukan yaitu
tidak tersedianya media edukasi.
Untuk mengatasi masalah tersebut, kelompok telah melakukan pengadaan
media edukasi berupa fliffchart yang terdiri dari 2 penyakit terbanyak di ruang
anak, 1 perawatan dan nutrisi post operasi dan 2 materi kebidanan.
Di bawah ini merupakan hasil evaluasi pemanfaatan media edukasi saat
discharge planning pasien melalui observasi selama 3 hari pada 6 orang perawat.

Tabel 4.4 Evaluasi pemanfaatan media edukasi


saat discharge planning pasien
Frekuensi Persentasi
Dilakukan 4 66,7%
Tidak dilakukan 2 33,3%
Total 6 100%

Berdasarkan tabel 4.2 dapat dijelaskan bahwa dari 6 orang perawat, 4 orang
perawat dengan presentase sebesar 66,7% sudah memanfaatkan media edukasi
saat pelaksanaan discharge planning, dan 2 orang perawat dengan presentase
sebesar 33,3% belum memanfaatkan media edukasi saat pelaksanaan discharge
planning.

5. Pembuatan bersama visi, misi serta motto ruangan


a. Tinjauan teori
Visi adalah suatu pandangan jauh tentang perusahaan, tujuan-tujuan
perusahaan dan apa yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut pada
masa yang akan datang (Aditya ,2010). Misi adalah pernyataan-pernyataan yang
mendefinsikan apa yang sedang/ akan dilakukan atau ingin dicapai dalam waktu
(sangat) dekat atau saat ini.(Arman,2008).
Misi dan visi merupakan sebuah rangkaian filosofi atau tujuan yang
ditetapkan suatu organisasi sebagai arah tujuan kemana organisasi atau
\berusahaan akan dibawa. Menurut Wibisono (2006) misi merupakan penetapan
sasaran atau tujuan perusahaan dalam jangka pendek (biasanya 1 sampai 3 tahun).
Sedangkan visi merupakan cara pandang perusahaan di masa depan. Visi biasanya
disusun untuk jangka panjang (biasanya 3 sampai 10 tahun).
b. Kesenjangan pelaksanaan pembuatan bersama visi,misi serta motto ruangan
Penyusunan visi dan misi ruangan merupakan fase penting dalam tindakan strategi
ruangan. Hal ini sebagai hasil penafsiran terhadap lingkungan yang berubah.
Penafsiran yang dilakukan dengan cerdas akan mendorong pemimpin untuk
berfikir mengenai visi dan misi organisasi dan keadaan organisasi yang dicita-
citakan. Pemikiran ini merupakan dasar untuk menetapkan strategi pengembangan
organisasi. Berdasarkan hasil wawancara dan observasi dengan kepala ruangan,
belum adanya visi, misi serta Motto ruangan.Kendala yang ditemukan yaitu
kepala ruangan mengalami kesulitan untuk menentukan visi, misi yang tepat
karena ruangan Amarilis terbagi menjadi tiga klasifikasi ruangan (anak,bedah,dan
obgyn). Hasil pelaksanaan strategi didapatkan visi,misi,dan motto ruangan
Amarilis lantai 6 sebagai berikut :
Visi, Misi, Motto
Ruang Amarilis Lantai 6
Visi

Menjadikan ruang amarilis sebagai ruang rawat inap yang aman, nyaman, unggul
dan profesional dalam pelayanan berlandaskan asuhan keperawatan yang holistik

Misi

1. Memberikan asuhan keperawatan dan kebidanan yang optimal dengan


mengutamakan mutu pelayanan dan kepuasan pasien
2. Memberikan pelayanan yang profesional tanpa membedakan suku,ras,agama,dan
golongan
3. Menciptakan lingkungan kerja yang harmonis dan dinamis

Motto

“Care : Creative,Active,Responsibility, Empaty


B. Analisis (pembahasan)
Berdasarkan hasil analisa kelompok didapatkan masalah belum optimalnya
pelaksanaan pemberian label tanggal dan waktu pada pemasangan infus, 6 langkah cuci
tangan hand hygiene dan five moments pengisian format discharge planning dan
penggunaan media edukasi, , belum adanya visi,misi dan motto ruangan Amarilis.
Berdasarkan hasil tersebut, pada tanggal 04 desember 2018 telah dilakukan pembuatan
Visi, Misi dan Motto, pada tanggal 05 desember telah dilakukan pelaksanaan cara
mencuci tangan dengan 6 langkah pada five moments, tanggal 06 desember dilakukan
pendampingan pengisian format discharge planning dan penggunaan media edukasi
(pendampingan penyampaian flip chart) dan melakukan observasi pemberian tanggal
pada pasien yang terpasang infus, pada tanggal 12 desember dilakukan pemasangan visi,
misi dan motto diruang Amarilis.

