Anda di halaman 1dari 14

Yuliana Setiyaningsih

Peningkatan Kemampuan Menulis Argumentatif


dan Keterampilan Berpikir Kritis Berbahasa
Indonesia Mahasiswa melalui Model
Pembelajaran Berdasarkan Logika Toulmin
Yuliana Setiyaningsih
Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta
ABSTRACT
This paper presents the findings from a quasi-experimental one group time-series design
involving a number of Pharmacy Departement students of Sanata Dharma University taking
Indonesian Language subject in 2005-2006 academic year. The experiment was conducted to
examined the effectiveness of a learning model to improve students’ ability in argumentative
writing and critical thingking skill based on the Toulmin’s theory of argument. Facione’s critical
thingking theory, and jurisprudential inquiry frame of Joyce and Weil. The instrument of this
study are: a set of argumentative writing tasks, questionair, interview, students’ documents,
and an observation sheet of students activities during the lesson. The study found that using
t-test and content analysis techniques at 95% level of significance: Toulmin’s learning model
was effective to improve students’ arguments writing and students’ critical thingking skill.

Keywords: grounds, warrants, backing, possible rebuttal, modal qualifier, claim,


interpretation, analysis, evaluation, inference, explanation, and self-regulation

B eberapa hasil pengamatan dan penelitian


yang telah dilakukan menunjukkan bahwa
kemampuan menulis dan keterampilan berpikir kritis
yang dilakukan oleh Setiyaningsih (1993) tentang
pola-pola argumen Toulmin yang ditemukan pada
karya ilmiah mahasiswa Pendidikan Bahasa
di kalangan mahasiswa masih rendah. Sebagai IKIP Malang menunjukkan bahwa pola argumen
contoh, Buchori (2001:142) mengungkapkan bahwa yang digunakan masih dalam taraf sederhana.
salah satu kelemahan umum para mahasiswa Penelitian Sriasih (2000) juga terbatas pada
adalah kelemahan dalam membaca dan menulis. deskripsi perbedaan struktur wacana argumentatif.
Sementara itu, Soewandi (1984) menyatakan Penelitian-penelitian tersebut belum mengungkap
bahwa bahasa tertulis mahasiswa dalam skripsi upaya konkret untuk meningkatkan kemampuan
yang sudah diperbaiki oleh dosen pembimbing menulis argumentatif dalam bentuk penerapan
masih menunjukkan kekurangan dalam aspek suatu model pembelajaran.
ortografis, linguistik, dan logikanya. Demikian juga Penelitian tentang peningkatan kemampuan
yang dikemukakan oleh Alwasilah (2003) bahwa menulis argumentatif dan keterampilan berpikir
dalam hal tulis-menulis kemampuan para sarjana kritis melalui model pembelajaran berdasarkan
di Indonesia termasuk dalam kategori rendah. logika Toulmin dapat mengungkap banyak hal,
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Tukan misalnya logika Toulmin sebagai alternatif model
(1991) antara lain menyimpulkan bahwa kesilapan pembelajaran menulis argumentatif, peningkatan
bernalar yang paling banyak ditemukan dalam keterampilan berpikir kritis melalui pembelajaran
tulisan argumentatif subjek penelitian adalah menulis argumentatif, pembentukan keterampilan
kesilapan material (66%). Sementara itu, penelitian regulasi diri melalui pembelajaran menulis

98 ISSN : 1907 - 8838 EDUCATIONIST Vol. II No. 2 Juli 2008


Peningkatan Kemampuan Menulis Argumentatif dan Keterampilan Berpikir Kritis Berbahasa
Indonesia Mahasiswa melalui Model Pembelajaran Berdasarkan Logika Toulmin

argumentatif, dan penilaian kemampuan menulis pernyataan posisi (claim), (2) data (grounds), (3)
argumentatif secara komprehensif. Karena alasan jaminan (warrants), (4) pendukung (backing), (5)
itu, tujuan penelitian ini adalah menguji keefektifan keterangan modalitas (modal qualifier), dan (6)
model pembelajaran berdasarkan logika Toulmin kondisi pengecualian (possible rebuttal) (Toulmin,
dalam meningkatkan kemampuan menulis dkk. 1979:25). Logika Toulmin dipilih karena teori
argumentatif dan keterampilan berpikir kritis subjek ini mendorong mahasiswa untuk memberikan
penelitian. alasan secara mendalam.
Penelitian ini mengintegrasikan tiga aspek Pengembangan argumen dengan keenam
penting dalam pembelajaran, yaitu isi, berpikir elemen argumen Toulmin menjadi fokus penelitian
kritis, dan proses pembelajaran mahasiswa aktif ini. Hubungan antarelemen argumen yang
(Ajisuksmo, 1996). Aspek isi tulisan argumentatif menunjukkan kedalaman dan ketajaman kekuatan
mengacu pada teori argumen berdasarkan suatu tulisan argumentatif dapat digambarkan
logika Toulmin, yang terdiri atas elemen (1) melalui bagan berikut.

Gambar 1: Hubungan Elemen-elemen Argumen Toulmin

Aspek berpikir kritis sebagaimana yang kemampuan menulis dan kemampuan berlogika.
tercermin dalam tulisan argumentatif mengacu Hasil yang ditemukan Teopilus menunjukkan
teori yang dikemukakan oleh Facione. Facione bahwa kemampuan berlogika yang baik juga akan
(2004:3) mengklasifikasikan bahwa keterampilan menunjukkan kemampuan menulis yang baik.
berpikir kritis mencakup keterampilan interpretasi Sementara itu, Rose (1990:324) menyebutkan
(interpretation), analisis (analysis), evaluasi bahwa pembelajaran cara berpikir dapat dilakukan
(evaluation), inferensi (inference), eksplanasi dengan menggunakan tulisan. Walker (2005) juga
(explanation), dan regulasi diri (self-regulation). mengungkapkan bahwa salah satu strategi untuk
Teori Facione dipilih dalam penelitian ini karena mengembangkan keterampilan berpikir kritis dapat
klasifikasi yang dibuat Facione lebih sederhana, dilakukan melalui pembelajaran menulis.
lebih lengkap, dan lebih mantap secara Mengungkapkan gagasan tertulis secara
substansial. argumentatif dengan keenam elemen argumen
Keterampilan berpikir kritis sebagai aktivitas Toulmin menuntut keterampilan berpikir
mental merupakan aktivitas yang tidak tampak, kritis yang tinggi. Bukan hanya keterampilan
tetapi keterampilan berpikir kritis dapat diketahui menginterpretasikan atau menganalisis yang
atau diukur melalui bentuk-bentuk aktivitas seperti dibutuhkan untuk menyusun tulisan argumentatif
berbicara dan menulis. Kemampuan seseorang dengan keenam elemen argumen (data, jaminan,
dalam mengungkapkan gagasan secara tertulis pendukung, kondisi pengecualian, keterangan
mencerminkan kemampuan berpikirnya karena modalitas, dan pernyataan posisi yang relevan
berpikir dan menulis merupakan dua kegiatan yang dengan bukti-bukti yang dikemukakan), melainkan
tidak dapat dipisahkan. dibutuhkan keterampilan menilai, menyimpulkan,
Penelitian yang dilakukan oleh Teopilus (Tukan, mengungkapkannya dengan bahasa yang
1990) mengungkapkan bahwa ada korelasi antara logis, efektif, dan mengikuti kaidah tata bahasa

