KERAF
lahir pada 1 Juni 1958 di Lamalera, Lembata, NTT. Ia meraih gelar doktor
1
Keraf, Etika Lingkungan Hidup, 407.
2
“Biografi Alexander Sonny Keraf”. Profil Merdeka on line.
https://profil.merdeka.com/indonesia/a/. Di akses pada 20 April 2017.
81
lingkungan hidup adalah persoalan moral, penyelesaian masalah
lingkungan hidup tidak bisa hanya didekati secara teknis parsial. Persoalan
Selain itu sejak tahun 2002 sampai sekarang, Sonny Keraf juga
komisi VII DPR-RI yang membidangi lingkungan hidup pada tahun 2004-
2009.
bidang politik, Sonny Keraf juga aktif dalam bidang kepenulisan. Diantara
3
Keraf, Etika Lingkungan Hidup, 407.
82
9. Krisis dan Bencana lingkungan Hidup global (2010).
Ekologi (2012).
Hidup (2013).
Kehidupan (2014).4
Sonny Keraf, maka yang dimaksudkan adalah teori etika lingkungan yang
sekaligus perilaku baru terhadap lingkungan hidup atau alam, yang bisa
4
“Biografi Alexander Sonny Keraf”. Profil Merdeka on line.
https://profil.merdeka.com/indonesia/a/. Di akses pada 20 April 2017.
83
Dengan meletakkan dirinya pada teori etika biosentrisme dan
sebagai sebuah Oikos (berasal dari bahasa Yunani) yang artinya adalah
habitat tempat tinggal atau rumah tempat tinggal. Tetapi Oikos di sini tidak
dia bukan sekedar rumah tempat tinggal manusia. Oikos dipahami sebagai
lainnya dan dengan keseluruhan ekosistem atau habitat. Jadi, kalau Oikos
adalah rumah, itu adalah rumah bagi semua makhluk hidup (bukan hanya
dengan lingkungan fisik tetapi juga dengan kehidupan yang terjalin dan
berkembang di dalamnya.5
disiplin ilmu yang berbicara mengenai norma dan kaidah moral yang
dengan alam tersebut. Etika lingkungan hidup tidak hanya dipahami dalam
5
A. Sonny Keraf dan Fritjof Capra, Filsafat Lingkungan Hidup: Alam sebagai Sebuah Sistem
Kehidupan (Yogyakarta: Kanisius, 2014), 42.
84
pengertian moral yang sama dengan pengertian moralitas sebagaimana
kritik atas etika yang selama ini dianut oleh manusia, yang dibatasi pada
komunitas sosial manusia. Etika lingkungan hidup menuntut agar etika dan
ekologis. Etika lingkungan hidup juga dipahami sebagai refleksi kritis atas
norma-norma dan prinsip atau nilai moral yang selama ini dikenal dalam
biotis atau komunitas ekologis. Selain itu, etika lingkungan hidup juga
dipahami sebagai refleksi kritis tentang apa yang harus dilakukan manusia
pada alam dan antara manusia dengan makhluk hidup lain atau dengan
6
Keraf, Etika Lingkungan Hidup, 40-41.
85
politik dan ekonomi yang mempunyai dampak langsung atau tidak
bagian dari alam dan karena alam mempunyai nilai pada dirinya
86
atau bukan) mempunyai kewajiban moral untuk saling menghormati.
alam semesta mempunyai “ hak yang sama untuk berada, hidup dan
berkembang”.7
untuk menjaga dan memelihara alam ini. Tanggung jawab ini tidak
7
Keraf, Etika Lingkungan Hidup, 167.
8
Ibid, 169.
87
Dengan prinsip tanggung jawab pribadi maupun tanggung jawab
jawab memelihara alam semesta ini sebagai milik bersama dengan rasa
kalau alam dihargai sebagai bernilai pada dirinya sendiri, maka rasa
dan dengan sesama makhluk hidup lain. Manusia kemudian bisa ikut
semesta ini. Manusia bisa merasa sedih dan sakit ketika berhadapan
9
Ibid, 170.
88
Ia ikut merasa apa yang terjadi dalam alam, karena ia merasa satu
dengan alam.10
Nature)
dengan segala watak dan kepribadian yang tenang, damai, penuh kasih
10
Ibid, 171.
