Anda di halaman 1dari 6

Nama : Fariyana

Nim :1403076060

Analisis Permendiknas No. 19 tahun 2007

Permendiknas No. 19 Tahun 2007 merupakan salah satu penjabaran dari


pelaksanaan Peraturan Pemerintah No.19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan terutama berkaitan dengan standar pengelolaan pendidikan yang
seharusnya dilaksanakan oleh satuan pendidikan dasar dan menengah yang berada di
wilayah hukum negara kesatuan Republik Indonesia.

Selain itu, Permendiknas ini  merupakan penjabaran lebih rinci dari UU sistem
pendidikan nasioanal. Secara garis besar, peraturan ini hanya memuat dua pasal.
Selebihnya, penjelasan dari permen ini ada pada bagaian lampiran. Dalam lampiran
permen ini ada enam poin penting yang arus diperhatikan oleh setiap satuan
pendidikan dasar dan menengah. Enam poin tersebut adalah :

1. Perencanaan Program
2. Pelaksanaan Rencana Kerja
3. Pengawasan dan Evaluasi
4. Kepemimpinan Sekolah/Madrasah
5. Sistem Informasi Manajemen
6. Penilaiaan Khusus

Dari beberapa pasal dalam permendiknas tersebut di atas, semua keputusan


kebijakan sekolah diputuskan oleh rapat dewan pendidik (guru), ditetapkan oleh
kepala sekolah, dan pertimbangan dari komite sekolah. Khusus untuk rencana kerja
empat tahunan dan rencana kerja tahunan, harus mendapat pengesahan penyelenggara
sekolah. Bagi sekolah dasar Muhammadiyah, pengesahan berada di pihak pimpinan
cabang Muhammadiyah. Kepala sekolah sebagai pelaksana pengelolaan sekolah harus
mempertanggungjawabkan kinerjanya dalam bentuk laporan pada rapat dewan
pendidik dan komite sekolah.
Analisa
Masih banyak kepala sekolah yang belum memahami kedudukan dewan guru,
sehingga banyak keputusan rapat yang tidak dituangkan dalam surat keputusan.
Padahal dengan adanya partisipasi seluruh guru, kerja kepala sekolah akan lebih
ringan dan pasti, serta didukung sepenuhnya oleh para guru. Pimpinan cabang
Muhammadiyah dapat mendorong sekolah agar menempatkan dewan guru sebagai
komponen penting bagi kemajuan sekolah, dengan selalu memantau produk
keputusan dewan pendidik (guru) yang tertuang dalam surat keputusan dewan
pendidik. Hal ini bisa dilakukan pada saat pengesahan rencana kerja tahunan dan
rencana kerja empat tahunan. Pimpinan cabang Muhammadiyah juga dapat memantau
kinerja kepala sekolah melalui hasil keputusan tentang pertanggungjawaban kepala
sekolah dalam rapat dewan pendidik, terutama apabila dalam rapat tidak terjadi kata
mufakat, atau dengan kata lain pertanggungjawaban kepala sekolah tidak diterima.

