Anda di halaman 1dari 7

Journal of Indonesian Dental Association.

Maret 2018, Volume 1, Number 1

E-ISSN.2615-7802

Penatalaksanaan Multiple Impaction dengan Menggunakan


Alat Ortodontik Interseptif

Fitri Intan Dini, Inne Suherna Sasmita

Departemen llmu Kedokteran Gigi Anak Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran

_____________________________________________________
ABSTRAK

Pendahuluan. Sebuah gigi impaksi akan tersebut.


meningkatkan kompleksitas dalam perawatan Penatalaksanaan Kasus. Pencabutan gigi sulung
ortodontik, dan multiple impaction dapat mempersulit dan penambalan gigi permanen dilakukan sebelum
serta memperpanjang waktu perawatan secara perawatan ortodontik interseptif. Pada laporan
keseluruhan. Salah satu penyebab multiple kasus ini, digunakan lower Schwarz appliance
impaction pada gigi permanen adalah premature dan two by four appliance sebagai perawatan
loss. Premature loss mengakibatkan kekurangan ortodontik interseptif. Two by four appliance yang
ruang sehingga gigi permanen terhalang untuk digunakan bersama-sama dengan open coil spring
erupsi. Alat ortodontik interseptif dapat digunakan dilakukan untuk membuka ruangan. Beberapa
dalam penanganan multiple impaction dari bulan kemudian tampak gigi premolar maksila
gigi permanen. Laporan kasus ini bertujuan mulai erupsi.
untuk memperlihatkan proses kemajuan dan Pembahasan. Multiple impaction merupakan kasus
keberhasilan perawatan multiple impaction dengan yang jarang ditemukan dan seringkali berhubungan
menggunakan alat ortodontik interseptif. dengan sindrom. Pada kasus ini, terlepas dari
Kasus. Seorang anak laki-laki berusia 11 tahun adanya multiple impaction gigi permanen, tidak
datang ke Departemen IKGA RSGM UNPAD ditemukan adanya bentuk kelainan lain. Delayed
dengan keluhan kehilangan gigi pada rahang atas eruption disebabkan oleh premature loss dan
dan bawah. Pemeriksaan fisik tampak normal. mesialisasi gigi molar pertama. Alat ortodontik
Pemeriksaan klinis menunjukkan kehilangan gigi interseptif berperan dalam menyediakan ruangan
13,14,15,23,25 pada maksila dan 33,35,43,44,45 agar gigi impaksi dapat erupsi.
pada mandibula, crowding anterior bawah, Simpulan. Alat ortodontik interseptif merupakan
dan rotasi gigi 25. Pemeriksaan panoramik perawatan yang efektif dan tepat guna dalam
memperlihatkan adanya benih gigi geligi permanen menangani masalah multiple impaction.
_____________________________________________________
Kata kunci : multiple impaction, ortodontik interseptif, lower Schwarz, two by four appliance.
_____________________________________________________
PENDAHULUAN gigi sulung. Akan tetapi, terkadang sebagian gigi
mengalami gagal erupsi. Sebagian besar gigi yang
Multiple impaction merupakan kondisi yang jarang tidak erupsi ini mengalami deviasi angulasi sehingga
terjadi, kecuali dikaitkan dengan beberapa sindrom kehilangan daya untuk erupsi dan dikatakan
atau kelainan sistemik. Insidensi impaksi gigi sebagai gigi impaksi. Kondisi yang menyebabkan
kaninus maksila diperkirakan sebesar 1:100 pada kurangnya gaya erupsi juga dapat menyebabkan
populasi umum, tetapi insidensi yang lebih besar hal yang sama yang bisa bersifat umum, endokrin,
Correspondence: telah dilaporkan oleh praktisi ortodontis. Perkiraan neurogenik, mukosa atau kelainan tulang.
Fitri Intan Dini insidensi impaksi kaninus mandibula yaitu 3,5 Delayed atau arrested eruption dapat disebabkan
Departemen llmu Kedokteran dalam 1000 populasi. Impaksi kaninus jarang oleh berkurangnya resorpsi tulang, adanya gigi
Gigi Anak Fakultas berkaitan dengan multiple impaction, tetapi pada sulung dan beberapa gigi supernumerary. Gigi
Kedokteran Gigi Universitas beberapa kasus telah dilaporkan beberapa gigi yang tertahan untuk erupsi dapat ditemukan
Padjadjaran dapat terlibat. Pasien dengan multiple impaction pada beberapa kondisi, diantaranya adalah
memerlukan perawatan ortodontik yang hati-hati atrofi hemifacial, hipopitutarisme, hipotiroidisme,
dan rencana perawatan bedah.1,2 cherubism, fibromatosis gingiva, dan cleft palate.
Pada urutan erupsi yang normal, gigi permanen Kekurangan ruangan pada atau crowding pada
akan mengalami erupsi dan menggantikan posisi lengkung rahang dan rotasi dari benih gigi

