Anda di halaman 1dari 13

Makalah Inklusi ( Anak Berkebutuhan Khusus )

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang


Kegiatan observasi ini  merupakan kegiatan pembelajaran mata kuliah Pendidikan
Inklusi di Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
Kegiatan observasi ini bertujuan agar mahasiswa mampu mengenal secara langsung anak
anak yang berkebutuhan khusus, terutama anak yang mengalami tunanetra. Dengan mata
kuliah ini diharapkan  dapat membantu para mahasiswa sebagai calon guru dalam
mengimplementasikan pendidikan inklusif di berbagai daerah di Indonesia.
Dalam penyelenggaraan pendidikan inklusi, perlu adanya identifikasi bagi anak didik
berkebutuhan khusus agar keberadaan mereka dapat diketahui sedini mungkin. Setelah
dilakukan identifikasi, selanjutnya diberikan program pelayanan sesuai kebutuhan masing-
masing yang kemudian sebagai acuan untuk pemberian layanan Pendidikan Khusus secara
inklusif.  Berdasarkan peraturan menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No.70
tahun 2009 tentang pendidikan inklusif bagi peserta didik yang memiliki kelainan dan
memiliki potensi kecerdasan dan / atau bakat istimewa perlu mendapatkan layanan pendidikan
yang sesuai dengan kebutuhan dan hak asasinya yang diselenggarakan secara inklusif.
Yang dimaksud dengan pendidikan inklusif adalah sistem penyelenggaraan
pendidikan yang memberikan kesempatan kepada semua peserta didik yang berkebutuhan
khusus untuk mengikuti pendidikan atau pembelajaran dalam lingkungan pendidikan secara
bersama-sama dengan peserta didik pada umumnya.
Anak berkebutuhan khusus adalah anak yang dalam  pendidikan memerlukan
pelayanan yang spesifik, berbeda dengan anak pada umumnya. Mengalami  hambatan dalam
belajar dan perkembangan sehingga mereka memerlukan layanan pendidikan yang sesuai
dengan kebutuhan belajar masing-masing anak.
Klasifikasi anak berkebutuhan khusus diantaranya tunanetra, tunarungu, tunawicara,
tunagrahita, tunadaksa, tunalaras,anak autis, anak lamban belajar dan anak dengan kecerdasan
istimewa (gifted and talented).
Pada kesempatan ini dilakukan observasi ke Sekolah Khusus Negeri 02 Kota Serang
yang merupakan salah satu sekolah negeri bagi anak berkebutuhan khusus.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana proses kegiatan belajar mengajar anak berkesulitan belajar?
2. Sebutkan apa saja karakteristik anak yang berkesulitan belajar?
3.Apa saja kendala yang dihadapi guru dalam mengajar anak berkesulitan belajar?
4. Bagaimana bentuk layanan pendidikan yang diberikan pada anak berkesulitan belajar?

C. Tujuan Observasi
1. Untuk mengetahui secara langsung bagaimana kegiatan belajar mengajar anak mengalami
berkesulitan belajar.
2. Untuk mengetahui karakteristik anak yang berkesulitan belajar.
3. Untuk mengetahui kendala yang dihadapi guru dalam mengajar anak berkesulitan belajar
4. Untuk mengetahui layanan pendidikan yang sesuai untuk anak berkesulitan belajar

D. Manfaat Penulisan
Manfaat dari penulisan makalah ini yakni untuk memberikan informasi dan
pemahaman konseptual mengenai anak berkebutuhan khusus yang mengalami kesulitan
belajar di Sekolah Reguler SD Negeri Jasinga 07.

