Anda di halaman 1dari 19

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Air Limbah Domestik


2.1.1 Definisi
Air limbah adalah air sisa dari suatu hasil usaha dan/atau kegiatan.
Sedangkan air limbah domestik adalah air limbah yang berasal dari aktivitas
hidup sehari-hari manusia yang berhubungan dengan pemakaian air atau yang
dimaksud dengan air limbah adalah air yang berasal dari sisa kegiatan proses
produksi dan usaha lainnya yang tidak dimanfaatkan kembali. Air limbah
domestik adalah air limbah yang berasal dari kegiatan rumah tangga, perumahan,
rumah susun, apartemen, perkantoran, toko, rumah sakit, mall, pasar swalayan,
balai pertemuan, hotel, industri, sekolah/lembaga pendidikan, baik berupa grey
water (air bekas) ataupun black water (air kotor/tinja).

2.1.2 Karakteristik Air Limbah Domestik


Dari hasil pengumpulan data terhadap beberapa contoh air limbah rumah
yang berasal dari berbagai macam sumber pencemar di Kota Bandung
menunjukan bahwa konsentrasi senyawa pencemar sangat bervariasi. Hal ini
disebabkan karena sumber air limbah juga bervariasi sehingga faktor waktu dan
metoda pengambilan contoh sangat mempengaruhi besarnya konsentrasi.
Komposisi air limbah bervariasi tergantung dari sumbernya, namun sebagian
besar air limbah memiliki komposisi sebagai berikut:

Air Limbah

Air (99,9%) Bahan Padat (0,1%)

Organik [protein (65%),


Anorganik (butiran,
karbohidrat (25%),
garam, metal)
lemak
(10%)]

Gambar 2.1. Komposisi Air Limbah


Sumber : (Sugiharto, 1987 hlm.12)
2.1.2.1 Karakteristik Fisik
1. Padatan
Padatan merupakan material yang tersuspensi atau terlarut dalam air atau air
limbah. Padatan dapat mempengaruhi kualisan limbah dengan berbagai cara.
Padatan total (total solid) merupakan sisa bahan yang tersisa setelah penguapan
dan pengeringan sampel selanjutnya dalam oven pada suhu tertentu (103 hingga
105oC). Padatan total pada dasarnya mencakup total padatan tersuspensi (total
suspended solid), yang merupakan porsi padatan keseluruhan ditahan oleh filter
dan diukur setelah pengeringan pada suhu 105 oC, dan total padatan terlarut (total
dissolved solid), yang merupakan bagian yang melewati filter berukuran pori 2µm
(atau lebih kecil) dibawah kondisi tertentu. (Standard Method, 1998 hlm.41)
2. Bau
Bau dalam air limbah domestik biasanya disebabkan oleh gas yang
dihasilkan oleh dekomposisi bahan organik atau dengan zat yang ditambahkan ke
air limbah. Air limbah segar memiliki bau khas yang agak tidak menyenangkan,
namun lebih baik daripada bau air limbah yang telah mengalami dekomposisi
aerobik (tanpa oksigen). Karakteristik bau paling khas dari air limbah septik
berasal dari hidrogen sulfida, yang diproduksi oleh mikroorganisme anaerob yang
mengubah sulfat menjadi sulfida.
Bau telah dinilai sebagai perhatian utama publik untuk pelaksanaan fasilitas
pengolahan air limbah. Dalam beberapa tahun terakhir, kontrol bau telah menjadi
pertimbangan utama dalam desain dan operasi pengumpulan air limbah,
pengolahan, dan fasilitas pembuangan, khususnya yang berkenaan dengan
penerimaan publik dari fasilitas ini (Metcalf & Eddy, 2004 hlm.21)
3. Temperatur
Temperatur berpengaruh terhadap aktifitas biologis dan kimiawi dalam air.
Temperatur air limbah biasanya lebih tinggi dibanding air minum. Tergantung
dari lokasi dan waktu, temperatur effluen limbah lebih tinggi atau lebih rendah
dibanding temperatur influen (Reynolds & Richards, 1996 hlm.18)
4. Warna
Warna merupakan ciri kualitatif yang dapat dipakai untuk mengkaji kondisi
umum air limbah. Jika warnanya coklat muda, maka umur air kurang dari 6 jam.
Warna abu – abu muda sampai setengah tua merupakan tanda bahwa air limbah
sedang mengalami pembusukan atau telah ada dalam sistem pengumpul untuk
beberapa lama. Bila warnanya abu – abu tua atau hitam, air limbah sudah
membusuk setelah mengalami pembusukan oleh bakteri dengan kondisi
anaerobik.

