Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH KEWIRAUSAHAAN

KONSEP DASAR DAN MOTIVASI KEWIRAUSAHAAN

Oleh :

MAR’ATUS SHOLIHAH

(NIM. 1150018013)

Dosen Fasilitator

Firly Irhamni, S.IP.,M.M

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN

UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SURABAYA

TAHUN 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
hidayah-Nya, sehingga makalah mengenai “KONSEP DASAR DAN MOTIVASI
KEWIRAUSAHAAN“ ini dapat kami susun.

Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
mata kuliah Kewirausahaan. Selain itu juga diharapkan bisa memberikan wawasan
kepada pembaca.

Dalam kesempatan ini kami selaku penyusun mengucapkan terimakasih


kepada semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu yang telah banyak
membantu member bimbingan, ilmu, dorongan, serta saran-saran kepada penyusun.

Kami selaku penyusun menyadari sepenuhnya bahwa isi maupun penyajian


makalah ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan
saran yang membangun demi kesempurnaan laporan ini.

Akhir kata semoga makalah ini bermanfaaat bagi kita semua, Amiin.

Surabaya, 20 juni 2020

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................... i


DAFTAR ISI .................................................................................................. ii
BAB 1 PENDAHULUAN ............................................................................. 1

1.1 Latar Belakang ............................................................................... 1


1.2 Rumusan Masalah ........................................................................... 4
1.3 Tujuan ............................................................................................. 4

BAB 2 PEMBAHASAN ................................................................................ 5


2.1 pengertian motivasi berwirausaha ................................................ 5
2.2 Faktor yang Mendorong Timbulnya Motivasi Berwirausaha .... 5

2.3 Pentingnya Berkewirausahaan Sejak Dini .................................. 6


2.4 Profil Penduduk Indonesia dan Pemicu Berwirausaha .............. 8
2.6 Motivasi Seseorang Berwirausaha ................................................ 11

2.6 Motivasi Seorang Untuk Menjadi Wirausahawan....................... 12


2.7 Jenis dan Sumber Motivasi Berwirausaha ................................... 12
2.8 Keuntungan dan Kelemahan Menjadi Wirausahawan .............. 12

2.9 Konsep Clash Flow Quadrant oleh Robert T. Kiyosaki ............. 13


BAB 3 PENUTUP .......................................................................................... 15
3.1 Kesimpulan ..................................................................................... 15

3.2 Saran ................................................................................................ 15


DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 16

ii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kewirausahaan pertama kali muncul pada abad 18 diawali dengan penemuan-


penemuan baru seperti mesin uap, mesin pemintal, dll. Tujuan utama mereka adalah
pertumbuhan dan perluasan organisasi melalui inovasi dan kreativitas. Keuntungan
dan kekayaan bukan tujuan utama. Secara sederhana arti wirausahawan
(entrepreneur) adalah orang yang berjiwa berani mengambil resiko untuk membuka
usaha dalam berbagai kesempatan. Berjiwa berani mengambil resiko artinya
bermental mandiri dan berani memulai usaha, tanpa diliputi rasa takut atau cemas
sekalipun dalam kondisi tidak pasti (Kasmir, 2007 :18)

Pengertian kewirausahaan relatif berbeda-beda antar para ahli / sumber acuan


dengan titik berat perhatian atau penekanan yang berbedabeda, diantaranya adalah
penciptaan organisasi baru (Gartner, 1988), menjalankan kombinasi (kegiatan)
yang baru (Schumpeter, 1934), ekplorasi berbagai peluang (Kirzner, 1973),
menghadapi ketidakpastian (Knight, 1921), dan mendapatkan secara bersama
faktor-faktor produksi(Say, 1803).

Kewirausahaan dipandang sebagai fungsi yang mencakup eksploitasi peluang -


peluang yang muncul di pasar. Eksploitasi tersebut sebagian besar berhubungan
dengan pengarahan dan atau kombinasi input yang produktif. Seorang
wirausahawan selalu diharuskan menghadapi resiko atau peluang yang muncul,
serta sering dikaitkan dengan tindakan yang kreatif dan innovatif. Wirausahawan
adalah orang yang merubah nilai sumber daya, tenaga kerja, bahan dan faktor
produksi lainnya menjadi lebih besar daripada sebelumnya dan juga orang yang
melakukan perubahan, inovasi dan cara-cara baru.