BAB II

KAJIAN TEORI

A.      Definisi Anak Berkebutuhan Khusus


Anak berkebutuhan khusus (Heward) adalah anak dengan karakteristik khusus yang
berbeda dengan anak pada umumnya tanpa selalu menunjukan pada ketidakmampuan mental,
emosi atau fisik. Yang termasuk kedalam ABK antara lain: tunanetra, tunarungu, tunagrahita,
tunadaksa, tunalaras, kesulitan belajar, gangguan prilaku, anak berbakat, anak dengan
gangguan kesehatan. istilah lain bagi anak berkebutuhan khusus adalah anak luar biasa dan
anak cacat. Karena karakteristik dan hambatan yang dimilki, ABK memerlukan bentuk
pelayanan pendidikan khusus yang disesuaikan dengan kemampuan dan potensi mereka,
contohnya bagi tunanetra mereka memerlukan modifikasi teks bacaan menjadi tulisan Braille
dan tunarungu berkomunikasi menggunakan bahasa isyarat.
Menurut pasal 15 UU No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas, bahwa jenis pendidikan bagi
Anak berkebutuan khusus adalah Pendidikan Khusus. Pasal 32 (1) UU No. 20 tahun 2003
memberikan batasan bahwa Pendidikan khusus merupakan pendidikan bagi peserta didik
yang memiliki tingkat kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran karena kelainan fisik,
emosional,mental, sosial, dan/atau memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa. Teknis
layanan pendidikan jenis Pendidikan Khusus untuk peserta didik yang berkelainan atau
peserta didik yang memiliki kecerdasan luar biasa dapat diselenggarakan secara inklusif atau
berupa satuan pendidikan khusus pada tingkat pendidikan dasar dan menengah. Jadi
Pendidikan Khusus hanya ada pada jenjang pendidikan dasar dan menengah. Untuk jenjang
pendidikan tinggi secara khusus belum tersedia.

B.       Definisi Anak berkesulitan belajar


Kesulitan belajar adalah suatu gangguan dalam satu atau lebih dari proses psikologis dasar
yang mencakup pemahaman dan penggunaan bahasa ujaran atau tulisan. Gangguan tersebut
mungkin menampakkan diri dalam bentuk kesulitan mendengarkan, berpikir, berbicara,
membaca, menulis, mengeja, atau berhitung. Batasan tersebut mencakup kondisi-kondisi
seperti gangguan perseptual, luka pada otak, disleksia, dan afasia perkembangan. Batasan
tersebut tidak mencakup anak-anak yang memiliki problema belajar yang penyebab utamanya
berasal dari adanya hambatan dalam penglihatan, pendengaran, atau motorik, hambatan
karena tunagrahita, karena gangguan emosional, atau karena kemiskinan lingkungan, budaya,
atau ekonomi.

C.      Karakteristik Anak dengan Kebutuhan Khusus (berkesulitan belajar)


1.      Karakteristik anak kesulitan belajar membaca (disleksia) yaitu sebagai berikut
a. Perkembangan kemampuan membaca terlambat
b. Kemampuan memahami isi bacaan rendah
c. Kalau membaca sering banyak kesalahan
2.      Karakteristik anak kesulitan belajar menulis (disgrafia) yaitu sebagai berikut :
a. Kalau menyalin tulisan sering terlambat selesai
b. Sering salah menulis huruf b dengan p, p dengan q, v dengan u, 2 dengan 5, 6 dengan 9
dsb
c. Tulisannya banyak salah
d. Sulit menulis dengan lurus pada kertas tak bergaris
3.      Karakteristik anak yang mengalami kesulitan berhitung (diskalkula) :
a. Sulit membedakan tanda-tanda: +, -, x, :, >, <, =
b. Sulit mengoperasikan hitungan
c. Sering salah membilang dengan urut
d. Sering salah membedakan angka 9 dengan 6, 17 dengan 71, 2 dengan 5, 3 dengan 8 dan
sebagainya.