89
sayang, luas wawasannya seluas alam, demokratis seperti alam yang
jawab terhadap alam, paling tidak manusia tidak akan mau merugikan
alam secara tidak perlu. Ketika manusia merasa dirinya sebagai bagian
dan tanggung jawab moral yang sama bisa mengambil bentuk minimal
11
Ibid, 173.
12
Ibid, 175.
90
musnahnya spesies tertentu, tidak menyebabkan matinya ikan di laut
dan sebagainya.13
living!” dan “not having but being”. Dengan prinsip-prinsip ini, yang
ditekankan adalah nilai, kualitas, cara hidup yang baik, dan bukan
saat ini, manusia cenderung konsumtif, tamak, dan rakus. Tentu saja
batas sekadar untuk hidup secara layak sebagai manusia. Maka, prinsip
13
Ibid, 174.
14
Ibid, 175.
91
memanfaatkan alam sejauh dibutuhkan, dan berarti hidup selaras
dengan tuntutan alam itu sendiri. Ia tidak perlu menjadi rakus, tidak
tanpa batas. Hal ini berarti, bahwa pola konsumsi dan produksi
manusia modern harus dibatasi. Harus ada titik batas yang bisa
7. Prinsip Keadilan
yang lain dalam kaitan dengan alam semesta dan bagaimana sistem
hidup. Prinsip keadilan ini telah masuk dalam wilayah politik ekologi,
15
Ibid, 176.
92
8. Prinsip Demokrasi
Prinsip ini merupakan yang terkait erat dengan hakikat alam. Isi
politik yang tidak demokratis, dan sistem politik yang tidak menjamin
lingkungan hidup.16
ini menuntut pejabat publik agar mempunyai sikap dan perilaku moral
16
Ibid, 179.
93
melakukan penyelewengan terhadap kekuasaannya, memberikan
bisa ditebak lingkungan hidup pun juga akan mudah dirugikan. Secara
konkret, hal ini berlaku baik dalam kaitan kebijakan publik yang
17
Ibid, 182.
94
lingkungan hidup integritas moral pejabat publik merupakan salah satu
syarat utama.18
Namun, hal itu saja tidaklah cukup. Yang juga harus dilakukan adalah
ekologi sekarang ini, selain karena kesalahan cara pandang dan perilaku
pola hidup atau budaya bersama seluruh anggota masyarakat, karena itulah
konsisten dilaksanakan.19
baik.20
maka pejabat pemerintah sendiri pun juga harus sudah mencapai tahap
20
Keraf, Etika Lingkungan Hidup, 218.
21
Ibid, 229.
22
Keraf dan Fritjof Capra, Filsafat Lingkungan Hidup: Alam sebagai Sebuah Sistem Kehidupan,
148.
96
lingkungan hidup yang baik bagi kepentingan masyarakat dan bangsa.
masyarakat, bangsa dan negara, baik dalam jangka pendek maupun jangka
kebijakan pembangunan.23
formal dan kebijakan yang pro lingkungan hidup. Menurut Keraf, hal ini
23
Keraf, Etika Lingkungan Hidup, 229.
24
Ibid, 230.
97
yang diambil, penyelenggara Negara harus benar-benar mempunyai
dan tidak seenaknya melanggar ketentuan formal yang ada, baik dengan
merupakan faktor penting, agar aturan lingkungan hidup dan aturan terkait
25
Kredibilitas adalah keadaan atau kondisi yang dapat dipercaya dan bisa dipertanggung jawabkan
sebagaimana mestinya.
26
Keraf, Etika Lingkungan Hidup, 229.
98
berkomunikasi, bertukar pikiran, dan belajar dari berbagai pihak adalah
lingkungan hidup juga menuntut semangat kerja sama dan kemitraan yang
saling percaya satu sama lain. Untuk itu, keterbukaan di antara berbagai
perlu kolaborasi besar semua pihak dalam mengatasi krisis lingkungan ini,
27
Ibid, 234.
