Abstract: Bloom's Taxonomy is a hierarchical structure that identifies skills from low to
high levels. The focus of Bloom's taxonomy is curriculum and assessment. As Bloom (1956)
said, this taxonomy is designed to be a classification of learners' behaviors that represent
the end result of the educational process. Bloom's Taxonomy revision is also known as
Anderson's taxonomy. The purpose of this research is to describe the UAS test script of
junior high school seventh grade odd semester Academic Year 2017/2018 viewed from the
cognitive domain of Anderson taxonomy of each school and to find out the difference
percentage of cognitive level between the test script. To achieve the goal, there are three
main phases that are implemented i.e the data collection phase, classification phase by
panelists based on cognitive domains of Anderson's taxonomy and analysis phase which is
classification results. From the 18 UAS test script of junior high school of the seventh
grade odd semester academic year 2017/2018 in Kendari City, it is found that the whole
test script are contain the questions with cognitive level of C2 and C3. However, only a
small amount of test script are contain the questions with the cognitive level of C1, C4, and
C5, as well as the entire test script does not contain the question with cognitive level of C6.
In addition, based on the questions classification results, it is known that there is a
difference percentage of cognitive level between those test script. However, all test script
are dominated by questions with cognitive level of C2, followed by cognitive levels of C3
and C1.
Klasifikasi Soal Matematika Berdasarkan Taksonomi Anderson Di SMP Kota Kendari (Islah,
Zamsir, Mukhsar, & Abd. Rahman)
180
PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan suatu sarana untuk meningkatkan kualitas sumber
daya manusia pada suatu bangsa. Pendidikan yang maju dapat mendukung kemajuan
bangsa, karena pendidikan yang maju tentunya akan mencetak sumber daya manusia
yang berkualitas baik dari segi spiritual, intelegensi, dan ketrampilan. Oleh karena
itu, sudah selayaknya dipersiapkan pendidikan untuk menyediakan sumber daya
manusia yang berkualitas untuk menghadapi tantangan dunia global.
Dalam suatu lembaga pendidikan keberhasilan proses belajar mengajar dapat
di lihat dari prestasi belajar yang dicapai oleh siswa dan hal ini tidak terlepas dari
adanya kegiatan penilaian. Penilaian bertujuan untuk mengetahui apakah suatu
program pendidikan telah dikuasai siswa atau belum (Jihad dan Haris, 2008: 56).
Permendiknas No. 20 Tahun 2007 merumuskan penilaian pendidikan adalah
proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk menentukan pencapaian hasil
belajar siswa. Penilaian hasil belajar siswa dilaksanakan berdasarkan standar
penilaian pendidikan yang berlaku secara nasional. Standar penilaian pendidikan
adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan mekanisme, prosedur, dan
instrumen penilaian hasil belajar siswa yang dapat berupa ulangan dan atau ujian.
Dalam pendidikan, taksonomi dibuat untuk mengklasifikasikan tujuan
pendidikan yang mencakup aspek kongnitif, afektif dan psikomotorik. Dari setiap
ranah tersebut dibagi kembali menjadi beberapa kategori dan subkategori yang
berurutan secara hierarkis (bertingkat), mulai dari tingkat yang paling rendah sampai
tingkat yang paling tinggi. Taksonomi ini sering disebut sebagai taksonomi Bloom.
Fokus dari taksonomi Bloom adalah kurikulum dan penilaian. Seperti yang
dinyatakan oleh Bloom 1956 bahwa taksonomi ini didesain untuk menjadi klasifikasi
dari perilaku siswa yang mewakili hasil akhir dari proses pendidikan. Ranah kognitif
berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek yakni
pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisi, sintetis, dan evaluasi. Aspek
ingatan, pemahaman dan aplikasi termasuk kognitif tingkat rendah, sedangkan
analitis, sintetis dan evaluasi termasuk kognitif tingkat tinggi.
Bagi seorang guru, taksonomi Bloom sangat bermanfaat untuk menyusun
suatu rangka pembelajaran. Guru akan memulainya dari tingkat terendah dari ranah
kognitif hingga tertinggi karena otak dari setiap siswa akan memproses pengetahuan
atau materi yang disajikan sesuai dengan urutan proses kognitif tersebut. Hal ini
sejalan dengan yang diungkapkan Muliana (2015: 1), taksonomi Bloom sangat
penting dalam pendidikan, khususnya dalam penilaiaan karena taksonomi Bloom
merupakan penggambaran proses berfikir siswa, selain itu seorang guru juga dapat
menilai atau mengintrospeksi cara mengajarnya di kelas.