@ 2018 IDGAI
30
KASUS

merupakan penyebab umum terjadinya impaksi.2 proporsi tinggi wajah tidak seimbang, yaitu
Pada laporan kasus ini, terlihat bahwa kekurangan sepertiga wajah bawah lebih pendek (Gambar 1).
ruang akibat premature loss dan adanya gigi yang Tipe muka mesofasial, simetris, dan profil muka
rotasi mengakibatkan terjadinya multiple impaction cembung. Bibir pasien normal dengan relasi bibir
pada gigi pasien. Penatalaksanaan multiple lip seal positif. Sendi temporo mandibula tidak ada
impaction secara ortodontik interseptif akan kelainan.
dibahas lebih lanjut pada laporan kasus ini. Pemeriksaaan intra oral (Gambar 2)
memperlihatkan adanya karies pada gigi 11, 36,
KASUS dan 46. Kebersihan mulut sedang, frenulum labii
normal, dan lidah normal. Overbite sebesar 1 mm
Pasien anak laki-laki berusia 11 tahun datang dan overjet 1 mm. Terdapat crossbite pada regio
bersama ibunya ke instalasi IKGA FKG Unpad gigi 22 dan 32. Gigi 12 tampak mengalami ektopik
dengan keluhan susunan gigi tidak beraturan dan karena kekurangan ruangan. Curve of spee kanan
beberapa gigi belum tumbuh. Hasil anamnesa dan kiri normal. Kekurangan ruang pada regio
diketahui kesehatan umum pasien baik dan tidak insisif lateral kanan atas mengakibatkan gigi insisif
pernah mengalami trauma gigi. Riwayat penyakit, lateral mengalami erupsi ektopik.
kelainan kongenital, perawatan di rumah sakit, Pemeriksaan panoramik menunjukkan tidak
operasi, maupun trauma gigi disangkal oleh pasien. ada agenesis dan gigi supernumerary. Gigi yang
Pasien memiliki kebiasaan buruk mengunyah pada belum erupsi adalah 13,14,15,23,25 pada maksila
satu sisi. Pemeriksaaan ekstraoral memperlihatkan dan 33,35,43,44,45 pada mandibula (Gambar 3A).

Gambar 1. Foto profil pasien (20/7/2016) (A) Tampak lateral kiri (B) Tampak frontal (C) Tampak lateral kanan

Gambar 2. Foto intraoral pasien (20/7/2016) (A) Tampak frontal (B) Tampak lateral kanan
(C) Tampak lateral kiri (D) Tampak oklusal maksila (E) Tampak oklusal mandibula

Indonesian Journal of Paediatric Maret 2018;1(1):30-36. 31


KASUS

Gambar 3. (A) Foto Panoramik (21/6/2016) (B) Foto Sefalometri (3/8/2016) (C) Tracing awal

Gambar 4. Model studi awal (A) Tampak lateral kiri (B) Tampak frontal
(C) Tampak lateral kanan (D) Tampak oklusal maksila (E) Tampak oklusal mandibula