Selain itu, seorang wirausahawan menjalankan peranan manajerial dalam


kegiatannya, tetapi manajemen rutin pada operasi yang sedang berjalan tidak
digolongkan sebagai kewirausahaan. Seorang individu 2 mungkin menunjukkan
fungsi kewirausahaan ketika membentuk sebuah organisasi, tetapi selanjutnya

1
menjalankan fungsi manajerial tanpa menjalankan fungsi kewirausahaannya. Jadi
kewirausahaan bisa bersifat sementara atau kondisional.

Kesimpulan lain dari kewirausahaan adalah proses penciptaan sesuatu yang


berbeda nilainya dengan menggunakan usaha dan waktu yang diperlukan, memikul
resiko finansial, psikologi dan sosial yang menyertainya, serta menerima balas jasa
moneter dan kepuasan pribadi. Istilah wirausaha muncul kemudian setelah dan
sebagai padanan wiraswasta yang sejak awal sebagian orang masih kurang cocok
dengan kata swasta. Persepsi tentangwirausaha sama dengan wiraswasta sebagai
padanan entrepreneur. Perbedaannya adalah penekanan pada kemandirian (swasta),
pada wiraswasta, dan pada usaha (bisnis) pada wirausaha. Istilah wirausaha kini
makin banyak digunakan orang terutama karena memang penekanan pada segi
bisnisnya. Walaupun demikian mengingat tantangan yang dihadapi oleh generasi
muda pada saat ini banyak pada bidang lapangan kerja, maka pendidikan
wiraswasta mengarah untuk survival dan kemandirian seharusnya lebih
ditonjolkan.

Sedikit perbedaan persepsi wirausaha dan wiraswasta harus dipahami, terutama


oleh para pengajar agar arah dan tujuan pendidikan yang diberikan tidak salah. Jika
yang diharapkan dari pendidikan yang diberikan adalah sosok atau individu yang
lebih bermental baja atau dengan kata lain lebih memiliki kecerdasan emosional
(EQ) dan kecerdasarn advirsity (AQ) yang berperan untuk hidup (menghadapi
tantangan hidup dan kehidupan) maka pendidikan wiraswasta yang lebih tepat.
Sebaliknya jika arah dan tujuan pendidikan adalah untuk menghasilkan sosok
individu yang lebih lihai dalam bisnis atau uang, atau agar lebih memiliki
kecerdasan finansial (FQ) maka yang lebih tepat adalah pendidikan wirausaha.
Karena kedua aspek itu sama pentingnya, maka pendidikan yang diberikan
sekarang lebih cenderung kedua aspek itu dengan menggunakan kata wirausaha.
Persepsi wirausaha kini mencakup baik aspek finansial maupun personal, sosial,
dan profesional (Soesarsono, 2002 : 48)

Pengembangan kewirausahaan yang dimasyarakatkan secara menyeluruh ke


semua lapisan termasuk ke semua instansi baik pemerintah maupun swasta telah

2
berlangsung hingga sekarang. Pelaksanaan program tersebut secara resmi tertuang
dalam Instruksi Presiden No.IV Tahun 1995

Mengacu pada program tersebut, sebagai generasi muda perlu kiranya untuk
menyambut dan melaksanakannya. Hal ini juga termotivasi dengan keadaan bangsa
Indonesia sejak berbagai krisis (khususnya bidang ekonomi) sejak tahun 1997
hingga kini kita masih dihadapkan berbagai masalah. Pasar global yang kini telah
berlangsung dengan penerapan AFTA ( Asian Free Trade Area ) 2003 juga menjadi
perhatian kita bersama, karena mau atau tidak mau, siap atau tidak siap kita harus
mengikuti era tersebut.

Kenyataan menunjukkan bahwa sejak krisis ekonomi melanda bangsa


Indonesia hingga kini belum menunjukkan perubahan yang berarti, dampaknya
pada bertambahnya PHK ( Pemutusan Hubungan Kerja ).

Di sisi lain lulusan Perguruan Tinggi hingga kini belum sepenuhnya terserap
dalam lapangan kerja, hal ini berdampak pada banyaknya jumlah pengangguran.
Lulusan Perguruan Tinggi sekarang ini harus bersedia bersaing mencari pekerjaan
sendiri atau menciptakan peluang kerja bagi dirinya ataupun untuk orang lain.