Selain beberapa hal di atas, taksonomi Bloom juga dapat dijadikan acuan bagi
seorang guru dalam menyusun soal-soal untuk evaluasi. Hendaknya soal-soal
tersebut dapat meliputi seluruh tingkat atau ranah kognitif, disusun dari yang
termudah yaitu tingkat terendah dari ranah kognitif (C1) hingga ranah kognitif
tertinggi (C6), meski karyanya tidak dalam bentuk benda, namun dalam bentuk
hipotesis (dugaan) atau rancangan sementara. Dengan demikian, guru akan dapat
mengetahui ranah kognitif mana yang telah dicapai oleh para siswanya dan dapat
menyusun suatu strategi untuk meningkatkan kemampuan siswa yang masih
mencapai tingkat rendah untuk ranah kognitifnya.
Perkembangan berikutnya, Lorin W. Anderson bersama David R. Krathwohl
menyadari bahwa sesungguhnya belajar itu adalah proses aktif, sehingga jenjang-
jenjang dalam taksonomi Bloom semestinya juga harus menggambarkan proses aktif
itu sehingga Anderson dan Krathwohl merevisi taksonomi Bloom. Revisi yang
mereka lakukan mencakup beberapa perubahan antara lain mengubah jenis kata
dalam taksonomi Bloom, dari jenis kata benda (noun) menjadi kata kerja (verb),
melakukan organisasi ulang urutan jenjang.
Instrumen untuk melakukan penilaian diantaranya Ulangan Akhir Semester
(UAS). Menurut Permendiknas No. 20 Tahun 2007 tentang Standar Penilaian
mendefinisikan bahwa UAS adalah kegiatan yang dilakukan oleh pendidik untuk
mengukur pencapaian kompetensi siswa di akhir semester. Cakupan ulangan
meliputi seluruh indikator yang merepresentasikan semua Kompetensi Dasar pada
semester tersebut.
Soal-soal yang terdapat pada UAS seharusnya dapat menerapkan ke enam
aspek taksonomi Anderson (Bloom yang direvisi) dalam bentuk soalnya sehingga
dapat mengukur pencapaian kognitif siswa dari tingkat berpikir rendah sampai
tingkat berpikir yang paling tinggi. Taksonomi Anderson membagi aspek kognitif
menjadi enam aspek dimulai dari aspek yang paling dasar yaitu aspek mengingat
(remembering), aspek memahami (understanding), aspek mengaplikasikan
(applying), aspek menganalisis (analyzing), aspek mengevaluasi (evaluating), dan
aspek mengkreasi (creating).
Pada pembuatan naskah tes UAS, soal dibuat dengan beberapa tingkat
kesulitan. Menurut Sudjana (2004: 136), bahwa perbandingan soal yang baik untuk
kriteria soal mudah, sedang, dan sulit adalah 3:4:3. Soal kategori mudah akan
dikembangkan berdasarkan tingkat kemampuan kognitif mengetahui dan memahami.
Sejalan dengan itu menurut Asep (2013: 196), dalam praktiknya tingkat kesulitan
soal akan mengikuti hierarki taksonomi kognitif dari Bloom. Soal kategori sedang
dikembangkan dari tingkat kemampuan menerapkan dan menganalisis. Sedangkan
soal berkategori sukar dikembangkan dari tingkat kemampuan evaluasi atau
Klasifikasi Soal Matematika Berdasarkan Taksonomi Anderson Di SMP Kota Kendari (Islah,
Zamsir, Mukhsar, & Abd. Rahman)
182
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Dilaksanakan di Kota Kendari
Sulawesi Tenggara dan dilaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2017/2018.
Subjek pada penelitian ini adalah naskah tes UAS semester ganjil Tahun Pelajaran
2017/2018 mata pelajaran matematika kelas VII berjumlah 18 naskah tes yang
diujikan di 18 SMP Negeri di Kota Kendari.
Pada penelitian ini akan mengklasifikasi tingkat kognitif naskah tes UAS mata
pelajaran matematika berdasarkan ranah kognitif taksonomi Anderson pada SMP
Negeri kelas VII semester ganjil Tahun Pelajaran 2017/2018. Jadi pendeskripsian
pada penelitian ini dilakukan dengan memberikan gambaran, dan pengelompokan
tingkat kognitif untuk naskah tes UAS mata pelajaran matematika berdasarkan
ranah kognitif taksonomi Anderson.