A. Kelebihan-kelebihan Permendiknas No. 19 Tahun 2007 ini antara lain:


1. Merupakan salah satu penjabaran dari pelaksanaan Peraturan Pemerintah
No.19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan terutama berkaitan
dengan satandar pengelolaan pendidikan yang seharusnya dilaksanakan oleh
satuan pendidikan dasar dan menengah yang berada di wilayah hukum negara
kesatuan Republik Indonesia. 
2. Memberikan batasan-batasan berupa standar minimal yang harus dipenuhi
oleh satuan pendidikan dasar dan menengah sehingga memberikan arahan
yang jelas bagi pelaksanaan dan pengembangan dalam pengelolaan pendidikan
yang berlaku secara nasional. Standar minimal ini merupakan starting point
yang dapat dijadikan pijakan oleh sekolah/madrasah yang unggul dalam
mengembangkan potensinya dan dapat dijadikan arah tujuan pencapaian
pelaksanaan pengelolaan pendidikan oleh sekolah/madrasah yang masih
berkembang dan memiliki keterbatasan. 
3. Mendorong terwujudnya otonomi luas kepada sekolah dan satuan pendidikan.
Sebagai contoh, jika dilihat dari aspek kurikulum, tidak dapat dipungkiri
bahwa salah satu bentuk kegagalan pelaksanaan kurikulum di masa lalu adalah
adanya penyeragaman kurikulum di seluruh Indonesia, tidak melihat kepada
situasi riil di lapangan, dan kurang menghargai potensi keunggulan lokal.
Permendiknas No. 19 tahun 2007 ini turut memberikan pijakan dan arahan
bagi pengembangan kurikulum oleh tingkat satuan pendidikan dasar dan
menengah. Sesuai dengan kebijakan Departemen Pendidikan Nasional yang
tertuang dalam Permendiknas No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi (SI) dan
Permendiknas No. 23 tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan (SKL),
sekolah diwajibkan menyusun kurikulumnya sendiri yang memungkinkan
sekolah/ madrasah menitikberatkan pada mata pelajaran tertentu yang
dianggap paling dibutuhkan siswanya dan dapat disesuaikan dengan kearifan
lokal.
4. Ditinjau dari aspek standar perencanaan program, pelaksanaan rencana kerja,
pengawasan dan evaluasi, kepemimpian sekolah/ madrasah dan standar sistem
informasi dan manajemen yang dituangkan dalam Permendiknas No. 19 tahun
2007, hal ini mendorong pengelolaan pendidikan yang dilaksanakan setiap
tingkatan satuan pendidikan yang terdiri dari para guru, kepala sekolah, dan
pihak manajemen sekolah untuk semakin meningkatkan kreativitasnya dalam
penyelenggaraan program-program pendidikan serta memayungi dan
memberikan kesempatan bagi masyarakat dan orangtua untuk berpartisipasi
dalam menentukan arah kebijakan pendidikan di sekolah.
B. Kelemahan Permendiknas No. 19 Tahun 2007 ini antara lain:
1. Kurangnya sumber daya manusia (SDM) yang diharapkan mampu
menjabarkan Permendiknas No.19 tahun 2007 pada kebanyakan satuan
pendidikan yang ada. Sebagai contoh jika dilihat dari aspek kurikulum, pola
penerapan KTSP terbentur pada masih minimnya kualitas guru dan sekolah,
sarana dan prasarana pendukung. Sebagian besar guru belum bisa diharapkan
memberikan kontribusi pemikiran dan ide-ide kreatif untuk menjabarkan
panduan kurikulum itu (KTSP), baik di atas kertas maupun di depan kelas.
2. Pengelolaan satuan pendidikan dasar pada jenjang sekolah dasar (SD) menurut
Permendiknas No.19 tahun 2007, dibedakan dengan pengelolaan pada jenjang
sekolah menengah pertama (SMP/ M.Ts) dan sekolah menengah atas (SMA/
MA). Hal ini mengandung banyak konsekuensi dan kelemahan bagi
pengelolaan di SD/MI terutama bagi pengelolaan di SD komplek (dalam satu
tempat terdiri dari beberapa SD). Pada SD komplek, sudah sepatutnya mulai
dipertimbangkan untuk dikeluarkan kebijakan pengelolaan sekolah satu atap
yang dipimpin oleh seorang kepala sekolah saja, hal ini sebagai bentuk
efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pengelolaan pendidikan di SD
sehingga untuk SD komplek dapat diterapkan menejemen pengelolaan seperti
yang diterapkan di SMP/M.Ts dan SMA/SMK/MA. 
3. Kurangnya pembinaan dan sosialisasi Permendiknas No. 19 tahun 2007 di
tingkat kecamatan. Hingga saat ini masih saja ada kepala sekolah dan guru
yang belum pernah membaca dan belum mengerti mengenai Permendiknas
No. 19 tahun 2007.

C. Peluang Permendiknas No. 19 Tahun 2007 

Permendiknas No. 19 tahun 2007 mengatur mengenai Standar Pengelolaan


Pendidikan oleh Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah yang memberikan batas
minimal pengelolaan pendidikan secara operasional yang dapat disusun dan
dilaksanakan oleh masing-masing tingkatan satuan pendidikan, maka peluang
untuk meningkatkan mutu pendidikan dan bangkit dari keterpurukan, dapat
direalisasikan. Memang hal ini tidaklah mudah, tidak semudah membalikkan
telapak tangan, melainkan membutuhkan waktu dan proses.

Keterlibatan guru, kepala sekolah, masyarakat yang tergabung dalam komite


sekolah dan dewan pendidikan dalam pengambilan keputusan akan
membangkitkan rasa kepemilikan yang lebih tinggi terhadap sekolah, dan terhadap
pengembangan program-program sekolah. Dengan demikian dapat mendorong
mereka untuk mendayagunakan sumber daya yang ada seefisien mungkin untuk
mencapai hasil yang optimal.

Pemberlakuan Permendiknas No 19 tahun 2007 memberikan peluang kepada


sekolah untuk mengoptimalkan kondisi lingkungannya dengan memperhatikan
karakteristik sekolah, peserta didik serta sosial budaya masyarakatnya. Dengan
diberikannya otonomi luas kepada sekolah, maka sekolah dapat menentukan arah
pengembangan pengelolaan pendidikan dengan jelas sesuai dengan kebutuhan. Hal
ini memungkinkan terwujudnya sekolah-sekolah unggulan yang memiliki ciri khas
dan keunikan sendiri yang memperkaya perkembangan dunia pendidikan negeri
ini, sesuai dengan prinsip kebersamaan dalam keberagaman.