ISSN : 1907 - 8838 99


EDUCATIONIST Vol. II No. 2 Juli 2008
Yuliana Setiyaningsih

Indonesia. Tidak dipungkiri bahwa tulisan yang Selain itu, isu-isu yang dijadikan materi
sudah jadi masih dijumpai kesalahan-kesalahan pembelajaran adalah isu-isu yang secara faktual
yang berhubungan dengan bahasa. Untuk dihadapi oleh pembelajar sebagai bagian dari
mengurangi kesalahan bahasa, perlu dilakukan anggota masyarakat. Melalui model ini, pembelajar
kegiatan untuk memperbaiki dan menulis ulang. Hal secara tidak langsung memberikan andil dalam
ini dilakukan untuk melatih kepekaan berbahasa bentuk memberikan alternatif pemecahan yang
yang memerlukan kesadaran diri seorang penulis. dianggap paling baik.
Kesadaran untuk meninjau proses berpikir yang Proses pembelajaran inkuiri jurisprudensial
telah dilakukan dan mengoreksi diri termasuk dalam menekankan pada sasaran isi dan proses,
keterampilan berpikir kritis yang paling tinggi, yaitu yang kedua-duanya menjadi fokus pencapaian
regulasi diri. pembelajaran. Adapun yang dimaksud dengan
Hubungan antara keterampilan berpikir kritis sasaran isi adalah “semua informasi, konsep-
dan kemampuan menulis argumentatif dapat dilihat konsep, teori, cara-cara berpikir, nilai-nilai, dan
sebagai ciri kematangan intelektual. Kematangan substansi lainnya yang diharapkan dipelajari oleh
intelektual ini dibentuk melalui bahasa. Ciri pembelajar sebagai pengalaman hasil belajar”
kematangan intelektual menurut Drost (2003:37) (Joyce dan Weil, 1996:409). Sasaran proses
adalah “Seseorang dapat dikatakan mampu bernalar adalah cara-cara belajar, yang menghasilkan
dan bertutur secara dewasa, jika ia menguasai aktivitas sosial dan intelektual untuk meningkatkan
ortografi, gramatika, dan sintaksis bahasanya kekuatan belajar.
sendiri”. Penguasaan semua komponen ini dapat Model inkuiri jurisprudensial melibatkan enam
juga dilihat dari tulisan argumentatif. Dalam konteks tahap proses pembelajaran. Keenam tahap itu
ini bahasa sebagai sarana argumentatif identik meliputi (1) orientasi kasus, (2) identifikasi isu-isu,
dengan bahasa sebagai alat berpikir (Alwasilah, (3) menentukan posisi, (4) menyelidiki posisi dan
2003:69). pola-pola argumen, (5) menyaring dan memenuhi
Sementara itu, aspek proses pembelajaran persyaratan posisi, dan (6) menilai asumsi-asumsi
mahasiswa aktif yang digunakan dalam penelitian faktual di balik posisi yang memenuhi syarat.
ini mengacu pada model pembelajaran inkuiri Penerapan model inkuiri jurisprudensial
jurisprudensial (jurisprudential inquiry). Model dapat memberikan dampak instruksional dan
pembelajaran yang diciptakan oleh Donald Oliver dampak pengiring (Joyce dan Weil, 1996:125).
dan James P. Schaver pada tahun 1966/1974 Dampak instruksional memberikan keterampilan
(Joice dan Weil, 1996:110) ini dimaksudkan kepada pembelajar untuk melakukan aktivitas
untuk membantu pembelajar berpikir secara yang berhubungan dengan aspek kognitif dan
sistematik tentang isu-isu kontemporer. psikomotorik. Keterlibatan pembelajar secara
Pemilihan model ini didasarkan atas kognitif tampak dalam unjuk kerja pembelajar untuk
pertimbangan bahwa karakteristik model ini sangat melakukan aktivitas, seperti menginterpretasikan
relevan dengan teori argumen yang dikembangkan menganalisis, memilih, menilai berbagai informasi,
oleh Toulmin dan teori keterampilan berpikir kritis. dan mengemukakan asumsi. Keterlibatan secara
Melalui model ini pembelajar dihadapkan pada psikomotorik dalam kaitan dengan penelitian
isu-isu sosial yang mengundang kontroversi dan ini tampak pada unjuk kerja pembelajar dalam
menuntut pembelajar untuk menetapkan posisinya melakukan dialog sosial, diskusi kelompok, dan
terhadap isu tersebut, serta memberikan bukti- kemampuan untuk mengekspresikan gagasan
bukti yang relevan. argumentatif secara tertulis.
Melalui model ini pembelajar juga secara Selain melibatkan aspek kognitif dan
mental terlibat dalam suatu diskusi kelompok psikomotorik dalam diri pembelajar, dampak
kecil. Gagasan-gagasan yang dilontarkan dalam pengiring dalam model ini juga melibatkan aspek
kelompok sangat membantu pembelajar untuk afektif. Keterlibatan pembelajar secara afektif
memahami isu-isu sosial, menentukan posisi, dan tampak pada sikap seperti timbulnya rasa empati,
memberikan bukti-bukti yang relevan dan masuk kesadaran untuk mengakui adanya pluralisme,
akal. kesadaran untuk memahami fakta tentang masalah-
masalah sosial, serta keinginan untuk bertindak
secara sosial.

100 ISSN : 1907 - 8838 EDUCATIONIST Vol. II No. 2 Juli 2008


Peningkatan Kemampuan Menulis Argumentatif dan Keterampilan Berpikir Kritis Berbahasa
Indonesia Mahasiswa melalui Model Pembelajaran Berdasarkan Logika Toulmin