Foto sefalometri memperlihatkan tahapan maturasi tinggi. Analisis Jefferson juga menunjukkan adanya
skeletal pasien termasuk dalam CS2 (Gambar retrognati dari maksila dan mandibula, dilihat dari
3B). Foto sefalometri digunakan untuk analisis titik ANS dan Pogonion yang berjarak kurang dari
Steiner, Down’s, dan Jefferson (Gambar 3C). 2 mm dari busur anterior. Pertumbuhan vertikal
Persistensi gigi kaninus kanan kiri dan mesialisasi mandibula juga kurang dari yang seharusnya.
molar permanen kanan bawah mengakibatkan gigi Analisis model studi dilakukan untuk
kaninus dan premolar bawah tidak dapat erupsi. menentukan diagnosa dan rencana perawatan
Analisis sefalometri Steiner menunjukkan (Gambar 4). Analisis model studi memperlihatkan
maksila dan mandibula mengalami retrognati, overbite 1 mm, overjet 1mm, crossbite gigi 22/32,
berdasarkan nilai SNA 75˚ dn SNB 72˚. Sudut dan pergeseran garis median mandibula ke arah
antara insisif atas dan insisif bernilai 110˚ dengan kanan sebesar 1 mm. Relasi molar kanan dan kiri
kesimpulan retrusi. Pengukuran jarak antara adalah kelas I, sedangkan relasi kaninus belum
pogonion dan menton juga menunjukkan hasil dapat ditentukan karena gigi kaninus permanen
bahwa menton mengalami retrusi. Analisis belum erupsi. Pemeriksaan sagital dan transversal
Down menunjukkan bahwa sudut fasial (nasion- memperlihatkan malposisi gigi 12,16, 21, 22,
pogonion) sebesar 76˚. Sudut fasial ini menyatakan 31, 32, dan 46. Analisis Moyers memperlihatkan
derajat retrusi atau protrusi dagu. Pada pasien ini kekurangan ruangan pada lengkung maksila dan
mengalami retrusi dagu. Sudut antara frankfurt mandibula. Kekurangan ruang pada regio 13,14,15
mandibular plane dan bidang mandibula juga cukup adalah 3,4mm; regio 23,24,25 adalah 4,4mm;

32 Indonesian Journal of Paediatric Maret 2018;1(1):30-36.


KASUS

regio 33,34,35 adalah 5,1mm; dan regio 43,44,45 (14/10/2016), dan pasien diinstruksikan untuk
adalah 6,1mm. Hasil dari analisis Moyers tidak memakainya selama 24 jam kecuali pada saat
jauh berbeda dengan analisis Tanaka Johnston menyikat gigi. Pada saat kontrol satu bulan ternyata
yang memperlihatkan kekurangan ruangan pada alat ekspansi tersebut hilang setelah tiga minggu
lengkung maksila dan mandibular. Kekurangan pemakaian alat. Pencetakan kembali dilakukan
ruang pada regio 13,14,15 adalah 3,25mm; regio untuk membuat alat yang sama kedua kalinya.
23,24,25 adalah 4,25mm; regio 33,34,35 adalah Alat kedua diinsersikan kembali (8/12/2016), dan
4,75mm; dan regio 43,44,45 adalah 5,75mm. pasien diinstruksikan untuk kontrol seminggu
Klasifikasi Angle pasien ini termasuk ke dalam sekali. Aktivasi lower Schwarz appliance dengan
maloklusi Angle kelas I tipe 1 dan 3. Klasifikasi menggerakkan slot ekspansi sebanyak seperempat
skeletal kelas I dengan bimaksillary retrusif. putaran setiap satu minggu sekali. Lower Schwarz
Berdasarkan hasil anamnesa, pemeriksaan appliance kedua juga mengalami kerusakan
klinis, dan pemeriksaan penunjang didapatkan setelah pemakaian empat bulan, yaitu alat patah
diagnosa multiple impaction oleh karena maloklusi ketika pemakaian.
dentoalveolar kelas I disertai crowding anterior Fase ortodontik cekat dilakukan setelah
maksila dan mandibular, serta crossbite anterior terlihat adanya perubahan pada crossbite gigi
gigi 22 dan 42. Diagnosa multiple impaction (10 gigi 22 dan 32 (Gambar 5). Tujuan penggunaan
selain molar permanen dua dan tiga) ditegakkan alat ortodontik cekat adalah untuk memperoleh
berdasarkan persistensi gigi sulung, malposisi gigi ruangan. Penggunaan lower Schwarz appliance
permanen, dan mesialisasi gigi molar permanen. digantikan dengan two by four appliance. Two by
four appliance dimulai dengan pemasangan dari
PENATALAKSANAAN KASUS empat bracket roth 0.22 dengan main wire NiTi
0.14 upper-lower, serta molar band atau buccal
Rencana perawatan diawali dengan mouth tube pada gigi molar satu permanen. Pemasangan
preparation yang meliputi tindakan restorasi bracket dilakukan pada gigi 12,11,21,22, 24, 31,
komposit gigi 11, 36, 46, pencabutan sisa akar 32, 34, 41, dan 42. Buccal tube berukuran 0.18
gigi 55,65,53, pencabutan sisa mahkota 53,83, dipasang di 16, 26, 36, dan 46. Pada kunjungan
instruksi kebersihan mulut pasien, dan aplikasi berikutnya (3/5/2017) diketahui buccal tube 26
topical fluoride maksila dan mandibula. Rencana lepas. Pemasangan kembali buccal tube pada 26
perawatan berikutnya adalah tahap ortopedik dengan main wire NiTi 0.14.
dengan tujuan melebarkan lengkung rahang. Tahap Penggantian main wire dilakukan setelah
ortopedik meliputi penggunaan lower Schwarz leveling pada gigi anterior atas dan bawah telah
appliance pada mandibula untuk mengekspansi tercapai. Main wire recta ss 0.16 digunakan
mandibula. Alat diinsersikan pada gigi geligi bawah pada rahang atas dan bawah, serta diberikan