99
pada akhirnya akan berdampak negatif pada lingkungan itu sendiri, karena
pada dasarnya sumber daya alam dan lingkungan memiliki kapasitas daya
daya alam seperti gas, minyak bumi, aneka tambang, sektor laut, dan
sumber daya hayati yang nota bene tidak dapat diperbaharui lagi menjadi
secara ekonomi sejahtera atau maju, tetapi sekaligus secara ekologis ramah
pola atau kebiasaan hidup dimana ekonomi dan ekologi bersatu tanpa bisa
dipisahkan.29
28
Burhanuddin, “Integrasi Ekonomi dan Lingkungan Hidup dalam Pembangunan yang
Berkelanjutan”, Jurnal Edu Tech Vol. 2 No. 1 (Maret 2016), 12.
29
Keraf dan Fritjof Capra, Filsafat Lingkungan Hidup: Alam sebagai Sebuah Sistem Kehidupan,
150.
100
Keraf mengatakan bahwa paradigma pembangunan berkelanjutan
hidup, dan bukan pula tentang pembangunan ekonomi, tetapi sebagai etika
lingkungan hidup.31
terus menerus seperti ini, maka akan membawa banyak kerugian yang
sangat besar pada aspek sosial-budaya dan lingkungan hidup, yang pada
akhirnya pun juga akan berakibat pada aspek ekonomi. Kehancuran sosial-
30
Sonny Keraf, Pembangunan Berkelanjutan atau Berkelanjutan Ekologi (Jakarta: UI Press,
2001), 2.
31
Sonny Keraf, Etika Lingkungan Hidup, 193.
101
budaya dan lingkungan hidup menyebabkan negara dan masyarakat
hidup. Hal ini terjadi karena, kemerosotan sumberdaya alam (akibat dari
autopoesis disipatif.34
bumi, alam, ekosistem, tempat kelahiran, tanah air, dengan segala kondisi
dan kekhasannya, dengan flora faunanya, dengan iklim dan tata airnya,
langsung dengan segala keunikan dan kekhasan tanah, air, angin dari
untuk hidup selaras dengan alam setempat.,kita diajarkan dan diajak untuk
34
Autopoiesis, atau ‘mencipta diri’, merupakan suatu pola jaringan yang di dalamnya fungsi setiap
komponen ialah berprestasi dalam produksi atau transformasi komponen-komponen lain dalam
jaringan. Dengan cara ini, jaringan terus menerus membuat dirinya sendiri. Jaringan yang
diproduksi oleh komponennya, pada gilirannya memproduksi komponen komponen itu.
“Kebijakan Publik dalam Perspektif Autopoesif”, Najwazuhur Wordpress on line, https:
//najwazuhur.wordpress.com/2010/02/14/kebijakan-publik-dalam-perspektif-autopoiesis/. Di akses
tanggal 16 April 2017.
35
Keraf dan Fritjof Capra, Filsafat Lingkungan Hidup: Alam sebagai Sebuah Sistem Kehidupan,
155.
103
Inti dari filsafat bioregionalisme ini adalah kesadaran tentang
membentuk sudut pandang, cara berpikir, dan cara berada. Tempat, di sini
dan menjadi bagian dari tak terpisahkan dari hidup setiap manusia dan
selalu saja orang inin kembali karena di sanalah jati dirinya mulai
habitat, alam, yang menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan setiap
orang. Setiap orang menyatu dengan tempat itu, dan menjadi seseorang
karena tempat itu dengan segala isi dan sejarahnya, dengan segala adanya.
Dalam arti itu, bioregion tidak hanya sekadar mengacu pada hamparan
yang dimaksud adalah ekonomi hijau. Yaitu ekonomi yang menyatu dan
36
Ibid, 157.
104
hidupnya sebagai bagian tak terpisahkan dari jarring kompleks system
alam. Karena itu, ekologi mengharuskan kita untuk memilih hidup yang
manusia: pangan, air, udara, energi, sinar matahari dan iklim yang
37
Ibid, 163.
105
Sebagai sebuah gerakan, mimpi besar bioregionalisme adalah
sebagai berikut:
vegetasi, seluruh habitat yang menjadi rumah bagi berbagai fauna dan
itu akan dijaga dan dirawat sesuai dengan ciri-ciri alamiah hakikinya
yang aslinya serta sejalan dengan daya dukung dan daya tampungnya
kehidupannya sendiri).
alam, serta perilaku penuh tanggung jawab, penuh sikap hormat dan peduli
38
Ibid, 165.