Metode Hasil dan Pembahasan


Penelitian ini termasuk penelitian kuasi Perubahan Hasil Belajar yang Diperoleh
eksperimen. Desain penelitian ini adalah one group Hasil rata-rata komponen pendahuluan yang
time-series design (Neuman, W. Lawrence, 2000: diperoleh melalui Gambar 2. menunjukkan bahwa
230), yang dapat digambarkan sebagai berikut. model pembelajaran berdasarkan logika Toulmin
tahap 1, 2, dan 3 berhasil meningkatkan kemampuan
subjek penelitian untuk mengungkapkan gagasan
dalam komponen pendahuluan tulisan argumentatif.
Hasil penelitian tes awal menunjukkan bahwa
terdapat 65% komponen pendahuluan tulisan
Keterangan: argumentatif subjek penelitian yang termasuk
O1, 2, 3 : tes awal penerapan model pembelajaran Toulmin kategori kurang dan sangat kurang. Dari jumlah
tahap 1, 2, dan 3 ini terbukti bahwa subjek penelitian yang belum
O4, 5, 6 : tes akhir penerapan model pembelajaran Toulmin
tahap 1, 2, dan 3 memahami substansi bagian pendahuluan yang
X : treatment (perlakuan) terhadap subjek penelitian mencakup elemen latar belakang dan pernyataan
dengan model pembelajaran berdasarkan logika
Toulmin tahap 1, 2, dan 3 posisi masih banyak. Elemen pernyataan posisi
pada bagian pendahuluan sangat penting
Populasi penelitian ini mahasiswa Universitas dikemukakan untuk memberikan fokus pada
Sanata Dharma Yogyakarta Tahun Akademik alasan-alasan yang akan dipaparkan pada bagian
2005-2006, dengan sampel penelitian mahasiswa isi (Hacker, 2003).
Program Studi Farmasi Universitas Sanata Dharma,
Penjelasan yang dapat dikemukakan di sini
yang dilakukan secara purposif. Data penelitian
bahwa ada kemungkinan selama ini pembelajar
berupa tulisan argumentatif, hasil wawancara,
tidak dibekali pengalaman bahwa latar belakang
hasil kuesioner, dokumen, dan hasil observasi.
dan pernyataan posisi merupakan bagian yang
Teknik analisis data dilakukan dengan teknik uji
penting dari keseluruhan komposisi tulisan
t dan teknik analisis isi. Kriteria yang digunakan
argumentatif. Proses pembelajaran yang selama
untuk menilai keefektifan model pembelajaran
ini berlangsung kurang menekankan kaitan antara
berdasarkan logika Toulmin mencakup (1) hasil
bagian latar belakang dan pernyataan posisi.
belajar yang diperoleh (learning), (2) perubahan
Kualitas tulisan ditentukan oleh kualitas setiap
perilaku (behavior), (3) reaksi (reactions), dan
komponen, termasuk komponen pendahuluan.
(4) pencapaian hasil belajar secara keseluruhan
(results) (Kirkpatrick, 1994).

Gambar 2: Perolehan rata-rata Komponen Pendahualuan dalam Tulisan Argumentatif

Gambar 3 menunjukkan bahwa rata- Toulmin pada tahap 1, 2, dan 3. Pada tes akhir,
rata kemampuan mengungkapkan gagasan rata-rata kemampuan mengungkapkan gagasan
argumentatif ke dalam komponen isi cenderung argumentatif ke dalam komponen isi cukup tinggi
meningkat secara bertahap, yaitu sesudah dibandingkan dengan hasil rata-rata yang diperoleh
penerapan model pembelajaran berdasarkan logika pada tes awal.

ISSN : 1907 - 8838 101


EDUCATIONIST Vol. II No. 2 Juli 2008
Yuliana Setiyaningsih

Peningkatan penggunaan keenam elemen keenam elemen argumen Toulmin akan semakin
argumen Toulmin dalam tulisan argumentatif subjek tinggi. Kemampuan untuk memahami setiap
penelitian pada tes akhir dikarenakan adanya elemen dan membiasakan diri untuk mengenali
latihan yang terus-menerus dan usaha fasilitator dan merumuskan dalam bahasa Indonesia yang
untuk memberikan rangkuman, serta peneguhan baik dan benar memerlukan waktu yang cukup
kembali atas hal-hal penting, seperti cara- lama. Kegiatan menulis argumentatif memerlukan
cara memanfaatkan sumber-sumber yang ada, perenungan, pertimbangan, dan pengambilan
merumuskan pernyataan posisi, memilih informasi keputusan dari berbagai sumber yang dibaca. Maka
dan memutuskan mana informasi yang termasuk dari itu, keterampilan membaca untuk memahami
data, jaminan, pendukung, kondisi pengecualian, dan menilai informasi yang termasuk fakta dan
dan menyimpulkan pernyataan posisi dengan opini, serta alasan-alasan, memberikan dasar
keterangan modalitas tertentu. Hal ini dapat bagi keterampilan menulis argumentatif. Selain itu,
memberikan balikan yang cukup berarti bagi subjek perbedaan topik ikut menentukan tingkat kesulitan.
penelitian untuk memperbaiki kekurangannya. Topik tentang “rokok” lebih umum daripada topik
Jika kesempatan untuk berlatih menerapkan “krim pemutih”. Oleh karena itu, urutan topik
keenam elemen argumen Toulmin diperpanjang, menjadi hal penting yang perlu dipertimbangkan
subjek penelitian yang berhasil menguasai dalam proses pembelajaran.

Gambar 3: Perolehan rata-rata Komponen Isi dalam Tulisan Argumentatif

Gambar 4 menunjukkan bahwa rata-rata koherensi antarkalimat mengambil contoh-contoh


kemampuan mengungkapkan gagasan argumentatif kesalahan yang dibuat oleh subjek penelitian. Cara
ke dalam komponen bahasa cenderung menurun ini membuat subjek penelitian melakukan refleksi
pada tahap 1 dan 2. Pada tahap 3 kemampuan dan cara ini lebih kontekstual. Setelah penerapan
mengungkapkan gagasan argumentatif ke dalam model pembelajaran Toulmin 1, 2, dan 3 hasilnya
komponen bahasa meningkat dibandingkan dengan mulai tampak menjadi lebih baik.
penerapan model pada tahap 2. Pada tes akhir Gambar 5 menunjukkan bahwa rata-rata
rata-rata yang diperoleh cukup tinggi dibandingkan penerapan komponen teknik penulisan pada
dengan tes awal. pengungkapan gagasan argumentatif cenderung
Komponen bahasa mencakup kelengkapan mengalami peningkatan, baik yang terjadi sesudah
unsur-unsur kalimat, pilihan kata dan ejaan, serta penerapan model tahap 1, 2, 3, maupun tes akhir.
koherensi antarkalimat. Secara umum, hasil tes Pada tes akhir, rata-rata penerapan komponen
awal untuk ketiga komponen bahasa rata-rata baik. teknik penulisan dalam pengungkapan gagasan
Namun demikian, ditemukan beberapa kesalahan argumentatif meningkat cukup tinggi dibandingkan
yang sifatnya umum, misalnya kalimat hanya terdiri dengan hasil rata-rata yang diperoleh pada tes
atas klausa anak. awal.
Untuk memperbaiki kesalahan dalam Penelitian ini menemukan bahwa
hal bahasa, dalam penelitian ini digunakan pembelajaran cara mengutip dan cara menuliskan
pendekatan integratif. Latihan-latihan analisis sumber kutipan, menyusun daftar pustaka, dan
unsur-unsur kalimat, pilihan kata dan ejaan, serta

102 ISSN : 1907 - 8838 EDUCATIONIST Vol. II No. 2 Juli 2008


Peningkatan Kemampuan Menulis Argumentatif dan Keterampilan Berpikir Kritis Berbahasa
Indonesia Mahasiswa melalui Model Pembelajaran Berdasarkan Logika Toulmin