2.1.2.2 Karakteristik Kimia


Karakter kimia air limbah meliputi senyawa organik, senyawa anorganik
dan gas. Senyawa organik adalah karbon yang dikombinasi dengan satu atau lebih
elemen-elemen lain (O, N, P, H). Saat ini terdapat lebih dari dua juta senyawa
organik yang telah diketahui. Senyawa anorganik terdiri atas semua kombinasi
elemen yang bukan tersusun dari karbon organik. (Metcalf & Eddy, 2004 hlm.21)

2.1.2.2.1 Kimia Anorganik


Beberapa komponen anorganik air limbah dan air alami penting dalam
membangun dan mengendalikan kualitas air. Konsentrasi konstituen anorganik
juga meningkat oleh proses penguapan alami, yang menghilangkan sebagian air
permukaan dan meninggalkan substansi anorganik dalam air. Karena konsentrasi
berbagai konstituen anorganik dapat sangat mempengaruhi penggunaan
menguntungkan dari air, adalah baik untuk memeriksa sifat dari beberapa
konstituen. (Standard Method, 1998 hlm.42)
1. pH
Konsentrasi ion-hidrogen merupakan parameter kualitas penting dari
perairan alam dan air limbah. Rentang konsentrasi yang cocok untuk keberadaan
kehidupan sebagian besar kehidupan biologis cukup sempit dan kritis. Air limbah
dengan konsentrasi ion-hidrogen yang merugikan ion sulit untuk mengobati
dengan cara biologis, dan jika konsentrasi tidak berubah sebelum dibuang, efluen
air limbah dapat mengubah konsentrasi di perairan alami. (Metcalf & Eddy, 2004
hlm.22)
2. Nitrogen
Unsur nitrogen dan fosfor sangat penting untuk pertumbuhan tanaman dan
protista dan karena itu dikenal sebagai nutrisi atau biostimulants. Kuantitas kecil
unsur-unsur lain, seperti besi, juga diperlukan untuk pertumbuhan biologis, tetapi
nitrogen dan fosfor, dalam banyak kasus, merupakan nutrisi penting utama.
Karena nitrogen adalah sebuah unsur pembangun penting dalam sintesis protein,
data nitrogen akan dibutuhkan untuk mengevaluasi treatability air limbah dengan
proses biologis. Nitrogen yang tidak cukup dapat mengharuskan penambahan
nitrogen untuk membuat air dapat diolah. (Metcalf & Eddy, 2004 hlm.22)
3. Fosfor
Fosfor juga penting untuk pertumbuhan alga dan organisme biologis
lainnya. Karena ganggang berbahaya yang terdapat di permukaan air, sehingga
terdapat kebutuhan untuk mengendalikan jumlah senyawa fosfor yang memasuki
perairan permukaan di pembuangan limbah domestik dan industri dan limpasan
alami. Air limbah kota, misalnya, dapat mengandung 4-15 mg/L fosfor dalam
bentuk P. (Metcalf & Eddy, 2004 hlm.22)
4. Surfaktan
Surfaktan sintetis merupakan senyawa yang termasuk kelas kimia yang
berbeda namun mengandung gugus polar hydrofibik yang lemah (mis: alkyl atau
alkylaryl) dan satu atau lebih gugus polar. Surfaktan dapat diklasifikasikan
kedalam kelompok anionik (muatan negatif) atau kationik (muatan positif).
Surfaktan anionik merupakan yang paling umum digunakan dan diproduksi,
biasanya sebagai detergen.
Surfaktan memasuki badan air dari air limbah industry maupun rumah
tangga. Walaupun bukan merupakan senyawa yang beracun, surfaktan dapat
mempengaruhi biota air. Detergen dapat memberikan rasa dan bau pada air pada
konsentrasi 0,4-3 mg/l dan klorinasi dapat meningkatkan efeknya. (Chapman,
1996 hlm.36)
2.1.2.2.2 Kimia Organik
Kandungan organik secara umum terdiri dari kombinasi senyawa karbon,
hydrogen, nitrogen dan oksigen. Material organik pada air limbah biasanya terdiri
dari protein (40-60%), karbohidrat (25-60%), dan minyak dan lemak (8-12%).
(Metcalf & Eddy, 2004 hlm.23).
1. Minyak dan Lemak
Yang dimaksud minyak dan lemak (oil and grease) adalah senyawa-
senyawa organik yang dapat diekstrak dari suatu larutan menggunakan heksan
atau CFC. Dengan demikian, penentuan kandungan komponen minyak dan lemak
di dalam air limbah diketahui melalui ekstraksi sampel dengan kedua jenis pelarut
tersebut (Sawyer et al., 1994 hlm.32)
Lemak merupakan senyawa organik yang lebih stabil dan sulit
didekomposisi oleh bakteri. Kandungan minyak dan lemak di dalam suatu air
limbah dapat menimbulkan berbagai masalah baik di saluran maupun di dalam
instalasi pengolahan air limbah itu sendiri. Keberadaannya di dalam air
permukaan dapat mengganggu kehidupan biota serta dapat mengganggu estetika
dengan terbentuknya materi-materi terapung dan lapisan film di atas permukaan
air (Metcalf & Eddy, 2004 hlm.24).