D.    Faktor-faktor penyebab anak berkesulitan belajar


Faktor-faktor penyebab kesulitan belajar dapat digolongkan ke dalam dua golongan,
yaitu :
a. Faktor intern (factor dari dalam diri anak itu sendiri ) yang meliputi: 
1). Faktor fisiologi
Faktor fisiologi adalah factor fisik dari anak itu sendiri. seorang anak yang sedang sakit,
tentunya akan mengalami kelemahan secara fisik, sehingga proses menerima pelajaran,
memahami pelajaran menjadi tidak sempurna.
2). Faktor psikologis
Faktor psikologis adalah berbagai hal yang berkenaan dengan berbagai perilaku yang ada
dibutuhkan dalam belajar. Sebagaimana kita ketahui bahwa belajar tentunya memerlukan
sebuah kesiapan, ketenangan, rasa aman. Selain itu yang juga termasuk dalam factor
psikologis ini adalah intelegensi yang dimiliki oleh anak. Anak yang memiliki IQ cerdas (110
– 140), atu genius (lebih dari 140) memiliki potensi untuk memahami pelajaran dengan cepat.
Sedangkan anak-anak yang tergolong sedang (90 – 110) tentunya tidak terlalu mengalami
masalah walaupun juga pencapaiannya tidak terlalu tinggi. Sedangkan anak yang memiliki IQ
dibawah 90 atau bahkan dibawah 60 tentunya memiliki potensi mengalami kesulitan dalam
masalah belajar.
b. Faktor ekstern (factor dari luar anak) meliputi:
1). Faktor-faktor sosial
Yaitu faktor-faktor seperti cara mendidik anak oleh orang tua mereka di rumah. Anak-
anak yang tidak mendapatkan perhatian yang cukup tentunya akan berbeda dengan anak-anak
yang cukup mendapatkan perhatian, atau anak yang terlalu diberikan perhatian. Selain itu juga
bagimana hubungan orang tua dengan anak, apakah harmonis, atau jarang bertemu, atau
bahkan terpisah. Hal ini tentunya juga memberikan pengaruh pada kebiasaan belajar anak.
2). Faktor-faktor non- sosial
Faktor-faktor non-sosial yang dapat menjadi penyebab munculnya masalah kesulitan
belajar adalah factor guru di sekolah, kemudian alat-alat pembelajaran, kondisi tempat belajar,
serta kurikulum.