Gambar 4: Perolehan rata-rata Komponen Bahasa dalam Tulisan Argumentatif

Gambar 5: Perolehan rata-rata Komponen Teknik Penulisan dalam Tulisan Argumentatif

memberikan judul tulisan yang didasarkan pada Gambar 6 menunjukkan bahwa rata-rata
kesalahan yang dibuat subjek penelitian sangat kemampuan mengungkapkan gagasan argumentatif
efektif. Pada tes awal, kesalahan yang ditemukan ke dalam komponen penutup cenderung meningkat
pada ketiga komponen tersebut sangat menonjol. secara bertahap, kecuali rata-rata yang diperoleh
Cara mengutip baik kutipan langsung maupun tidak pada tahap 1 terjadi sedikit penurunan. Sesudah
langsung yang dilakukan oleh subjek penelitian penerapan model pembelajaran berdasarkan logika
tidak menunjukkan adanya perbedaan penulisan. Toulmin pada tahap 2 dan 3, rata-rata kemampuan
Cara menuliskan sumber kutipan juga hanya nama mengungkapkan gagasan dalam komponen
pengarang tanpa diikuti tahun. Penulisan nama penutup subjek penelitian meningkat. Peningkatan
pengarang dalam kutipan masih menyertakan gelar kemampuan tersebut juga terjadi pada tes akhir,
akademik (misal, Dr.). Judul tulisan cenderung yang tampak dari hasil rata-rata yang cenderung
memberikan gambaran bahwa isi tulisan lebih meningkat dibandingkan dengan hasil rata-rata
bersifat ekspositoris daripada argumentatif. yang diperoleh pada tes awal.
Hal ini dapat dijelaskan bahwa kesalahan Setiap argumen mempunyai keterangan
yang dilakukan oleh subjek penelitian pada tes awal modalitas tertentu. Dari hasil penelitian ini
mungkin disebabkan oleh kurangnya pengalaman ditemukan bahwa sebagian besar subjek
langsung selama proses pembelajaran. penelitian menggunakan keterangan modalitas
Memberikan pengalaman langsung dengan berpijak secara eksplisit berupa kata tugas, dan sebagian
pada kesalahan yang dilakukan subjek penelitian tidak menggunakan keterangan modalitas.
memberikan pemahaman yang berarti. Hal ini Selain itu, baik pada tes awal maupun tes akhir
terbukti setelah penerapan model pembelajaran keterangan modalitas yang digunakan tidak ada
Toulmin yang pertama terjadi perubahan yang yang menyatakan kemungkinan, melainkan lebih
berarti secara bertahap. banyak menyatakan kepastian dengan probabilitas
tinggi, dan menyatakan harapan.

ISSN : 1907 - 8838 103


EDUCATIONIST Vol. II No. 2 Juli 2008
Yuliana Setiyaningsih

Jika pengambilan keputusan untuk Dalam praktek pembelajaran menulis


menentukan derajat probabilitas tinggi lebih banyak kemungkinan aspek keterangan modalitas tidak
pada tes akhir, hal itu masih dapat dipahami mendapatkan tempat yang penting sebagai topik
karena subjek penelitian hampir sebagian besar pembahasan. Penarikan kesimpulan yang dilakukan
menerapkan keenam elemen argumen dengan cenderung bersifat generalisasi. Jika kualitas bukti-
kualitas hubungan yang termasuk kategori baik. bukti kurang relevan dan memadai, penyimpulan
Pengambilan keputusan dengan probabilitas tinggi yang sifatnya generalisasi dapat mengurangi
pada tes awal dapat dijelaskan bahwa hal ini mungkin kekuatan argumen. Model pembelajaran Toulmin
dipengaruhi oleh kebiasaan mengambil keputusan memberikan pengalaman kepada subjek penelitian
secara generalisasi. Pengambilan kesimpulan yang untuk mempertimbangkan setiap keputusan yang
tergesa-gesa tanpa diikuti penyelidikan yang lebih diambil dengan menentukan derajat probabilitas
dalam akan melemahkan kualitas argumen. Hal ini tertentu. Model ini cocok untuk menguji setiap
tercermin dari penggunaan keterangan modalitas elemen sehingga simpulan yang diambil lebih
yang menyatakan harapan. terbuka, dan ini cocok untuk pengembangan suatu
ilmu.

Gambar 6: Perolehan rata-rata Komponen Penutup dalam Tulisan Argumentatif


Peningkatan penerapan pola argumen mencapai 100%. Jika dibandingkan dengan hasil
dengan keenam elemen logika Toulmin secara tes awal dan tes akhir sesudah penerapan model
bertahap seperti yang tampak pada grafik di tersebut, peningkatan pola tulisan argumentatif
bawah menjelaskan bahwa pada tes awal tidak dengan keenam elemen argumen Toulmin
satu pun tulisan argumentatif subjek penelitian signifikan.
yang menerapkan keenam elemen argumen. Pada
hasil tes setelah penerapan model pembelajaran
Perubahan Hasil Belajar yang Diperoleh
berdasarkan logika Toulmin tahap 1, terdapat
Keterampilan Berpikir Kritis
8.82% yang menerapkan keenam elemen argumen
Toulmin dalam tulisan argumentatifnya. Setelah Pada Tabel 1, nilai signifikansi selisih tes awal
penerapan model pembelajaran tahap 2, jumlah dan tes akhir keterampilan berpikir kritis dalam
subjek penelitian yang menerapkan keenam elemen tulisan argumentatif untuk setiap komponen masing-
argumen Toulmin sebanyak 14.70%. Jumlah tulisan masing sebesar 0.000. Pada taraf kepercayaan
argumentatif subjek penelitian dengan keenam 95%, nilai signifikansi ini kurang dari 0.05.
elemen argumen Toulmin meningkat menjadi Tabel 1 memperlihatkan bahwa peningkatan
44.12% sesudah penerapan model pembelajaran keterampilan berpikir yang paling tinggi adalah
berdasarkan logika Toulmin tahap 3. keterampilan analisis dan urutan berikutnya adalah
Pada tes akhir, pola tulisan argumentatif keterampilan eksplanasi, keterampilan evaluasi,
subjek penelitian dengan keenam elemen argumen dan keterampilan inferensi. Peningkatan yang
Toulmin mencapai 47% meskipun pola ini belum paling rendah adalah keterampilan interpretasi.