2.1.2.2.3 Gas-gas
Gas umumnya ditemukan dalam air limbah mencakup nitrogen (N 2),
oksigen (O2), karbon dioksida (CO2), yang merupakan gas umum dari atmosfer
dan akan ditemukan di seluruh perairan yang terkena udara, dan hidrogen sulfida
(H2S), amonia (NH3), dan metana (CH4) yang berasal dari dekomposisi bahan
organik pada air limbah. Meskipun tidak ditemukan dalam air limbah yang tidak
diolah, gas-gas lainnya yang harus diketahui dalam pengolahan limbah yaitu
klorin (Cl2) dan ozon (O3) (untuk desinfeksi dan kontrol bau), dan oksida sulfur
dan nitrogen (proses pembakaran).
1. Dissolved Oxygen (DO)
Oksigen terlarut diperlukan untuk respirasi semua mikroorganisme aerobik
serta bentuk kehidupan aerobik lainnya. Namun, hanya sedikit oksigen yang
terlarut dalam air. Jumlah aktual dari oksigen (dan gas lain) yang dapat hadir
dalam larutan diatur oleh (1) kelarutan gas, (2) tekanan parsial gas di atmosfer, (3)
suhu, dan (4) kemurnian (salinitas, padatan tersuspensi, dll) dari air.
Karena laju reaksi biokimia yang menggunakan oksigen meningkat
dengan meningkatnya suhu, oksigen terlarut-tingkat cenderung lebih kritis dalam
bulan-bulan musim panas. Karena pada bulan-bulan musim panas arus sungai
yang biasanya lebih rendah, dengan demikian jumlah total oksigen yang tersedia
juga lebih rendah. Kehadiran oksigen terlarut dalam air limbah dibutuhkan untuk
mencegah pembentukan bau berbahaya (Metcalf & Eddy, 2004 hlm.24).

2.1.2.2.4 Pengukuran Kandungan Organik


Untuk menentukan kandungan organic dalam limbah cair umumnya dipakai
parameter Biological Oxygen Demand (BOD) dan Chemical Oxygen Demand
(COD).
1. Biological Oxygen Demand (BOD)
Biological Oxygen Demand (BOD) adalah banyaknya oksigen yang
diperlukan untuk menguraikan benda organic oleh bakteri aerobic melalui proses
biologis (biological oxidation) secara dekomposisi aerobik. Biological Oxygen
Demand (BOD) merupakan suatu analisa empiris yang mencoba mendekati secara
global proses-proses mikrobiologis yang benar-benar terjadi di dalam air. Angka
BOD menggambarkan jumlah oksigen yang diperlukan oleh bakteri untuk
menguraikan (mengoksidasi) hampir semua senyawa zat organic yang terlarut dan
sebagian zat-zat organic yang tersuspensi di dalam air.
Pemeriksaan BOD dilakukan untuk menentukan beban pencemaran akibat
buangan dan untuk merancang sistem pengolahan biologis bagi air yang tercemar.
Prinsip pemeriksaan BOD didasarkan atas reaksi oksidasi zat organic dengan
oksigen di dalam air, dan proses tersebut berlangsung karena adanya bakteri.
Sebagai hasil oksidasi akan terbentuk karbon dioksida, air dan amoniak. Dengan
demikian zat organik yang ada dalam air diukur berdasarkan jumlah oksigen yang
dibutuhkan bakteri untuk mengoksidasi zat organis tersebut. (Alaerts dan Santika,
1987 hlm.51)
Hasil tes BOD digunakan; (1) untuk menentukan perkiraan jumlah oksigen
yang akan dibutuhkan untuk menstabilkan secara biologis bahan organik, (2)
untuk menentukan ukuran fasilitas pengolahan limbah, dan (3) untuk mengukur
efisiensi dari beberapa proses pengolahan, dan (4) untuk menentukan kesesuaian
dengan izin pembuangan air limbah. (Standard Method, 1998 hlm.36)
2. Chemical Oxygen Demand (COD)
Chemical Oxygen Demand atau kebutuhan oksigen kimiawi adalah jumlah
kebutuhan oksigen yang diperlukan untuk mengoksidasi zat-zat organic. Angka
COD merupakan ukuran bagi pencemaran air oleh zat-zat organic yang secara
alamiah dapat dioksidasi melaui proses mikrobiologis dan mengakibatkan
berkurangnya kandungan oksigen di dalam air. Hasil pengukuran COD dapat
dipergunakan untuk memperkirakan BOD ultimate atau nilai BOD tidak dapat
ditentukan karena terdapat bahan-bahan beracun.
Chemical Oxygen Demand (COD) merupakan analisis terhadap jumlah
oksigen yang dibutuhkan untuk mengoksidasi zat-zat organis yang ada di dalam 1
liter sampel air dengan menggunakan mengoksidasi KcrO sebagai sumber
oksigen. Angka COD yang didapat merupakan ukuran bagi pencemaran air oleh
organis, dimana secara alami dapat dioksidasikan melalui proses mikrobiologi
yang mengakibatkan berkurangnya oksigen terlarut di dalam air (Alaerts dan
Santika, 1987 hlm.48).
Reaksi utama menggunakan dikromat sebagai agen pengoksidasi dapat
direpresentasikan secara umum dengan persamaan tidak seimbang berikut:
Material organik (CaHbOc) + Cr2O7-2 + H+  catalyst heat  Cr+3 + CO2 + H2O