Tabel 1.
Persentase Tingkat Kognitif SMP Negeri 1 Kendari
Tingkat Kognitif
BentukSoal Total
C1 C2 C3 C4 C5 C6
PG 0 26 4 0 0 0 30
Essay 0 3 2 0 0 0 5
Total 0 29 6 0 0 0 35
Persentase 0 82.9 17.1 0 0 0 100
Klasifikasi Soal Matematika Berdasarkan Taksonomi Anderson Di SMP Kota Kendari (Islah,
Zamsir, Mukhsar, & Abd. Rahman)
184
Tabel 2.
Rekapitulasi Hasil Klasifikasi Berdasarkan Persentase Tingkat Kognitif Soal
untuk Masing-masing Sekolah
Kode Tingkat Kognitif (%)
Jenis Soal Jumlah
Sekolah C1 C2 C3 C4 C5 C6
PG 0 26 4 0 0 0 30
SMP01 Essay 0 3 2 0 0 0 5
Persentase 0 83 17 0 0 0 100
PG 3 31 1 0 0 0 35
SMP03
Essay 0 5 0 0 0 0 5
Klasifikasi Soal Matematika Berdasarkan Taksonomi Anderson Di SMP Kota Kendari (Islah,
Zamsir, Mukhsar, & Abd. Rahman)
186
222
225
200
175
150
125
100
75 43
50 3 4 2 0
25
0
C1 C2 C3 C4 C5 C6
Dar tabel 2 diketahui bahwa terdapat 11 dari 18 naskah tes (61%) yang hanya
memiliki dua tingkatan kognitif yakni C2 dan C3. Terdapat lima dari 18 naskah tes
(28%) yang memiliki tiga tingkatan kognitif yakni dua naskah tes dengan tingkat
kognitif C1, C2, dan C3, dua naskah tes dengan tingkat kognitif C2, C3, dan C4, dan
satu naskah tes dengan tingkat kognitif C2, C3, dan C5. Terdapat 2 dari 18 naskah
tes (11%) yang memiliki empat tingkatan kognitif yakni C2, C3, C4, dan C5. Tidak
terdapat naskah tes yang memiliki lebih dari empat tingkatan kognitif ditunjukan
pada gambar 2.
70.0% 61.1%
60.0%
50.0%
40.0% 27.8%
30.0%
20.0% 11.1%
10.0% 0.0% 0.0% 0.0%
0.0%
1 2 3 4 5 6
tingkatan tingkatan tingkatan tingkatan tingkatan tingkatan
Klasifikasi Soal Matematika Berdasarkan Taksonomi Anderson Di SMP Kota Kendari (Islah,
Zamsir, Mukhsar, & Abd. Rahman)
188
Tabel 3.
Rekapitulasi Sekolah Terhadap Kisi-kisi Soal
Kategori
KodeSekolah Kisi-kisitanpa Kisi-kisidengan
Tanpa Kisi-kisi
Tingkat Kognitif Tingkat Kognitif
SMP01 √
SMP03 √
SMP04 √
SMP05 √
SMP06 √
SMP07 √
SMP08 √
SMP09 √
SMP10 √
SMP11 √
SMP12 √
SMP13 √
SMP14 √
SMP15 √
SMP16 √
SMP17 √
SMP18 √
SMP20 √
dengan tingkatan kognitif. Jadi dapat disimpulkan bahwa proses pembuatan 94.4%
naskah tes dilakukan tanpa melalui tahap pembagian persentase tingkatan kognitif.
Hal ini dapat menjadi sebab naskah-naskah tes tersebut tidak memiliki kategori
naskah tes yang baik karena para guru tidak memiliki panduan atau rambu-rambu
dalam pembuatan atau pemilihan soal.
KESIMPULAN
Daftar Pustaka
Anderson, L. W. dan Krathwohl, D. R. 2010. Kerangka Landasan untuk
Pembelajaran, Pengajaran, dan Asesment, diterjemahkan oleh: A.
Prihantoro. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Klasifikasi Soal Matematika Berdasarkan Taksonomi Anderson Di SMP Kota Kendari (Islah,
Zamsir, Mukhsar, & Abd. Rahman)
190