104 ISSN : 1907 - 8838 EDUCATIONIST Vol. II No. 2 Juli 2008


Peningkatan Kemampuan Menulis Argumentatif dan Keterampilan Berpikir Kritis Berbahasa
Indonesia Mahasiswa melalui Model Pembelajaran Berdasarkan Logika Toulmin

Gambar 7: Peningkatan Pola Argumen dengan Elemen: D+J+P+KP+KM+PP


Tabel 1: Rata-rata, SD, Nilai T dan Nilai Signifikansi Keterampilan Berpikir Kritis dalam Tulisan Argumentatif

M SD Nilai
Komponen Sig.
Tes Awal Tes Akhir Tes Awal Tes Akhir t
Interpretasi 2.4697 3.0682 0.44309 0.19674 7.926 0,000
Analisis 2.0871 3.0191 0.24919 0.25891 14.916 0.000
Evaluasi 1.9503 2.8326 0.37652 0.29978 9.924 0.000
Inferensi 1.9112 2.7835 0.37840 0.31773 9.556 0.000
Eksplanasi 2.0282 2.9521 0.36917 0.26027 10.829 0,000

Sebagian besar kelemahan subjek pernyataan yang tidak menunjukkan perbedaan


penelitian sebagaimana yang tercermin dalam yang signifikan, yaitu pernyataan nomor 4 (Prt 4).
tulisan argumentatifnya terletak pada penarikan Nilai signifikansi selisih tes awal dan tes akhir dari
kesimpulan yang tidak relevan dengan bukti- uji t atas pernyataan tersebut adalah 0.073. Pada
bukti yang dikemukakan sebelumnya. Beberapa taraf kepercayaan 95% nilai signifikansi ini lebih
simpulan yang dikemukakan kontradiktif dengan dari 0.05. Hal ini bermakna bahwa kesadaran untuk
sebagian data yang dikemukakan. Selain itu, meninjau keseluruhan tulisan sebagai sesuatu
keterangan modalitas yang dipilih untuk menandai yang utuh sebagaimana yang terungkap dalam
simpulan memiliki tingkat probabilitas tinggi, pernyataan “membaca ulang untuk meyakinkan
tetapi alasan-alasan yang dikemukakan kurang bahwa kriteria yang dituntut dari suatu tulisan telah
memadai. dipenuhi” belum disadari oleh subjek penelitian.
Sementara itu, pada taraf kepercayaan
Perubahan Perilaku terhadap Penerapan Model 95%, nilai signifikansi sembilan pernyataan
Pembelajaran Berdasarkan Logika Toulmin lainnya kurang dari 0.05. Hal ini bermakna bahwa
kesadaran untuk menilai proses berpikir secara
a. Analisis Perubahan Perilaku untuk Menilai
parsial mulai berkembang dalam diri subjek
Proses Berpikir
penelitian. Sebaliknya, kebiasaan subjek penelitian
Tabel 2 menyajikan hasil perhitungan rata-
untuk meninjau kembali proses berpikir yang lebih
rata, SD, nilai t, dan nilai signifikansi untuk
kompleks belum terbentuk. Agar kesadaran menilai
melihat perubahan perilaku subjek penelitian yang
proses berpikir yang telah dilakukan terbentuk
berhubungan dengan kesadaran menilai proses
diperlukan latihan dan bimbingan yang lebih lama.
berpikir yang telah dilakukan. Dari 10 pernyataan
yang direspons oleh subjek penelitian, terdapat satu

ISSN : 1907 - 8838 105


EDUCATIONIST Vol. II No. 2 Juli 2008
Yuliana Setiyaningsih

Tabel 2: Penilaian Proses Berpikir Sebelum & Sesudah Penerapan Model Pembelajaran Berdasarkan Logika
Toulmin

Pernyataan untuk Menilai Proses Berpikir Tes Awal Tes Akhir


No. Prt Sig.
(Self-Examination) M SD M SD
Memeriksa kembali pernyataan posisi (pendirian) yang
1 1 2.12 0.844 3.24 0.741 0.000**
telah dirumuskan di dalam tulisan.
Menguji kembali keakuratan bukti-bukti yang telah
2 2 1.94 0.776 2.56 0.746 0.000**
dikemukakan.
Membaca ulang untuk meyakinkan bahwa kriteria yang
3 4 2.59 0.821 2.82 0.758 0.073
dituntut dari suatu tulisan telah dipenuhi.
Mencari sumber-sumber lain untuk melengkapi bukti-
4 8 2.09 0.712 2.47 0.825 0.021*
bukti yang kurang meyakinkan/ meragukan.
Mempertanyakan kembali validitas setiap pernyataan
5 9 1.97 0.674 2.53 0.748 0.001**
yang telah disusun.
Membaca ulang secara cermat untuk menemukan
6 10 2.32 0.912 3.09 0.712 0.000**
kesalahan penalaran.
Membaca ulang secara cermat untuk menemukan
7 11 2.35 0.884 3.00 0.651 0.000**
kesalahan bahasa.
Melihat kembali relevansi bukti-bukti dan pernyataan
8 12 2.21 0.770 2.76 0.741 0.001**
(pendirian).
Menganalisis kembali kelengkapan elemen-elemen
9 13 1.82 0.758 2.76 0.741 0.000**
paragraf dalam suatu tulisan.
Mempertimbangkan kembali judul tulisan dari segi
10 16 2.32 0.945 2.76 0.699 0.005**
keluasan isi tulisan.
* < 0.05 ** < 0.01

Tabel 3: Koreksi Diri Sebelum dan Sesudah Penerapan Model Pembelajaran Berdasarkan Logika Toulmin

Pernyataan untuk Mengoreksi Diri Tes Awal Tes Akhir


No. Prt Sig.
(Self-Correction) M SD M SD
Memperbaiki alasan-alasan yang kurang relevan
1 3 2.26 0.790 2.65 0.597 0.021*
dengan pernyataan (pendirian).
2 5 Memperbaiki kesimpulan yang telah ditulis. 2.26 0.751 2.71 0.629 0.004**
3 6 Mengubah struktur kalimat yang tidak lengkap. 2.35 0.691 2.62 0.652 0.027*
4 7 Merevisi pilihan kata yang tidak tepat. 2.65 0.774 3.06 0.600 0.014*
Memperbaiki organisasi tulisan dari komponen
5 14 pendahuluan, isi, dan kesimpulan ketika ditemukan 2.32 0.768 2.74 0.710 0.008**
adanya kesalahan.
Merevisi relevansi judul dengan isi tulisan keseluruhan
6 15 2.35 0.849 2.79 0.687 0.002**
ketika ditemukan ketidakcocokan.
Membaca ulang secara cermat untuk menemukan
11 2.35 0.884 3.00 0.651 0.000**
kesalahan bahasa.
Memperbaiki kesalahan cara mengutip pendapat para
7 17 2.06 0.886 2.47 0.662 0.006**
ahli atau sumber lain yang digunakan di dalam tulisan.
Memperbaiki paragraf ketika di-temukan ketidaklogisan
8 18 hubungan antarkalimat di dalam paragraf dan 2.00 0.778 2.47 0.788 0.003**
antarparagraf.
Memperbaiki kesalahan ejaan yang ditemukan dalam
9 19 2.56 0.786 2.94 0.851 0.013*
tulisan.
Memperbaiki kesalahan penyusunan daftar pustaka
10 20 2.62 0.922 3.00 0.739 0.17
yang digunakan.
* < 0.05 ** < 0.01