Tes COD juga digunakan untuk mengukur bahan organik dalam limbah
industri dan kota yang mengandung senyawa yang beracun bagi kehidupan
biologis. COD limbah adalah, secara umum, lebih tinggi dari BOD karena
senyawa kimia lebih dapat teroksidasi daripada yang bisa teroksidasi secara
biologis. Untuk berbagai jenis limbah, adalah mungkin untuk mengkorelasikan
BOD dengan COD. Ini dapat sangat berguna karena COD dapat ditentukan dalam
tiga jam, dibandingkan dengan lima hari untuk BOD. Setelah korelasi telah
ditetapkan, pengukuran COD dapat digunakan untuk mengontrol instalasi
pengolahan dan operasi. (Standard Method, 1998 hlm.38)

2.1.2.3 Karakteristik Biologi


Mikroorganisme ditemukan dalam jenis yang sangat bervariasi hampir
dalam semua bentuk air limbah. Pemeriksaan biologi didalam air limbah
bertujuan untuk memisahkan apakah ada bakteri-bakteri pathogen yang berada
dalam air limbah. Keterangan biologis diperlukan untuk mengukur kualitas air
serta untuk menaksir tingkat kekotoran air limbah sebelum dibuang ke badan air.
(Sugiharto,1987 hlm.32)
Disetiap badan air, baik air alam maupun air buangan terdapat bakteri atau
mikroorganisme. Mikroorganisme dan bakteri pada air limbah dapat berupa
eucaryotes (tanaman biji, spora, lumut), eubacteria, dan archaebacteria.
Bakteri merupakan kelompok mikroorganisme terpenting dalam sistem
penanganan limbah. Bakteri ada yang bersifat patogen sehingga merugikan dan
ada yang bersifat nonpatogen/menguntungkan. Bakteri patogen bermacam-macam
bentuk dan jenisnya sehingga sulit dideteksi. Yang paling berbahaya adalah
bakteri coli (E-coli dan Streptococci). Bakteri coli berasal dari usus manusia dan
makluk hidup lain (ayam, sapi, itik, babi). Selain itu pada air limbah juga
ditemukan ganggang (fitoplankton) yang hidup dengan memanfaatkan nutrien
serta jamur yang bermanfaat dalam menguraikan senyawa karbon.
Analisa mikrobiologi untuk bakteri-bakteri tersebut maka diperlukan adanya
indikator organisme. Indikator organisme menunjukkan adanya pencemaran oleh
tinja manusia dan hewan sehingga mudah dideteksi. Dengan demikian bila
indikator organisme tersebut ditemui dalam sampel air, berarti air tersebut
tercemar oleh tinja dan kemungkinan besar mengandung bakteri patogen. Analisis
menggunakan indikator organisme adalah metode yang paling umum dan
dilaksanakan secara rutin. (Gunawan, 2006 hlm.72)