E.       Klasifikasi kesulitan belajar


Secara garis besar kesulitan belajar dapat diklasifikasikan ke dalam dua kelompok,
yaitu:
a.       Kesulitan belajar yang berhubungan dengan perkembangan (developmental learning
disabilities)
Kesulitan belajar yang berhubungan dengan perkembangan mencakup gangguan motorik
dan persepsi, kesulitan belajar bahasa dan komunikasi, dan kesulitan belajar dala penyesuaian
perilaku sosial.
Kesulitan belajar yang berhubungan dengan perkembangan sering tampak sebagai kesulitan
belajar yang disebabkan oleh tidak dikuasainya keterampilan prasyarat (prerequisite skills),
yaitu keterampilan yang harus dikuasai lebih dahulu agar dapat menguasai bentuk
keterampilan berikutnya. Meskipun beberapa kesulitan belajar yang berhubungan dengan
perkembangan sering berkaitan dengan kegagalan dalam pencapaian prestasi akademik,
hubungan antara keduanya tidak selalu jelas. Ada anak yang gagal dalam belajar membaca
menunjukkan ketidakmampuan dalam fungsi-fungsi perseptual motor, tetapi ada pula yang
dapat belajar membaca meskipun memiliki ketidakmampuan dalam fungsi-fungsi perseptual
motor.
b.      Kesulitan belajar akademik (academic learning disabilities)
Kesulitan belajar akademik menunjuk pada adanya kegagalan-kegagalan pencapaian
prestasi akademik yang sesuai dengan kapasitas yang diharapkan. Kegagalan-kegagalan
tersebut mencakup penguasaan keterampilan dalam membaca, menulis dan atau matematika.
Kesulitan belajar akademik dapat diketahui oleh guru atau orangtua ketika anak gagal
menampilan salah satu atau beberapa kemampuan akademik.
Untuk mencapai prestasi akademik yang memuaskan seorang anak memerlukan
penguasaan keterampilan prasyarat. Anak yang memperoleh prestasi belajar yang rendah
karena kurang menguasai ketermpilan prasyarat, umumnya dapat mencapai prestasi akademik
yang diharapkan setelah lebih dahulu anak menguasai keterampilan prsyarat tersebut. Untuk
dapat menyelesaikan soal matematika bentuk cerita misalnya, seorang anak harus menguasai
lebih dahulu keterampilan membaca pemahaman. Untuk dapat membaca, seorang anak harus
sudah berkembang kemampuannya dalam melakukan diskriminasi visual maupun auditif,
ingatan visual maupun auditoris, dan kemampuan untuk memusatkan perhatian.
F.       Layanan Pendidikan Kesulitan Belajar
Model layanan pendidikan bagi anak berkesulitan belajar:
1.    Model Pendidikan Terpadu
Pendidikan terpadu adalah pelayanan pendidikan bagi peserta didik berkebutuhan
khusus reguler. Pelaksanaan pendidikan terpadu membutuhkan bantuan tenaga khusus
berkualifikasi PLB. Melalui pendidikan terpadu, praktek di lapangan bentuk integrasi
pendidikan masih bersifat fisik, sedangkan integrasi instruksional melalui pelayanan yang
sesuai dengan kebutuhan individual belum dapat dijalankan. Untuk mengatasi kekurangan
tersebut, maka muncul model ‘mainstreaming’.
2.    Model Pendidikan Mainstreaming
Konsep mainstreaming menghendaki agar integrasi pendidikan bagi ABK mencakup
integrasi sosial dan instruksional didasarkan pada kebutuhan pendidikan yang diukur secara
individual dan profesional oleh berbagai profesi dan disiplin. Penempatan pendidikan ABK
dalam model ini menjadi sangat fleksibel dari lingkungan pendidikan yang sangat terbatas
seperti asrama, sampai lingkungan yang tidak terbatas seperti kelas biasa atau kelas reguler.
3.    Model Inklusi
Model ini menekankan pada keterpaduan penuh, menghilangkan labelisasi anak
dengan prinsip ‘education for all’. Sekolah yang menyelenggarakan program pendidikan
inklusi, perlu dibantu tenaga khusus berkualifikasi PLB.
Dari ketiga model pelayanan pendidikan sebagaimana diuraikan di atas, maka pilihan
penempatan disesuaikan dengan kondisi dan potensi lapangan. Tipe pemilihan penempatan
anak berkesulitan belajar adalah:
a.    Kelas Reguler ( General education Class)
Sistem pelayanan dalam bentuk kelas reguler dimaksudkan untuk mengubah citra tentang
adanya dua tipe anak, anak dengan berkesulitan belajar dan tidak berkesulitan belajar. Dalam
kelas reguler yang dirancang untuk membantu anak berkesulitan belajar diciptakan suasana
belajar kooperatif sehingga semua anak dapat menjalin kerjasama dalam mencapai tujuan
belajar. Suasana belajar kompetitif dihindari agar anak berkesulitan belajar tidak putus asa.
Program penndidikan individual diberikan kepada semua anak yang membutuhkan, baik yang
berkesulitan maupun yang memiliki keunggulan. Dalam kelas reguler semacam ini berbagai
metode untuk berbagai jenis anak digunakan bersama.
b.    Kelas Khusus ( Special Class )
Sistem ini biasanya menampung antara 10 hingga 20 anak berkesulitan belajar dibawah
asuhan seorang guru khusus. Ada dua jenis kelas khusus yang biasa digunakan yaitu: a) kelas
khusus sepanjang hari belajar, dan b) kelas khusus untuk mata pelajaran tertentu atau kelas
khusus sebagian waktu.
Dalam kelas khusus sepanjang hari belajar, anak-anak berkesulitan belajar dilayani oleh
guru khusus. Anak-anak di kelas ini belajar semua jenis mata pelajaran dan hanya berinteraksi
dengan anak-anak lain yang juga berkesulitan belajar pada saat jam istirahat dan atau
bermain.
c.    Ruang Sumber ( Resource Room)
Ruang sumber merupakan ruang yang disediakan oleh sekolah untuk memberikan
pelayanan pendidikan khusus bagi anak-anak yang membutuhkan, terutama yang berkesulitan
belajar. Di dalam ruang sumber terdapat guru remedial atau guru sumber dan berbagai media
belajar. Aktivitas utama dalam ruang sumber umumnya berkonsentrasi pada upaya
memperbaiki keterampilan dasar seperti membaca, menulis, dan berhitung. Guru sumber
diharapkan dapat menjadi pengganti guru kelas dan menjadi konsultan bagi guru reguler.