106 ISSN : 1907 - 8838 EDUCATIONIST Vol. II No. 2 Juli 2008


Peningkatan Kemampuan Menulis Argumentatif dan Keterampilan Berpikir Kritis Berbahasa
Indonesia Mahasiswa melalui Model Pembelajaran Berdasarkan Logika Toulmin

b. Analisis Perubahan Perilaku untuk Koreksi Diri tabel, grafik, dan gambar menarik. Bahan dinilai
Perubahan perilaku subjek penelitian untuk cukup variatif dan tidak membosankan. Selain
melakukan koreksi atas kesalahan yang dilakukan itu, bahan yang beraneka bentuk mendorong
sebagian besar telah terbentuk dalam diri subjek mahasiswa berpikir karena masing-masing bentuk
penelitian. Tabel 3 memberikan gambaran memiliki karakteristik tersendiri dan mahasiswa
tentang perubahan perilaku sebelum dan sesudah perlu menyikapinya secara berbeda. Hal ini
penerapan model pembelajaran berdasarkan memberikan tantangan tersendiri. Mahasiswa juga
logika Toulmin. terdorong untuk mengemukakan gagasan secara
Hasil analisis pernyataan yang mengungkap lebih luas.
koreksi diri menunjukkan bahwa terdapat satu Pada umumnya subjek penelitian
pernyataan yang tidak signifikan, yaitu pernyataan mengungkapkan bahwa tugas individual yang
nomor 20 (Prt 20). Nilai signifikansi untuk pernyataan diberikan dalam model pembelajaran Toulmin terlalu
“memperbaiki kesalahan penyusunan daftar banyak karena mata kuliah lain juga banyak dan
pustaka yang digunakan” sebesar 0.17, yang pada semua beban tugas sama berat. Namun, terlepas
taraf kepercayaan 95% nilai signifikansi ini lebih dari tugas-tugas mata kuliah lain diakui mereka
dari 0.05. Hal ini bermakna bahwa “memperbaiki bahwa tugas individual dalam model pembelajaran
kesalahan penyusunan daftar pustaka yang berdasarkan logika Toulmin menambah informasi
digunakan” belum terjadi perubahan yang signifikan sebagai bahan yang dapat digunakan untuk
pada diri subjek penelitian. Sebaliknya, sembilan mengungkapkan gagasan berdasarkan fakta
pernyataan yang lain menunjukkan bahwa ada dalam lingkup kecil. Teknik pembelajaran
perbedaan yang signifikan dengan kecenderungan berkelompok menurut sebagian besar subjek
tes akhir lebih tinggi daripada tes awal. penelitian menyatakan bahwa teknik tersebut dapat
membantu mahasiswa memahami elemen-elemen
argumen dengan belajar bersama.
Perubahan Reaksi Subjek Penelitian terhadap
Penerapan Model Pembelajaran Berdasarkan Teknik berpasangan untuk membahas hasil
Logika Toulmin pekerjaan teman lain dinilai lebih baik oleh sebagian
besar subjek penelitian. Teknik ini membuat
Berdasarkan ungkapan subjek penelitian pada
mahasiswa lebih terbuka untuk mengungkapkan
perkuliahan hari pertama, 100% subjek penelitian
maksudnya. Aktivitas menginterpretasi-kan,
mengungkapkan bahwa model pembelajaran
menganalisis, menilai, menafsirkan informasi
menulis argumentatif berdasarkan logika Toulmin
sebagai dasar pengungkapan gagasan dengan
merupakan hal baru. Menurut subjek penelitian
keenam elemen argumen Toulmin menurut semua
pengembangan bahan model pembelajaran
subjek yang berpartisipasi mendorong mereka
berdasarkan logika Toulmin berdasarkan topik-
berpikir untuk menerapkan keenam elemen
topik, seperti fluorida, rokok, dan krim pemutih
argumen Toulmin.
sangat menarik karena bahan-bahan tersebut
masih berhubungan dengan dunia kefarmasian. Menurut sebagian besar mereka, aktivitas
Selain menarik, pengembangan bahan-bahan memeriksa kembali tulisan argumentatif diri
seperti itu juga menambah wawasan. Banyak sendiri dilakukan jika tidak banyak tugas. Mereka
informasi yang diperoleh karena bahan diperoleh mengakui bahwa mereka mulai menyadari untuk
dari berbagai sumber. Dari segi substansi, bahan- memeriksa pekerjaaannya berdasarkan hal-hal
bahan yang dipilih cukup aplikatif, dan secara tidak yang dipelajari, seperti kelengkapan elemen,
langsung dapat mengubah sikap. komposisi, bahasa, dan teknik penulisan. Kadang-
kadang waktu menjadi kendala bagi mereka untuk
Perkembangan keterampilan berpikir kritis
melakukan koreksi ulang. Cara yang paling baik
seperti keterampilan menganalisis, menilai,
adalah fasilitator harus menyediakan waktu minimal
dan menyimpulkan tentang substansi produk
10 menit untuk melakukan pemeriksaan ulang.
tertentu diakui semakin meningkat dibandingkan
Kesempatan untuk memeriksa kembali apa yang
sebelumnya. Peningkatan keterampilan berpikir ini
telah dikerjakan dan memperbaiki kekurangan
sangat membantu untuk pengungkapan gagasan
harus dilakukan secara berulang-ulang dengan
argumentatif dengan model Toulmin.
pendampingan fasilitator agar menjadi suatu
Menurut subjek penelitian bahan-bahan kebiasaan. Tanpa memberikan kesempatan seperti
pembelajaran yang dikemas dalam bentuk teks, itu kepada subjek penelitian mustahil membentuk