2.1.3 Regulasi
Secara umum, regulasi adalah suatu peraturan dalam sebuah masyarakat,
organisasi, kelompok ataupun lembaga yang dibuat dan disepakati dengan tujuan
untuk mengendalikan, mengatur, memberikan batasan demi tercapainya tujuan
bersama. Pengertian regulasi disini lebih kepada aturan-aturan yang dibuat dan
komitmen untuk menjalankannya.
Regulasi yang dipakai penulis dalam perencanaan pemasangan sewage
treatment plant sebagai berikut :
1. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan
2. Peraturan Daerah Jawa Barat
3. Peraturan Daerah Kota Bandung
Regulasi diamanatkan oleh upaya negara untuk menghasilkan hasil yang
tidak mungkin sebaliknya terjadi, memproduksi atau mencegah hasil di tempat
yang berbeda dengan apa yang dinyatakan mungkin terjadi, atau memproduksi
atau mencegah hasil dalam rentang waktu yang berbeda daripada yang akan
terjadi. Dengan cara ini, Regulasi dapat dilihat sebagai artefak laporan
pelaksanaan kebijakan. Contoh umum regulasi mencakup kontrol di masukan
pasar, harga, upah, persetujuan Pembangunan, efek polusi, pekerjaan bagi orang-
orang tertentu dalam industri tertentu, standar produksi untuk barang-barang
tertentu, pasukan militer dan jasa.
2.1.4 Standar Baku Mutu Air Limbah Domestik
Untuk menentukan tingkat pengolahan yang akan diterapkan dalam
perencanaan perlu dilakukan penentuan efisiensi pengolahan yang akan dicapai.
Hal ini sangat bergantung pada standar kualitas yang akan diterapkan. Standar
kualitas air merupakan persyaratan kualitas air yang diterapkan oleh suatu negara
atau daerah untuk keperluan perlindungan dan pemanfaatan air pada negara atau
daerah yang bersangkutan. Terdapat dua macam standar kualitas air, yaitu standar
aliran (stream standard) dan standar buangan (effluent standard).
Stream standard adalah karakteristik kualitas air yang disyaratkan bagi
sumber air yang disusun dengan mempertimbangkan pemanfaatan sumber air
tersebut, kemampuan mengencerkan, dan membersihkan diri terhadap beban
pencemaran. Baku mutu ini baik untuk diterapkan pada sumber air dimana
pembangunan industri masih jarang. Sedangkan effluent standard adalah
karakteristik kualitas air yang disyaratkan bagi air limbah yang akan disalurkan ke
sumber air dimana dalam penyusunannya telah mempertimbangkan pengaruh
terhadap pemanfaatan sumber air yang menampungnya.
Baku mutu limbah adalah batas kadar dan jumlah unsur pencemar yang
ditenggang adanya dalam limbah untuk dibuang dari suatu jenis kegiatan tertentu.
Sehingga air limbah dari untuk dibuang ke saluran umum kota, wajib memenuhi
ketentuan yang disajikan dalam tabel sebagai berikut.
Tabel 2.1 Baku Mutu Air Limbah Domestik

Sumber : Permen LHK Tahun 2016 No.P.63


Keterangan: *= Rumah susun, penginapan, asrama, pelayanan
kesehatan, lembaga pendidikan, perkantoran, perniagaan, pasar, rumah makan,
balai pertemuan, arena rekreasi, permukiman, industri, IPAL kawasan, IPAL
permukiman, IPAL perkotaan, pelabuhan, bandara, stasiun kereta api,terminal dan
lembaga pemasyarakatan.

2.1.5 Teknologi Pengolahan Air Limbah Domestik


Adapun itu arti dari kata pengolahan adalah suatu proses atau cara atau pun
perbuatan dalam mengolah. Kata pengolahan ini harus dibedakan dengan kata
pengelolaan karena pengolahan lebih kepada proses pembuatan sesuatu sementara
pengelolaan lebih kepada proses pengendalian, penyelenggaraan, pengurusan (hal
yang sudah diolah) dan lain sebagainya.
Tujuan dari pengolahan air limbah adalah untuk mengurangi BOD, partikel
tercampur, dan membunuh mikroorganisme pathogen, serta menghilangkan bahan
nutrisi, komponen beracun yang tidak dapat didegradasi (Sugiharto, 1987 hlm.2).
Air limbah diolah dalam unit pengolahan sehingga air effluentnya bisa dibuang ke
badan air tanpa menimbulkan gangguan.
Menurut Moersidik 1996, tujuan pengolahan limbah cair adalah:
1. Mengurangi jumlah padatan tersuspensi
2. Mengurangi jumlah padatan terapung
3. Mengurangi jumlah bahan organic
4. Membunuh bakteri pathogen
5. Mengurangi jumlah bahan kimia yang berbahaya dan beracun
6. Mengurangi unsur nutrisi (N dan P) yang berlebihan
7. Mengurangi unsur lain yang dianggap dapat menimbulkan dampak negative
terhadap ekosistem
2.1.6 Sewage Treatment Plant
Sewage Treatment Plant merupakan bangunan instalasi sistem pengolah
limbah rumah tangga atau limbah cair domestik termasuk limbah dari dapur, air
bekas, air kotor, limbah maupun kotoran. Limbah yang mengandung logam berat
akan mendapat perlakuan khusus, bukan termasuk dalam limbah domestik.
Tujuan dari system pengolahan limbah cair domestik adalah agar limbah tidak
mengandung zat pencemar lingkungan, sehingga layak buang sesuai dengan
peraturan pemerintah yang berlaku.