Kesenjangan status ekonomi masyarakat di Indonesia masih terasa artinya


yang kaya semakin kaya yang miskin semakin miskin. Berdasarkan kenyataan
tersebut, maka pengembangan kewirausahaan perlu ditanamkan kepada generasi
muda, karena dengan pengembangan jiwa kewirausahaan ini mereka diharapkan
berperan sebagai :

1. Pendukung lajunya pembangunan bangsa baik secara fisik maupun non fisik
2. Insan yang berpendidikan, diharapkan sebagai penggerak/motivator dan
bertanggung jawab terhadap kemajuan suatu pengetahuan, teknologi dan
seni khususnya pengetahuan di bidang kewirausahaan / kemandirian
3. Suri tauladan sebagai praktisi di bidang kewirausahaan yang memiliki
pendidikan tinggi, karena selama ini masyarakat kita yang menjadi praktisi
di bidang kewirausahaan pada umumnya memiliki pendidikan yang rendah.
4. Sebagai lulusan perguruan tinggi diharapkan tidak sebagai insan pencari
kerja, tetapi menciptakan lapangan pekerjaan.

3
1.2. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian motivasi berwirausaha?
2. Apa Faktor yang Mendorong Timbulnya Motivasi Berwirausaha?
3. Apa pentingnya berkewirausahaan sejak dini?
4. Bagaimana profil penduduk Indonesia dan pemicu berwirausaha?
5. Apa motivasi seseorang berwirausaha?
6. Apa motivasi seorang untuk menjadi wirausahawan?
7. Apa Jenis dan Sumber Motivasi Berwirausaha?
8. Apa keuntungan dan kelemahan menjadi wirausahawan?
9. Bagaimana konsep Cash Flow Quadrant oleh Robert T. Kiyosaki?

1.3. Tujuan
1. Memahami pengertian motivasi berwirausaha
2. Memahami Faktor yang Mendorong Timbulnya Motivasi Berwirausaha
3. Memahami pentingnya berkewirausahaan sejak dini.
4. Mengetahui profil penduduk Indonesia dan pemicu berwirausaha.
5. Menjelaskan motivasi seseorang berwirausaha.
6. Menjelaskan motivasi seorang untuk menjadi wirausahawan.
7. Jenis dan Sumber Motivasi Berwirausaha
8. Memaparkan keuntungan dan kelemahan menjadi wirausahawan.
9. Menjelaskan konsep Cash Flow Quadrant oleh Robert T. Kiyosaki.

4
BAB 2

PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Motivasi Berwirausaha


Menurut Wikanso (2013), motivasi adalah sesuatu yang dapat
mempengaruhi atau mendorong seseorang yang merupakan energi pada diri
seseorang untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Motivasi dapat pula dikatakan
serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu, sehingga
seseorang itu mau dan ingin melakukan sesuatu dan bila ia tidak suka, maka akan
berusaha untuk meniadakan atau mengelakkan perasaan tidak suka itu. Jadi,
motivasi itu dapat dirangsang dari luar tetapi motivasi itu adalah tumbuh di dalam
diri seseorang.

Masih menurut Wikanso (2013), dalam konteks entrepreneur, maka


motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri seorang
entrepreneur yang menimbulkan kegiatan entrepreneur yang menjamin
kelangsungan dari kegiatan entrepreneur dan yang memberi arah pada kegiatan
entrepreneur tersebut sehingga tujuan yang dikehendaki dapat tercapai. Motivasi
berwirausaha adalah dorongan kuat dari dalam diri seseorang untuk memulai
mengaktualisasi potensi diri dalam berfikir kreatif dan inovatif untuk menciptakan
produk baru dan bernilai tambah guna kepentingan bersama. Wirausaha akan
muncul ketika seseorang berani mengembangkan usaha-usaha dan ide-ide barunya.
Membuat seseorang menjadi berani mengembangkan usaha dan idenya melalui
motivasi berwirausaha yang kuat. Dua hal tersebut harus saling berhubungan agar
tercipta wirausaha yang kuat dan tangguh serta berkualitas (Astiti, 2014).