G.      Prinsip – prinsip pembelajaran anak Kesulitan Belajar


Prinsip-prinsip pembelajaran anak berkesulitan belajar bertolak dalam pengajaran remedial
yang sesuai dengan prinsip-prinsip diagnosis, yaitu:
-          Terarah pada perumusan metode perbaikan
-          Efisien
-          Penggunaan catatan kumulatif
-          Valid dan reliabel
-          Penggunaan tes baku
-          Penggunaan prosedur informal
-          Kuantitatif
-          Dilakukan secara berkesinambungan

H.      Fasilitas yang Diperlukan dalam Belajar Anak Kesulitan Belajar


Remedial Teaching
Remedial teaching atau pengajaran perbaikan adalah suatu bentuk pengajaran yang bersifat
menyembuhkan atau membetulkan, atau dengan singkat : pengajaran yang membuat menjadi
baik. Maka pengajaran perbaikan atau remedial teaching itu adalah bentuk khusus pengajaran
yang berfungsi untuk menyembuhkan, membetulkan atau membuat menjadi baik. Perbaikan
diarahkan kepada pencapaian hasil yang optimal sesuai dengan kemampuan masing-masing
siswa melalui keseluruhan proses belajar mengajar dan keseluruhan pribadi siswa.
Remedial teaching berasal dari kata remedy (Inggris) yang artinya menyembuhkan. Istilah
pengajaran remedial pada mulanya adalah kegiatan mengajar untuk anak luar biasa yang
mengalami berbagai hambatan (sakit). Dewasa ini pengertian itu sudah berkembang.
Sehingga anak yang normal pun memerlukan pelayanan pengajaran remedial (remedial
teaching). Beberapa metode dalam pelaksanaan remedial teaching
a. Metode Diskusi
Metode ini dapat digunakan untuk memecahkan suatu masalah, yaitu dengan memberikan
tugas kepada siswa agar siswa dapat berinteraksi dengan siswa yang lain, dengan metode ini
siswa dapat : Berinteraksi dalam kelompok yang dapat menumbuhkan sikap percaya
mempercayai, mengembangkan kerja sama antar pribadi , menumbuhkan kepercayaan diri,
dan menumbuhkan rasa tanggung jawab
b. Metode Tugas
Metode ini dapat digunakan dalam rangka mengenal kasus dan dalam rangka pemberian
bantuan. Dengan pemberian tugas-tugas tetentu baik secara individual maupun secara
kelompok. Siswa yang mengalami kesulitan dapat ditolong. Dengan metode ini siswa
diharapkan : Lebih memahami dirinya, dapat memperluas atau mendalam materi yang
diperlajari, dapat memperbaiki cara-cara belajar yang pernah dialami
c. Kerja Kelompok
Metode ini hampir bersamaan dengan metode pemberian tugas dengan metode diskusi.
Yang penting adalah interaksi antara anggota kelompok dengan harapan terjadi perbaikan
pada diri siswa yang mengalami kesulitan belajar karena :
d. Metode Tutor
Tutor adalah siswa yang sebaya yang ditunjuk atau ditugaskan membantu temannya yang
mengalami kesulitan belajar, karena berhubungan antara teman umumnya lebih dekat
dibandingkan hubungan guru dengan siswa. Pemilihan tutor ini didasarkan atas prestasi,
punya hubungan sosial baik, dan cukup disenangi oleh teman-temannya. Tutor berperan
sebagai pemimpin dalam kegiatan kelompok sebagai pengganti guru. Dengan tutor ini ada
kebaikannya yaitu : Adanya hubungan yang dekat dan akrab, tutor sendiri kegiatannya
merupakan pengayaan dan menambah motivasi belajar, dapat meningkatkan rasa tanggung
jawab dan kepercayaan diri.
e. Pengajaran Individual
Pengajaran individual adalah interaksi antara guru dan siswa secara individual dalam
proses belajar mengajar. Pengajaran individual ini bersifat teraputik artinya mempunyai sifat
penyembuhan dengan cara memperbaiki cara-cara belajar siswa. Untuk melaksanakan
pengajaran individual ini guru dituntut memiliki kemampuan membimbing dan bersikap
sabar, ulet, rela, bertanggung jawab, menerima dan memahami dan sebagainya.