Gambar 2.2 Proses Sewage Treatment Plant


Sumber : Trimatra Jasa Prakarsa,2019
Merujuk Peraturan Daerah Kabupaten Bandung No.7 tahun 2010 , tentang
tata cara membuang air limbah ke saluran kota, maka pengelola gedung
melakukan treatment, untuk mengolah air limbah yang ada. Tidak saja mengatasi
persoalan limbah cair, menggunakan hasil olahan limbah, juga dapat menghemat
pemakaian air yang semakin mahal. Merujuk Peraturan Daerah Kabupaten
Bandung No.7 tahun 2010, tentang tata cara membuang air limbah ke saluran
kota, maka pengelola gedung melakukan treatment, untuk mengolah air limbah
melalui proses recycling. Proses recycling air limbah domestik atau Sewage
Treatment Plant  (STP) dapat dilakukan dengan berbagai cara antara lain  Rotor
disk atau Konventional/Extended aeration.
Rotor disk adalah sistem di mana pemberian oksigen bagi bakteri dengan
cara membiakan bakteri yang menempel pada disk sehingga bakteri akan kontak
dengan oksigen, sedang pada saat bakteri ada di dalam cairan mereka akan makan
kotoran yang ada pada cairan tersebut.Sementara Konventional/Extended
aeration, suatu sistem di mana pemberian oksigen dilakukan dengan cara
menyemburkan oksigen ke dalam cairan dengan mengunakan blower. Pada sistem
ini diperlukan area yang luas.
Pada Sistem Extended Aeration ini mengolah air limbah secara Biologi,
dengan menciptakan suatu kondisi dimana mengembang biakkan bakteri-bakteri
yang terkandung di dalam air limbah tersebut menjadi lebih baik, dan melakukan
proses dekomposisi/ penguraian zat - zat pencemar secara optimal, dan aman
untuk di salurkan ke Drainase kota. Ada pula kelebihan sistem ini ,air dari olahan
bisa di pergunakan kembali (Recycle) untuk menyiram tanaman,yang tentunya air
tersebut sudah aman.

2.1.6.1Bagian-bagian Sewage Treatment Plant


1. Solid Separation Chamber
Kolam Pemisahan Lumpur (Solid Separation Chamber/SSC) merupakan
alternatif pengganti Tanki Imhoff. Mempunyai Prinsip kerjanya sangat sederhana
karena hanya mengandalkan proses fisik untuk pemisahan padatan dari lumpur
tinja. Setelah pemisahan, dilakukan penyinaran memanfaatkan sinar matahari
sebagai desinfeksi serta angin untuk pengurangan kelembaban atau pengeringan
Fungsi unit ini adalah untuk memisahkan padatan dan air dengan
memanfaatkan sifat fisik air limbah., lumpur tinja yang dihamparkan secara
merata di atas media SSC akan mengalami pemisahan antara padatan di bagian
bawah dan cairan di bagian atas. Sebagian cairan dapat terpisah dari lumpur tinja
melalui proses perembesan media SSC sehingga kemudian dapat disalurkan
bersama cairan yang telah dipisahkan di bagian atas lumpur tinja untuk diolah
bersama lebih lanjut di dalam unit STP.
2. Anoxic Chamber
Tangki anoxic berfungsi untuk proses denitrifikasi (mengubah nitrat menjadi gas
nitrogen) sedangkan tangki acrobik berfungsi untuk melakukan proses nitrifikasi
(perubahan amonia menjadi nitrat).
Pada proses denitrifikasi sumber karbon diperoleh dari organik karbon air limbah
yang dari organik karbon air limbah yang diolah yang masuk ke tangki anoxic. Nitrat
diperoleh dengan meresirkulasi dari tangki erobik, sedangkan lumpur yang dihasilkan
dikembalikan ke tangki anoxic.Pada proses nitrifikasi kondisi aerobik dipertahankan
dengan memasang aerator (seperti Pada proses lumpur aktif) pada tangki ini berlangsung
perubahan amonia menjadi nitrat.
3. Anaerobic Chamber
Ruang anaerob, juga dikenal sebagai tangki anaerob, adalah unit pengontrol
atmosfer yang dirancang untuk digunakan dengan bahan yang peka terhadap
oksigen, kebutuhan penahanan produk, dan / atau kontrol isolasi umum. Unit-unit
ini memungkinkan limbah untuk dengan mudah dimproses, dingolah, tanpa
paparan oksigen atmosfer. Ruang anaerob digunakan dalam pengolahan limbah
yang membutuhkan kemampuan untuk mengontrol oksigen, karbon dioksida,
suhu dan kelembaban secara akurat. Pilihan kotak dapat bergantung pada
persyaratan khusus aplikasi seperti pengaturan suhu dan kelembaban.
4. Aerobic Tank
Adalah komponen utama dalam sistem ini,dimana pada bagian ini terjadi
penguraian zat-zat pencemar (Senyawa Organik). Di dalam aerobic tank ini, air
limbah di hembus dengan udara,sehingga mikro organisme aerob yang ada akan
menguraikan zat organik dalam air limbah. Energi yang diperoleh dari hasil
penguraian tadi akan di pergunakan oleh mikro organisme untuk proses
pertumbuhannya. Dengan demikian biomassa akan tumbuh dan berkembang
dalam jumlah besar, yang akan menguraikan senyawa polutan yang ada dalam air
limbah. 
Penambahan udara dalam air tersebut mempergunakan air blower yang
berfungsi menyuplai udara, sehingga tercipta kondisi aerobik. Selain itu, bak
aerasi in dilengkapi dengan diffuser (air seal diffuser), yang berfungsi
menciptakan gelembung-gelembung udara (bubble) agar proses penyerapan
oksigen oleh mikro organisme dapat lebih optimal.