Gambar 5. Pemasangan Lower Schwarz appliance. (A) Saat oklusi (B) Posisi pemasangan alat di mandibula

Gambar 6. Hasil pencetakan gigi setelah pemakaian selama 4 bulan. (A) Tampak lateral kiri
(B) Tampak frontal (C) Tampak lateral kanan

Indonesian Journal of Paediatric Maret 2018;1(1):30-36. 33


KASUS

Gambar 7 . (A) Pada foto panoramik (13/7/2017) terlihat gigi 46 sudah mengalami distalisasi
(B). Foto Panoramik (13/1/2018) memperlihatkan beberapa gigi sudah mulai erupsi.

Gambar 7 . (A) Pada foto panoramik (13/7/2017) terlihat gigi 46 sudah mengalami distalisasi
(B). Foto Panoramik (13/1/2018) memperlihatkan beberapa gigi sudah mulai erupsi.
Gambar 8. Kondisi intraoral pada saat terakhir kontrol (12/1/17). (A). Foto maksila sebelum perawatan;
(B) Foto mandibula sebelum perawatan; (C) Foto maksila setelah perawatan, tampak gigi 15,14 erupsi
sebagian, dan dan gigi 25 sudah rotasi ke arah yang tepat (D) Foto mandibula setelah perawatan, tampak
terlihat gigi 33,35 sudah berada pada lengkung rahang, dan gigi 43 erupsi sebagian.