2.2. Faktor yang Mendorong Timbulnya Motivasi Berwirausaha

Motivasi merupakan salah satu faktor keberhasilan wirausaha dalam


menyelesaikan tugasnya. Semakin besar motivasi maka semakin besar kesuksesan
yang dicapai. Faktor-faktor pendorong disebut juga faktor penyebab kepuasan.
Adanya kepuasan akan menambah semangat untuk melaksanakan aktivitas
(Herzberg dalam Rusdiana, 2014).

5
Menurut Uno (2008), tiga faktor yang menentukan motivasi dalam berwirausaha
yaitu:

1. Keinginan dan minat memasuki dunia usaha.


2. Harapan dan cita-cita menjadi wirausaha.
3. Dorongan lingkungan.

2.3. Pentingnya Berkewirausahaan Sejak Dini

Beberapa puluh tahun lalu, ada yang berpendapat bahwa kewirausahaan


tidak dapat diajarkan, namun pada dekade terakhir ini entrepreneurship
(kewirausahaan) telah menjadi mata pelajaran yang diajarkan sekolah – sekolah dan
menjadi mata kuliah wajib yang diajarkan di sebagian besar perguruan tinggi negeri
maupun swasta, baik perguruan tinggi dalam negeri maupun luar negeri. Bahkan,
di Indonesia telah diajarkan di berbagai kursus, seminar, workshop, dan sejenisnya.
Di negara – negara maju, baik di benua Eropa maupun Amerika Serikat, setiap
sepuluh menit lahir wirausahawan baru. Bahkan, pertumbuhan wirausaha
membawa peningkatan ekonomi yang luar biasa. Pengusaha – pengusaha baru itu
telah memperkaya pasar dengan berbagai produk barang atau jasa yang kreatif dan
inovatif.

Menurut Buchari Alma (2005), “tahun 1980-an di Amerika Serikat telah


lahir sebanyak 20 juta wirausahawan baru, mereka menciptakan lapangan pekerjaan
baru. Demikian pula di Eropa Timur, wirausahawan ini mulai bermunculan.
Bahkan, di negeri China yang masa lalu menganut paham komunisme murni, kini
mulai membuka diri terhadap lahirnya wirausahawan baru dan menerima investasi
dari luar. Universitas Beijing menghapuskan mata kuliah Marxis, dan
menggantikannya dengan mata kuliah kewirausahaan atau entrepeneurship.”

Tranformasi pengetahuan kewirausahaan telah berkembang pada dekade


terakhir ini. demikian pula tren di negara – negara lain termasuk Indonesia, mata
pelajaran atau mata kuliah kewirausahaan telah diajarkan dibeberapa sekolaah
menengah atas kejuruan, dan berbagai perguruan tinggi, bahkan dijadika kurikulum
wajib, serta diberbagai kursus bisnis dan koperasi menjadi materi ajar utama,
bahkan menjadi salah satu konsentrasi di program studi tertentu. Jadi, dapat

6
disimpulkan bahwa berkewirasahaan dapat diajdikan sebagai mata pelajaran dan
atau mata kuliah yang dapat diajarkan, baik ditingkat sekolah dasar, sekolah
menengah pertama, sekolah menengah atas kejuruan dan umum, maupun di
perguruan tinggi. Tujuannya agar paradigm berpikir peserta didik berubah, yakni
perubahan dari jika mereka setelah lulus sekolah akan melamar perkerjaan/menjadi
pegawai, tetapi memiliki atau mau dan mampu mengubah paradigma berpikir dan
termotivasi bahwa setelah mereka lulus sekolah/kuliah akan menajdi serorang
wirausahawan atau berminat untuk berwiraswasta.

Saat ini, pengangguran dan kemiskinan terjadi karena perbandingan antara


jumlah penawaran kesempatan kerja diseluruh sector, baik di dalam maupun diluar
negeri yang meliputi sector industry, pertanian, pertambangan, transportasi,
pariwisata, dan lain – lain, tidak sebanding dengan jumlah lulusan atau penawaran
tenaga kerja baru yang dihasilkan di segala level pendidikan, baik tingkat
SMP(Sembilan tahun wajib belajar – yang tidak mampu melanjutkan pendidikan
ke jenjang yang lebih tinggi) sampai dengan perguruan tinggi disemua jenjang.
Kesenjangan antara permintan da penawaran tenaga kerja ini perlu dipikirkan oleh
kita semua, lebih – lebih tenaga kerja yang tidak terdidik, tidak terampil, atau tenaga
kerja berpendidikan rendah, bila tidak tertampung di lapangan kerja formal, maka
jalan satu – satunya adalah dibekali dengan keterampilan berwirausaha agar mereka
setelah lulus sekolah/kuliah maupun berhenti sekolah/kuliah ditengah jalan tetap
memperoleh penghasilan dan pada akhirnya mencapai kesejahteraan yang
diharapkan, tanpa harus mangandalkan untuk menjadi pegawai/karyawan disuatu
perusahaan.