  
  

 
BAB III
PEMBAHASAN

A.    PROFIL SEKOLAH

B.     Identitas Siswa

Identitas Sekolah
Nama Sekolah : SDN JASINGA 07
N.I.S :-
N.S.S :
NPSN DIKMEN :
Alamat Sekolah
a.    Jalan : Jalan Raya Cipanas
b.    Desa / Kelurahan : Jasinga
c.    Kecamatan : Jasinga
d.    Kota : Bogor
e.    Provinsi : Jawa Barat
Nomor Telepon                            :-
Kode Pos : 16670
Tahun Berdiri : 1982
Status Sekolah : Negeri
Akreditasi :B
Bangunan Sekolah : Milik Pemerintah
Kegiatan Belajar Mengajar : Pagi
Kondisi Tanah Bangunan
a.    Luas Tanah :
b.    Luas Bangunan : 508 m2
Sarana dan Prasarana Sekolah :
Ø    Gedung Sekolah
Ø    Perpustakaan
Ø    WC siswa dan WC guru

Nama : Ainaya Nurfadilah


Umur : 12 tahun
Alamat : Kp. Lebak 05/02
Nama anggota keluarga :
Ibu : Rita Komardiana (Bibi siswa)
Kakak :
Yang mengantar dan menjemput sekolah:
Nama ibu guru : Wiwin Winarti
Nama teman-teman : Anisa Febrianti
Cita-cita :-

Nama : Resa Handayani


Umur : 11 tahun
Alamat: Kp. Baru 03/02
Nama anggota keluarga :-
Yang mengantar dan menjemput sekolah: berangkat sendiri
Nama ibu guru : Wiwin Winarti
Nama teman-teman : Anisah Febrianti
Cita-cita :-
C.    Pelaksanaan Observasi

1.      Tempat Observasi


a. Nama Sekolah : SDN Jasinga 07
b. Alamat : Jl. Raya Cipanas
c. Kelurahan : Jasinga
d. Kecamatan : Jasinga
e.  Kabupaten/kota : Bogor

2. Waktu Observasi
Kegiatan observasi dilakukan di SDN Jasinga kota Bogor, yang dilaksanakan pada hari
Sabtu 16 Oktober  mulai pukul 08.00 hingga pukul 12.00 WIB.

3. Subjek Penelitian
Dalam penelitian ini yang dijadikan subjek penelitian adalah siswa yang mengalami
kesulitan belajar di SDN Jasinga 07 yaitu kelas V dengan jumlah siswa sebanyak 4 anak yang
berkesulitan belajar dari 27 anak.