penambahan open coil spring pada regio 12-16 jukkan perubahan arah. Saat ini perawatan masih
dan 42-46. Gigi 12-22 dan 32-42 diikat dengan dalam tahap observasi gigi yang erupsi sebagian,
kawat ligatur agar gigi tidak bergeser ke arah dan penggunaan open coil spring pasif tetap digu-
kiri. Open coil spring berfungsi untuk membuka nakan untuk menjaga ruangan.
ruangan. Kontrol berkala dilakukan setiap bulan
hingga terjadi distalisasi molar pertama pada sisi PEMBAHASAN
kanan (Gambar 7). Pemasangan bracket pada gigi
24 dan 35 dilakukan ketika gigi 35 sudah erupsi. Multiple impaction dapat berhubungan dengan
Tahapan berikutnya adalah pemasangan open kelainan genetik atau metabolik. Erupsi gigi
coil spring pada sisi kiri. Open coil spring pada merupakan suatu kejadian lokal yang memerlukan
sisi kanan tetap dipasang, tetapi berfungsi pasif ekspresi dari berbagai molekul pada waktu
untuk menjaga ruangan agar tidak bergeser. Open yang tepat untuk meregulasi resorpsi tulang dan
coil spring pada sisi kiri dipasang dari regio 24-26 pembentukan tulang. Erupsi dan perkembangan
dengan penambahan button pada bagian palatal gigi dapat terhambat dan tertunda oleh irregular
24 dan 26. Kedua button dihubungkan dengan bone remodeling adjacent terhadap benih gigi dan
powerchain, hal ini dilakukan dengan tujuan agar mahkota. Tingkat remodelling tulang dikendalikan
bagian palatal gigi 24 tertarik ke arah distal dan oleh faktor lokal dan sistemik. Faktor sistemik
bagian bukal terdorong ke arah mesial. Gigi 33 yang mempengaruhi diantaranya adalah beberapa
mengalami rotasi dan erupsi ke arah bukal dan mekanisme endokrin, termasuk hormon paratiroid,
gigi 35 tampak erupsi ke arah lingual, oleh karena vitamin D3, dan hormon seks (seperti estrogen).
itu open coil spring juga digunakan pada regio Faktor-faktor ini akan beraksi terhadap osteoklas
gigi 32-36. Ketika sudah tersedia ruangan yang sebagai perantara dalam mengatur keseimbangan
cukup untuk gigi 33 dan 35, maka main wire yang osteoblas-osteoklas, yang berpengaruh terhadap
digunakan adalah NiTi 0.14 agar gigi kembali ke ekspresi gen spesifik yang diperlukan untuk
dalam lengkung rahang. mensintesa protein yang terdapat pada remodelling
Kondisi intraoral (gambar 8) menunjukkan tulang.3,4
adanya erupsi dari gigi 15,14, dan 43. Gigi 23 yang Tujuan dari perawatan ortodontik interseptif
sebelumnya mengalami rotasi juga sudah menun- yang dilakukan adalah untuk menyediakan ruang