Solusi untuk mengatasi hal itu tentu tidak ada jalan lain kecuali jika setiap
lulusan atau tenaga kerja baru, baik yang dihasilkan dari tingkat pendidikan yang
paling bawah (SMP – wajib sembilan tahun) sampai dengan tingkat perguruan
tinggi, mau tidak mau harus dibekali dan diarahkan untuk tidak lagi berorientasi
untuk menjadi pegawai/”priyayi” atau pencari kerja/buruh sebagai orang gajian,
namun diarahkan untuk menjadi seorang pemula wirausahawan atau menadi
pengusaha mikro atau pengusaha kecil sebagai pemberi kerja/gaji bagi orang lain
atau mampu meciptakan pekerjaan atau lapangan kerja bagi orang lain. Pembekalan
keterampilan berwirausaha tersebut harus menjadi program pemerintah, baik

7
jangka pendek, sedang, maupun panjang guna memperkecil jumlah keluarga miskin
karena tidak memiliki pekerjaan ata pengangguran yang pada akhirnya tidak
berpenghasilan.

Dengan diperkenalkannya cara – cara berwirausaha sedini mungkin, setiap


lulusan yang dihasilkan oleh seluruh level pendidikan di tingkat SMP sampai
dengan perguruan tinggi akan dipersiapkan sebagai anak didik yang nantnya siap
terjun menjadi wirausahawan, meskipun putus sekolah di level pendidikan yang
paling dasar sekalipun (putus sekolah ataupun lulusan SMP atau Sembilan tahun
wajib belajar). Kurikulum SMP sebaiknya dibekali dengan mata pelajaran
berkewirausahawan, sehingga sejak dini seorang lulusan dari level sekolah terendah
pun tidak bercita-cita menjadi pencari kerja atau orang gajian, melainkan menjadi
pencipta lapangan kerja baru atau sebagai pemberi gaji bagi orang atau pihak lain.

2.4. Profil Penduduk Indonesia dan Pemicu Berwirausaha

Banyaknya pengangguran (baik yang tidak memiliki keterampilan dan tidak


berpendidikan tinggi maupun penganggura yang memiliki pendidikan formal
sampai ditingkat sarjana atau pengangguran intelektual) karena pertumbuhan
ekonomi suatu negara yang rendah, ataupun karena krisis ekonom yang
berkepanjangan, sehingga tidak mampu menampung antara pertambahan tenaga
kerja baru dengan ketersediaan lapangan kerja baru.

Sebagai ilustri dapat disimak data profil penduduk Indonesia tahun 2006
berikut ini. Total penduduk Indonesia ±230 juta orang dengan kondisi social
ekonomi 12% (27,6 juta orang) ekonomi atau, 40% (92 juta orang) ekonomi
menengah, dan48% (110,4 juta orang) ekonomi bawah. Dari 230 juta orang
tersebut, sebanyak 30 juta orang tinggal di kota dengan daya beli tinggu, 100 juta
orang sangat rendah daya belinnya, 60 juta orang tinggal di pulau Jawa, 21 juta
orang tinggal di Sumatra. Dengan komposisi 58% (133,4 juta orang)tinggal
dipendesaan dan 42% (96,6 juta orang) tinggal diperkotaan. Dari total 230 juta
orang tersebut pengangguran mencapai ±39,8 juta sampai dengan 55% ±100 juta
orang penganggur. Dari segi agama ada banyak 87% agama islam (200,1 juta
orang) yang mengonsumsi bahan pangan halal. Dari komposisi usia 55% (126,5
juta orang) berusia ≤ 25 tahun. Dari jumlah penduduk tersebut terdiri atas 480

8
kelompok etnik dengan selera rasa nusantara. Penduduk Indonesia 99% (227,7 juta
orang) makan nasi (beras) sebagi makanan pokok, sehingga usaha restoran tidak
aka nada matinya.