Pemberlakuan Permendikans No.19 tahun 2007 juga membuka peluang bagi


sekolah untuk mandiri, maju dan berkembang berdasarkan strategi kebijakan
manajemen pendidikan yang ditetapkan pemerintah dengan penuh tanggungjawab.
Dengan demikian, sekolah dapat meningkatkan kualitasnya baik sumber daya,
dalam hal ini tenaga pendidik dan kependidikan, sarana prasarana, kualitas
pembelajaran serta peningkatan mutu lulusan yang dihasilkannya.

D. Tantangan Permendiknas No. 19 Tahun 2007

Permendiknas No.19 tahun 2007 merupakan salah satu bentuk inovasi dalam
pendidikan, dan dalam setiap inovasi selalu saja terdapat tantangan di dalamnya.
Tantangan yang dihadapi dalam penerapan Permendiknas No.19 tahun 2007 ini
sangat kompleks namun secara umum tantangan yang dihadapi antara lain:

1. Penerapan Permendiknas No.19 tahun 2007 perlu didukung oleh iklim


pengelolaan di tingkat satuan pendidikan yang kondusif bagi terciptanya
suasana yang aman, nyaman dan tertib, sehingga proses pengelolaan
pendidikan dapat berlangsung dengan tenang dan menyenangkan (enjoyable
education). Suasana tersebut akan memupuk tumbuhnya kemandirian dan
berkurangnya ketergantungan di kalangan warga sekolah tidak hanya bagi
peserta didik, melainkan bagi guru dan pimpinannya.
2. Permendiknas No.19 tahun 2007 sebagai salah satu perangkat pendukung yang
memberikan otonomi luas kepada sekolah perlu disertai seperangkat
kewajiban, serta monitoring dan tuntutan pertanggungjawaban yang relatif
tinggi untuk menjamin bahwa sekolah selain memiliki otonomi luas juga
memiliki kewajiban melaksanakan kebijakan pemerintah dan memenuhi
harapan masyarakat. Sekolah memiliki kewajiban untuk melaksanakan
pelayanan prima yang berusaha untuk memuaskan pengguna jasa (customer
satisfaction) dalam hal ini peserta didik dan orangtua murid dan pengguna jasa
lulusan sekolah.
3. Pelaksanaan Permendiknas No.19 tahun 2007 memerlukan sosok kepala
sekolah yang profesional, memiliki kemampuan manajerial yang handal serta
demokratis dalam setiap pengambilan keputusan.
4. Dalam penerapan Permendiknas No.19 tahun 2007, wujud partisipasi
masyarakat dan orang tua murid tidak hanya dalam bentuk financial. Ide,
gagasan dan pemikiran masyarakat sangat dibutuhkan untuk dapat menunjang
keberhasilan sekolah. Sekolah harus berupaya untuk menumbuhkan kesadaran
pada masyarakat dan orangtua murid bahwa sekolah adalah lembaga yang
harus didukung oleh semua pihak. Keberhasilan sekolah adalah kebanggaan
bagi masyarakat, dan untuk mewujudkannya diperlukan kerjasama yang
harmonis.
5. Permendiknas No.19 tahun 2007 menuntut kinerja profesional sekolah
terutama kepala sekolah dan guru dalam implementasinya. Oleh sebab itu guru
harus senantiasa mengembangkan kemampuan dan keterampilan
profesionalismenya.
E. Rekomendasi
Untuk menangani permasalahan tersebut, perlu diambil langkah-langkah
kebijaksanaan baik mengenai implementasi Permendiknas No.19 tahun 2007.
Langkah-langkah kebijaksanaan yang ditempuh antara lain sebagai berikut:
1. Perlu diciptakan sistem informasi yang dapat
mengkomunikasikan/memantau perkembangan pelaksanaan Permendiknas
No.19 tahun 2007 pada berbagai daerah diseluruh tanah air.
2. Meningkatkan kemampuan dan keterampilan profesionalisme (Pembina,
pengawas/ penilik, kepal sekolah, guru) agar Permendiknas No.19 tahun
2007 dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya.
3. Mencukupi fasilitas pendukung pelaksanaan Permendiknas No.19 tahun
2007 baik oleh masyarakat maupun pemerintah (buku, alat pendidikan, dan
sarana pendidikan lainnya)
4. Meningkatkan kesejahteraan bagi para pelaksana pendidikan agar
berfungsi sesuai tugas dan tanggung jawabnya.
5. Menciptakan kondisi yang kondusif yang dapat memberikan kemungkinan
para pelaksana pendidikan menjalankan tugasnya secara kreatif, inovatif,
dan bertanggung jawab.
6. Menumbuhkan kesadaran masyarakat untuk ikut serta berpartisipasi dalam
meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah dan memiliki rasa
kepedulian yang tinggi terhadap kondisi sekolah.

Anda mungkin juga menyukai