C. Penyelesaian masalah
1. Penyelesaian pemberian label tanggal dan waktu pada pemasangan infus yaitu
a) Disiapkan label yang berisi tanggal dan waktu
b) Terdapat register pemasangan infus
2. Pengisian format discharge planning dan pemanfaatan media eadukasi
a) Mengusulkan untuk menentukan salah perawat sebagai penangung jawab
dokumentasi discharge planning
b) Menjelaskan tentang cara pendokumentasian discharge planning
c) Tersediannya format discharge planning diruangan
d) Tersediannya media informasi berupa fliipchart
3. 6 langkah cuci tangan hand hygen dan five moments
a) Tersedianya fasilitas cuci tangan berupa hand rub di setiap tempat tidur
pasien,tersedianya sabun cuci tangan di kamar mandi
b) Tersedianya banner di cuci tangan di ruangan amarilis
c) Tersedianya poster atau stiker langkah-langkah cuci tangan di setiap kamar pasien
4. belum adanya visi,misi dan motto
a) membuat visi,misi dan motto dan mensosialisasikan visi,misi dan tujuan keruangan
Amarilis
b) membuat visi, misis,motto dalam bentuk hiasan dinding
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan dapat disimpulkan bahwa:
1. Mahasiswa mampu mengidentifikasi masalah yang terjadi di ruang Amalrilis,
berdasarkan hasil observasi, wawancara, dan kuesioner yaitu belum optimalnya
pelaksanaan dokumentasi pada pelabelan tanggal pada lokasi pemasangan infus,
belum optimalnya pelaksanaan 6 langkah handhygiene pada five moment yang
dila’kuka;n oleh perawat, pasien dan keluarga pasien, belum terlaksananya
pemanfaatan media edukasi saat pelaksanaan discharge planning dan format
discharge planning belum dimanfaatkan secara optimal serta belum terbentuknya
visi, misi dan motto ruangan Amarilis.
2. Mahasiswa mampu merumuskan prioritas masalah dan alternatif pemecahan
masalah di ruang Amarilis bersama perawat/bidan melalui Forum Group
Discussion (FGD).
3. Mahasiswa mampu melakukan implementasi selama lima hari berdasarkan hasil
planning of action (POA) di ruang Amarilis RSUD Kota Depok.
4. Mahasiswa telah mampu menerapkan peran sebagai change agent dalam
mengelola pelayanan keperawatan di ruang Amarilis RSUD Kota Depok yang
dibuktikan dengan adanya peningkatan pada implementasi yang dilakukan
berdasarkan empat masalah prioritas yang diidentifikasi yaitu belum optimalnya
pelaksanaan pemberian label pada pemasangan infus dari 40% menjadi 80%,
belum optimalnya pelaksanaan 6 langkah hand hygiene pada five moment yang
dilakukan oleh perawat, pasien dan keluarga pasien dari 25% menjadi 75%, belum
terlaksananya pemanfaatan media edukasi saat pelaksanaan discharge planning
dan format discharge planning belum dimanfaatkan secara optimal dari 0%
meningkat ke 66,7% . Dan telah terbentuknya visi, misi, motto ruangan Amarilis.
B. Saran
1. Bagi Pelayanan
a. Diharapkan kegiatan hand hygine diruang Amarilis lantai 6 dapat terus
dilakukan oleh setiap petugas kesehatan dan disosialisasikan kepada pasien dan
keluarga
b. Diharapkan ruangan Amarilis lantai 6 untuk merekomendasikan transferan
dressing yang dilengkapi denga plester untuk pelebelan waktu pemasangan
infus
c. Diharapkan semua petugas kesehatan khususnya diruang Amarilis lantai 6
dapat mengerti, menerapkan, dan melaksanakan tugas sesuai dengan visi, misi
dan motto yang sudah ada
d. Diharapkan flipchart dan format discharge planning yang sudah ada
dimanfaatkan dan digunakan sebagaimana mestinya kepada pasien yang akan
pulang.
2. Bagi Pendidikan
Diharapakan dapat diaplikasikan dan disosialisikan prinsip-prinsip yang ada di
manajemen keperawatan sehingga pada akhirnya dapat digunakan sebagai
motivator untuk meningkatkan pengetahuan.
Lampiran
Pendokumentasian dengan memberikan label tanggal dan waktu pemasangan infus di sekitar
pemasangan infus
Refreshing pelaksanaan hand hygiene 6 langkah pada five moment dan edukasi pada pasien
serta keluarga tentang cara mencuci tangan yang benar
Refreshing pengisian format Discharge Planning dan pemanfaatan media edukasi (fliff chart)
Pembuatan bersama visi, misi dan motto ruangan Amarilis Lantai 6
PEDOMAN PENILAIAN SEMINAR
Topik : …………………………………
Tanggal : …………………………………
Kelompok : …………………………………
Presenter :…………………………………

Petunjuk :
1. Berikan tanda  pada kolom yang tersedia untuk setiap item
2. Rentang nilai = 1 – 4
3. Keterangan :
a. Nilai 4 = Sangat baik
b. Nilai 3 = Baik
c. Nilai 2 = Cukup
d. Nilai 1 = Kurang
Nilai
No. Aspek yang dinilai
1 2 3 4
1. Makalah (35%):
a. Sitematika
b. Kelengkapan isi
c. Kejelasan keseluruhan materi
d. Sumber yang digunakan
2. Presentasi (25%):
a. Ketepatan waktu
b. Kejelasan penyajian dan penguasaan materi
(intisari materi)
c. Efektifitas penggunaan alat bantu
3. Tanya jawab/diskusi/masukan (40%):
a. Ketepatan menjawab
b. Kemampuan argumentasi
c. Kemampuan mengorganisasikan
d. Penampilan profesional dalam tanya jawab
e. Merangkum hasil diskusi
JUMLAH
Nilai Akhir :Jumlah nilai keseluruhan = ...................

Jakarta, ………………2018
Pembimbing,

(……………………....)
Bull, M.J. 2000. Discharge planning for older people: A Review of Current Research. British
Journal of Community Nursing, 5(2), pp 70

Anda mungkin juga menyukai