Penduduk bekerja menurut status pekerjaan dan pendidikan dapat disimak


pada tabel 2.1 berikut:

Tabel 2.1 Penduduk Bekerja Menurut Status Pekerjaan dan Pendidikan

No Pendidikan Usaha Usaha Usaha+ Karyawan Petani Pekerjaan Pekerjaan Jumlah


mencari keluarga buruh (%) (%) pertanian tidak
(ribuan)
(%) (%) tetap (%) dibayar
(%) (%)
1 TPS 18,7 39,0 1,9 4,5 9,1 9,1 24,7 5.328

2 TTSD 20,8 33,0 2,5 8,9 8,8 8,8 22,5 12.515

3 SD 21,3 27,4 2,8 14,8 6,1 6,1 22,2 35.125

4 SMP 22,1 19,5 3,6 27,0 3,2 3,2 19,4 17.248

5 ST 26,1 19,5 4,5 26,5 2,7 2,7 17,6 1.324

6 SMU 16,7 12,2 4,2 52,7 0,8 0,8 10,9 11.389

7 SMK 13,8 8,3 3,8 64,0 0,4 0,4 7,2 5.903

8 Diploma 5,1 2,7 1,4 88,9 0,0 0,0 1,9 393


II,III

9 Diploma 6,3 3,4 3,7 82,0 0,1 0,3 4,1 1.163


III/Ak

10 Universitas 5,8 3,4 4,9 83,1 0,0 0,5 2,2 2.834

jumlah 19,5 23,0 3,2 27,2 4,7 4,0 18,5 93.722

Keterangan :

TPS : Tidak Pernah Sekolah

TTSD : Tidak Tamat SD

ST : Sekolah Teknik

9
SMP : Sekolah Menengah Pertama

SMU : Sekolah Menengah Umum

SMK : Sekolah Menengah Kejuruan

Dari tabel 2.1 dapat disimpulkan bahwqa 83,1 persen lulusan universitas
menjadi karyawan ,82 persen lulusan D3 menajdi karyawan, 88,9 persen lulusan
D1 dan D2 juga menjadi karyawan, sedangkan yang menjadi usahawan seluruh
lulusan perguruan tinggi masih dibawah 6 persen, sedangkan yang menjadi
usahawan presentase tertinggi adalah lulusa SLTA kebawah, sehingga agak sulit
mengharapkan perkembangan usahawan yang andal di Indonesia.
Bank dunia menlansir bahwa kemiskinan di Indonesia tahun 2007 mencapai
49% dari total penduduk dan 60% masyarakat Indonesia hidup dengan gizi buruk.
Pada Laporan Keuanga Pemerintah Pusat (LKPP) bahwa asset pemerintah
Indonesia sampai desember 2004 sebesar Rp851,9 triliun, sedangkan jumlah
kewajiban utang pemerintah Indonesia mencapai Rp1.349 triliun, maka selisih aset
dan utang mencapai Rp497,1 triliun. Dengan jumlah penduduk 230 juta, bila setiap
orang terbebani dan mau membayar sekitar Rp5,87 juta, maka utang pemerintah
Indonesia baru akan dapat lunas. Pengangguran terbuka mencapai 10,6% (12,7
juta) dan setengah pengangguran 35,2% (38,3 juta), jika tepat datanya.
Setiap penambahan 1% pertumbuhan ekonomu nasional pada zaman Orde
Baru diklaim mampu melahirkan atau menampung 200.000 tenaga kerja baru,
sedangkan di zaman reformasi hanya mampu menyerap tenaga kerja baru sekitar
50.000 angkatan kerja. Target pemerintah yang disusun pada tahun 2007sampai
2009 yang akan mencetak pertumbuhan ekonomi sampai 7% tidak akan mampu
menyelesaikan persoalan pengangguran dan kemiskinan penduudk Indonesia
secara signifikan. Tiak ada jalan lain kecuali upaya penggalakan berwirausaha.
Profesi apa yang diinginkan oleh seseorang yang sedang mencari pasangan
hidupnya kewat penelitian kecil pada kolom Kontak jodoh di
Koran Kompas (2007) terhdapa calon pasangannya? Ternyata, sebanyak 99%
menghendaki berpasangan dengan karyawan tetap (prioritasnya Pegawai Negeri,
PNS, TNI, POLRI, BUMN) dan hanya 1% yang menghendaki berpasangan dengan