5. Sedimentation Tank 
Adalah Sistem untuk pengendapan partikel - partikel floc ( activated
sludge / lumpur aktif ).sebagian lumpur aktif akan di kembalikan kedalam bak
aerasi dan sebagian lagi akan di buang kedalam bak penampung lumpur(sludge
tank). Airlift system yang dipasang pada tanki ini bertujuan mengembalikan /
recycle sebagian  besar lumpur mengendap untuk di olah kembali,
sementara scum skimmer berfungsi menyedot permukaan air dari sampah/padatan
ringan. Airlift dan scum skimmer yang digunakan menggunakan tenaga udara yang
di hembuskan dari air blower.pengembalian kembali lumpur aktif dan buih harus
kontinyu(terus menerus) agar proses berhasil. Dalam sedimentation sank terjadi
pengendapan lumpur aktif, sedangkan air limbah yang sudah diolah (lebih jernih)
mengalir secara gravitasi melalui gutter masuk kedalam chlorin tank dan
sebagian masuk kedalam buffer tank yang selanjutnya masuk kedalam proses
recycle. 
6. Chlorination Feeder
Adalah air olahan yang berasal dari proses pengendapan, di injeksikan
kaporit/ chlorine terlebih dulu untuk membunuh bakteri - bakteri pathogen,
kemudian akan mengalir secara gravitasi ke dalam bak effluent (effluent tank).
7. Effluent Pump
Adalah proses akhir dengan bantuan pompa submersible, air hasil
pengolahan sebagian akan di alirkan kedalam saluran pembuangan.
8. Discharge Tank
Adalah bak penampung lumpur sementara sebelum di buang oleh mobil
tinja.untuk mencegah terjadinya kondisi septic, maka dipergunakan udara untuk
mengaduk , sehingga kondisi aerob tetap terjaga. Bak ini apabila sudah hampir
penuh, harus dibuang dengan menggunakan mobil tinja.
9. Blower Room
Adalah merupakan ruang kontrol sistem STP, dimana blower control panel
dan pompa dossing serta tanki kimia berada di sini. Setiap harinya operator STP
harus masuk ke dalam ruangan ini untuk pengecekan sistem dan pembuatan
larutan desinfektan

10. Water Recycling Plant


Adalah alat yang terdiri Filter Pump, Sand Filter dan Carbon Filter plus
Chlorinator lengkap dengan aksesorisnya. Penjelasan proses sebagai berikut :
1) Clear Water Pump
merupakan bak penampung air yang telah melalui proses filtrasi sand
filter dan carbon  filter
2) Filter Pump
Berfungsi untuk memompa air dari Effluent Tank STP menuju Sand
Filter dan Carbon Filter. Pompa bekerja secara auto berdasarkan Water Level
Control dan Pressure switch
3) Sand Filter
Berfungsi untuk mengurangi kekeruhan (turbidity) di dalam air. Media yang
digunakan adalah Silica Sand dan Gravel sebagai support. Sand Filter bekerja
secara manual/sistem pencuciannya (backwash) dengan mengubah posisi valve
sesuai instruksi arah valve. Proses backwash di maksudkan untuk membuang
kotoran yang tertahan pada lapisan atas media filter dengan cara merubah aliran
air berlawanan yaitu dari bawah ke atas.dilakukan setiap hari selama 15-30 menit.
Tergantung kapasitas tabung filter.
4) Carbon Filter 
Berfungsi untuk menghilangkan bau, warna dan zat organik yang larut
dalam air. Carbon aktif sebagai media filter bekerja dengan menyerap /adsorbsi
material organik yang larut dalam air. Sistem pencuciannya sama persis dengan
Sand Filter.