106
terhadap kelangsungan semua kehidupan di alam semesta, telah menjadi
pergeseran oleh desakan cara pandang dan perilaku ilmu pengetahuan dan
teknologi modern yang Cartesian. Ada pula yang sedang mengalami krisis
dasar itulah, Keraf mengatakan bahwa perlu adanya tinjauan lagi tentang
mereka serta alam yang menjadi sasaran utama etika tersebut untuk
adat ini, dapat dijadikan pula sebagai salah satu alternatif atau upaya lain
39
Keraf, Etika Lingkungan Hidup, 360.
107
seluruh dunia yang memandang dirinya, alam, dan relasi di antara
dengan alam, dan manusia dengan yang Gaib atau yang Kudus.
sakral.40
40
Ibid, 362.
41
Masyarakat Barat yang dipengaruhi oleh Aristoteles adalah mereka yang membatasi politik dan
etika pada tataran masyarakat manusia saja. Dalam pemikiran Aristoteles, nilai yang dianut
manusia dipelajari dari sesama manusia dan hanya berlaku bagi hubungan di antara manusia.
Berbeda dengan masyarakat adat yang justru memahami nilai dan etika sebagai berlaku dalam
ekosistem, dalam komunitas ekologis, sehingga tidak benar kalau etika hanya dibatasi pada
komunitas manusia. Nilai tersebut justru dipelajari dari interaksi dengan semua kehidupan dalam
alam.
108
menjalani hidup yang hanya mementingkan hubungan dengan sesama
manusia. Hal ini dapat dipahami bahwa: cara berpikir, berperilaku, dan
warnai dan dipengaruhi oleh relasi dengan alam sebagai bagian dari
sesuatu yang ada di alam semesta ini sebagai terkait dan saling
kekerabatan, sikap hormat dan cinta. Maka, untuk bisa bertahan hidup
manusia.43
manusia, dengan cara tidak merusak ekosistem yang ada. Selain itu,
respek atau sikap hormat dan cinta kepada kehidupan hal ini dapat
42
Keraf, Etika Lingkungan Hidup, 364.
43
Ibid, 366.
109
saling menyayangi dan melindungi di antara semua kehidupan itu
sendiri.
2. Kearifan Tradisional
adat tentang manusia dan bagaimana relasi yang baik di antara manusia,
berhubungan secara baik dengan semua isi alam. Pengetahuan ini juga
44
Ibid, 369.
110
dalam alam sedemikian rupa, baik untuk mempertahankan kehidupan
tradisional mulai terkikis dan bahkan juga rusak akibat dominasi Barat.
lalu punah dilindas cara berpikir dan gaya hidup Barat. Kearifan dan
45
Ibid, 370.
111
yang begitu kaya, khususnya dalam kaitan dengan alam, disingkirkan
tersebut. Lebih ironis lagi, masyarakat adat bahkan menjadi korban dari
46
Ibid 376.
47
Ali Maksum, Tasawuf sebagai Pembebasan Manusia Modern: Telaah Signifikansi Konsep
Tradisionalisme Islam Sayyed Hossein Nasr (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003), 4.
112
proyek konservasi dan perlindungan lingkungan hidup, serta penelitian
budaya, sosial, spiritual, dan moral yang melekat pada dan dimiliki
48
Keraf, Etika Lingkungan Hidup, 378.
113
masyarakat adat dianggap tidak mempunyai nilai bagi modernisasi dan
kemajuan peradaban.
Ini merupakan hak moral dan legal yang melekat pada eksistensi
manusia sebagai manusia. Yang menjadi sasaran utama dari hak ini
Ini penting karena teritori dan tanah terkait secara langsung dengan
Oleh karena itu, merampas teritori dan tanah mereka, atas nama apa
114
saja, merupakan sebuah pengingkaran dan pemusnahan terhadap
4) Hak Budaya.
dan moral mereka sendiri, yang tidak boleh dilanggar oleh pihak
115
termasuk binatang dan tumbuhan yang dianggapnya keramat, harus
hidup.
dan sederajat dengan masyarakat dan manusia lain. Oleh karena itu,
dikutuk.
mereka.
49
Ibid, 381-386.
116
adat beserta seluruh kearifan tradisionalnya. Karena melalui upaya ini,
117