34 Indonesian Journal of Paediatric Maret 2018;1(1):30-36.


KASUS

yang cukup sehingga memungkinkan erupsi 10 keadaan bimaxillary retrusi. Analisis model studi
gigi permanen impaksi. Erupsi gigi permanen memperlihatkan hubungan molar kelas 1. Analisis
diharapkan mencapai oklusi yang stabil dan Moyers dan Tanaka Johnston memperlihatkan
fungsional. Salah satu perawatan interseptif kekurangan ruang pada empat regio cukup besar.
ortodontik adalah ekspansi. Ekspansi merupakan Hasil akhir yang didapatkan setelah
prosedur untuk melebarkan lengkung gigi dan penggunaan lower Schwarz appliance dan two by
dapat dilakukan baik dalam arah sagital maupun four appliance adalah adanya perubahan dalam
transversal. Defisiensi lengkung gigi dapat terlihat lengkung rahang. Pemilihan kedua alat interseptif
dengan adanya kontraksi lengkung gigi, crossbite ortodontik berdasarkan pemeriksaan klinis dan
(baik anterior maupun posterior), dan gigi berjejal. hasil analisis secara keseluruhan. Crossbite
Ekspansi dapat mengatasi masalah kekurangan anterior dan crowding gigi anterior merupakan
ruang dengan melebarkan jarak intermolar. dasar pertimbangan penggunaan lower Schwarz
Lebar intermolar lengkung rahang bawah dapat appliance. Penggunaan two by four appliance
bertambah sekitar 4-6 mm.5 yang digabungkan dengan open coil spring terbukti
Multiple impaction yang terdapat pada kasus dapat mengatasi masalah kekurangan ruang pada
ini teratasi dengan pendekatan ortodontik, yaitu empat regio gigi.
penggunaan lower Schwarz appliance dan two
by four appliance. Pemilihan alat lepasan lower SIMPULAN
Schwarz appliance digunakan untuk mengkoreksi
crossbite anterior dan crowding gigi anterior. Multiple impaction merupakan suatu kondisi yang
Perawatan yang dilakukan pada pasien ini sudah memerlukan intervensi dini. Penilaian mengenai
berjalan hingga 24x kunjungan kontrol. Delapan kebutuhan ruang yang diperlukan agar gigi dapat
kunjungan terakhir adalah kondisi saat pasien erupsi harus dilakukan sebelum perawatan
menggunakan two by four appliance dan lanjutan dilakukan. Pada laporan kasus ini, pemilihan
perawatan ortodontik cekat. Perawatan lower penggunaan alat ortodontik interseptif didasarkan
Schwarz appliance pada pasien ini menghasilkan pada usia pasien yang masih muda dan sikap
peningkatan jarak intermolar sebesar 2 mm, kooperatif dari pasien. Penggunaan alat interseptif
hal ini dikarenakan kurang kooperatif pasien ortodontik cukup efektif dan tepat guna dalam
pada saat pemakaian alat lepasan. Berdasarkan menangani masalah multiple impaction, karena
aktivasi yang dilakukan selama perawatan kontrol, dapat menghasilkan ruangan bagi gigi premolar
seharusnya peningkatan yang terjadi sebesar 4 dan kaninus untuk erupsi.
mm. Penggunaan two by four appliance dapat
mengatasi masalah kooperatif pada pasien ini, DAFTAR PUSTAKA
sehingga perawatan multiple impaction dapat
dilanjutkan tanpa tindakan bedah. Two by four 1. Zuccatia GC, Doldob T. Multiple bilateral
appliance digunakan untuk mendapatkan dan impactions in an adolescent girl. American
menjaga ruangan agar gigi permanen dapat Journal of Orthodontics and Dentofacial
erupsi. Penggunaan two by four appliance cukup Orthopedics. 2010;137:163-72.
efektif terhadap pasien ini, hal ini dikarenakan 2. Guruprasad Y, Naik RM. Multiple impacted
gigi 46 dapat mengalami distalisasi saat two by teeth in a non syndromic patient. SRM Journal
four appliance dikombinasikan dengan open coil of Research in Dental Sciences | Vol 3 | Issue 4
spring. Prosedur ortodontik cekat merupakan | October-December 2012. 2012;3(4):279-80.
kelanjutan perawatan setelah pemasangan two by 3. Yao S, Pan F, Wise G. Chronological gene
four appliance. Gigi geligi permanen yang sudah expression of parathyroid hormone-related
erupsi sempurna kemudian dipasang bracket dan protein (PT HrP) in the stellate reticulum of the
penggunaan main wire NiTi akan membawa gigi ke rat: implications for tooth eruption. Arch Oral
dalam lengkung rahang.6,7 Bio. 2007;52:228-32.
Multiple impaction merupakan suatu kejadian 4. Frazier-Bowers S, Koehler K, Ackerman G,
yang jarang terjadi, sehingga memerlukan deteksi Proffit W. Primary failure of eruption: further
dini. Tidak adanya sindrom genetik dan kelainan characterization of a rare eruption disorder. Am
endokrin yang merupakan karakteristik dari J Orthod Dentofacial Orthop. 2007;131(578):1-
kegagalan erupsi terdeteksi pada pasien ini. Pada 11.
laporan kasus ini, penanganan multiple impaction 5. Erliera, Anggani HS. Hal-hal yang harus
dilakukan dengan alat ortodontik interseptif, yang dipertimbangkan dalam menentukan indikasi
dilatarbelakangi dengan pertimbangan usia, ekstraksi atau non ekstraksi pada perawatan
penutupan ujung akar, serta analisis ortodontik orthodonti. Dentika Dental Journal 2006: 11(2):
yang dilakukan. Analisis Steiner dan Jefferson 198-202.
menunjukkan hubungan rahang retrognati dan 6. McKeown HF, Sandler J. The Two by Four

Indonesian Journal of Paediatric Maret 2018;1(1):30-36. 35


KASUS

Appliance: A Versatile Appliance Dent Update Tersedia dari: http://www.okemosortho.


2001; 28: 496–50. 2001;28:496-50 com/wp-content/uploads/2015/10/Schwarz-
7. Burkhardt, Pecora. Schwarz Appliance. Appliance.pdf. Diunduh pada 10 Januari 2018.

36 Indonesian Journal of Paediatric Maret 2018;1(1):30-36.

Anda mungkin juga menyukai