ISSN : 1907 - 8838 107


EDUCATIONIST Vol. II No. 2 Juli 2008
Yuliana Setiyaningsih

regulasi diri pada subjek penelitian mengingat Di sisi lain, sebagian besar tugas yang diberikan
banyaknya hambatan dalam hal waktu. dosen menuntut mahasiswa berargumen. Model
Aktivitas menilai pekerjaan teman menurut pembelajaran Toulmin memberikan wawasan untuk
mereka sangat bermanfaat karena mereka bisa memberikan bukti-bukti yang lebih dalam. Selain
menilai tulisan milik sendiri, hal-hal yang masih itu, sebagian subjek penelitian menyatakan bahwa
kurang. Kendalanya, tugas mata kuliah lain juga orang yang mampu menulis dengan baik lebih
banyak dan waktu yang tersedia sedikit sehingga dihargai di masyarakat, karena dapat menghasilkan
untuk memeriksa kembali dan mengoreksi tulisan yang berguna bagi masyarakat. Manfaat lain
kesalahan terbatas pada hal-hal tampak sekilas, yang dikemukakan adalah model pembelajaran
kurang mendalam dan menyeluruh. Toulmin berguna untuk mempersiapkan presentasi,
dan melakukan penelitian. Untuk menuliskan
Berdasarkan hasil wawancara 99.11%
hasil penelitian diperlukan kemampuan menulis
subjek yang berpartisipasi menyatakan bahwa tugas
argumentatif yang baik.
membuat tulisan argumentatif sangat membantu
dalam penyusunan skripsi dan makalah. Hanya
1% subjek penelitian yang menyatakan bahwa Perubahan Hasil Belajar secara Keseluruhan
tugas menulis argumentatif belum dapat dirasakan terhadap Penerapan Model Pembelajaran
hasilnya, dan model ini terlalu berat. Berdasarkan Logika Toulmin
Menurut pengakuan subjek penelitian, Peningkatan kemampuan menulis argumentatif
sebagian besar tugas mata kuliah lain adalah yang paling tinggi terjadi setelah penerapan model
membuat makalah yang sifatnya mempertahankan pembelajaran berdasarkan logika Toulmin yang
pendapat. Proses pembelajaran dengan model ketiga. Secara keseluruhan, uji hipotesis tes
berdasarkan logika Toulmin, cara mengutip, awal dan T1, T1T2, T1T2T3, tes akhir sesudah
membuat daftar pustaka menurut mereka sangat penerapan model pembelajaran berdasarkan logika
membantu dalam pembuatan makalah yang Toulmin menunjukkan perbedaan yang signifikan.
baik. Selain itu, model pembelajaran Toulmin Peningkatan kemampuan menulis argumentatif
memberikan dasar-dasar berpikir kritis mulai dari subjek penelitian juga tampak dari meningkatnya
berpikir tingkat rendah sampai berpikir tingkat skor rata-rata yang diperoleh subjek penelitian
tinggi. Diakui oleh subjek penelitian bahwa setelah seperti yang tampak pada Tabel 4.
penerapan model pembelajaran Toulmin mereka Pada Tabel 5 di bawah ini, peningkatan
semakin menyadari untuk melakukan revisi atas kemampuan menulis argumentatif berdasarkan
tulisannya, yang sebelumnya hal itu tidak pernah logika Toulmin secara keseluruhan dapat
dilakukan. dikemukakan bahwa peningkatan yang paling tinggi
Sebagian besar subjek penelitian yang terjadi pada komponen teknik penulisan, kemudian
berpartisipasi dalam wawancara (99.11%) diikuti oleh komponen isi. Peningkatan yang paling
mengungkapkan bahwa menulis argumentatif perlu rendah adalah komponen bahasa. Peningkatan
bagi mahasiswa farmasi. Selama ini mereka hanya di antara urutan tersebut adalah komponen
asal menulis tanpa mengetahui kriteria esensial pendahuluan dan penutup sebagaimana yang
sebuah karya ilmiah, seperti makalah dan skripsi. dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 4: Uji Hipotesis Kemampuan Menulis Argumentatif Sesudah Penerapan Model Pembelajaran
Berdasarkan Logika Toulmin

T1 T1T2 T1T2T3 T. Ak.


Tahap M SD
Nilai t Sig. Nilai t Sig. Nilai t Sig. Nilai t Sig.
T. Aw. 32.8900 2.81024 3.687 0.001 20.374 0.000
T1 35.8529 3.96295 2.460 0.019
T1T2 36.9706 3.23321 5.349 0.000
T1T2T3 40.4118 4.43210 10.916 0.000
T. Ak. 47.3844 3.26376

108 ISSN : 1907 - 8838 EDUCATIONIST Vol. II No. 2 Juli 2008


Peningkatan Kemampuan Menulis Argumentatif dan Keterampilan Berpikir Kritis Berbahasa
Indonesia Mahasiswa melalui Model Pembelajaran Berdasarkan Logika Toulmin

Tabel 5: Rangkuman Uji Hipotesis Setiap Komponen Tulisan Argumentatif

M SD
Komponen Nilai t Sig.
Tes Awal Tes Akhir Tes Awal Tes Akhir

Pendahuluan 4.3812 6.5091 1.12220 0.87342 9.987 0.000


Isi 7.8732 12.5659 1.76768 1.22300 12.135 0.000
Bahasa 8.9500 9.3706 0.38437 0.43923 4.846 0.000
Teknik Penulisan 5.0088 9.4891 0.79026 1.39023 19.718 0.000
Penutup 7.2359 9.4497 1.32095 0.86947 8.716 0.000

Ditinjau dari perhitungan nilai rata-rata yang signifikan antara tes awal dan tes akhir. Dari
yang diperoleh subjek penelitian keterampilan hasil uji t pada Tabel 7 diperoleh nilai signifikansi
berpikir kritis meningkat secara bertahap. Pada sebesar 0.000. Pada taraf signifikansi 95%, nilai
Tabel 6 hasil keterampilan berpikir kritis dalam signifikansi tersebut kurang dari 0.05.
tulisan argumentatif menunjukkan bahwa setelah
penerapan model pembelajaran Toulmin ada
Kesimpulan
perbedaan antara tes awal, tes pertama, tes kedua,
tes ketiga, dan tes akhir. Nilai signifikansi yang Kesimpulan penelitian ini, pertama, bahwa
diperoleh untuk keseluruhan tes sebesar 0.000. model pembelajaran berdasarkan logika Toulmin
efektif untuk meningkatkan kemampuan menulis
Demikian pula dengan nilai signifikansi selisih
argumentatif mahasiswa Program Studi Farmasi.
tes awal dan tes akhir keterampilan berpikir kritis
Meskipun peningkatan penggunaan keenam
dalam tulisan argumentatif diperoleh sebesar 0.000,
elemen argumen Toulmin belum maksimal,
yang pada taraf kepercayaan 95% nilai signifikansi
perbedaan rata-rata hasil tes awal dan tes akhir
ini kurang dari 0.05. Perhitungan rata-rata, SD,
cenderung meningkat secara signifikan.
nilai t, dan nilai signifikansi setiap tes secara rinci
dapat dilihat pada tabel berikut. Kesimpulan kedua adalah bahwa model
pembelajaran berdasarkan logika Toulmin dapat
Secara keseluruhan komponen regulasi diri
meningkatkan keterampilan berpikir kritis subjek
juga menunjukkan hasil bahwa ada perbedaan
penelitian. Peningkatan keterampilan berpikir kritis

Tabel 6: Uji Hipotesis Peningkatan Keterampilan Berpikir Kritis dalam Tulisan Argumentatif Sesudah
Penerapan Model Pembelajaran Berdasarkan Logika Toulmin

T1 T1T2 T1T2T3 T. Ak.


Tahap M SD
Nilai t Sig. Nilai t Sig. Nilai t Sig. Nilai t Sig.
T.Aw 10.4465 1.45999 4.418 0.000 13.118 0.000
T1 11.8485 1.08030 4.485 0.000
T1T2 12.3485 0.93489 8.872 0.000
T1T2T3 13.6332 1.11964 5.994 0.000
T.Ak 14.6556 1.06567

Tabel 7: Uji Hipotesis Regulasi Diri

Komponen M SD Nilai t
Pendahuluan 4.3812 6.5091 1.12220 0.87342 9.987
Isi 7.8732 12.5659 1.76768 1.22300 12.135
Bahasa 8.9500 9.3706 0.38437 0.43923 4.846
Teknik Penulisan 5.0088 9.4891 0.79026 1.39023 19.718
Penutup 7.2359 9.4497 1.32095 0.86947 8.716