10
pengusaha, itupun mencari jodoh (dari etnis Tionghoa) yang sudah tidak diragukan
jiwa kewirausahaannya.
Peristiwa yang mempercepat/memicu seseorang menjadi wirausahawan,
antara lain :
1. Sebuah peristiwa yang menyakitkan, seperti hilangnya pekerjaan
karena mengalami pemutusan hubungan kerja (PHK) dari tempat
kerjanya.
2. Memasuki usia pension, sehingga memiliki waktu luang yang lebih
banyak
3. Sulitnya memperoleh pekerjaan – melamar pekerjaan di berbagai
instansi yang selalu ditolak (karena meman sempitnya kesempatan
kerja)
4. Telah mengikuti berbagai seminar, kursus atau memperoleh mata
kuliah kewirausahaan
5. Memperoleh sharing pengalaman dan wirausahawan atau family yang
telah berhasil atau memiliki bisnis sebelumnya.

2.5. Motivasi Seseorang Berwirausaha


Di negara-negara maju keinginan seseorang untuk menjadi bos terhadap
dirinya sendiri itu cukup besar, berkeinginan sukses tanpa harus di bawah tekanan
orang lain, misalnya meskipun perusahaan baru berjalan satu tahu, sudah berusaha
keras untuk di-franchise-kan atau diwaralabakan, hal ini dapat dilakukan jika
pemerintah ikut memfasilitasi dengan cara mempermudah proses pemberian hal
intelektual, seperti hak dan atau lisensi trade mark, hak waralaba, hak cipta
(copyright) dan sejenisnya.
Dalam aspek lain, keberanian seseorang untuk mendirikan usaha sendiri
(berwirausaha) sering kali terdorong oleh motivasi dari guru atau dosennya, atau
koperasi yang memberikan mata pelajaran atau mata kuliah kewirausahaan yang
praktis dan menarik, sehingga dapat membangkitkan minat siswa/mahasiswa untuk
mulai mencoba berwirausaha seperti yang terjadi di MIT, Harvard Business School,
Institut Bisnis dan Informatika Indonesia (IBII), dan beberapa perguruan tinggi
lainnya yang memiliki konsentrasi kewirausahaan.

11
Tidak jarang juga setelah seseorang memperoleh kursus dan pendidikan
non-gelar melalui koperasi dan atau koperasi kredit, bahkan setelah mendengarkan
cerita sukses pengalaman bisnis yang dimiliki oleh orang-orang di sekitar kita,
meskipun bisnis kecil-kecilan, dapat menjadi pemicu, potendi dan motivasi untuk
menjadi wirausahawan yang berhasil. Motivasi untuk menjadi seorang wirausaha
biasanya muncul dengan sendirinya, setelah memiliki bekal cukup untuk mengelola
usaha dan siap mental secara total.

2.6. Motivasi Seorang Untuk Menjadi Wirausahawan

Motivasi seorang untuk menjadi wirausahawan antara lain :

1. Laba

2. Kebebasan

3. Impian personal

4. Kemandirian

2.7. Jenis dan Sumber Motivasi Berwirausaha

Menurut Siregar dan Nara (2011), motivasi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:

1. Motivasi Intrinsik Motivasi intrinsik adalah motivasi yang berasal dari


dalam diri individu tanpa adanya rangsangan dari luar.
2. Motivasi Ekstrinsik Motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang berasal dari
luar misalnya pemberian hadiah dan faktor-faktor eksternal lainnya yang
memiliki daya dorong motivasional.

2.8. Keuntungan dan Kelemahan Menjadi Wirausahawan

Berbagai keuntungan menjadi wirausahawan menurut Buchari Alma (2000),


yaitu:
1. Tercapai peluang-peluang untuk mencapai tujuan yang dikehendaki sendiri
2. Terbuka peluang untuk mendemonstrasikan potensi seseorang secara penuh
3. Terbuka peluang untuk memperoleh manfaat dan keuntungan secara
maksimal

12
4. Terbuka peluang untuk membantu masyarakat dengan usaha-usaha konkret
5. Terbuka peluang untuk menjadi bos minimal bagi dirinya sendiri

Selain keuntungan, ada pula kelemahan untuk menjadi wirausahawan antara lain :