4.      Hasil Observasi


Hasil observasi yang kami lakukan di SDN Jasinga 07, kami mendapatkan data anak yang
mengalami kesulitan belajar di kelas V ada 4 orang. Objek penelitian kami yaitu anak kelas
tinggi yaitu kelas V. Jumlah seluruh siswa di kelas V sebanyak 27 siswa.
Adapun nama anak yang mengalami kesulitan belajar yaitu Resa Handayani, Ainaya
Nurfadilah, Doni Firmansyah dan Yakub Sulaeman. Menurut penuturan guru kelas V yaitu bu
Wiwin Winarti, Kesulitan belajar yang dialami siswa memiliki karakteristik yang hampir
sama yaitu:
-          Kurang memperhatikan materi yang disampaikan oleh guru
-          Sering bercanda
-          Males untuk berangkat ke sekolah atau sering bolos
-          Sering lupa materi yang sudah disampaikan.
Adapun faktor penyebab anak berkesulitan belajar yaitu faktor intern yang paling dominan.
Dimana kesulitan belajar yang dialami ke empat anak ini karena faktor keluarga, menurut
penjelasan dari ibu Wiwin Winarti selaku guru kelas, ke empat anak ini mengalami kesulitan
belajar karena kurangnya perhatian orang tua terhadap mereka, orang tua yang terlalu sibuk
dan cuek terhadap anaknya, kurang adanya pantauan dari orang tua dan juga faktor ekonomi.
Bahkan dua dari empat anak tersebut ada yang sering bolos dengan alasan bekerja. Yang
seharusnya mereka pergi ke sekolah, tetapi mereka pergi mengumpulkan barang-barang bekas
untuk dijual, sehingga mereka banyak ketinggalan mata pelajaran.
Bahkan orang tua kedua anak ini mendukung anaknya bekerja daripada sekolah, karena
menurut orang tua mereka dengan anaknya bekerja, akan membantu orang tua dalam
memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Dengan kondisi seperti ini, akan membuat guru
dalam kesulitan. Banyak kendala yang dihadapi guru, begitupun kendala yang dihadapi oleh
Ibu Wiwin selaku guru kelas.
Menurut penjelasan ibu Wiwin, beliau memiliki kendala dalam menentukan baik metode
maupun model dalam pembelajaran, karena menurut beliau intelegensi siswa belum bisa
mengikuti metode atau model pembelajaran baru, guru lebih dominan menerapkan metode
ceramah, karena lebih mudah untuk dipahami bagi siswa di sekolah itu. Sistem pembelajaran
di SDN Jasinga 07 masih terbilang konvensional, karena belum menerapkan metode atau
model pembelajaran yang berkembang saat ini. Guru masih menerapkan model pembelajaran
zaman dulu.
Adapun respon dari orang tua mengenai anaknya yang berkesulitan belajar yaitu, mereka
hanya menasihati anaknya supaya rajin belajar dan memberikan tanggung jawab sepenuhnya
kepada guru dalam mendidik anaknya. Begitupun respon guru terhadap siswa yang
berkesulitan belajar yaitu guru selalu memberikan motivasi terhadap anak dan memberikan
bimbingan-bimbingan belajar yang dapat membantu anak untuk memahami materi yang harus
dikuasai.
Menurut penjelasan dari Ibu Wiwin anak berkesulitan belajar, diberikan latihan-latihan belajar
selesai sekolah (hanya pengulangan materi), yang sudah disampaikan pada hari itu agar siswa
yang berkesulitan belajar ini bisa memahami dengan baik materi yang disampaikan.
Guru juga sesekali mengadakan pertemuan dengan wali murid yang berkesulitan untuk
memberikan penjelasan mengenai perkembangan anaknya dan meminta orang tua siswa yang
berkesulitan belajar untuk tetap selalu membimbing anaknya dirumah untuk belajar dan
memberikan perhatian lebih terhadap anaknya dengan selalu memotivasi anaknya untuk tetap
rajin belajar.
BAB IV
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Kesulitan belajar adalah suatu gangguan dalam satu atau lebih dari proses psikologis dasar
yang mencakup pemahaman dan penggunaan bahasa ujaran atau tulisan. Gangguan tersebut
mungkin menampakkan diri dalam bentuk kesulitan mendengarkan, berpikir, berbicara,
membaca, menulis, mengeja, atau berhitung.
Faktor-faktor penyebab kesulitan belajar dapat digolongkan ke dalam dua golongan,
yaitu :
a. Faktor intern (faktor dari dalam diri anak itu sendiri ) yang meliputi: 
1). Faktor fisiologi
2). Faktor psikologis
b. Faktor ekstern (faktor dari luar anak) meliputi:
1). Faktor-faktor sosial
2). Faktor-faktor non- sosial
Model layanan pendidikan bagi anak berkesulitan belajar:
1.        Model Pendidikan Terpadu
2.        Model Pendidikan Mainstreaming
3.        Model Inklusi

B.     Saran
Sekolah diharapkan dapat lebih memperhatikan anak yang berkebutuhan khusus agar
dapat disama ratakan dengan siswa lainnya dan sekolah diharapkan dapat memenuhi sarana
prasana yang ada disekolah. Dan para pendidik semoga diberikan kesabaran dalam kegiatan
belajar mengajar disekolah.

Anda mungkin juga menyukai