2.1.7 Perawatan
2.1.7.1 Definisi
Perawatan adalah kegiatan pendukung utama yang bertujuan untuk
menjamin kelangsungan peranan (fungsional) suatu sistem produksi (peralatan,
mesin) sehingga pada saat dibutuhkan dapat dipakai sesuai kondisi yang
diharapkan. Pengertian perawatan maintenance sebagai konsepsi dari semua
aktivitas yang diperlukan untuk menjaga atau mempertahankan kualitas
fasilitas/mesin agar dapat berfungsi dengan baik seperti kondisi awalnya (Ansori
dan Mustajib, 2013).

Hal ini dapat dicapai antara lain dengan melakukan perencanaan dan
penjadwalan tindakan perawatan dengan tetap memperhatikan fungsi
pendukungnya serta dengan memperhatikan kriteria minimasi ongkos. Peranan
perawatan baru akan sangat terasa apabila sistem mulai mengalami gangguan atau
tidak dapat dioperasikan lagi.
Masalah perawatan ini sering diabaikan karena suatu alasan mahal atau
banyaknya ongkos yang dikeluarkan dalam pelaksanaannya, padahal apabila
dibandingkan dengan kerugian waktu menganggur akibat adanya suatu kerusakan
mesin jauh lebih besar dari pada ongkos perawatan dan baru akan dirasakan
apabila sistem mulai mengalami gangguan dalam pengoperasiannya, sehingga
kelancaran dan kesinambungan produksi akan terganggu.
Perawatan juga didefinisikan sebagai suatu kegiatan merawat fasilitas dan
menempatkannya pada kondisi siap pakai sesuai dengan kebutuhan. Dengan kata
lain perawatan merupakan aktivitas dalam rangka mengupayakan fasilitas
produksi berada pada kondisi/kemampuan produksi yang dikehendaki. Perawatan
merupakan suatu fungsi utama dalam suatu unit organisasi/usaha/industri. Fungsi
lainnya diantaranya adalah pemasaran, keuangan, produksi dan sumber daya
manusia. Fungsi perawatan harus dijalankan dengan baik, karena fasilitas-fasilitas
yang diperlukan dalam organisasi dapat terjaga kondisinya.
Perawatan adalah suatu konsepsi dari semua aktivitas yang diperlukan untuk
menjaga atau mempertahankan kualitas agar tetap dapat berfungsi dengan baik
seperti dalam kondisi sebelumnya. Masalah perawatan mempunyai kaitan yang
sangat erat dengan tindakan pencegahan kerusakan (preventive) dan perbaikan
kerusakan (corrective). Tindakan tersebut dapat berupa:
1.) Inspection (Pemeriksaan) Yaitu tindakan yang ditujukan terhadap sistem atau
mesin untuk mengetahui apakah sistem berada pada kondisi yang diinginkan.
2.) Service (Servis) Yaitu tindakan yang bertujuan untuk menjaga kondisi suatu
sistem yang biasanya telah diatur dalam buku petunjuk pemakaian sistem.
3.) Replacement (Pergantian Komponen) Yaitu tindakan pergantian komponen
yang dianggap rusak atau tidak memenuhi kondisi yang diinginkan. Tindakan
penggantian ini mungkin dilakukan secara mendadak atau dengan perencanaan
pencegahan terlebih dahulu.
4.) Repair (Perbaikan) Yaitu tindakan perbaikan minor yang dilakukan pada saat
terjadi kerusakan kecil.
5.) Overhoul yaitu tindakan perubahan besar-besaran yang biasanya dilakukan di
akhir periode tertentu. Pentingnya perawatan baru disadari setelah mesin produksi
yang digunakan mengalami kerusakan atau terjadi kerusakan yang sifatnya parah
yaitu mesin yang terjadwal atau teratur dapat menjamin kelangsungan atau
kelancaran proses produksi pada saat aktivitas produksi sedang berjalan dapat
dihindari.

2.1.7.2 Tujuan Perawatan


Tujuan dilakukannya perawatan adalah :
1. Memungkinkan terjadinya mutu produk dan kepuasan pelanggan melalui
penyesuaian, pelayanan dan pengoperasian peralatan secara tepat.
2. Memaksimalkan umur kegunaan dari sistem.
3. Menjaga agar sistem aman dan mencegah berkembangnya gangguan keamanan.
4. Meminimalkan biaya produksi total yang secara langsung dapat dihubungkan
dengan service dan perbaikan.
5. Meminimalkan frekuensi dan kuatnya gangguan-gangguan terhadap proses
operasi.
6. Memaksimalkan kapasitas produksi dari sumber-sumber sistem yang ada.
7. Mencegah timbulnya kerusakan-kerusakan pada saat mesin sedang beroperasi.
8. Memelihara peralatan-peralatan dengan benar sehingga mesin atau peralatan
selalu berada pada kondisi tetap siap untuk operasi.
9. Menyiapkan personel, fasilitas dan metodenya agar mampu mengerjakan tugas-
tugas perawatan.

Anda mungkin juga menyukai