ISSN : 1907 - 8838 109


EDUCATIONIST Vol. II No. 2 Juli 2008
Yuliana Setiyaningsih

yang dikembangkan dalam tulisan argumentatif Dalam bidang ilmu fisika, teori argumen
mahasiswa termasuk dalam kategori baik. Toulmin dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan
Pengujian hipotesis dengan uji t membuktikan keterampilan berpikir kritis melalui peningkatan
bahwa selisih nilai signifikansi yang diperoleh keterampilan berbahasa Indonesia, baik tertulis
antara tes awal dan tes akhir, baik kemampuan maupun lisan, mengingat bahasa Indonesia
menulis argumentatif maupun keterampilan berpikir merupakan sarana berpikir. Dalam bidang ilmu
kritis, sebesar 0.000. Pada taraf signifikansi 95% pengetahuan sosial, misalnya bidang ilmu
nilai signifikansi ini kurang dari 0.05. ekonomi, teori logika Toulmin dapat mempertajam
Ada beberapa temuan yang diperoleh dalam keterampilan subjek penelitian dalam menganalisis
penelitian ini. Pertama, pada hasil tes awal subjek berbagai peristiwa yang terjadi dalam bidang
penelitian, penggunaan elemen pendukung belum perkonomian sehingga setiap kebijakan yang
ditemukan dalam tulisan argumentatif, setelah diambil didasarkan pada hasil pemikiran yang
penerapan model pembelajaran berdasarkan kritis. Dalam bidang ilmu psikologi, pengembangan
logika Toulmin, pada tes akhir, penggunaan elemen aspek afektif yang merupakan aspek penting yang
pendukung sangat tinggi. Kedua, penggunaan perlu ditanamkan di dalam diri mahasiswa dalam
keenam elemen argumen Toulmin belum konteks globalisasi ini dapat dibentuk melalui
diterapkan pada hasil tes awal, sedangkan pada keterampilan regulasi diri.
tes akhir penggunaan keenam elemen tersebut
cukup tinggi. Ketiga, pada hasil tes awal subjek
penelitian belum terbiasa melakukan aktivitas
Daftar Pustaka
yang tercermin di dalam komponen regulasi diri
dalam tulisan argumentatifnya, pada hasil tes akhir
aktivitas regulasi diri mulai diterapkan meskipun Ajisuksmo, C. R. P. Y. 1996. Self-Regulated
belum dilakukan secara maksimal. Learning in Indonesian Higher Education:
Penelitian ini bertujuan mengaplikasikan A studi carried out at Atma Jaya Catholic
teori logika Toulmin dalam pembelajaran menulis University in Jakarta, Indonesia. Jakarta:
argumentatif, yang selama ini belum digunakan Atma Jaya Research Centre.
dalam pembelajaran bahasa dalam konteks Alwasilah, H. A. C. 2003. Bangsa yang Besar adalah
pendidikan di Indonesia. Ternyata hasil penelitian ini Bangsa yang Menulis. Pidato Pengukuhan
memberikan konfirmasi bahwa teori logika Toulmin Jabatan Guru Besar Tetap dalam Bidang
dapat diterapkan sebagai salah satu alternatif Pendidikan Bahasa dan Sastra Inggris
peningkatan kemampuan menulis dalam konteks pada Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni
ilmiah. Oleh karena itu, upaya menyosialisasikan Universitas Pendidikan Indonesia, 17 Oktober
penerapan teori logika Toulmin di lingkungan 2003. Bandung: Departemen Pendidikan
akademik mendesak untuk dilakukan. Nasional, Universitas Pendidikan Indonesia.
Penelitian ini juga penting bagi pengembangan Bloom, B. S. 1976. Human Characteristics and
ilmu pengetahuan. Artinya, penelitian ini dapat School Learning. New York: McGraw-Hill
memberikan inspirasi dan pemikiran-pemikiran Book Company.
baru bagi para peneliti dalam berbagai bidang Brown, J. D. dan Thom H. 2002. Criterion-
ilmu. Dalam bidang ilmu pembelajaran bahasa, referenced Language Testing. Cambridge:
teori argumen Toulmin masih diperlukan untuk Cambridge University Press.
meningkatkan kemampuan membaca dan Buchori, M. 2001. Pendidikan Antisipatoris.
berbicara, juga menyimak. Selain itu, teori ini Yogyakarta: Kanisius.
juga dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan
Cook, T. D. dan Donald T. C. 1979. Quasi-
keterampilan analisis, evaluasi, inferensi, dan
Experimentation: Design & Analysis Issues
eksplanasi, bahkan keterampilan regulasi diri.
for Field Settings. Chicago: Rand McNally
College Publishing Company.

110 ISSN : 1907 - 8838 EDUCATIONIST Vol. II No. 2 Juli 2008


Peningkatan Kemampuan Menulis Argumentatif dan Keterampilan Berpikir Kritis Berbahasa
Indonesia Mahasiswa melalui Model Pembelajaran Berdasarkan Logika Toulmin

Drost, J. 2003. “Universitas: Humaniora, Sains Rottenberg, A. T. 1988. Elements of Argument,


dan Etika Profesi” Dalam Arah Reformasi A Text and Reader. New York: St. Martin’s
Indonesia, 2003. Yogyakarta: Lembaga Press.
Penelitian Universitas Sanata Dharma. Setiyaningsih, Y. 1993. Kajian Elemen-elemen
Facione, P. A. 2004. Critical Thinking: What It Is and Argumen pada Karya Ilmiah Mahasiswa S2
Why It Counts. California Academic Press. Pendidikan Bahasa IKIP Malang. Tesis S2,
http://66.132.144.88/ pdf_files/what &why IKIP Malang.
2004.pdf, Desember 2005. Soewandi, A. M. S. 1992. “Linguistik Terapan dan
Hacker, D. 2003. A Writer’s Reference. Boston: Penerapannya”. Dalam Widya Dharma, Th
Bedford/St. Martin’s. II, No. 2 April 1992. Yogyakarta: IKIP Sanata
Joyce, B. dan Marsha W. 1996. Models of Teaching. Dharma.
Boston: Allyn and Bacon. Sriasih, S. A. P. 2000. Perkembangan Struktur
Kirkpatrick, D. L. 1994. Evaluating Training Wacana Tulis Argumentatif Siswa Sekolah
Programs: The Four Levels. San Francisco: Dasar Lab. STKIP Singaraja. Tesis S2,
Berrett-Koehler Publishers. Universitas Negeri Malang.
Miles, M. B. dan A. Michael. H. 1992. Analisis Data Toulmin, S., Richard R., dan Allan J. 1979.
Kualitatif. Jakarta: Universitas Indonesia. An Introduction to Reasoning. New York:
Macmillan Publishers.
Miller, J. P. dan Wayne S. 1985. Curriculum:
Perspectives and Practice. New York: Tukan, S. L.. 1991. A Study on the Reasoning of
Longman. the S1 Students of the English Department
as Manifested in Their Argumentative
Rose, M. 1990. “Writing Around Rules” Dalam
Compositions. Tesis S2. Program
Kiniry, Malcolm dan Mike Rose. 1990. Critical
Pascasarjana IKIP Malang.
Strategies for Academic Writing. Boston:
Bedford Books of St. Martin’s Press.

ISSN : 1907 - 8838 111


EDUCATIONIST Vol. II No. 2 Juli 2008

Anda mungkin juga menyukai