1. Memperoleh pendapatan yang tidak pasti dan memikul berbagai risiko. Jika
risiko ini telah diantisipasi secara baik, wirausahawan telah mampu
menggeser risiko tersebut
2. Bekerja keras dan atau jam kerja yang mungkin lebih panjang

3. Kualitas hidup mungkin masih rendah sampai usahanya berhasil, sebab


pada tahap-tahap awal seorang wirausahawan harus bersedia untuk
berhemat

4. Memiliki tanggung jawab sangat besar, banyak keputusan yang harus dibuat
walaupun mungkin kurang menguasai permasalahan yang dihadapinya.

2.9. Konsep Cash Flow Quadrant oleh Robert T. Kiyosaki


Kiyosaki menawarkan konsep cemerlang bahwa dalam memperoleh pendapatan,
seseorang dikelompokkan dalam empat kuadran yaitu :

Konsep Cash Flow Quadrant oleh Robert T. Kiyosaki

1. Kuadran satu, Kuadran E (Employee), seseorang yang berposisi sebagai


employee/pegawai. Ia sebagai pekerja untuk orang lain atau orang gajian,
atau bekerja untuk aset bos, misalnya guru,dosen, buruh pabrik, pegawai
negeri sipil, polisi, ABRI, dan lain-lain.
2. Kuadran dua, Kuadran S (Self Employee), seseorang yang berposisi
sebagai self employee/pemilik pekerjaan/bekerja untuk dirinya sendiri.
Contoh : dokter, atlet, pengacara, artis, pemilik toko, dan lain-lain. Ia
sebagai pekerja untuk dirinya sendiri.
3. Kuadran tiga, Kuadran B (Business Owner), seseorang yang berposisi
sebagai business owner/pemilik bisnis dengan membangun jaringan atau
sistem. Contoh dalam kuadran ini : konglomengrat, waralaba
(franchisor/franchisee). Network Marketing, dan lain-lain.

13
4. Kuadran empat, Kuadran I (Investor), seseorang yang berposisi sebagai
permodal/investor/pemilik modal. Contoh kuadran ini : pemilik deposito
(deposan), pemilik saham, pemilik properti, dan lain-lain.

14
BAB 3

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Motivasi merupakan salah satu faktor keberhasilan wirausaha dalam


menyelesaikan tugasnya. Semakin besar motivasi maka semakin besar kesuksesan
yang dicapai. Faktor-faktor pendorong disebut juga faktor penyebab kepuasan.
Adanya kepuasan akan menambah semangat untuk melaksanakan aktivitas.
Seorang wirausahawan selalu diharuskan menghadapi resiko atau peluang
yang muncul, serta sering dikaitkan dengan tindakan yang kreatif dan innovatif.
Wirausahawan adalah orang yang merubah nilai sumber daya, tenaga kerja, bahan
dan faktor produksi lainnya menjadi lebih besar daripada sebelumnya dan juga
orang yang melakukan perubahan, inovasi dan cara-cara baru.

3.2. Saran

Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan bisa menambah
pengetahuan tentang herbal buah kurma dan dapat menjadikan referensi bagi kita
semua. Diharapkan para pembaca bisa memberikan kami kritik dan saran untuk
dapat menjadikan kami lebih baik lagi dalam penulisan makalah-makalah kami
selanjutnya.

15
DAFTAR PUSTAKA

Saiman, Leonardus.2014.Kewirausahaan Teori, Praktik dan


Kasuskasus.Jakarta:Salemba Empat.

Hasibuan, M.S.P. 2016. Manajemen Sumber Daya Manusia, Cetakan ke 19, Edisi
Revisi. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Rusdiana, H.A. 2014. Kewirausahaan Teori dan Praktik, Cetakan ke 1. Bandung:


Pustaka Setia.

Wikanso. 2013. Pengaruh Pendidikan Kewirausahaan Terhadap Motivasi


Berwirausaha Mahasiswa STKIP PGRI Ngawi. Jurnal Ilmiah STKIP PGRI Ngawi
Media Prestasi, Vol. XI, No. 1.

Siregar, Eveline, & Nara, Hartini. 2014. Teori Belajar dan Pembelajaran, Cetakan
ke 2. Bogor: Ghalia Indonesia.

16

Anda mungkin juga menyukai